Begitu juga dalam proses evaluasi belajar siswa diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan
dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat unobservable kurang dijangkau dalam proses
evaluasi.Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang
memberikan ruang gerak yang bebas bagi siswa untuk berkreasi, bereksperimentasi dan
mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat
otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti
kinerja mesin ataurobot. Akibatnya siswa kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan
potensi yang ada pada diri mereka.Karena teori behavioristik memandang bahwa sebagai
pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka siswa atau orang yang belajar harus
dihadapkan pada aturan-aturan yang jelasdan ditetapkan terlebih dulu secara ketat.
Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih
banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin.Kegagalan atau tidak mampuan dalam
penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan
keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas
diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu
keberhasilan belajar. Siswa atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan
aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri siswa
(Degeng, 2006).
Dari skripsi Asmita Neli, fakultas tarbiyah dan keguruan uin sultan syarif kasim pekanbaru
(2011) dengan judul strategi pembelajaran yang berpandu pada teori belajar skinner dengan
penerapan model kompetisi untuk meningkatkan motivasi belajar matematika siswa kelas
VIII Smp Negeri 1 Peranap.
Pokok bahasan : bangun ruang sisi lengkung.
Jadi diterapkannya model kompetisi ini sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar
siswa. Persaingan dan kerja sama dianggap lebih efektif karena bermaksud untuk mencapai
tujuan bersama. Dalam proses pembelajaran kooperasi kompetisi(operant conditioning) ini
setiap kelompok belajar siswa di tuntut bersaing untuk berprestasi misalnya dari segi
kecepatan melaksanakan tugas, ketepatan jawaban, kerapihan tugas, kebersamaan dalam
melaksanakan tugas dan lain-lain. Model kompetisi ini didasarkan atas teori belajar
behavioristik yang dalam penerapannya guru dapat memakai imbalan dan ganjaran sebagai
sarana untuk memotivasi siswa dalam memenangkan kompetisi dengan sesama pembelajar.