HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum
a. Sejarah Pendirian
Indonesia telah tumbuh dan berkembang sejak masa penyebaran Islam dan telah
pondok pesantren menunjukkan bahwa lembaga ini tetap eksis dan konsisten
pondok pesantren lahir para kader ulama, guru agama, pendidik ataupun muballigh
Pesantren Raudhatul Jannah Palangka Raya, yang dibuat oleh pondok ditambah
prasarana, visi, misi, kondisi, dan beberapa hal terkait lainnya tentang Pondok
81
82
yang sudah cukup lama berdiri. Pondok Pesantren yang menggunakan sistem
Agama ini didirikan pada tahun 1994 oleh H. Materan. Sebelum Pondok Pesantren
Cikal bakal pendiriannya dimulai dari lahan perkebunan di Desa Sabaru milik
daerah ini sangat minim panti asuhan dan pendidikan agama masyarakatnya, maka
ada gagasan dan pemikiran dari pemilik tanah, yakni H. Materan dan H. Bustani
panti asuhan sekaligus pondok pesantren yang diberi nama Pondok Pesantren
135
Raudhatul Jannah pada tahun 1994.
bertambahnya jumlah santri, muncul lagi pemikiran dari yayasan untuk mendirikan
tersebut kemudian terwujud pada tahun 2005. Sampai sekarang, Madrasah Tsanwiyah
Raudhatul Jannah sudah mempunyai santri yang cukup banyak dengan status diakui
oleh Kementerian Agama Palangka Raya serta mempunyai ijazah negeri. Kemudian,
seiring dengan berjalannya berbagai program pendidikan yang ada, pada tahun 2007
135
Dokumentasi, “Profil Pondok Pesantren Raudhatul Jannah Palangka Raya”, 2015.
83
didirikan lagi lembaga pendidikan Madrasah Diniyah Tingkat Ula dan Wustha yang
bertempat di kelas, masing-masing terdiri dari satu lokal dan sekarang sudah terdaftar
ada pendidikan ke jenjang atas khususnya pendidikan Islam maka pada awal tahun
2008 berdirilah Madrasah Aliyah (MA) untuk masyarakat yang ingin melanjutkan
pasang surut, namun sebagai sebuah pondok pesantren yang terletak jauh di pinggiran
Kota Palangka Raya, pondok ini berkembang lumayan pesat, dan telah memiliki
sebanyak enam kali hingga sekarang, dengan berbagai latar belakang dan tingkatan
pendidikan. Pimpinan atau mudir pondok yang pertama adalah K.H. Hanafi, yang
kedua K.H. Hamidan, yang ketiga K.H. Zainal Arifin, yang keempat K.H. Rafiq
Nasir, yang kelima K.H. Nasrul Mahmudi, dan yang terakhir K.H. Muhammad Yasin,
136
Lc.
Pimpinan pondok yang sekarang, K.H. Muhammad Yasin, Lc., adalah seorang
sarjana tafsir, alumni dari Universitas Al-Azhar Mesir yang sudah berpengalaman
dengan dunia pesantren. Karena, beliau juga merupakan alumni dari Pondok
Raudhatul Jannah berasal dari berbagai latar belakang pendidikan; ada yang berasal
136
Wawancara dengan K.H. Muhammad Yasin Lc., (Pimpinan atau Mudir Pondok
Pesantren Raudhatul Jannah) pada, 23 Mei 2015.
84
dari Pondok Peantren Darul Hijrah Martapura, Darussalam Martapura, dan yang
lainnya berasal dari STAIN, IAIN, Universitas Palangka Raya, dan lain-lain.
Raya Provinsi Kalimantan Tengah. Pada awal berdirinya pondok, kondisi dan
masyarakat pun semakin baik dan sekarang sudah bisa dikatakan cukup maju,
ikan, buruh, dan sebagian lainnya sebagi pedagang dan pegawai negeri sipil.
dan tingkat pendidikan mereka yang masih kurang dalam arti belum 100%
Surung yang menjadi lokasi berdirinya pondok Pesantren Raudhatul Jannah awalnya
pondok. Sebab, pondok yang merupakan basis dan pusat pengkajian ilmu serta
visi dan misi sebagai acuan dalam mengembangkan pondok. Syamsul Ma‟rif,
menjelaskan beberapa hal terikat dengan visi misi dan program pembelajaran di
137
pondok.
Identitas Pondok
RT/RW : 01/I
Kelurahan : Sabaru
Kecamatan : Sabangau
6. Akte Notaris :
137
Dokumentasi data profil pondok dan wawancara dengan Syamsul Ma‟rif (Kepala
Bagian Pendidikan Pondok Pesantren Raudhatul Jannah Palangka Raya), pada, 23 Mei 2015.
86
- Nomor : 57
7. NPWP : -
2. Misi:
sehari-hari;
3. Izin Operasional:
pimpinan dibantu oleh beberapa pengurus lainnya yang berasal dari kalangan
Madrasah Diniyah Tingkat Ula, Madrasah Diniyah Tingkat Wustha, dan Tahfizul
Qur‟an dengan menggunakan kurikulum yang disusun pondok pesantren sendiri yang
Tingkat Ula dan Wustha dimaksudkan agar santri dapat menambah ilmu agama,
mereka bisa mengamalkan ilmu agama yang telah mereka tuntut. Pondok pesantren
juga memberikan kesempatan kepada santri yang tidak bersekeloh formal di pondok
138
pesantren untuk mengikuti sekolah diniyah yang diselenggarakan pada sore hari.
Jannah sekitar 208 orang, yang terdiri dari 103 orang laki-laki dan 105 orang
138
Wawancara dengan Syamsul Ma‟rif pada, 23 Mei 2015.
89
Jumlah tenaga pengasuh sebanyak 23 orang, terdiri dari 8 orang laki-laki dan
15 orang perempuan, dari jumlah tersebut terdiri 1 orang Pimpinan dan 22 orang
guru.
Sekolah, Kantor Guru 1 lokal, Ruang Belajar 7 lokal, Ruang Lab. Service HP 1 lokal,
Ruang Komputer 1 lokal, Ruang Perpustakaan 1 lokal, Mesjid 1 buah, Ruang Asrama
5 lokal, Perumahan Guru. Seluruh fasilitas bangunan tersebut berdiri di atas tanah
yang tersedia seluas ±2 hektar, adapun status tanah pondok pesantren merupakan
139
milik yayasan sendiri.
Tanah seluas kurang lebih 2 hektar tersebut tidak hanya digunakan untuk
sekaligus sarana pembelajaran santri pondok. Kemudian, lahan juga digunakan untuk
139
Dokumentasi data “Profil Pondok Pesantren Raudhatul Jannah Palangka Raya”
dan wawancara dengan Syamsul Ma‟rif, pada, 23 Mei 2015.
90
peternakan, yakni program penggemukan sapi dan kolam ikan. Ada pula masih tanah
pesantren salafiyah dengan ciri khas sistem diniyah kepondokan yang bertumpu pada
keislaman dalam berbagai bidang, seperti Fikih (Hukum Islam), Tauhid (Akidah),
Akhlak, Tasawuf, Ulumul Quran, Ulumul Hadis, Bahasa Arab, dan lain-lain, masih
tetap dipertahankan.
data-data hasil penelitian dilihat dari konteks manajemen yang terdiri dari aspek
hambatan yang dialami oleh pihak pengelola pondok dalam memanajemen dan
melaksanakan pembelajaran kitab kuning serta usaha yang mereka lakukan untuk
kuning sebagai ciri khas (dari pondok pesantren salafiyah) yang tetap dipertahankan
memiliki program pendidikan keagamaan atau madrasah diniyah mulai dari tingkatan
dasar sampai atas, yakni Madrasah Diniyah Ula, Madrasah Diniyah Wustha, dan
Madrasah Diniyah Ula diperuntukkan bagi santri yang baru belajar kitab
kuning pada tingkatan awal, di mana pada tingkatan ini mereka diharuskan untuk
mengkaji sejumlah kitab kuning untuk berbagai bidang studi keislaman. Ada
sejumlah kitab kuning yang dijadikan rujukan dan standar pembelajaran pada
tingkatan Diniyah Ula ini, antara lain kitab Aqῑdah al-‘Awȃm (Tauhid-Akidah),
140
(Ushul Fikih), dan Al-Jurȗmῑyah (Bahasa Arab).
memiliki kemampuan dasar serta telah memahami dengan baik kitab-kitab kuning
Kitab-kitab kuning yang dijadikan rujukan dan standar pembelajaran pada tingkatan
Diniyah Wustha ini, antara lain kitab Fath al-Qarῑb (Fikih), Al-Amtsilah at-
140
Wawancara dengan Syamsul Ma‟rif, pada, 2 Juni 2015.
92
Madrasah Diniyah Ulya diperuntukkan bagi santri tingkatan atas yang telah
menyelesaikan pembelajaran kitab kuningnya pada tingkatan Ula (dasar) dan tingkatan
Wustha (menengah). Karena itu, apabila di sistem persekolahan formal, tingkat Ula boleh
Tsanawiyah (SMP), maka tingkatan Ulya dipersamakan dengan Aliyah (SMA). Jadi,
seperti halnya pada tingkatan Diniyah Ula dan Wustha, pada tingkatan Diniyah Ulya ini
santri juga diharuskan untuk mempelajari sejumlah Kitab Kuning yang menjadi rujukan,
antara lain kitab Syarhu Ibnu Aqῑl (Bahasa Arab-Nahwu), Kifȃyah al-Akhyȃr (Fikih) dan
Kifȃyah al-“Awȃm’ (Tauhid), Riyȃd al-Shȃlihῑn (Hadis), Tafsir Al-Jalalaῑn (Tafsir), dan
142
Irsyȃd al-‘Ibȃd (Tasawuf-Ibadah).
mulai dilaksanakan secara berkesinambungan pada tahun 2007. Adapun dasar dan
dipertahankan hingga sekarang adalah sebagai bagian dari upaya untuk tetap
meneruskan tradisi dan ciri utama dari pondok sebagai tempat pusat pembelajaran
ilmu-ilmu keislaman dengan referensi kitab kuning. Selain itu, keinginan untuk
141
Wawancara dengan Syamsul Ma‟rif, pada, 2 Juni 2015.
142
Wawancara dengan Syamsul Ma‟rif, pada, 2 Juni 2015.
93
yayasan dan pimpinan menyadari bahwa tantangan yang makin berat hanya bisa
dihadapi apabila santri memiliki dasar-dasar pengetahuan agama yang kuat yang
diperoleh dari sejumlah kitab kuning. Menurut mereka, dengan pembelajaran kitab
kuning pada sistem pondok salafiyah santri akan memahami dengan baik pelbagai
keilmuan keislaman dari sumbernya dan mampu secara mandiri menggali berbagai
persoalan yang terjadi dimasyarakat berdasarkan kitab rujukan tersebut. Karena itu,
maka dalam rangka mempersiapkan para santri menjadi ustadz di masa depan dan
mereka hadapi, maka pembelajaran Kitab Kuning perlu direncanakan dengan baik
143
agar berjalan lancar dan mendapatkan hasil yang optimal.
wawancara dengan pimpinan pondok dan ustadz yang menjadi pengasuh dinyatakan
pelajaran secara musyawarah (rapat) oleh pimpinan pondok beserta para ustadz yang
Madrasah Diniyah pembelajaran kitab kuning disusun tidak persemester seperti pada
143
Wawancara dengan K.H. Muhammad Yasin Lc., pada, 6 Juni 2015.
94
sekolah formal, tetapi pertahun atau setelah khatam (selesai) satu kitab dipelajari oleh
144
santri maka diganti dengan kitab yang lain lagi.
pembelajaran kitab kuning, termasuk dalam hal pengaturan jadwal, ustadz yang
menjadi pengasuh dan pengajar kitab kuning, serta kitab kuning yang dijadikan
(MTs dan MA) di pondok serta kegiatan-kegiatan lain, baik kegiatan ekstrakurikuler
maupun kegiatan pondok yang lain, agar semuanya dapat berjalan dengan baik dan
tidak tumpang tindih. Karena itu, jadwal pembelajaran kitab kuning di Pondok
mana, secara keseluruhan dan rutin, jadwal kegiatan santri di pondok ini terbagi
menjadi dua bagian, yakni kegiatan rutin harian dan kegiatan mingguan. Kegiatan
harian santri dimulai sejak pukul 03.30 WIB dan berakhir pada pukul 21.30 WIB.
dalam kegiatan mingguan ini biasanya santri mengikuti kegiatan seperti kegiatan
keagamaan (ceramah atau pengajian agama, pembacaan wirid atau zikir, pembacaan
144
Wawancara dengan K.H. Muhammad Yasin, Lc., Syamsul Ma‟rif, H. Rusli
(Kepala Diniyah Tingkat Ula), dan Adreansyah (Kepala Diniyah Tingkat Wushta) pada, 2
Juni 2015.
95
Berikut pengaturan dan jadwal kegiatan harian dan mingguan yang secara
145
rutin dilaksanakan oleh santri di Pondok Pesantren Raudhatul Jannah.
Kegiatan Harian
Jam Kegiatan
03.30 Persiapan Shalat Tahajud
15 menit sebelum subuh Shalat sunnat
04.00-04.20 Shalat Subuh
04.20-05.00 Tadarus dan mengaji Alquran
05.00-06.30 MCK+ sarapan pagi
06.30-06.45 Kosakata Bahasa Arab dan Inggris
06.45-07.10 Shalat Dhuha
07.10-11.30 Masuk Kelas
11.30-12.00 Shalat Zuhur
12.00-14.00 Masuk kelas
14.00-15.00 Makan siang dan istirahat
15.00-.15.30 Shalat Ashar
15.30-17.00 Olahraga dan kegiatan lainnya
17.00-17.20 Mandi (keperluan lain)
17.30-18.00 Shalat Magrib
18.00-19.00 Tadarus Alquran dan Pengajian rutin
19.00-19.30 Shalat Isya
19.30-20.00 Makan Malam
20.00-21.00 Kegiatan malam (Pengajian, Maulid, Burdah, dan
145
Wawancara dengan Adreansyah (Kepala Bagian Kesantrian Putra) dan Sri
Wahyudi (Kepala Bagian Kesantrian Putri), pada, 9 Juni 2015.
96
lain-lain)
21.00-21.30 Persiapan tidur malam
21.30-03.30 Tidur wajib
Kegiatan Mingguan
pimpinan pondok dengan dewan guru. Tidak ada pembentukan panitia atau tim
khusus yang ditugaskan untuk merancang dan mengatur kegiatan. Semua hal
dilakukan secara bersama dan setiap awal tahun pelajaran biasanya diagendakan
rapat. Materi atau agenda yang dibicarakan dalam rapat menyangkut pelaksanaan
pembelajaran kitab kuning, santri yang mengikuti program pembelajaran, ustadz yang
tambahan atau pergantian, dan atau hal-hal lain, permasalahan, maupun kendala-
97
kendala yang terjadi pada tahun sebelumnya ketika pembelajaran kitab kuning
dilaksanakan.
TINGKAT ULYA
1 Fiqh Kifȃyah al-Akhyȃr 2 Jam
2 Ushul Fiqh Al-Waraqȃt 2 Jam
3 Nahwu Syarhu Ibnu „Aqῑl 2 Jam
4 Sharaf Syarhu Ibnu „Aqῑl 2 Jam
5 Tasawuf-Ibadah Irsyȃd al-„Ibȃd 2 Jam
6 Tauhid Kifȃyah al-„Awȃm 2 Jam
7 Hadits Riyȃdl al-Shȃlihῑn 2 Jam
8 Tafsir Al-Qur‟an Tafsir Al-Qur‟anul Karῑm li 2 Jam
Imam al- Jalalaῑn
B. Silabus Pembelajaran Kitab Kuning
1. Tingkat Ula
2. Tingkat Wustha
Mata Nama Kitab Standar Standar Kompetensi
Pelajaran Kompetensi
Fiqh Fath al-Qarῑb Mengembangkan 1. Memiliki pemahaman yang
al-Mujῑb pengetahuan sedikit luas mengenai fikih
tentang fikih. madzhab syafi‟i.
2. Mengetahui perbedaan
pandangan para ulama
terutama kalangan madzhab
syafi‟i.
memandang al-Qur‟an.
3. Bertambahnya penguasaan
terhadap kosa kata Arab.
4. Mampu menjelaskan
kandungan al-Qur‟an sesuai
dengan tafsir yang mereka
pelajari.
Sumber Data: Bagian Pendidikan Pondok Pesantren Raudhatul Jannah Palangka Raya
Tahun 2015.
Pembelajaran kitab kuning sebagai salah satu program wajib belajar dan
dilakukan pada sore dan malam hari. Sore hari dilaksanakan setelah shalat Ashar,
sedangkan malam hari dilaksanakan setelah shalat Magrib dan setelah shalat „Isya.
Mengapa pembelajaran kitab kuning dilaksanakan pada sore dan malam hari?
Menurut pengelola pondok, hal ini dilakukan mengingat bahwa peserta didik yang
ada tidak semuanya mengambil atau mengikuti program belajar di pondok. Ada
peserta didik yang hanya mengikuti program belajar MTs dan MA, sehingga mereka
setelah selesai mengikuti pelajaran di sekolah mulai dari pagi hingga siang hari sesuai
jadwal dan jam pelajaran yang telah ditentukan, sepertimana siswa dari sekolah yang
lain. Kemudian ada juga peserta didik yang mengikuti program belajar MTs dan MA
sekaligus program Madrasah Diniyah Ula, Wustha, dan Ulya yang telah ditetapkan
104
pondok. Peserta didik atau santri yang mengikuti program kepondokan Madrasah
Diniyah inilah yang diwajibkan untuk tinggal atau mondok di asrama yang telah
disediakan oleh pondok. Mereka diwajikan untuk tinggal di pondok agar dapat secara
rutin mengikuti program pondok dan belajar kitab kuning. Mereka seluruhnya
berjumlah 54 orang santri, terdiri dari 25 santri tingkatan Ula, 23 orang santri
Raya
11 Hulmi Ifsan Sidoarjo, 18 Jl. Rantau Bangkiang Kel.Tumbang
Desember 2001 Samba Kec.Katingan Tengah Kab.
Katingan
12 Muhammad Ibnu Kasongan, Jl. Cilik Riwut Kel. Kasongan
Suryo legowo 27 Maret 2003 Lama Kec. Katingan Hilir Kab.
Katingan
13 Maulana Al-Qadri Palangka Raya, 05 Jl. Kalimantan Kel. Pahandut Kec.
Desember 2001 Pahandut Palangka raya
14 Naldo Bintoro Hurung Bunut, Jl. Wihasan Kel. Hurung Punut
8 Desember 2003 Kec. Hurung Punut Kab. Gunung
Mas
15 Norman Banjarmasin, Jl. Griliya Kel. Banjarmasin
22 Oktober 2001 Selatan Banjarmasin
16 Nur Muhammad Pundu, Jl. Tumbang Telaken Kel. Takaras
Fadil 25 Agustus 2000 Kota Kec.Rakumpit Palangka Raya
17 Muhammad Noryadi Sampit, 01 Pebruari Jl. Bendahara Kel. Kasongan Kec.
Menteng 2001 Kasongan Kab. Katingan
18 Muhammad Palangka Raya, 20 Jl. Murjani Kel. Pahandut Kec.
Ramadhani Nopember 2001 Pahandut Palangka Raya
19 Rifki Amrullah Palangka Raya, 20 Jl. Mahir Mahar Kel. Kalampangan
Juli 2003 Kec. Sebangau Palangka Raya
20 Riskiyanto Palangka Raya, 15 Jl. Mangku Raya Kel. Kereng
Oktober 2002 Bangkirai Kec. Sebangau Palangka
Raya
21 Rizal Redie Lunuk, 4 Juli 2004 Jl. Manusup Kel. Manusup Kec.
Mantangau Kab. Kapuas
22 Muhammad Demak, 27 Mei 2003 Jl. Yasin Kel. Tewah Kec. Tewah
Rizanudin Kab. Gunung Mas
23 Muhammad Subhan Anjir Mambulau, 26 Jl. RTA Milono Kel. Menteng Kec.
Agustus 2003 Jekan Raya Palangka Raya
24 Yahya Hermawan Palangka Raya, Jl. Sakan II Kel. Palangka Kec.
11 Pebruari 2001 Jekan Raya Palangka raya
25 Ilham Palangka Raya, Jl. Rajawali Kel. Bukit Tunggal
22 Juli 2002 Kec. Jekan Raya Palangka Raya
Santri Tingkatan Wustha
20 Rusli Cahyono Surakarta, 16 Juni Jl. Pinus Indah Kl. Panarung Kec.
2000 Pahandut Palangka Raya
21 Sumaidi Palangka Raya, 10 Jl. Dr. Murjani Kel. Pahandut Kec.
Januari 2001 Pahadut Palangka Raya
22 Wahyu Alfian Surabaya, Desa Tewang Panjangan Kec.
19 Nopember 2000 Kurun Kab. Gungung Mas
23 Muhammad Widjan Palangka raya, 22 Jl. Panenga Raya Kel. Sabaru Kec.
Nafis Agustus 2002 Sebangau Palangka Raya
Santri Tingkatan Ulya
yang dilaksanakan pagi sampai siang hari itulah, maka pondok kemudian menetapkan
waktu pelaksanaan pembelajaran kitab kuning bagi santri Madrasah Diniyah pada
Santri putra dan santri putri ditempatkan pada pondok dan asrama yang
terpisah, diawasi oleh ustadz yang sekaligus juga membina serta menjaga dan
108
mengajari mereka. Dalam pelaksanaan pembelajaran kitab kuning, untuk santri putra
dipusatkan di masjid Pondok Pesantren Raudhatul Jannah yang cukup besar dan
mampu menampung santri atau jamaah shalat hingga limaratusan lebih. Masjid ini
cukup dekat letaknya, karena bersebelahan dengan lokasi pondok mereka, sehingga
cukup mudah dan cepat untuk didatangi. Sedangkan pembelajaran kitab kuning untuk
santri putri di pusatkan di ruang aula yang letaknya juga berdekatan dengan asrama
dan di aula maka sifat pembelajarannya adalah non klasikal. Santri dikelompokkan
sesuai dengan tingkatan atau kitab yang mereka pelajari. Mereka duduk berkelompok
atau bergroup dan menempati satu bagian dari ruangan masjid atau aula dengan
dibimbing oleh seorang ustadz. Model atau pola ini dilaksanakan seperti halnya
dengan pola halaqah, di mana seorang ustadz memberi pengajaran terhadap beberapa
Jannah ini dibagi menjadi dua, yakni pembelajaran kitab kuning secara umum dan
seluruh santri berkumpul di ruangan masjid atau aula tempat belajar sambil membawa
buku catatan, kemudian salah seorang ustadz menyampaikan pembahasan yang ada
109
dalam kitab pegangan. Kitab kuning yang digunakan biasanya kitab kuning umum
yang tidak termasuk kitab rujukan pada program diniyah, namun tetap standard dan
berhubungan dengan disiplin ilmu tertentu. Pembelajaran kitab kuning secara massal
ini bertujuan untuk menambah wawasan keilmuan para santri berkenaan dengan
pemahaman mereka terhadap bidang keilmuan sesuai materi dalam kitab. Waktu
penyampaian kitab kuning secara umum ini tidak mesti atau tidak secara rutin atau
secara rutin setiap hari sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Santri-santri
dikelompokkan sesuai dengan program diniyah atau kitab kuning yang diikutinya.
Mereka dibimbing oleh salah seorang ustadz yang dalam melaksanakan proses
dengan membentuk setengah lingkaran dan ada pula yang duduk secara berbanjar.
menguraikan kandungan materi yang ada dalam kitab. Para santri, dengan memegang
kitab yang sama, mendengarkan, menyimak, dan mencatat (memberi tanda baca,
baris, makna kata, kalimat, atau terjemahan) bacaan maupun penjelasan dari ustadz
terhadap materi yang dibahas, ustadz terkadang juga menulis dan menggunakan
Tujuan dari proses dan pembelajaran kitab kuning ini, menurut pengelola
pondok bertujuan agar para santri memiliki kemampuan untuk menggali dan
mengambil sumber hukum dalam kitab-kitab yang berbahasa Arab; supaya santri
bandongan dan sorogan. Disebut bandongan karena ustadz membacakan isi atau
materi kitab dan menjelaskan bacaan serta kandungan dari suatu kitab yang dipelajari
sedangkan santri mendengarkan dan menyimak bacaan dan penjelasan ustadz sambil
sesudah mendengar dan menyimak bacaan serta penjelasan guru, mereka disuruh
untuk membaca satu-persatu atau secara bergiliran materi dari kitab yang dipelajari
halaqah (berkelompok), tanya jawab, dan bahtsul masa’il (diskusi) untuk materi-
Para ustadz yang menjadi pengasuh pembelajaran kitab kuning ditunjuk dan
dibagi sesuai dengan bidang spesialisasi atau keahlian mereka. Di antara para ustadz
dimaksud adalah Ustadz. H. Muhammad Yasin, Lc., SHI mengajar bidang Tafsir, Hadis,
dan Fikih; Ustadz Syamsul Ma‟arif mengajar bidang Bahasa Arab (Nahwu dan
111
Sharf), Fikih, dan Tasawuf; Ustadz. H. Rusli mengajar bidang Tafsir, Hadis, dan
Fikih; Ustadz Wahyudi mengajar bidang Tata Bahasa Arab, Fikih, dan Tasawuf;
Andreansyah, S.Pd.I mengajar bidang Fikih. Karena itu, mereka dalam mengajar
146
disesuaikan dengan bidang keahlian masing-masing.
146
Wawancara dengan Syamsul Ma‟rif, pada, 9 Juni 2015.
112
Selain kitab-kitab di atas ada juga kitab lain yang digunakan oleh pondok
sebagai kitab tambah guna memperkaya wawasan keilmuan santri, yakni Kitab
Amtsilati. Kitab ini berisikan penjelasan atau menguraikan tentang seluk beluk tata
Bahasa Arab (gramatika), sehingga dengan menguasai kitab ini, maka nahwu-sharaf
147
dalam Bahasa Arab juga akan bisa dikuasai dan dipahami dengan baik.
Pondok Pesantren Raudhatul Jannah ni ditulis oleh ulama yang berasal Timur Tengah
dalam Bahasa Arab. Secara umum, kitab rujukan dimaksud merupakan kitab-kitab
Indonesa.
didorong untuk belajar sendiri atau menelaah kembali kitab-kitab yang sudah
dipelajari di sela-sela waktu kosong dari berbagai kegiatan rutin pondok, misalnya
Secara umum, dalam satu tahun atau dua semester para santri telah
menyelesaikan lima atau enam kitab yang menjadi rujukan. Namun demikian, ada
kitab yang berlanjutan dipakai, misalnya pada tingkat Wustha kitab dimaksud telah
dipelajari, kemudian pada tingkat Ulya kitab tersebut kembali dipelajari lagi. Hal ini
terjadi, karena kitab tersebut lumayan tebal dan materi kandungannya cukup luas dan
147
Wawancara dengan H. Rusli (Pengajar kitab kuning Bidang Bahasa Arab: Kitab
Alfiyah Ibnu Malik) dan Yanur (Pengajar kitab kuning Bidang Bahasa Arab: Kitab Al-
Jurumiyah), pada 12 Juni 2015.
115
atau materi pada kitab dimaksud memang dibagi menjadi dua bagian, sehingga
dirancang dan digunakan untuk dua tingkatan yang berbeda, bagian pertama untuk
tingkatan Wustha dan bagian kedua untuk tingkatan Ulya. Misalnya, kitab Irsyȃdul
‘Ibȃd pada bidang Tasawuf-Ibadah yang digunakan pada tingkatan Wustha dan
kemudian digunakan lagi sebagai kelanjutan pada tingkatan Ulya. Begitu juga dengan
kitab Tafsir al-Jalalaῑn, yang digunakan pada tingkatan Wustha maupun Ulya.
mereka juga diberi kebebasan untuk mengatur proses pembelajarannya agar berjalan
dengan baik. Karena itu, dalam hal tertentu, terkadang ada ustadz yang menambah
diskusi atau studi kasus (bahtsul masȃ’il), belajar mandiri, menghapal dan
148
mengulang, dan seterusnya.
Apabila telah selesai proses pembelajaran, baik dalam setiap materi pokok
bahasan, akhir semester, atau akhir tahun pelajaran, sebagaimana umumnya proses
pembelajaran sekolah formal, pembelajaran kitab kuning pada program diniyah ini
kemampuan serta penguasaan santri terhadap bacaan ataupun kandungan dari kitab
yang menjadi pegangan. Evaluasi atau penilaian dimaksud dilakukan secara lisan dan
148
Wawancara dengan Zainal Hakim (Pengajar kitab kuning Bidang Hadis dan Fikih:
Kitab Al-Arba’ῑn al-Nawawῑyah dan Kitab Kifȃyah al-Akhyȃr), pada 12 Juni 2015.
116
tata bahasa kitab, yakni memahami arti kata, kalimat, kedudukan kata atau kalimat
berdasarkan nahwu, sharf, dan tashrif serta terjemahnya; serta kemampuan dalam
149
menjelaskan makna dan kandungan kitab.
Penilaian dilakukan secara sorogan dan individual, di mana setiap santri akan
dites aspek-aspek yang telah ditetapkan di atas secara bergiliran di hadapan ustadz.
Biasanya mereka disuruh membaca lembar yang telah dipilih dari kitab pegangan
lembaran kitab yang telah mereka baca tersebut. Selain itu, penilaian atau tes
dimaksud juga bisa dilakukan dalam bentuk menguji materi hafalan para santri
terhadap kaedah-kaedah tertentu dari materi pekajaran yang telah dipelajari, misalnya
kaedah dalam Bahasa Arab, kaedah dalam Ushul Fikih, dan lain-lain. Atau pula
mereka disuruh untuk menghafalkan kembali ayat-ayat Alquran dan hadis-hadis yang
150
telah dipelajari sesuai dengan yang telah ditentukan.
dianggap lulus dalam memahami dan mengusai kitab kuning yang telah dipelajari.
ustadz yang menjadi pengasuh dan sesuai dengan kitab pegangan mereka masing-
149
Wawancara dengan Sri Wahyudi, pada, 15 Juni 2015.
150
Wawancara dengan Adreansyah, pada, 15 Juni 2015.
117
masing. Di samping itu, hasil penilaian yang telah dilakukan juga tidak dilaporkan
dalam bentuk tertulis, misalnya buku laporan (raport) atau kartu kendali. Namun,
sudah dianggap mampu dan menguasai kitab yang menjadi pegangan, baik dilihat
dari aspek bacaan, penterjemahan atau pemaknaan, dan penjelasan maka santri akan
tidak diwajibkan untuk menguasai kitab yang menjadi pegangan secara penuh,
Raudhatul Jannah telah berjalan dengan baik dan lancar. Walau demikian, bukan
berarti tidak ada masalah atau hambatan yang dihadapi. Menurut pimpinan pondok,
dalam melaksanakan proses pembelajaran kitab kuning, tentu saja banyak kendala
dan permasalahan yang dihadapi, baik kendala yang bersifat intern maupun ekstern,
pendanaan, dewan pengajar, santri dan fasilitas belajar yang dimiliki oleh Pondok
berkurang dengan berbagai alasan; ada yang menyatakan bahwa kitab kuning sulit
untuk dipelajari dan dipahami, terlalu banyak tugas di sekolah formal, membantu
3. Waktu pembelajaran kitab kuning yang tidak efektif dan banyak tersita untuk
peserta didik yang terdaftar di Pondok Pesantren Raudhatul Jannah untuk MTs dan
MA cukup banyak, namun tidak seluruhnya dari peserta didik dimaksud mengikuti
atau menjadi santri pada program Madrasah Diniyah. Sebagian besar dari mereka
hanya terdaftar sebagai siswa pada MTs dan atau MA Pondok Pesantren Raudhatul
Jannah.
Berbagai faktor dan alasan menjadi sebab sehingga mereka tidak mondok dan
mengikuti pembelajaran kitab kuning. Alasannya, ada yang disebabkan karena lokasi
atau tempat tinggal mereka yang berdekatan dengan pondok; membantu orangtua di
rumah; waktu mereka yang tersita untuk aktivitas sekolah formal; merasa terikat jika
151
Wawancara dengan Sri Wahyudi, pada, 15 Juni 2015.
119
berada di pondok dan tidak bisa kemana-mana untuk beraktivitas yang lain;
keterbatasan dana untuk membayar biaya asrama atau pondok; pembelajaran kitab
kuning yang sulit dipahami, siswa MTs dan atau MA yang memang tidak mau untuk
menghadapi kendala kurangnya tenaga pengajar atau ustadz yang menjadi pengasuh
pada bidang keilmuan tertentu yang betul-betul memahami dan menguasai kitab
kuning yang menjadi pegangan. Karena jumlah ustadz yang dimiliki pondok tidak
dirasakan kurang efektif dan optimal. Pimpinan dan pengurus pondok telah menyusun
kemampuan dan sesuai kualifikasi keilmuan, walaupun terkendala oleh banyak hal;
ketersediaan tenaga pengajar, dana yang masih terbatas, sehingga belum berhasil
Pondok Pesantren Raudhatul Jannah selama ini masih banyak bertumpu pada infaq
para santri dan dana subsidi dari yayasan yang terbatas. Sementara, partisipasi dan
alokasi dana dari pihak yang lain, donator atau pun bantuan dari pemerintah propinsi
120
dan kota atau Kementerian Agama juga belum ada, kalaupun ada, maka bantuan
152
dimaksud bersifat umum dan ditujukan untuk keberadaan pondok.
kuning belum ada. Begitu juga dengan Kementerian Agama Propinsi dan atau Kota
Palangka Raya yang membantu proses dan keberadaan pondok dengan memberikan
skill atau wirausaha bagi warga pondok pesantren (Lampiran 3 Laporan Kegiatan
Guna kelancaran proses pembelajaran kitab kuning dan agar terus bisa
melakukan berbagai hal untuk mengatasi kendala atau hambatan yang ada. Berkenaan
dengan pengelolaan, pendanaan, dewan pengajar, santri dan fasilitas belajar yang
Beberapa usaha yang dilakukan oleh pondok guna mengatasi berbagai kendala
152
Wawancara dengan K.H. Muhammad Yasin Lc., pada, 15 Juni 2015.
121
1. Memberi motivasi dan nasihat kepada para santri agar mempunyai minat membaca
kitab kuning;
2. Untuk mempermudah membaca kitab kuning selain dengan Kitab Nahwu Sharaf
yang ada, santri juga mempelajari cara cepat membaca kitab kuning dengan
3. Mengajak santri yang sudah lulus untuk mengabdi 1 tahun, kemudian dikuliahkan
dengan biaya Pondok Pesantren, dan diberikan bantuan pendanaan oleh Pondok
Pesantren di antaranya biaya kuliah, uang saku, transport, dan akomodasi untuk
4. Menggalakkan kegiatan life skill untuk melatih santri agar memiliki keterampilan,
dalam hal budidaya tanaman sayur (sawi, kangkung, terong, cabe) dan buah
dan Buah-Buahan):
Berikut adalah daftar santri yang mendapatkan bantuan biaya pendidikan yang
Raudhatul Jannah.
36 Muhammad Rafi‟i Kereng Bangkirai, Jl. Mangku Raya Kel. Sabaru Kec.
20 Juni 2001 Sebangau Palangka Raya
37 Rifandi Pradana Rantau Bangkiang, Desa Rantau Bangkiang Kec.
24 Januari 2000 Sanaman Mantikai Kab. Katingan
38 Rusli Cahyono Surakarta, Jl. Pinus Indah Kl. Panarung Kec.
16 Juni 2000 Pahandut Palangka Raya
39 Sumaidi Palangka Raya, Jl. Dr. Murjani Kel. Pahandut Kec.
10 Januari 2001 Pahadut Palangka Raya
40 Wahyu Alfian Surabaya, Desa Tewang Panjangan Kec.
19 Nopember 2000 Kurun Kab. Gungung Mas
41 Muhammad Palangka raya, Jl. Panenga Raya Kel. Sabaru Kec.
Widjan Nafis 22 Agustus 2002 Sebangau Palangka Raya
2. Bantuan dari Yayasan Pondok Pesantren Raudhatul Jannah
Sumber Data: Bagian Pendidikan Pondok Pesantren Raudhatul Jannah Palangka Raya
Tahun 2015.
Kalimantan Tengah dan Kota Palangka Raya dalam rangka melaksanakan proses
pembelajaran di pondok.