Program Audit Terhadap Utang Usaha
Program Audit Terhadap Utang Usaha
NPM : C10170250
Kelas : D
Program pengujian substantif terhadap utang usaha berisi prosedur audit yang dirancang untuk
mencapai tujuan audit seperti yang telah diuraikan diatas. Tahap-tahap prosedur audit dimulai
dari pemeriksaan yang bersifat luas dan umu sampai ke pemeriksaan yang bersifat rinci.
Sebelum membuktikan apakah saldo utang usaha yang dicantumkn oleh kiln di dalam neracanya
sesuai dengan utang usaha yang benar-benar ada pada tanggal neraca, auditor melakukan
rekonsiliasi antara informasi utang usaha yag dicantumkandi neraca dengan catatn antansi yang
mendukungnya. Rekonsiliasi ini perlu dilakukan agar auditor memperoleh keyakinan bahwa
informasi utang usaha yang dicantumkan di neraca didukung dengan catatn akuntansi yang dapat
dipercaya. Oleh karena itu, auditor melakukan enam prosedur audit berikut ini dalam melakukan
rekonsiliasi informasi utng usaha di neraca dengan catatn akuntansi yang bersangkutan:
Berikut ini diuraikan lebih rinci prosedur audit awal dalam pengujian substantive terhadap
piutang usaha.
1. Usut saldo utang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun Utang Usaha yang
bersangkutan di dalam buku besar
Untuk memperoleh keyakinan bahwa saldo utang usaha yang tercantum di neraca didukung
dengan catatn akuntansi yang dapat dipercaya kebenaran mekanisme pencatatnya,maka saldo
utang usaha yang di cantumkan di neraca diusut ke akun buku besar berikut ini:
Utang Usaha
Akun ini digunakan untuk menamung transaksi timbulnya utang dari transaksi pembelian
berbagai golongan sediaan dan pelunasannya. Jika perusahaan menggunakan system bukti kas
keluar (voucher system) dalam pengendalian kasnya, akun Utang Usaha ini di sebut dengan akun
Bukti Kas Kelur yang Akan Dibayar (vocher payable).
Utang Wesel
Utang wesel merupakan utang yang dibuktika dengan surat beharga (berupa sertifikat wesel)
yang dipegang oleh reditur sehinnga kreditur dapat menjualnya kepada pihak lan. Utang ini
timbul dari transaksi pembelian berbagai golongan sediaan. Utang wesel dibagi menjadi dua
golongan yaitu utang wesel berbunga dan utang wesel tidak berbunga.
Untuk memperoleh keyakinan mengenai ketelitian perhitungan saldo akun Utang Usaha, auditor
menghitung kembali saldo akun Utang Usaha dan utang Wesel dengan cara menambah saldo
awal dengan jumlah pengkreditan dan menguranginya dengan jumlah pendeebitan yiap-tiap akun
tersebut.
3. Usut saldo awal akun Utang Usaha ke kertas kerja tahun lalu
Sebelum auditor melakukan pengujian terhadap transaksi rinci yang menyangkut akun Utang
Usaha , ia perlu memperoleh keyakinanatas kebenaran saldo awal akun tersebut.untuk mecapai
tujuan ini, auditor melakukan pengusutan saldo awal akun Utang Usaha ke kertas kerja tahun
lalu. Kertas kerja tahun lalu dapat enyediakan informasi tentang berbagai koreksi yang diajukan
oleh auditor dalam audit tahun yang lalu sehingga audit dapat mengevaluasi tinak lanjut yang
telah ditempuh oeh kliendalam menanggapi koreksi yang diajukan oleh auditor.
4. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam akun
Aktiva tetap dan Akuntansi Depresiasiya.
Ketidakberesan dalam transaksi pembelian, pelunasan utang usaha dapat ditemukan melalui
review atas mutasi luar biasa, baik dalam jurnal maupun dalam posting dalam akun Utang Usaha
5. Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun Utang Usaha ke jurnal yang
bersangkutan
Untuk memperoleh keyakinan bahwa mutasi penambahan dan pengurangan utang usaha berasal
dari jurnal-jurnal yang bersangkutan, pengkreditan di alam akun Utang Usaha di usut ke jurnal
pembelian dan register bukti kas keluar dan pendebiata kea kun tersebut di usut ke jurnal
pengeluaran kas atau check register dan jurnal umum (untuk transaksi retun pembelian).
6. Lakukan rekonsiliasi buku pembantu utang usaha dengan akun control Utang Usaha di
buku besar
Saldo akun Kontrol Utang usaha di buku besar tersebut kemudian dicocokkan dengan jumlah
saldo akun pembantu utang usaha atau ke dalam arsip buku kas keluar yang belum dibayar untuk
memperoleh keyakinan bahwa catatn akuntansi klien yang bersangkutan dengan utang usaha
dapat dipercaya ketelitiannya.
2. Prosedur Analitik
Pada tahap pengujian substantive trhadap utang usaha, pengujian analitik dimaksudkan untuk
membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam menemukan bidang yang
memerlukan audit lebih intensif, untuk itu, auditor melakukan perhitungan berbagai ratio beriut
ini:
Ratio Formula
Rasio utang usaha dengan utang lancar Saldo utang usaha+Utang lancar
Rasio yang telah dihitung tersebut kemudian dibandingkan dengan harapan auditor, misalnya
ratio tahun yang lalu, rerata ratio industry, atau ratio yang dianggarkan. Perbandingan ini
membantu auditor untuk mengungkapkan: peristiwa atau transaksi yang tidak biasa, perubahan
akuntansi, perubahan usaha, fluktuasi acak, atau salah saji.
Karena hampir semua saldo utang lancar, seperti utang usahadan utang wesel, didukung dengan
dokumen yang berasal dari pihak luar, maka keberadaan saldo akun utang dan keterjadian
transaksi yang berkaitan dengan akun tersebut dibuktikan oleh auditor dengan melakukan
pemeriksaan terhadapdokumen pendukung transaksi tersebut. Dalam memverifikasi saldo utang
usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan akun tersebut, auditor memeriksaarsip
bukti kas keluar yang belum dibayar (open voucher file) beserta dokumen pendukungnya seperti
surat order pembelian, laporan penerimaan barang, dan faktur dari pemasok. Dalam
memverifikasi utang wesel, meskipun sertifikat wesel berada di tangan kreditur, namun biasanya
kalienmemiliki copy sertifikat wesel tersebut. Dengan demikian, verifikasi keberadaan utang
wesel dilakukan oleh auditor dengan memeriksa copy sertifikat wesel yang disimpan oleh klien.
Dalam memverifikasi keberadaan utang bank, auditor meminta surat perjanjian penarikan keredit
dari bank untuk membuktikan eksistensi utang tersebut serta untuk memperoleh informasi
mengenai syarat-syarat kredit dan jumlah pokok pinjaman, serta tariff bunga.
Keandalan saldo utang usaha sangat ditentukan oleh keterjadian transaksi yang dikredit
dan didebitkan ke dalam akun pelunasan utang ini :
Disamping itu, keandalan saldo usaha ditentukanpula oleh ketepatan pisah batas yang digunakan
untuk mencatat berbagai transaksi tersebut diatas. oleh karena itu, auditor melakukan pengujian
substansif terhadap transaksi rinci yang mengkredit dan mendebit akun Utang Usaha dan
pengujian pisah batas yang digunakan untuk mencatat transaksi yang berkaitan dengan akun
tersebut.
1. Periksa Sampel Transaksi yang Tercatat dalam Akun Utang Usaha Ke Dokumen yang
Mendukung Timbulnya Transaksi Tersebut
Prosedur audit ini dimulai oleh auditor dari buku pembantu utang usaha. Pengujian dilaksanakan
dengan mengambil sampel berikut ini :
Auditor mengambil sampel transaksi yang dicatat di sebelah kredit akun kreditur yang terpilih
dalam sampel, kemudian melakukan prosedur audit berikut ini :
1. mengambil dari arsip klien bukti kas keluar beserta dokumen pendukungnya : laporan
penerimaan barang, faktur pembelian dari pemasok, dan surat order pembelian.
2. memeriksa kelengkapan dokumen yang mendukung bukti kas keluar.
3. memeriksa kesesuaian data yang tercantum dalam bukti kaskeluar dan dokumen
pendukungnya.
4. memeriksa kebenaran data yang di posting ke dalam akun kreditur berdasarkan bukti kas
keluar.
5. memastikan bahwa semua bukti kas keluar dan memo debit yang disampel telah dicatat
di sebelah debit akun kreditur.
6. Lakukan Verifikasi Pisah Batas (Cutoff) Transaksi Pembelian dan Retur Pembelian
Verifikasi pisah batas dimaksudkan untuk membuktikan apakah klien menggunakan pisah batas
yang konsisten dalam memperhitungkan transaksi pembelian dan retur pembelian yang termasuk
dalam tahun yang diaudit dibanding dengan tahun sebelumnya. Jika klien tidak menggunakan
tanggal pisah batas yang konsisten, akibatnya adalah transaksi pembelian yang seharusnya diakui
sebagai unsure penentuan kos barang yang dijual (cost of goods sold) tahun berikutnya, dicatat
oleh klien sebagai unsure kos barang yang dijual tahun yang diaudit. Di lain pihak, transaksi
pembelian tahun yang diaudit dapat diakui oleh klien sebagai unsure kos barang yang dijual
tahun berikutnya. Dengan demikian jika klien tidak konsisten dalam menggunakan tanggal pisah
batas, perhitungan rugi laba tahun yang diaudit akan terpengaruh langsung. Oleh karena itu,
auditor melakukan pemeriksaan terhadap transaksi pembelian dan retur pembelian, serta
transaksi pengeluaran kas untuk pembayaran utang usaha yang terjadi dalam beberapa minggu
sebelum dan sesudah tanggal neraca, untuk menentukan perlakuan yang tepat terhadap
pengakuan kos barang yang dijual dan pencatatan transaksi pengurangan utang usaha.
1. Periksa Dokumen yang mendukung timbulnya utang usaha dalam minggu terakhir tahun
yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca
Untuk membuktikan bahwa klien menggunakan pisah batas yang konsisten terhadap transaksi
pembelian, auditor memeriksa bukti kas keluar san dokumen pendukungnya yang dibuat dan
dicatat oleh klien dalam periode sebelum dan sesudah tanggal neraca. Dengan membandingkan
tanggal bukti kas keluar, faktur pembelian dari kreditur, tanggal laporan penerimaan barang, dan
syarat pembelian yang digunakan, auditor dapat membuktikan apakah transaksi pembelian dan
timbulnya utang yang terjadi dalam periode sebelum dan sesudah tanggal neraca, telah dicatat
dalam periode akuntansi yang seharusnya.
1. Periksa dokumen yang mendukung berkurangnya utang usaha dalam minggu terakhir
tahun yang diaudit dan minggu prtama setelah tanggal neraca
Untuk membuktikan ketetapan pisah batas dalam transaksi berkurangnya utang usaha karena
pembayaran kas kepada kreditur, auitor memeriksa dokumen bukti kas keluar dan kuitansi
penerimaan kas dari kreditur yang dipakai sebagai basis pencatatan ke di dalam kartu utang. Dari
pemeriksaan ini, auditor dapat membuktikan ketetapan pisah batas yang dipakai oleh klien dalam
mencatat pengurangan utang usaha dari pembayaran kas kepada kreditur.
Untuk membuktikan ketetapan pisah batas transaksi pengeluaran kas, auditor melakukan
observasi terhadap semua cek yang dibayarkan pada hari terakhir tahun yang diaudit untuk
membuktikan ketetapan pencatatan pengeluaran kas dalam periode akuntansi yang seharusnya.
Sebagaimana telah diuraikan dalam karakteristik utang usaha, klien memiliki kecenderungan
untuk melakukan understatement utang usaha dengan cara tidak mencatat kewajiban klien pada
tanggal neraca. Oleh karena itu, focus auditor dalam pengujian subtantif terhadap utang usaha
adalah menemukan adanya unrecorded transaction yang berkaitan dengan utang usaha.
Utang yang belum dicatat pada tanggal neraca dapat timbul sebagai akibat dari berbagai
keadaan berikut ini :
Prodser audit ntuk menemukan adanya utang yang belum dicatat pada tanggal neraca:
1. Periksa bukti bukti yang mendukung transkasi pengeluaran kas yang dicatat setelah
tangga neraca. Seperti telah dikemukakan di atas, pemeriksaan dokumen yang
mendukung pembayaran utang lancar setelah tanggal neraca merupakan salah satu
prosedur audit untuk membuktikan eksentensi utang lancar pada tanggal neraca.
Disamping itu, prisedur audit ini dapat pula digunakan untuk menemukan adanya utang
yang belum dicatat pada tanggal neraca. jika perusahaan menggunakan ledgerless
bookkeeping, periksa arsip bukti kas keluaran yang telah dibayar ( paid voucher file) dan
pilihlah bukti kas keluar yang dibayar setelah tanggal neraca. periksa bukti
pendukungnya mengenai kemungkinan adanya uang yang belum dicatat pada tanggal
neraca. Sebagai contoh, dari pemeriksaan terhadap bukti kas keluar yang dibayar setelah
tanggal neraca dan laporan penerimaan barang yang melampiri bukti kas keluar tersebut
dapat diketahui bahwa barang telah diterima oleh klien sebelum tanggal neraca, sehingga
pembayaran tersebut merupakan pembayaran utang yang ada pada tanggal neraca. karena
bukti kas keluar tersebut baru dibuat setelah tanggal neraca, maka utang tersebut
seharusnya merupakan kewajiban klien yang pada tanggal neraca belum dicatat.
2. periksa bukti kas keluar yang dibuat setelah tanggal neraca. Untuk menemukan adanya
utang yang belum dicatat pada tanggal neraca,auditor dapat memeriksa bukti kas keluar
yang dibuat setelah tanggal neraca.dengan memeriksa dokumen yang mendukung bukti
kas keluar tersebut, auditor dapat menemukan adanya unrecorded liabilitie.
3. periksa catatan sediaan barang konsinyasi masuk. Jika klien menjual barang titipan milik
perusahaan lain, pemeriksaan catatan sediaan barang konsinyasi akan dapat menunjukkan
berapa jumlah barang konsinyasi yang telah dijual, namun oleh klien belum dikirimkan
hasil penjualannya kepada perusahaan yang menitipkan barang tersebut. Jumlah tersebut
merupakan utang klien kepada perusahaan penitip barang.
4. pelajari aturan perpajakan yang menyangkut bisnis klien. kemungkinan klien mempunyai
kewajiban pajak yang belum diakui di dalam catatan akuntansinya pada tanggal neraca.
Untuk menemukan hal itu, auditor harus memahami peraturan perpajakan yang
menimbulkan kewajiban pajak bagi klien.
5. lakukan review terhadap anggaran modal (capital budget), perintah kerja (work order),
dan kontrak pembangunan untuk memperoleh bukti adanya utang yang belum dicatat.
Dengan me-review berbagai dokumen tersebut, auditor akan dapat menemukan
kewajiban sehubungan dengan pembelian aktiva tetap, pemerintah kerja, dan kontrak
pembangunan, yang telah menjadi kewajiban kelien pada tanggal neraca, namun beum
dicatat dan dijadikan oleh kelien.
Keberadaan, kelengkapan, kewajiban, serta penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca
dibuktikan oleh auditor dengan mengirimkan surat konfirmasi kepada debitur dan rekonsiliasi
utang usaha yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang bulanan yang diterima oleh klien dari
kreditur.
1. Tujuan utama pengujian substantive terhadap utang usaha adalah untuk menemukan
adanya unrecorded liabilities. Konfirmasi utang usaha didasarkan pada utang usaha yang
telah tercatat, sehingga konfirmasi tidak dapat menentukan keberadaan utang usaha yang
belum dicatat pada tanggal neraca.
2. Konfirmasi dilakukan untuk memperoleh bukti-bukti dari pihak luar, seperti faktur dari
pemasok dan pernyataan piutang dari kreditur.
3. Kebanyakan utang usaha yang tercatat pada tanggal neraca telah dibayar oleh klien
sebelum auditor menyelesaikan pekerjaan lapangan. Pembayaran ini merupakan bukti
adanya utang usaha pada tanggal neraca.
Prosedur konfirmasi utang usaha ditempuh oleh auditor jika dua kondisi berikut ini terdapat di
dalam perusahaan yang diaudit, yaitu : (1) pengendalian terhadap utang usaha lemah, (2) dalam
pengujian subtantif tidak dapat dijumpai adanya pernyataan piutang dari kreditur.
Jika prosedur konfirmasi ini dilaksanakan oleh auditor, kreditur yang dipilih untuk dikirimi surat
konfirmasi adalah : (1) kreditur yang melakukan penjualan yang besar kepada klien dalam tahun
yang diaudit, (2) kreditur yang memiliki akun berisi transaksi yang luar biasa sifatnya, (3)
krediturnya mempunyai hubungan istimewa dengan klien (misalnya hubungan antara induk
dengan anak perusahaan).
1. Periksa Dokumen yang Mendukung Transaksi Pembayaran Utang Usaha Setelah Tanggal
Neraca.
Pembayaran utang usaha yang dilakukan oleh klien dapat memberikan petunjuk mengenai
keberadaan kewajiban klien tersebut. Oleh karena itu, untuk membuktikan keberadaan utang
usaha pada tanggal neraca, auditor melakukan pemeriksaan terhadap dokumen yang mendukung
transaksi pembayaran utang usaha yang terjadi setelah tanggal neraca, yang dicatat dalam
regiscek. Dengan pemeriksaan dokumen pendukung transaksi pembayaran utang usaha yang
dicatat dalam register cek tersebut, auditor dapat memperoleh keyakinan bahwa utang usaha
yang tercantum dineraca benar-benar ada dan adanya utang usaha yang tidak dicatat pada tanggal
neraca.
Utang klien kepada debitur yang tidak dikonfirmasi dapat diverifikasi keberadaanya melalui
rekunsiliasi akun utang kepada kreditur dengan surat pernyataan piutang (account receivable
statement) yang diterima secara bulanan dari kreditur. Dari rekonsiliasi ini, auditor dapat
memperoleh keyakinan bahwa utang usaha yang tercantum dineraca benar-benar ada dan adanya
utang usaha yang tidak dicatat pada tanggal neraca.
5. Verifikasi Penyajian dan Pengungkapan
Jika utang jangka panjang yang segera jatuh tempo dilunasi dengan aktiva tidak lancar
(misalnya dari dana pelunasan utang jangka panjang/ sinking fund), maka jumlah utang ini tetap
disajikan dineraca dalam kelompok utang jangka panjang, bukan utang lancar untuk menghindari
pengaruh signifikan terhadap perhitungan perubahan posisi keuangan (modal kerja).
Utang usaha yang dijamin dengan aktiva harus diungkapkan secara memadai di neraca atau
dalam penjelasan laporan keuangan. Begitu pula aktiva yang dijaminkan dalam utang usaha
harus diungkapkan secara memadai. Utang usaha harus selalu dinyatakan dalam jumlah bersih
setelah dikurangi dengan trade discounts. Potongan tunai dapat dikurangkan atau dapat pula
tidak dikurangkan dari utang usaha, tergantung atas prosedur pencatatan utang usaha yang
digunakan oleh klien.
3. Mintalah Informasi dari Klien Untuk Menemukan Komitmen yang Belum Diungkapkan
dan Utang Bersyarat dan Periksa Penjelasan yang Bersangkutan dengan Utang Tersebut
Sebenarnya kewajiban perusahaan tidak hanya terdiri dari utang yang nyata telah terjadi,
tetapi juga meliputi kewajiban yang secara potensial akan terjadi, yang berupa komitmen dan
utang bersyarat. Pemakai laporan keuangan berkepentingan untuk mengetahui informasi
mengenai komitmen yang telah dibuat oleh klien dan kewajiban bersyarat yang ada pada tanggal
neraca, di samping informasi mengenai utang yang bener-bener telah merupakan kewajiban
perusahaan pada tanggal tersebut. Oleh karena itu, dalam pengujian subtantif terhadap utang
usaha, auditor berkewajiban untuk menentukan ada atau tidaknya komitmen yang tidak
diungkapkan dan utang bersyarat pada tanggal neraca, dan jika ada, apakah klien telah
mengungkapkan secara memadai mengenai utang tersebut.
Utang bersyarat (contigent liabilities) merupakan kewajiban potensial yang mempunyai
kemungkinan akan sungguh-sungguh menjadi utang atau akan dapat diselesaikan tanpa
pengeluaran uang di masa yang akan datang. Utang bersyarat berbeda dengan utang yang belum
dicatat pada tanggal neraca (unrecorded liabilities). Unrecorded liabilities ini pada tanggal neraca
sudah benar-benar merupakan perusahaan, tetapi belum dicatat. Di lain pihak, pada tanggal
neraca utang bersyatar belum merupakan kewajiban. Apakah suatu utang bersyarat akan menjadi
utang atau tidak, sangat tergantung dari kejadian di masa yang akan datang. Setelah tanggal
neraca, utang bersyarat dapat benar-benar menjadi utang, tetapi dapat juga tidak.
Contoh utang bersyarat adalah piutang wesel yangdidiskontokan ke bank. Jika klien menjual
wesel tagih ke bank beberapa hari menjelang tanggal neraca, maka pada tanggal neraca klien
mempunyai utang bersyarat. Jika pihak yang mengeluarkan wesel gagal melunasi kewajibannya
pada saat jatuh tempo wesel, maka bank akan menagih nominal wesel tersebut kepada klien.
Dengan demikian, pada tanggal neraca klien mempunyai utang bersyarat, yaitu kewajiban yang
potensial akan menjadi utang, jika pihak yang mengeluarkan wesel tidak dapat melunasi
kewajiban pada saatnya. Contoh lain utang bersyarat adalah : biaya/denda pengadilan, tambahan
pengenaan pajak, klaim dari pembeli, biaya reparasi produk yang dijual dengan garansi.
Utang bersyarat ini harus dicantumkan dineraca dengan salah satu dari tiga cara berikut ini :
1. utang bersyarat dicantumkan didalam tanda kurung, dalam kelompok kurang lancar.
Jumlah utang bersyarat ini tidak ditambahkab kepada utang lancar yang lain.
2. utang bersyarat dicantumkan di bawah judul “Utang Bersyarat” di neraca. Jumlah utang
bersyarat tidak diperhitungkan dalam menjumlah utang lancar.
3. jika memerlikan penjelasan yang panjang, utang bersyarat disajikan dibagian penjelasan
laporan keuangan (notes to financial statement).
Untuk menentukan macam utang bersyarat dan cukup atau tidaknya penjelasan terhadap utang
tersebut, auditor menempuh cara pemeriksaan berikut ini :
1. pelajari notulen rapat direksi sampai dengan tanggal penyelesaian pekeraan lapangan.
2. periksa kontak-kontak pembelian, penjualan, dan kontrak yang lain.
3. mintalah informasi dari pengacara klien mengenai perkara pengadilan yang melibatkan
klien.
4. kirimkan konfirmasi ke bank.
5. pelajari arsip korespondensi klien dengan lembaga keuangan.
6. Pelajari notulen rapat direksi sampai dengan tanggal penyelesaian pekerjaan lapangan
Notulen rapat yang diselenggarakan oleh direksi akan dapat menunjukkan kontak-kontak penting
yang akan di tanda tangani oleh klien, perkara pengadilan yang melibatkan klien, keputusan-
keputusan yang menyangkut anak perusahaan, yang kesemuanya ini berpotensi akan
menimbulkan utang bersyarat.
5. Mintalah informasi dari pengacara klien mengenai perkara pengadian yang melibatkan
klien
Seperti terlihat di dalam contoh konfirmasi bank pada Gambar 14.7, auditor meminta informasi
dari bank mengenai kewajiban bersyarat yang mebjadi tanggung jawab klien pada tanggal
neraca.
Arsip koresponden klien dengan lembaga keuangan akan memberikan informasi mengenai
persetujuan pemberi jaminan trhadap utang yang ditark oleh perusahaan lain dan penjualan
pitang usaha. Kedua jenis transaksi terebut mempunyai kemungkinan menimbulkan kewajiban
bagi klien, jika perusahaan yang dijamin atau kreditur tidak memenuhi kewajibannya tidak
kepada lembaga keuangan.