Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Disiplin waktu menjadi hal yang harus diperhatikan dalam hal apapun.
Sebab dengan disiplin apapun menjadi terarah. Misal, ingin menentukan jalan
kedepan ataupun dalam hal menentukan tujuan yang ingin dicapai, disiplin sangat
diperhatikan. Ini juga berguna sekali agar penentuan kapan akan memulai dan
kapan akan mengakhiri sebuah rencana maupun tujuan dapat terlihat meski hanya
tampak sebuah gambaran. Disiplin juga berhubungan dengan pengendalian diri
supaya dapat menbedakan mana hal yang benar dan mana hal yang salah sehingga
dalam jangka panjang diharapkan bisa menumbuhkan perilaku yang bertanggung
jawab.

Berkenaan dengan pembelajaran, pada dasarnya disiplin juga menjadi


otoritas utama dan bagian penting dalam proses pembelajaran, entah itu disiplin
dari siswa maupun guru. Berkenaan dengan disiplin peneliti ingin memfokuskan
disiplin dalam hal waktu yang ada pada diri seorang guru. Sebab disiplin harus
sudah menjadi sifat dan tabiat dalam pribadinya seorang guru.

Menurut tim penulis Grafindo, disiplin merupakan wujud nyata dari


penghargaan kita pada diri sendiri dan orang lain. Disiplin merupakan hal yang
dapat dilatih. Pelatihan disiplin diharapkan dapat menumbuhkan kendali diri,
karakter atau keteraturan, dan efisiensi.

Kita tahu bahwa disiplin bukanlah kepatuhan lahiriah, bukanlah paksaan,


bukanlah ketaatan pada sebuah otoritas untuk menuruti aturan. Disiplin adalah
suatu sikap batin, bukan kepatuhan otomatis. Guru bertanggung jawab untuk
menciptakan suasana kelas yang baik. Suasana kelas yang tidak tegang, ada
kebebasan tapi ada pula kerelaan mematuhi peraturan dan tata tertib sekolah.
2

Di kelas V SDN Banua Hanyar 2, guru pengajar begitu disiplin dalam hal
pembelajaran. Misalnya tepat waktu masuk kelas ketika ingin mengajar dan
memulai pembelajaran, tepat waktu keluar kelas ketika jam pelajaran berakhir dan
berganti, sementara dalam proses pembelajaran menjadi aktif dan menarik yang
menandakan bahwa tujuan pembelajaran telah tercapai sepenuhnya. Ini sesuai
dengan apa yang dimuat oleh AsyMas’udi (2000) dalam bukunya “Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan” yang mengatakan bahwa disiplin adalah
kesadaran untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai
dengan peraturan-peraturan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab tanpa
paksaan dari siapapun. Dalam artian guru kelas V di SDN Banua Hanyar 2 mampu
melaksanakan pembelajaran dengan disiplin waktu tertib dan teratur.

Melihat begitu pentingnya disiplin waktu dalam pembelajaran yang


diterapkan oleh guru pengajar kelas V di SDN Banua Hanyar 2 baik dalam
memulai dan menutup pembelajaran dengan tepat waktu serta tercapainya tujuan
pembelajaran dikarenakan kemampuan guru dalam mengalokasikan waktu
pembelajaran dengan menerapkan kedisiplinan maka peneliti ingin memfokuskan
penelitian ini kepada dua hal, pertama faktor yang membuat guru pengajar kelas V
di SDN Banua Hanyar 2 mampu disiplin dalam hal waktu memulai dan menutup
pembelajaran, kedua penerapan kedisplinan oleh guru pengajar kelas V di SDN
Banua Hanyar 2 ke proses pembelajaran di kelas sehingga dalam memulai dan
menutup pembelajaran waktu yang digunakan menjadi efektif dan efesien.

B. Rumusan Masalah
1. Apa faktor yang membuat guru pengajar kelas 5 di SDN Banua Hanyar 2
mampu disiplin waktu dalam memulai dan menutup kegiatan pembelajaran di
kelas V?
2. Bagaimana guru pengajar kelas 5 di SDN Banua Hanyar 2 menerapkan perilaku
disiplin waktu ke proses memulai dan menutup pembelajaran di kelas V?
3

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui faktor yang membuat guru pengajar kelas V di SDN Banua
Hanyar 2 mampu disiplin waktu dalam memulai dan menutup kegiatan
pembelajaran di kelas V.
2. Untuk mengetahui guru pengajar kelas V di SDN Banua Hanyar 2 menerapkan
perilaku disiplin waktu ke proses memulai dan menutup pembelajaran di kelas
V.
4

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penerapan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014:1148), penerapan adalah
perbuatan menerapkan, sedangkan menurut beberapa ahli, penerapan adalah suatu
perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan
tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau
golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya.1

Selain itu, penerapan adalah mempraktekkan, memasangkan, atau


pelaksanaan.2 Penerapan merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh
individu-individu atau kelompok-kelompok yang diarahkan pada tercapainya
tujuan yang telah digariskan dalam keputusan. Dalam hal ini, penerapan adalah
pelaksanaan sebuah hasil kerja yang diperoleh melalui sebuah cara agar dapat
dipraktekkan kedalam masyarakat.3

B. Guru
Kata guru sudah tidak asing lagi di telinga kita, kata guru memiliki banyak
sinomin kata seperti: pendidik, pelatih, pengajar, trainer, tutor dan lain sebagainya.
Dimana tugas mereka adalah sama-sama mendidik dan mengajar para peserta
didiknya baik itu dalam pendidikan formal maupun informal. Seperti yang
dikatakan oleh Syaiful Bahari Djamarah dalam bukunya “Guru dan Anak Didik
dalam Interaksi Edukatif” (2000:31) mengatakan bahwa “Guru dalam pandangan
masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat
tertentu, tidak harus dilembaga formal.”4

1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2014),
h. 1148
2
Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Apollo, 2007), h. 104
3
Wahab, Tujuan Penerapan Program, (Jakarta: Bulan Bintang, 2008), h. 63
4
Syaiful Bahari Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT.Rineka
Cipta, 2000), Cet ke-1, hal. 31.
5

Selain itu, Ramayulis dalam bukunya “Profesi dan Etika Keguruan”


(2013:4) berpendapat bahwa guru adalah orang yang bertanggung jawab untuk
membimbing peserta didik menjadi manusia yang manusiawi yang memanusiakan
manusia, sehingga tugas utamanya yaitu “mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi muridnya dalam pendidikan. 5
Menurut Abuddin Nata dalam bukunya “Filsafat Pendidikan Islam” (2005:113),
menjelaskan makna guru sebagai “seseorang yang memberikan pengetahuan,
keterampilan atau pengalaman kepada orang lain.6

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang guru dijelaskan


pula pengertian guru yaitu: “Pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan
menengah.7

Mengajar bukan hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan, melainkan


suatu proses mengubah perilaku siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Karena pekerjaan guru adalah pekerjaan profesional, maka untuk menjadi seorang
guru harus memenuhi persyaratan.8

Sehingga dapat disimpulkan bahwa guru adalah seorang pendidik yang


profesional yang tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, melatih,
menilai dan mengevaluasi para peserta didik baik dalam lembaga pendidikan
formal maupun non formal pada semua jenjang dari pendidikan usia dini, dasar

5
Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), Cet. Ke-2, h.4
6
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), Cet. Ke-1,
hal. 113

7
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Bab I Pasal 1
8
Departemen Agama, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Direktorat
Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2005), hal. 66
6

dan menengah. Rusman dalam bukunya yang berjudul model-model pembelajaran,


mengklasifikasikan peranan guru sebagai berikut:9
a. Peran guru berkaitan dengan kompetensi guru seperti melakukan
diagnosis terhadap perilaku awal siswa, membuat RPP, dan melaksanakan
proses pembelajaran.
b. Guru sebagai pelaksana administrasi di sekolah.
c. Guru sebagai komunikator.
d. Guru sebagai demonstrator.
e. Guru sebagai pengelola kelas.
f. Guru sebagai mediator dan fasilitator.
g. Guru sebagai evaluator.
h. Guru sebagai pengembang kurikulum di sekolah.

Sebagai pengelola kelas ada baiknya seorang guru memerhatikan


kedisiplinannya, baik dalam waktu maupun sikapnya.

C. Disiplin
Kata disiplin berasal dari bahasa Latin yaitu “discipulus” yang berarti
“pembelajaran”. Jadi, disiplin itu sebenarnya difokuskan pada pengajaran.
Menurut Ariesandi arti disiplin sesungguhnya adalah proses melatih pikiran dan
karakter anak secara bertahap sehingga menjadi seseorang yang memiliki kontrol
diri dan berguna bagi masyarakat.10 Selain itu, The Liang Gie (1972),
mendefinisikan disiplin adalah suatu keadaan tertib di mana orang-orang yang
tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada
dengan rasa senang hati.

Disiplin juga berarti proses atau hasil pengarahan atau pengendalian


keinginan, dorongan atau kepentingan guna mencapai maksud atau untuk
9
Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru,
(Jakarta: PT. Rajawali Pres, 2013), Cet ke-3, hal. 59-65
10
Ariesandi, Rahasia Mendidik Anak Agar Sukses dan Bahagia, Tips dan Terpuji Melejitkan
Potensi Optimal Anak, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 230-231
7

mencapai tindakan yang lebih efektif atau disiplin juga berarti tindakan terpilih
dengan ulet, aktif dan diarahkan sendiri, meskipun menghadapi rintangan. Sebab
penulis rasa, disiplin merupakan kunci sukses bagi kegiatan belajar siswa dan guru
di sekolah, karena dengan disiplin maka guru dan siswa akan menciptakan rasa
nyaman serta aman belajar.

Dalam pandangan psikologi, Siswanto (2001), menyatakan bahwa disiplin


merupakan suatu perbuatan menghormati, menghargai, patuh, dan taat pada norma
norma yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup
menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi sanksinya apabila ia
melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya. Lain lagi dengan
Flippo dalam Atmodiwirjo (2000), berpendapat bahwa disiplin ialah setiap usaha
mengkoordinasikan perilaku individu pada masa yang akan datang dengan
mempergunakan hukum dan ganjaran.  Definisi diatas memfokuskan pengertian
teori disiplin dalam psikologi sebagai usaha untuk menata perilaku individu
sehingga terbiasa melaksanakan hal sebagaimana mestinya yang dirangsang
dengan hukuman dan ganjaran. Menurut Fathoni (2006), disiplin merupakan suatu
perilaku bila mana pegawai selalu datang dan pulang pada tepat waktu yang
ditentukan oleh kepala manajer, pimpinan dari masing masing instansi. Melihat
begitu banyak pengertian tentang disiplin, peneliti menyimpulkan bahwa disiplin
merupakan suatu perilaku yang ada pada diri seseorang yang membuat seseorang
tersebut mempunyai aturan yang terukur yang berguna untuk keefektifan dan
keefesienan dalam membuka dan menutup suatu kegiatan. Jika pengertian disiplin
disini dikaitkan dengan sebuah kegiatan guru dalam memberikan pembelajaran
maka dapat diperoleh bahwa disiplin merupakan suatu perilaku seorang guru
dalam dalam membuka dan menutup suatu kegiatan secara efektif dan efesien.
Sebab pada hakikatnya disiplin adalah kemampuan untuk mengendalikan diri
dalam bentuk tidak melakukan sesuatu tindakan yang tidak sesuai dan
8

bertentangan dengan sesuatu yang telah ditetapkan dan melakukan sesuatu yang
mendukung dan melindungi sesuatu yang telah ditetapkan.11

Berbicara efektif dan efesien tentunya adalah bebicara yang didalamnya


termuat waktu, masa ataupun batasan. Maka dari itu disipin yang peneliti tekankan
adalah disiplin waktu oleh guru dalam membuka dan menutup pembelajaran di
kelas. Sebab kita tahu bahwa disiplin waktu menjadi sorotan utama bagi seorang
guru dan murid. Waktu masuk sekolah biasanya menjadi parameter utama
kedisiplinan guru dan murid. Kalau guru dan murid masuk sebelum bel
dibunyikan, berarti disebut orang yang disiplin. Kalau masuk pas dibunyikan, bisa
dikatakan kurang disiplin, dan kalau masuk setelah bel dibunyikan, maka dinilai
tidak disiplin, menyalahi aturan sekolah yang telah ditentukan. Karena itu, jangan
menyepelekan disiplin waktu ini, usahakan tepat waktu ketika datang pada jam
masuk sekolah. Begitu juga dengan jam mengajar, kapan masuk dan kapan keluar,
harus sesuai dengan alokasi waktu yang ditentukan agar tidak mengganggu jam
guru lain. Barangkali jika disiplin ditinjau dari siswa maka kedisiplinan dalam hal
ini berarti siswa harus belajar untuk terbiasa dalam mengatur waktu dalam
kehidupan sehari-hari.12 Disinilah peneliti melihat bahwa disiplin waktu juga tidak
harus dilakukan oleh siswa tetapi juga guru pengajar. Pengaturan waktu ini
menurut Conny R. Semiawan bisa bermula dari perbuatan kecil seperti tepat waktu
berangkat ke sekolah dan tepat waktu dalam belajar.13

Disiplin waktu oleh guru akan mempengaruhi prestasi dan produktifitas


kerjanya. Sebagai guru yang selalu berhadapan dengan peserta didik, sikap dan
tingkah laku guru sangatlah berpengaruh pada peserta didik.14 Oleh karena itu,
peneliti menyimpulkan bahwa pernyataan diatas akan berkaitan dengan capaian
11
Indra Kusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1973), h. 142
12
Conny R Semiawan,. Pendidikan Keluarga Dalam Era Global, (Jakarta, Prenhalindo, 2002), h.
85
13
Ibid, h. 95
14
Tabrani Rusyan, Upaya Meningkatkan Budaya Kinerja Guru Sekolah Dasar, (Jakarta; Cipta
Nusantara, 2001), h. 56
9

tujuan pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru karena perilakunya disiplin
terhadap waktu. Sebagai guru yang memegang peranan penting dalam
menanamkan nilai-nilai agama dalam diri peserta didik sebagai usaha membentuk
watak dan kepribadian peserta didik. Disiplin waktu yang ditunjukkan oleh guru
tentunya dapat diterapkan juga pada disiplin belajar peserta didik.15

Disiplin waktu bagi guru dalam mengajar merupakan hal yang sangat
berpengaruh terhadap prestasi siswa dalam belajar. Seorang guru harus menjadi
suri tauladan bagi setiap siswanya, maka dengan demikian setiap siswa akan
termotivasi untuk dapat belajar lebih giat lagi. Sebab sebagai seorang guru juga
harus mampu mencontoh Rasulullah lakukan tentang disiplin waktu. Sebagaimana
yang Allah perintahkan pada Alquran surah Al-Ahzab (33) ayat 21 yang artinya:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah Subhaanahu wa Ta'aala.”16

Adapun indikator yang dapat dipergunakan untuk mengkaji disiplin adalah


ketaatan terhadap peraturan, kepatuhan terhadap atasan, ketaatan terhadap
ketepatan waktu, kepatuhan berpakaian seragam, kepatuhan dalam penggunaan
dan pemeliharaan sarana dan prasarana, selalu bekerja sesuai prosedur.17

15
Ibid, h. 56
16
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Surabaya; Duta Ilmu, 2009), h. 596
17
Febri Kusumaningtyas, Skripsi “Kedisiplinan Guru Dalam Proses Pembelajaran Di SD
Negeri 1 Sembung, Wedi, Klaten (Yogyakarta, 2017), h. 20
10

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Alasan Menggunakan Metode Penelitian Kualitatif
Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, karena metode
kualitatif adalah orang yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.18 Selain itu, penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan
lain-lain.19 Maka penelitian ini menginginkan adanya pemaknaan yang sangat
mendalam. Dalam penelitian ini aspek utama yang diamati adalah guru pengajar
kelas V di SDN Banua Hanyar 2.

Metode ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan semua


yang terjadi. Dimana dengan metode kualitatif data diperoleh lebih lengkap, lebih
mendalam, kredibel dan bermakna, sehingga tujuan penelitian untuk memperoleh
gambaran penelitian secara luas, menyeluruh, holistik (utuh) dan mendalam dapat
tercapai tentang disiplin waktu oleh guru pengajar kelas V di SDN Banua Hanyar
2, kelurahan Banua Hanyar, kecamatan Daha Selatan. Sesuai dengan judul yang
peneliti bahas, penelitian ini menggunakan jenis penelitian lapangan (field research)
yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan di lingkungan masyarakat tertentu, baik di
lembaga dan organisasi kemayarakatan maupun lembaga pemerintah, dengan cara
mendatangai rumah tangga, perusahaan-perusahaan, dan tempat-tempat lainnya. 20

B. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian yang akan dilakukan adalah di kelas V SDN Banua Hanyar
2, Kelurahan Banua Hanyar, Kecamatan Daha Selatan, Kabupaten Hulu Sungai
Selatan, Kalimantan Selatan, Indonesia. Lokasi ini menjadi tempat penelitian

18
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta), h. 36.
19
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), h.
6
20
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Pustaka Setia, 2011), h. 31
11

dikarenakan dari sinilah peneliti mulai menelusuri dan memperhatikan segala yang
menjadi bentuk penelitian tentang disiplin waktu oleh guru pengajar kelas V di
SDN Banua Hanyar 2, kelurahan Banua Hanyar, kecamatan Daha Selatan,
Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan Indonesia.

C. Sumber Data
Menurut Arikunto (2006:129), sumber data adalah objek dari mana data
dapat diperoleh.21 Untuk itu, data yang akan dikumpulkan pada penelitian ini
adalah data tentang disiplin waktu oleh guru pengajar kelas V di SDN Banua
Hanyar 2. Sumber data dipilih secara to the point, artinya penulis melihat dan
menanyakan secara langsung kepada objek dari mana data dapat diperoleh.

Menurut Sugiyono (2013:2250), sumber data yang digunakan dalam


penelitian ini berupa sumber data primer dan sekunder:
1. Sumber data primer adalah data yang diberikan langsung oleh sumber
data atau informan kepada pengumpul data.
2. Sumber data sekunder merupakan data yang tidak langsung diberikan
oleh sumber data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau
lewat dokumen.

D. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2013:102), menjelaskan bahwa “Instrumen penelitian
adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang
diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian”. Dalam
penelitian ini yang menjadi instrumen utama adalah peneliti sendiri, karena
penelitilah yang menentukan dan menetapkan fokus penelitian, mengumpulkan
sumber data, memilih sumber data, serta membuat kesimpulan atas temuannya
(Sugiyono, 2013:59-60)

21
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta), h. 129
12

Didalam penelitian ini instrumen-instrumen yang digunakan pada tahap


observasi dan wawancara di lapangan adalah buku catatan, kamera dan alat
perekam suara.

E. Tehnik Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data atau informasi, keterangan-keterangan serta data-
data yang diperlukan mengenai hal-hal yang bersangkutan dengan disiplin waktu
oleh guru pengajar kelas V di SDN Banua Hanyar 2, peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data. Untuk menjawab rumusan masalah pertama dan kedua,
peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara dan observasi.
Teknik Interview (wawancara) adalah pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanyajawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
suatu topik tertentu.22Tehnik pengumpulan data dengan wawancara digunakan
dalam menjawab rumusan masalah pertama. Wawancara dilakukan oleh peneliti
ke sumber data yaitu guru pengajar kelas V di SDN Banua Hanyar 2. Tehnik
wawancara digunakan peneliti untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan
dengan informan secara lebih mendalam. Teknik ini berarti melakukan interaksi
komunikasi atau percakapan antara peneliti dan informan. Wawancara ini pada
prinsipnya merupakan usaha untuk menggali keterangan yang lebih dalam dari
sebuah kajian dari sumber yang relavan berupa pendapat, kesan, pengalaman,
pikiran dan sebagainya.

Menurut Esterberg (Sugiyono, 2013:231), wawancara adalah merupakan


pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Dari pemaparan
tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini, peneliti melakukan
wawancara (pengumpulan data ata informasi) melalui tatap muka antara peneliti
(pihak penanya) dan informan (pihak yang ditanya) untuk memperoleh keterangan.
Keterangan yang dimaksud di sini mengenai disiplin waktu oleh guru pengajar
22
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 72.
13

kelas V di SDN Banua Hanyar 2, Kelurahan Banua Hanyar, Kecamatan Daha


Selatan, Kalimantan Selatan, Indonesia.

Penelitian ini menggunakan teknik wawancara semi standar artinya


wawancara yang bebas di mana peneliti membuat garis-garis besar pokok- pokok
pembicaraan, namun dalam pelaksanaannya peneliti mengajukan pertanyaan
secara berurutan dan pemilihan kata-katanya juga tidak baku tetapi
dimodifikasikan pada saat wawancara berdasarkan situasi.

Dan untuk menjawab rumusan masalah kedua peneliti menggunakan tehnik


wawancara dan observasi. Wawancara disini lebih terfokus kepada guru pengajar
yang menerapkan disiplin waktu dalam membuka dan menutup pembelajaran di
kelas V di SDN Banua Hanyar 2. Adapun tehnik observasi yang peneliti lebih
menitik beratkan observasi kepada guru pengajar kelas V di SDN Banua Hanyar 2.
Sebab sebelumnya, menurut Nasution (Sugiyono, 2013:226) menyatakan bahwa
observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. 23 Maka teknik observasi disini
adalah teknik yang dilakukan untuk mengamati disiplin waktu oleh guru pengajar
kelas V di SDN Banua Hanyar 2. Observasi yang dimaksud yakni teknik
pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung terhadap guru
pengajar dalam berprilaku disiplin waktu.

F. Tehnik Analisis Data


Aktifitas dalam menganalisis data yaitu data reduction, data display dan
Conclusion drawing/ Verification. 24
Miles dan Huberman (Sugiyono, 2013:246)
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga data yang
didapat bersifat jenuh. Aktivitas dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman adalah, sebagai berikut:

23
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif Dan R & D, (Bandung:CV. Alfabeta, 2012), h.
226.
24
Ibid, h. 246
14

1. Reduksi Data (Data Reduction)


Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya. 25
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas, dan akan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Dalam
mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan
dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh
karena itu, kalau peneliti dalam melakukan penelitian, menemukan segala
sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru
inilah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi
data.

Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan


gambaran yang lebih jelas, dan akan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan. Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh
tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah
pada temuan. Oleh karena itu, kalau peneliti dalam melakukan penelitian,
menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum
memiliki pola, justru inilah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam
melakukan reduksi data.

Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan reduksi data dengan


memilih dan mengelompokkan yang mana data utama dan data penunjang
dengan dasar semua data diperoleh melalui observasi dan wawancara.
Penelitian ini berpusat kepada guru sebagai kunci utama penelitian ini.
Adapun bentuk data utama dalam penelitian yang peneliti yang berjudul

Julia, Orientasi Estetik Gaya Pirigan Kacapi Indung, (Sumedang : UPI


25

Sumedang Press, 2018), cet. ke-1, h.56


15

Penerapan Disiplin Waktu oleh Guru Pengajar Kelas V di SDN Banua


Hanyar 2 adalah seperti: Ketepatan waktu memulai dan menutup
pembelajaran di kelas V, peraturan dari seolah yang mengharuskan guru
tepat waktu dan faktor yang mempengaruhi guru sehingga disiplin waktu
seperti: lingkungan, pengalaman, peraturan dan karakter. Sedangkan data
penunjang berisi hal-hal mengacu dan memicu data utama muncul. Data
penunjang diperoleh melalui wawancara yang dilakukan sebelum peneliti
mengajukan pertanyaan ke pertanyaan utama.

2. Penyajian Data (Data Display)


Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
menyajikan data. Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun
yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan.26 Selain itu, penyajian data merupakan salah satu
kegiatan dalam pembuatan laporan hasil penelitian yang
telah dilakukan agar dapat dipahami dan dianalisis sesuai
dengan tujuan yang diinginkan.27 Melalui penyajian data
tersebut, maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan,
sehingga akan semakin mudah dipahami. Dalam hal ini Miles dan
Huberman (Sugiyono, 2013:249) menyatakan bahwa yang paling sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
dengan teks yang bersifat naratif.28

Berdasarkan teori Miles dan Huberman dan keadaan penelitian,


peneliti menyajikan data dengan teks yang sifatnya naratif dengan isi data
utama dan data penunjang. Peneliti akan menyajikan dalam bentuk cerita
26
Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2016), h. 307.
27
Yessi Harnani dan Zulmeliza Rasyid, Statistik Dasar Kesehatan,
(Yogyakarta : CV Budi Utama, 2015), cet. ke-1, h.14
28
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif Dan R & D, (Bandung:CV. Alfabeta, 2012), h.
249.
16

yang panjang berdasarkan fakta-fakta dan realita di lapangan yang


pengumpulan datanya melalui observasi dan wawancara agar penelitian
yang berjudul Penerapan Disiplin Waktu oleh Guru Pengajar Kelas V di
SDN Banua Hanyar 2 benar keabsahannya.

3. Conclusion Drawing/Verification
Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti
yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan berikutnya. Tetapi
apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh
bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel dan akuntabel.
Jika kesimpulan awal yang dikemukakan oleh peneliti dalam
penelitian Penerapan Disiplin Waktu oleh Guru Pengajar Kelas V di
SDN Banua Hanyar 2 masih bersifat sementara artinya belum terlalu kuat
dalam bukti-bukti yang valid dan konsisten data atau yang sering disebut
kejenuhan data, maka data akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti
yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan berikutnya. Tetapi
apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh
bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel dan akuntabel.
17

DAFTAR PUSTAKA
Ali Lukman. 2007. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. (Surabaya: Apollo)
Ariesandi. 2008. Rahasia Mendidik Anak Agar Sukses dan Bahagia, Tips dan Terpuji
Melejitkan Potensi Optimal Anak. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.)
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Rineka
Cipta)

Asmani. t.th. Tips menjadi Guru Inspiratif.


Departemen Agama RI. 2009. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Surabaya: Duta Ilmu.
Departemen Agama. 2005. Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan.
(Jakarta; Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam)
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta.
Gramedia. 2014.
Djamarah, Syaiful Bahari. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
(Jakarta: PT.Rineka Cipta. Cet ke-1)
Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur. 2016. Metode Penelitian Kualitatif.
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media)
Julia. Orientasi Estetik Gaya Pirigan Kacapi Indung. Sumedang. UPI
Sumedang Press. 2018. cet. ke-1.

Kusuma, Indra. 1973. Pengantar Ilmu Pendidikan. (Surabaya: Usaha Nasional)


Kusumaningtyas Febri. 2017. Skripsi “Kedisiplinan Guru Dalam Proses
Pembelajaran Di SD Negeri 1 Sembung, Wedi, Klaten. Yogyakarta.
Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: Pustaka Setia)
Margono. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta)

Moleong, Lexy J. 2007. Metodelogi Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT Remaja.


Rosdakarya)
Moleong, Lexy J. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya)
18

Nata, Abuddin. 2005. Filsafat Pendidikan Islam. (Jakarta: Gaya Media Pratama. Cet.
Ke-1)
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.
Prasetyo Andrie. Jurnal “Pengaruh Konsep Diri dan Kedisiplinan Terhadap Prestasi
Belajar Siswa Jurusan Teknik Audio Video di SMK Muhammadiyah 3
Yogyakarta”. 2013.
Ramayulis. 2013. Profesi dan Etika Keguruan. (Jakarta: Kalam Mulia. Cet. Ke-2)
Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme
Guru. (Jakarta: PT. Rajawali Pres. Cet ke-3)

Rusyan, Tabrani. 2001. Upaya Meningkatkan Budaya Kinerja Guru Sekolah Dasar.
(Jakarta: Cipta Nusantara)
Semiawan, Conny R. 2002. Pendidikan Keluarga Dalam Era Global. (Jakarta:
Prenhalindo).
Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. (Bandung: Alfabeta)
Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif Dan R & D. (Bandung: CV.
Alfabeta)
Suprayogo, I. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. (Bandung: Rosdakarya)
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya)
Tu’u Tulus. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta. Grasindo.
2004.
Unaradjan. 2003. Manajemen Disiplin. (Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana
Indonesia)
Wahab. 2008.Tujuan Penerapan Program. (Jakarta. Bulan Bintang)
Wantah J. Maria. 2005. Disiplin dan Pembentukan Moral Pada Anak Usia Dini.
(Jakarta: DEPDIKNAS)
Yessi Harnani dan Zulmeliza Rasyid. Statistik Dasar Kesehatan.
Yogyakarta. CV Budi Utama. 2015. cet. ke-1.

Anda mungkin juga menyukai