Anda di halaman 1dari 6

Pengadilan Jakarta

Sidangkan Sengketa Goldman


Sach dan Taipan Indonesia
Bilik Goldman Sachs di Bursa Efek New York. (Foto: Dok)

Teruskan










Print
Para ahli hukum mengatakan hasilnya dapat memberikan indikasi
apakah sistem pengadilan sipil negara ini akan melindungi hak-hak
warga negara asing.
JAKARTA — 

Pengadilan Jakarta Selatan hari Selasa (7/2) akan menyidangkan kasus sengketa Rp 15 triliun
antara Goldman Sachs dan taipan Benny Tjokrosaputro, yang mengatakan bahwa unit raksasa
Wall Street itu secara ilegal menjual saham-saham yang ia miliki.

Goldman mengambil langkah tidak biasa dengan menggugat balik Benny atas rusaknya
reputasi. Sidang hari Selasa akan memberi pengusaha itu peluang untuk membantah tuduhan
Goldman.

Sengketa itu muncul di saat Indonesia memberlakukan inisiatif terbesar untuk investasi asing
dalam 10 tahun terakhir. Para ahli hukum mengatakan hasilnya dapat memberikan indikasi
apakah sistem pengadilan sipil negara ini akan melindungi hak-hak warga negara asing.

Prospek Goldman dalam sidang ini dapat dipengaruhi kurangnya transparansi dalam jalannya
persidangan secara umum, ujar Bill Sullivan, konsel asing senior di firma hukum Indonesia,
Christian Teo & Partners.
"Kurangnya transparansi ini dapat menghasilkan keputusan-keputusan yang sangat
mengejutkan, terutama jika ada pihak asing yang mencari pemulihan dari pihak lokal yang
memiliki sumber daya dan koneksi besar," ujar Sullivan kepada Reuters dalam email.

Sengketa Goldman dengan Benny, presiden direktur pengembang properti PT Hanson


International Tbk bermula dari wilayah misterius dalam pasar keuangan dimana individu atau
perusahaan menggadaikan sahamnya untuk mendapatkan pinjaman jangka pendek, menurut
dokumen-dokumen pengadilan dan orang-orang yang paham isu tersebut.

Benny telah menggadaikan saham Hanson senilai US$425 juta kepada perusahaan hedge
fund (perusahaan pengelola aset gabungan) AS Platinum Partners untuk imbalan pinjaman.
Saham-saham itu akan kembali saat pinjaman dibayar, sebuah kesepakatan yang dikenal
sebagai repurchase agreement atau repo.
Unit Goldman, Goldman Sachs International, membeli saham-saham Hanson dari Platinum
sebagai lindung nilai dari derivatif yg mereka masukkan ke Platinum, menurut juru bicara
bank itu.

Akhir tahun 2014, Platinum yang berbasis di New York mengalami kesulitan keuangan dan
kesusahan membayar sejumlah besar investor, menurut pihak berwenang di AS yang baru-
baru ini mendakwa eksekutif-eksekutif perusahaan itu karena penipuan senilai $1 miliar.

Goldman mulai menjual saham Hanson tahun lalu, tapi dipaksa berhenti setelah Benny
mengadukan mereka ke polisi.

Ia kemudian menuntut Goldman bulan September untuk membayar Rp 15 triliun ($1,1


miliar) atas dugaan melakukan transaksi "ilegal". Pengacara Benny mengatakan kepada
Reuters bahwa kliennya tidak melanggar kontrak dengan Platinum dan bahwa tidak ada yang
berhak memiliki atau menjual saham-saham itu kecuali Benny.

Sebagai respon, Goldman menggugat balik taipan itu bulan lalu untuk sedikitnya $1,1 miliar
atas kerusakan reputasi.

Goldman "secara ilegal" membeli saham itu dari Platinum lewat dewan negosiasi Bursa Efek
Indonesia dan transaksi-transaksi itu valid, ujar bank tersebut dalam dokumen-dokumen
klaimnya.

Juru bicara bank itu mengatakan kepada Reuters bahwa Goldman Sachs International tidak
mengetahui perjanjian Benny dengan Platinum, atau pembatasan-pembatasan saham yang
dibeli. [hd]

Terkait

https://www.voaindonesia.com/a/pengadilan-jakarta-sengketa-goldman-sachs-
taipan/3709177.html
Indonesia untuk mengadakan
sidang pengadilan dalam sengketa
miliar dolar Goldman Sachs dengan
taipan
AdminFebruary 7, 2017 Berita Ekonomi

Indonesia akan mengadakan sidang pengadilan pada Selasa menjadi sengketa miliar dolar antara
Goldman Sachs dan konglomerat lokal, yang mengatakan unit Wall Street raksasa melawan hukum
menjual saham yang dimilikinya, dalam tes terbaru untuk sistem hukum negara.

Goldman mengambil langkah yang tidak biasa kontra-menggugat taipan – Benny Tjokrosaputro –
untuk kerusakan reputasi. Sidang pada Selasa akan memberikan pengusaha ritel-to-properti
kesempatan untuk menolak pernyataan Goldman.

Sengketa ini datang pada saat Indonesia, ekonomi terbesar di Asia Tenggara, yang memulai drive
terbesar untuk investasi asing dalam satu dekade. para ahli hukum mengatakan hasilnya bisa
memberikan indikasi apakah proses pengadilan sipil di negara itu akan melindungi hak-hak orang
asing.

Pemerintah Indonesia baru-baru telah menimbulkan kekhawatiran investor dengan memotong


ikatan bisnis dengan JPMorgan atas laporan penelitian negatif dan sebagian membalikkan
kebijakan pertambangan.

prospek Goldman di persidangan dapat dipengaruhi oleh kurangnya transparansi dalam proses
pengadilan Indonesia, kata Bill Sullivan, penasihat asing senior di firma hukum Indonesia Christian
Teo & Partners.

“Kurangnya transparansi dapat menghasilkan keputusan yang sangat mengejutkan, terutama


ketika Anda memiliki pihak asing yang mencari pemulihan dari partai lokal sumber daya yang baik
dan baik-baik,” kata Sullivan Reuters dalam sebuah email.

sengketa Goldman dengan Tjokrosaputro, Direktur Utama pengembang properti PT Hanson


International Tbk, berasal dari daerah misterius dari pasar keuangan di mana individu atau
perusahaan penjaminan saham dengan imbalan pinjaman jangka pendek, menurut dokumen
pengadilan dan orang-orang yang akrab dengan masalah.

Tjokrosaputro telah berjanji 425 juta saham Hanson US hedge fund Platinum Partners imbalan
pinjaman atas dasar bahwa ia bisa mendapatkan saham kembali pada saat pembayaran –
pengaturan dikenal sebagai perjanjian pembelian kembali atau repo.

Unit Goldman, Goldman Sachs International, membeli saham Hanson dari Platinum sebagai lindung
nilai untuk derivatif telah menandatangani dengan dana, kata seorang juru bicara Bank.

Pada akhir 2014, berbasis di New York Platinum jatuh ke dalam kesulitan keuangan dan kesulitan
membayar kembali sejumlah besar investor, menurut pihak berwenang AS yang baru-baru ini
dikenakan eksekutif puncak dari dana dengan menjalankan US $ 1 miliar penipuan.
Goldman mulai menjual saham Hanson tahun lalu, namun terpaksa berhenti setelah Tjokrosaputro
mengajukan keluhan polisi.

Dia melanjutkan untuk menuntut Goldman pada bulan September untuk 15 triliun rupiah (US $ 1,1
miliar), menyatakan transaksi ini dilakukan “secara tidak sah”. Pengacara Tjokrosaputro
mengatakan kepada Reuters kliennya tidak melanggar kontraknya dengan Platinum dan bahwa
tidak ada orang lain selain Tjokrosaputro memiliki hak untuk memiliki atau menjual saham.

Sebagai tanggapan, Goldman countersued taipan bulan lalu setidaknya US $ 1,1 miliar mengklaim
kerusakan reputasi.

Goldman “sah” mengakuisisi saham dari Platinum melalui papan negosiasi Bursa Efek Indonesia
dan transaksi yang sah diselesaikan, bank mengatakan dalam dokumen klaimnya.

Seorang juru bicara Bank mengatakan kepada Reuters bahwa Goldman Sachs International tidak
menyadari hubungan Tjokrosaputro dengan Platinum, maupun pembatasan saham itu dibeli.

(US $ 1 = 13,327.00 rupiah)

(Pelaporan oleh Eveline Danubrata di Jakarta dan Lawrence Delevingne di New York, pelaporan
tambahan dengan Cindy Silviana di Jakarta; Editing oleh Michelle Harga dan Himani Sarkar)
JAKARTA, KOMPAS.com - Sengketa bisnis antara Goldman SachsInternational
dengan Benny Tjokrosaputro, Direktur Utama PT Hanson International Tbk (MYRX)
masih berlanjut.

Goldman Sachs berencana menggugat balik pengusaha Indonesia tersebut pada pekan
depan. Goldman Sachs akan merealisasikan gugatan setelah sempat mengungkapkan
rencana itu pada bulan lalu.

Edward Naylor, Managing Director/Director of Corporate Communications Goldman


Sachs Asia LLC mengatakan, Goldman menggugat Benny untuk perusakan bisnis dan
reputasi akibat tuduhan transaksi ilegal.

"Kami akan melayangkan gugatan ini pada Selasa pekan depan," kata Naylor, Rabu
(18/1/2017) seperti dikutip dari KONTAN.

Dia menambahkan, Goldman bertransaksi saham MYRX secara legal di pasar reguler
Bursa Efek Indonesia. Goldman membeli saham dari pihak Platinum Partners.

Goldman mengatakan, Benny punya hubungan bisnis dengan Platinum yang


merupakan hedge fund berbasis New York.

Kemungkinan, Benny merepo saham MYRX untuk mendapatkan pinjaman. Sedangkan,


Platinum juga merupakan klien Goldman.

"Kami membantu Platinum bertransaksi synthetic securities yang merupakan produk


derivatif. Untuk itu kami membeli saham Hanson dari Platinum
untuk hedging risiko trading semacam ini. Kami membeli saham dari Platinum di BEI
dan 100 persen settlement," ungkap Naylor.

Naylor masih enggan berkomentar soal besaran gugatan yang akan dilayangkan.
Goldman Sachs masih memiliki penuh seluruh saham MYRX yang dibeli dari Platinum
Partner.

Total nilai saham MYRX ini sekitar 22 juta dollar AS. Saat ini, saham MYRX yang dimiliki
Goldman masih dibekukan di bank kustodian Citibank.

Sekadar mengingatkan, sebelumnya, Benny Tjokro menggugat Goldman karena telah


menjual saham tanpa sepengetahuan dan persetujuannya. Benny mengklaim sebagai
pemilik sah atas 425 juta saham MYRX sebelum stock split.

Benny menuntut ganti rugi material Rp 320 miliar serta ganti rugi immaterial Rp 5 triliun.
Selain Goldman, Benny juga menggugat Citibank Indonesia sebagai bank kustodian,
dan PT Ficomindo Buana Registar yang merupakan biro administrasi efek.
(Baca: Goldman Sachs International Tolak Gugatan Rp 15 Triliun WN Indonesia)

Integritas

Harry Naysmith, Managing Director PT Goldman Sachs Indonesia Securities


mengatakan, langkah gugatan ini penting untuk mempertahankan integritas Bursa Efek
Indonesia.

"Aturan pasar modal jelas, transaksi dilakukan juga dengan jelas dan ini adalah aturan
dasar pasar modal," imbuh Naysmith.

Naysmith menambahkan, kasus ini bisa terjadi pada investor pasar modal lain, termasuk
investor domestik maupun investor ritel.

"Makanya penting untuk mempertahankan integritas dan aturan pasar modal," ujar
dia. (Wahyu Tri Rahmawati)

Anda mungkin juga menyukai