Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO I BLOK I.3

KURIKULUM PENDEKATAN
PROBLEM BASED LEARNING DAN MENGENALI GAYA
BELAJAR

KELOMPOK II :

RIZKI FEBRIYANI G1A112067


RA LEILY MP G1A112069
HJ RAHMI MAULIZA AYU G1A112071
DESSY DASWAR G1A113063
BELLA REYNALDI G1A113064
MELAN JUSTARI G1A113065
PRISKILA ANESTASIA S. G1A113066
EGY ZELLA HASNESIA G1A113067
RISKA YULIZA G1A113068
SINTA AHNI SALWATI G1A113069

DOSEN PEMBIMBING :
dr. Hj. MIENTJE

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


UNIVERSITAS JAMBI
2012/2013
Skenario:
Jelita adalah seorang mahasiswa baru di Program Studi Pendidikan Dokter
Universitas Jambi. Pada awal blok 1.3, Jelita mendapatkan informasi bahwa kurikulum
di PSPD UNJA menggunakan pendekatan Problem-based learning (PBL). Empat prinsip
pembelajaran dalam PBL yaitu constructive learning, self-directed learning,
collaborative learning, dan contextual learning. Jelita jadi ingin tahu lebih lanjut tentang
PBL dan keunggulan mahasiswa lulusan PBL. Salah satu kegiatan pembelajaran dalam
PBL adalah Tutorial menggnakan metode tujuh langkah. Melalui tutorial, pembelajaran
menjadi lebih berpusat pada mahasiswa (student centered). Sangat penting bagi
mahasiswa untuk dapat mengenali gaya belajarnya dan selanjutnya merumuskan strategi
belajar yang tepat agar pembelajarannya dapat berlangsung efektif. Melalui PBL,
ketrampilan belajar mahasiswa juga senantiasa diasah sehingga diharapkan mahasiswa
dapat menjadi seorang pembelajar sepanjang hayat. Jelita mencoba mencari informasi
mengenai macam – macam keterampilan belajar dan pengaruhnya dalam keberhasilan
belajar di Prodi Kedokteran.

1. Klarifikasi Istilah :
 PBL: pembelajaran berdasarkan skenario yang disusun secara seksama dari
berbagai disiplin ilmu
 Kurikulum: seperangkat mata pembelajaran yang diberikan lembaga pendidikan
yang disesuaikan dengan kemampuan peserta pembelajaran
 Informasi: berita yang disampaikan dari satu orang ke orang lain baik bersifat
positif maupun negatif

 Constructive learning: mahasiswa membangun pengetahuan dari dalam diri


mereka sendiri
 Self-directed learning : Mahasiswa memiliki cara dan gaya belajar masing -
masing
 Collaborative learning : Mahasiswa belajar dalam kelompok kecil dengan
jurnal/referensi berbeda sehingga didapat pengetahuan yang lebih banyak
 Contextual learning: Belajar dari masalah yang nyata yang mungkin nanti akan
dihadapi mahasiswa
 Tutorial: suatu metode pembelajaran dalam PBL, berupa forum diskusi yang
dibentuk oleh suatu kelompok kecil yang terdiri dari 10 sampai 11 orang yang
difasilitasi oleh seorang tutor.
 Student centered: proses pembelajaran berpusat kepada mahasiswa dimana
mahasiswa dituntut aktif dalam mengembangkan pengetahuan awalnya, mencari
pengetahuan baru yang dimotori oleh diri sendiri dan diberi tanggung jawab
untuk mencari informasi-informasi mengenai suatu masalah sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
 Efektif : Cara yang benar dalam melakukan sebuah bentuk kegiatan
 Strategi belajar: Cara – cara yang dilakukan untuk mendapatkan hasil yang
diharapkan dalam proses pembelajaran
 Pembelajar Sepanjang hayat: Proses belajar yang dilakukan terus menerus
mengkuti perkembangan jaman dimana seorang dokter dituntut untuk mengetahui
pengethauna baru, menunjukkan sikap kritis terhadap praktek dokter yang
berbasis bukti, mengambil keputusan untuk penanganan pasien, menyadari
kinerja profesi diri serta dokter dituntut untuk mobile dan tidak statis terhadap
tuntan masyarakat dan perkembangan teknologi alat kedokteran.

2. Definisi Masalah :
1. PSPD UNJA menggunakan kurikulum pendekatan PBL

 Apa yang dimaksud dengan kurikulum?

 Apa yang dimaksud dengan PBL?

 Bagaimana kurikulum PSPD UNJA?

 Bagaimana sejarah PBL?

 Apa tujuan PBL?

2. Empat prinsip pembelajaran dalam PBL

 Apa saja empat prinsip pembelajaran PBL?

 Jelaskan empat prinsip pembelajaran dalam sistem PBL!

3. Jelita ingin tahu keunggulan mahasiswa lulusan PBL


 Apa saja keunggulan mahasiswa lulusan PBL?

 Apa saja kelemahan mahasiswa lulusan PBL?

4. Kegiatan tutorial dalam PBL menggunakan metode tujuh langkah

 Jelaskan apa saja metode tujuh langkah dalam PBL?

5. Mahasiswa harus mengenali gaya belajarnya dan merumuskan strategi


belajarnya

 Apa saja jenis-jenis gaya belajar?

 Bagaimana cara mahasiswa mengetahui gaya belajarnya?

6. Mahasiswa menjadi seorang pembelajar sepanjang hayat

 Apa yang dimaksud pembelajar sepanjang hayat?

 Mengapa mahasiswa harus menjadi pembelajar sepanjang hayat?

 Bagaimana cara menjadi pembelajar sepanjang hayat?

3. Analisis Masalah :

1. PSPD UNJA menggunakan kurikulum pendekatan PBL

 Apa yang dimaksud dengan kurikulum?


Jawab : seperangkat mata pembelajaran yang diberikan lembaga pendidikan
yang disesuaikan dengan kemampuan peserta pembelajaran

 Apa yang dimaksud dengan PBL?


Jawab : PBL adalah sebuah metode pembelajaran berdasarkan skenario
yang disusun secara seksama dari berbagai disiplin ilmu.
 Bagaimana kurikulum PSPD UNJA?
Jawab: penyelenggaraan kegiatan pendidikan akademik dilaksanakan
berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan strategi SPICES
(Student-centered, Problem-based, Integrated, Community-based,
Elective/early clinical exposure, Systematic) dan kurikulum konvensional.
Model kurikulum berbasis kompetensi dilakukan dengan pendekatan
terintegrasi baik horizontal maupun vertikal, serta berorientasi pada masalah
kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat. KBK diselenggarakan selama
lima setengah tahun dengan sekuen tiga fase pembelajaran, yaitu Fase 1
Landasan Ilmu Kedokteran, Fase 2 Aplikasi Ilmu Kedokteran, Fase 3 Rotasi
Klinik. Fase 1 dan Fase 2 diselenggarakan selama masa pendidikan tahap
Sarjana Kedokteran, sedangkan Fase 3 diselenggarakan pada masa
pendidikan Profesi Dokter.

 Bagaimana sejarah PBL?


Jawab : metode PBL pertama kali dilakukan oleh seorang guru SD bernama
calastine ernet tahun 1920 dimana ketika ia sakit dan tidak bisa mengajar para
siswa diminta belajar sendiri lalu pada hari berikutnya mereka diminta untuk
mendiskusikannya dalam suatu kelompok kecil. Problem-based learning
selanjutnya dikembngkan oleh dr. Howard Barrows yang diselenggarakan
pertama kali di McMaster University, Canada pada tahun 1968. Barrows
mendesain PBL untuk kurikulum fase pre-klinik dengan tujuan menyediakan
pembelajaran fase klinik mahasiswa saat berhadapan langsung dengan pasien
menjadi lebih efektif. Universitas kedua yang menerapkan PBL yaitu
University of Limburg, Masstricht, Netherland kemudian diterapkan di
University of Newcastle, Australia dan akhirny menyebar di berbagai u
iversitas di Eropa, Amerika Utara, Amerika Selatan, Afrika, dan Asia.

 Apa tujuan PBL?


Jawab : beberapa tujuan PBL diantaranya:
1. Meningkatkan retensi ilmu mahasiswa, mengembangkan aspek kognitif,
psikomotor, afektif
2. Melatih mahasiswa menjadi pembelajar sepanajang hayat
3. Mengembangkan pengetahuan awal ke baru
4. Mengembangkan kecakapan komunikasi
5. Memecahkan masalah di skenario
6. Memacu mahasiswa berfikir kritis
7. Meningkatkan kefektifitasan pembelajaran menyiakan diri mahasiswa saat
berhadapan dengan pasien

2. Empat prinsip pembelajaran dalam PBL


 Apa saja empat prinsip pembelajaran PBL?
Jawab :
1. Contextual learning
2. Self-directed learning
3. Collaborative learning
4. Constructive learning

 Jelaskan empat prinsip pembelajaran dalam sistem PBL!


Jawab :
1. Constructive learning
Jawab: mahasiswa membangun pengetahuannya diawali dengan aktifasi
pengetahuan berdasarkan pengetahuan awal (prior knowledge), dilanjutkan
dengan belajar mandiri sehingga mendapatkan suatu pemahaman (meaningful
learning) lalu mendiskusikannya sehingga mendapatkan suatu pemahaman
baru (elaboration) dan saling berinteraksi dengan anggota kelompok (co-
construction).
2. Self-directed learning
Jawab: pembelajaran yang dilakukan mahasiswa dimotori oleh diri sendiri
dimulai dengan menyusun tujuan dan cara belajar (perencanaan), menyadari
sejauh mana proses pembelajaran berlangsung (monitoring) dan melakukan
refleksi terhadap proses belajar dan pencapaian hasil yang didapatkan
(evaluasi)

3. Collaborative learning
Jawab: suatu proses belajar dengan berkumpul didalam suatu kelompok,setiap
anggota menyampaikan pendapat terhadap masalah yang didiskusikan
kemudian pendapat tersebut disatukan sehingga dapat ditarik suatu
kesimpulan.

4. Contextual learning
Jawab: proses pembelajaran dengan menggunakan konteks sehingga
mahasiswa lebih terfasilitasi dan termotivasi dalam pembelajaran, serta agar
mahasiswa tidak melenceng dari suatu tema pembelajaran.

3. Jelita ingin tahu keunggulan mahasiswa lulusan PBL

 Apa saja keunggulan mahasiswa lulusan PBL?


1. Mahasiswa lulusan PBL lebih kritis dan logis dalam memecahkan masalah
2. Terbiasa bekerja sama dalam tim
3. Lebih cakap dalam berkomunikasi
4.Memiliki banyak informasi/ ilmu pengetahuan
5.Mengembangkan aspek kognitif, psikomotor, dan afektif

 Apa saja kelemahan mahasiswa lulusan PBL?


Jawab :
1. Kelemahan mahasiswa: terkadang minat mahasiswa belajar kurang
2. Rasa malas mahasiswa lebih besar
3. Skenario susah dipecahkan
4. Jika mahasswa menggangap skenario susah, mahasiswa enggan untuk membahas
5. Membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan masalah
6. Siswa malas tidak ingin meningkatkan pengetahuan
7. Sistem PBL membutuhkan waktu yang tidak sedikti
Kesimpulan:
Kelemahan PBL terletak pada:
- mahasiswa: rasa malas untuk mencari pengetahuan lebih besar, mahasiswa baru
kebanyakan merasa bingung karena topik pembelajaran tidak langsung pada
pembelajaran profesi dokter dan mahasiswa yang tidak aktif menjadi ketinggalan
dalam mengikuti proses pembelajaran.
- skenario: masalah yang terdapat didalam skenario sulit dipercahkan
- tutor: telat datang dan kurang memberi perhatian kepada anggota kelompok
diskusi

4. Kegiatan tutorial dalam PBL menggunakan metode tujuh langkah

 Jelaskan apa saja metode tujuh langkah dalam PBL?


Jawab :
1. Klarifikasi istilah
Mahasiswa mendefenisikan istlah-stilah yang belum dipahami baik
berdasarkan prior knowledge dan dapat dibantu dengan kamus bahasa
atau kamus kedokteran. Seluruh anggota diskusi harus memilki
interpretasi yang sama terhadap konsep yang dimaksud dalam skenario
2. Mendefenisikan masalah
Setiap mahasiswa mengusulkan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
dengan skenario guna membahas secara lebih luas dan lebih mendalam
terkait ilmu kedokteran dasar, ilmu kedokteran klinis, kesehatan
masyarakat, bioetika, hukum dan lain sebagainya.
3. Menganalisis masalah
Mahasiswa memberikan jawaban-jawaban sementara (hipotesis) dari
pertanyaan-pertanyaan pada tahap mendefenisikan masalah. Masing-
masing mahasiswa mengutarakan pendapat, lalu ditelaah dan didiskusikan
bersama untuk mencapai kesepakatan kelompok. Jawaban yang diberikan
berdasarkan pengetahuan awal (prior knowledge) dan mahasiswa tidak
diperkenankan melihat textbook, jurnal ilmiah maupun artikel yang
relevan.
4. Menyimpulkan hasil analisis pada tahap ketiga secara sistematis
Mahasiswa mengkategorikan jawaban-jawaban sebelumnya dan
menganalisis hubungan diantara kategori tersebut. Langkah ini juga
membangun pengetahuan mahasiswa mengenai hubungan suatu ilmu
pengetahuan dengan ilmu lainnya. Hubungan ini digambarkan dalam
suatu diagram yang disebut mind mapping.
5. Merumuskan Learning Issues
Setelah melakukan analisis masalah, mahasiswa kembali menemukan
pertanyaan-pertanyaan yang menurut mereka perlu dipahami lebih lanjut.
Pertanyaan ini memandu dalam belajar mandiri sebelum diskusi tutorial
sesi kedua.
6. Belajar mandiri
Mahasiswa memahami tujuan pembelajaran, menentukan sumber belajar
yang akan dipakai lalu membaca dan memahami bahan ajar.
7. Sintesis
Mahasiswa mengungkapka pemahaman hasil belajar mandiri, dan aktif
berdiskusi dalam membahas topik permasalahan yang dihadapi.
Mahasiswa diperkenankan membuka sumber pembelajaran tetapi tidak
untuk dibaca tanpa pemahaman melainkan untuk membantu penyampaian
informasi. Semua informasi akan disintesis untuk mendapatkan
pemahaman pengetahuan yang utuh dan komprehensif.

5. Mahasiswa harus mengenali gaya belajarnya dan merumuskan strategi


belajarnya
 Apa saja jenis-jenis gaya belajar?
Jawab :
1. modalitas
- visual= menitik beratkan pada penglihatan
- auditori= menitik beratkan pada pendengaran
- kinestetik= menitik beratkan pada praktek langsung dengan apa yang telah
dipelajari
Berikut ciri-ciri visual learner, auditori learner dan kinestetik learner:
AUDITORI VISUAL KINESTETIK

 Mampu  Cenderung  Menyentuh


mengingat melihat sikap, segala sesuatu
dengan baik gerakan, dan yang
penjelasan bibir guru yang dijumapinya,
guru di depan sedang termasuk saat
kelas, atau mengajar belajar
materi yang  Bukan  Sulit berdiam
didiskusikan pendengar yang diri atau duduk
dalam baik saat manis, selalu
kelompok/ berkomunikasi ingin bergerak
kelas  Saat mendapat  Mengerjakan
 Pendengar petunjuk untuk segala sesuatu
ulung: anak melakukan yang
mudah sesuatu, memungkinkan
menguasai biasanya akan tangannya aktif.
materi iklan/ melihat teman- Contoh: saat
lagu di teman lainnya guru
televise/ radio baru kemudian menerangkan
 Cenderung dia sendiri yang pelajaran, dia
banyak omong bertindak mendengarkan
 Tak suka  Tak suka bicara sambil
membaca dan didepan tangannya asyik
umumnya kelompok dan menggambar
memang bukan tak suka pula  Suka
pembaca yang mendengarkan menggunakan
baik karena orang lain. objek nyata
kurang dapat Terlihat pasif sebagai alat
mengingat dalam kegiatan bantu belajar
dengan baik diskusi  Sulit menguasai
apa yang baru  Kurang mampu hal-hal abstrak
saja dibacanya mengingat seperti peta,
 Kurang cakap informasi yang symbol dan
dalm diberikan secara lambing
mengerjakan lisan  Menyukai
tugas  Lebih suka praktek/
mengarang/ peragaan percobaan
menulis daripada  Menyukai
 Senang penjelasan lisan permainan dan
berdiskusi dan  Dapat duduk aktivitas fisik
berkomunikasi tenang ditengah
dengan orang situasi yang
lain ribut dan ramai
 Kurang tertarik tanpa
memperhatikan terganggu.
hal-hal baru
dilingkungan
sekitarnya,
seperti
hadirnya anak
baru, adanya
papan
pengumuman
di pojok kelas,
dll.

2. Dominasi otak
Dalam proses pembelajaran seseorang memiliki daya fikir yang dipengaruhi oleh
kekuatan otak dalam menganalisa permasalahan, apakah otak kiri atau otak kanan
yang mendominasi cara ia berfikir.

 Bagaimana cara mahasiswa mengetahui gaya belajarnya?


Jawab : Mahasiswa bisa mengetahui gaya belajarnya dengan cara mencoba
seluruh gaya belajar kemudian menyimpulkan gaya belajar mana yang dirasa
paling tepat atau mahasiswa dapat mengikuti tes untuk mengetahui gaya
belajar yang tepat.

6. Mahasiswa menjadi seorang pembelajar sepanjang hayat

 Apa yang dimaksud pembelajar sepanjang hayat?


Jawab : Belajar sepanjang hayat adalah suatu konsep tentang belajar terus
menerus dan berkesinambungan (continuing-learning) dari buaian sampai
akhir hayat, sejalan dengan fase-fase perkembangan pada manusia

 Mengapa mahasiswa harus menjadi pembelajar sepanjang hayat?


Jawab : Agar mahasiswa senantiasa siap mengantisipasi perubahan yang
timbul atau bahkan perubahan yang mereka peroleh.

 Bagaiman cara menjadi pembelajar sepanjang hayat?


 Jawab : Cara menjadi pembelajar sepanjang hayat ialah dengan terus belajar
mengikuti perkembangan zaman seumur hidup dan mempelajari ilmu-ilmu
yang terus bekembang.

4. Mind Map
5. Learning Issue

Pokok What I know What I don’t What I have to How I will learn
Bahasan know prove
PBL Keunggulan Manfaat PBL Manfaat dan TEXT BOOK,
dan keunggulan PBL Jurnal
kelemahan (Halonen:2010),
PBL (Barron, B.:1998)
Student Arti Pelaksanaannya Tujuan dan TEXT BOOK,
Center pelaksanaanya Jurnal (Blumenfeld
dikehidupan et Al. 1991),
nyata (Pongtuluran:2010)

Gaya belajar Mengenali Macam Memaksimalkan TEXT BOOK,


dan gaya belajar ketrampilan ketrampilan Jurnal
ketrampilan belajar belajar Semiawan:1985),
belajar (Dean, 1977 dalam
Maher & Zins
1987), (Devine,
dalam Paul
R.Burden & David
M Byrd;1999:306

6. SINTESIS

Definisi Problem Based Learning


H.S Barrows (1982), sebagai pakar PBL menyatakan bahwa definisi PBL adalah sebuah
metode yang didasarkan prinsip bahwa masalah (problem) dapat digunakan sebagai titik
awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan ilmu (knowledge) baru (Aisyah, 2008).

Problem based learning adalah pendekatan komprehensif untuk pengajaran dan


pembelajaran yang dirancang agar pelajar melakukan riset terhadap permasalahan nyata.
[Blumenfeld et Al. 1991].

Problem based learning adalah metoda pengajaran sistematik yang mengikutsertakan


pelajar ke dalam pembelajaran pengetahuan dan keahlian yang kompleks, pertanyaan
authentic dan perancangan produk dan tugas [University of Nottingham, 2003].
Problem based learning adalah pendekatan cara pembelajaran secara konstruktif untuk
pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset terhadap permasalahan dan
pertanyaan yang berbobot, nyata dan relevan bagi kehidupannya [Barron, B.:1998].

Prinsip Problem Based Learning:

 Constructive Learning: pembelajaran merupakan suatu proses konstruktif,


membangun pengetahuan yang dirangkai
 Self directed learning: pembelajaran yang didasarkan dari diri sendiri
untuk diri sendiri
 Collaborated learning: pembelajaran secara kolaborasi
i. Elaborated: proses kognitif dalam pikiran seseorang akibat
hasil interaksinya dengan orang lain
ii. Co-construction: dua atau lebih orang membangun
pengetahuan bersama-sama
 Contextual learning: pembelajaran secara kontekstual yaitu kondisi
dibangun sedemikian rupa sehingga pengetahuan itu diperlukan

Tujuan Problem Based Learning:


 Mendorong peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar
 Mengefektifkan pembelajaran dari dalam diri sendiri
 Menilai sejauh mana pemahaman peserta didik tentang materi yang
dipelajari
 Mengembangkan pengetahuan peserta didik
 Mengefektifkan kemampuan peserta didik dalam berkolaborasi dan
bekerja sama dengan peserta didik lainnya
 Mengefektifkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah
PBL memberikan aneka keuntungan sebagai berikut (Halonen, 2010):

1. Kemampuan retensi dan pemanggilan kembali (recall) pengetahuan lebih


besar
2. Mengembangkan keterampilan interdisipliner:
 Mengakses dan menggunakan informasi dari aneka domain subjek
 Mengintegrasikan pengetahuan dengan lebih baik
 Mengintegrasikan belajar di kelas dan lapangan
3. Mengembangkan keterampilan belajar seumur hidup:
 Cara meneliti
 Cara berkomuniasi dalam kelompok
 Cara mengatasi masalah
4. Menciptakan lingkungan belajar yang aktif, kooperatif, penilaian diri dan
kelompok (peer assessment), berpusat pada mahasiswa, efektivitas tinggi.
5. Menciptakan lingkungan belajar yang memberikan
 Umpan balik segera
 Kesempatan untuk mempelajari aneka sasaran belajar yang disukai
 Kesempatan untuk belajar pada berbagai tingkat pembelajaran (taksonomi
Bloom)
6. Menciptakan lingkungan belajar yang dapat meningkatkan keterampilan
berpikir kritis dan memecahkan masalah
7. Meningkatkan motivasi dan kepuasan mahasiswa, interaksi mahasiswa-
mahasiswa, dan
interaksi mahasiswa-dosen/ instruktur

Kerugian PBL sebagai berikut (Halonen, 2010):

1. Membutuhkan perencanaan dan sumberdaya yang sangat besar:


 Pembuatan skenario, meliputi masalah, kasus, situasi
 Penyediaan sumberdaya untuk mahasiswa, misalnya, ruang diskusi,
literatur, perpustakaan tradisional maupun e-library, narasumber,
tenaga profesional di bidangnya
2. Membutuhkan komitmen untuk menjalankan PBL, dan kesediaan dosen
untuk menghargai pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan yang diperoleh
mahasiswa selama proses pembelajaran
3. Memerlukan perubahan paradigma:
 Pergeseran dari fokus dari “apa yang diajarkan dosen” (teacher-
centered) menjadi “apa yang dipelajari mahasiswa” (student-
centered)
 Perubahan pandangan dosen sebagai “pakar” yang berperan sebagai
“bank pengetahuan” melalui kuliah dan peragaan di kelas, menjadi
dosen sebagai “fasilitator “ atau “tutor” pembelajaran

Manfaat Problem Based Learning:

 Meningkatkan kemampuan penyelesaian masalah


 Mengarahkan pada belajar mandiri yang terkontrol (self-
directed learning)
 Mengarahkan pada belajar sepanjang hayat
 Mengarahkan mahasiswa untuk dapat mengidentifikasi sumber-
sumber belajar dan mengevaluasi sumber-sumber belajar
 Melatih keterampilan berpikir kritis (dalam koridor yang benar)
 Melatih berpikir kreatif
 Pembelajaran berkaitan dengan situasi yang nyata
 Memasukkan aspek-aspek etik dan sosial
 Pembelajaran yang bersifat kooperatif dan kolaboratif
 Melatih keterampilan memimpin kelompok dan keterampilan
komunikasi
 Melatih mengidentifikasi kekuatan sendiri 
7 langkah dalam tutorial:

 Identifikasi atau klasifikasi kata-kata sulit yang ada di dalam skenario. Disini
mahasiswa mengumpulkan kata-kata yang tidak dimengerti artinya untuk dicari
artinya.
 Mendefinisikan masalah. Mahasiswa dipancing untuk menyampaikan apa yang
menjadi rasa penasaran mereka dari skenario yang diberikan, biasanya
berbentuk pertanyaan
 Menganalisis masalah. Anggota kelompok mendiskusikan dan menjelaskan
masalah tersebut berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki
 Menyimpulkan penjelasan sementara berdasarkan hasil dari langkah kedua dan
ketiga
 Perumusan tujuan pembelajaran mandiri yang harus diraih (Learning Issue).
Tutor mengarahkan agar tujuan pembelajaran fokus, dapat dicapai,
komprehensif, dan sesuai dengan yang diharapkan.
 Belajar mandiri. Mahasiswa belajar mandiri untuk mencari informasi yang
berhubungan dengan tujuan pembelajaran
 Sintesis. Menjelaskan kembali hasil belajar mandiri dan saling berdiskusi.

Gaya Belajar
Definisi gaya belajar adalah kecenderungan seseorang dalam mengumpulkan
informasi (modalitas) dan kecenderungan seseorang dalam mengatur dan
mengelola informasi (dominasi otak)
Tipe-tipe gaya belajar:
1. Gaya Belajar berdasarkan Modalitas :
 Belajar dengan gambar (visual)
Seseorang yang memiliki tipe belajar visual cenderung teliti terhadap
detail. Lebih senang terhadap gambar-gambar dan mengingatnya lebih
lama daripada bentuk tulisan. Memiliki kepekaan tertentu terhadap
gambar atau warna.
 Belajar dengan suara (audiotorial)
Seseorang tipe audio ini mengingat sesuatu melalui suara. Ia lebih
mengingat apa yang didiskusikan daripada yang ia baca. Tipe ini juga
cenderung sering berbicara kepada diri sendiri. Ketika membaca dan
belajar lebih sering sambil membaca keras.
 Belajar dengan gerakan (kinestetik)

2. Tipe kinestetik memiliki kebiasaan untuk bergerak, menyentuh,


mempraktekkan atau mengekspresikan apa yang dibacanya ketika belajar.
Orang tipe ini juga biasanya tidak bisa diam dan selalu ingin melakukan
sesuatu. Biasa mempunyai isyarat-isyarat tubuh tertentu.

JENIS STRATEGI PEMBELAJARAN

A. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini
senantiasa bagus bila pengunaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung
alat dan media serta memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunannya.
Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh
setiap guru atau instruktur. Hal ini selain disebabkan oleh beberapa pertimbangan
tertentu, juga adanya faktor kebiasaan baik dari guru atau pun siswa. Guru
biasanya belum merasa puas manakala dalam proses pengelolaan pembelajaran
tidak melakukan ceramah. Demikian juga dengan siswa, mereka akan belajar
manakala ada guru yang memberikan materi pelajaran melalui ceramah, sehingga
ada guru yang berceramah berarti ada proses belajar dan tidak ada guru berarti
tidak ada belajar. Metode ceramah merupakan cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran ekspositori.
B. Metode Demonstrasi
Demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk
mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar.
Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan
memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi
atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Sebagai metode
penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru.
Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekadar memerhatikan,
akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Dalam
strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung
keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.

C. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu
permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu
permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan
siswa, serta untuk membuat suatu keputusan (Killen, 1998). Karena itu, diskusi
bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar
pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama. Selama
ini banyak guru yang merasa keberatan untuk menggunakan metode diskusi dalam
proses pembelajaran. Keberatan itu biasanya timbul dari asumsi: (1) diskusi
merupakan metode yang sulit diprediksi hasilnya oleh karena interaksi antar siswa
muncul secara spontan, sehingga hasil dan arah diskusi sulit ditentukan; (2) diskusi
biasanya memerlukan waktu yang cukup panjang, padahal waktu pembelajaran di
dalam kelas sangat terbatas, sehingga keterbatasan itu tidak mungkin dapat
menghasilkan sesuatu secara tuntas.
Sebenarnya hal ini tidak perlu dirisaukan oleh guru. Sebab, dengan perencanaan
dan persiapan yang matang kejadian semacam itu bisa dihindari. Dilihat dari
pengorganisasian materi pembelajaran, ada perbedaan yang sangat prinsip
dibandingkan dengan metode sebelumnya, yaitu ceramah dan demonstrasi. Kalau
metode ceramah dan demonstrasi materi pelajaran sudah diorganisir sedemikian
rupa sehingga guru tinggal menyampaikannya, makaserta tidak disajikan secara
langsung kepada siswa, matari pembelajaran ditemukan dan diorganisir oleh siswa
sendiri, karena tujuan utama metode ini bukan hanya sekadar hasil belajar, tetapi
yang lebih penting adalah proses belajar. Secara umum ada dua jenis diskusi yang
biasa dilakukan dalam proses pembelajaran. Pertama, diskusi kelompok. Diskusi
ini dinamakan juga diskusi kelas. Pada diskusi ini permasalahan yang disajikan
oleh guru dipecahkan oleh kelas secara keseluruhan. Pengatur jalannya diskusi
adalah guru. Kedua, diskusi kelompok kecil. Pada diskusi ini siswa dibagi dalam
beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3-7 orang. Proses pelaksanaan
diskusi ini dimulai dari guru menyajikan masalah dengan beberapa submasalah.
Setiap kelompok memecahkan submasalah yang disampaikan guru. Proses diskusi
diakhiri dengan laporan setiap kelompok.

D. Metode Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-
akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan carpenyajian pengalaman
belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep,
prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai metode
mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara
langsung pada objek yang sebenarnya. Gladi resik merupakan salah satu contoh
simulasi, yakni memperagakan proses terjadinya suatu upacara tertentu sebagai
latihan untuk upacara sebenarnya supaya tidak gagal dalam waktunya nanti.
Demikian juga untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan terhadap
suatu peristiwa,
penggunaan simulasi akan sangat bermanfaat. Metode simulasi bertujuan untuk:
(1) melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan
sehari-hari, (2) memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip, (3)
melatih memecahkan masalah, (4) meningkatkan keaktifan belajar, (5)
memberikan motivasi belajar kepada siswa, (6) melatih siswa untuk mengadakan
kerjasama dalam situasi kelompok, (7) menumbuhkan daya kreatif siswa, dan (8)
melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi.

E. Metode Tugas dan Resitasi


Metode tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi lebih luas
dari itu. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara
individu atau kelompok. Tugas dan resitasi bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah,
di perpustakaan dan tempat lainnya. Jenis-jenis tugas sangat banyak tergantung
pada tujuan yang akan dicapai, seperti tugas meneliti, menyusun

Paling tidak ada 3 jenis strategi yang berkaitan dengan keterampilan belajar, yakni:
(a) strategi pengorganisasian pembelajaran, (b) strategi penyampaian
pembelajaran, dan (c) strategi pengelolaan pembelajaran.
1. Strategi Pengorganisasian Pembelajaran
Reigeluth, Bunderson dan Meril (1977) menyatakan strategi mengorganisasi isi
pelajaran disebut sebagai struktural strategi, yang mengacu pada cara untuk
membuat urutan dan mensintesis fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang
berkaitan. Strategi pengorganisasian, lebih lanjut dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu strategi mikro dan strategi makro. Startegi mikro mengacu kepada metode
untuk pengorganisasian isi pembelajaran yang berkisar pada satu konsep, atau
prosedur atau prinsip. Strategi makro mengacu kepada metode untuk
mengorganisasi isi pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep atau
prosedur atau prinsip. Strategi makro berurusan dengan bagaimana memilih,
menata urusan, membuat sintesis dan rangkuman isi pembelajaran yang saling
berkaitan. Pemilihan isi berdasarkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai,
mengacu pada penentapan konsep apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan
itu. Penataan urutan isi mengacu pada keputusan untuk menata dengan urutan
tertentu konsep yang akan diajarkan. Pembuatan sintesis diantara konsep
prosedur atau prinsip. Pembauatn rangkuman mengacu kepada keputusan
tentang bagaimana cara melakukan tinjauan ulang konsepnserta kaitan yang
sudah diajarkan.
2. Strategi Penyampaian Pembelajaran.
Strategi penyampaian isi pembelajaran merupkan komponen variable metode
untuk melaksanakan proses pembelajaran. Fungsi strategi penyampaian
pembelajaran adalah: (1) menyampaikan isi pembelajaran kepada pebelajar,
dan (2) menyediakan informasi atau bahanbahan yang diperlukan pebelajar
untuk menampilkan unjuk kerja.
3. Strategi Pengelolaan Pembelajaran
Strategi pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variabel metode yang
berurusan dengan bagaimana menata interaksi antara pebelajar dengan variabel
metode pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan pengambilan
keputusan tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaianmana
yang digunakan selama proses pembelajaran. Paling tidak, ada 3 (tiga)
klasifikasi penting variabel strategi pengelolaan, yaitu penjadwalan, pembuatan
catatan kemajuan belajar siswa, dan motivasi.

Keterampilan Belajar

Keterampilan belajar adalah keterampilan yang berhubungan dengan penguasaan


strategi belajar dalam meningkatkan pemahaman tentang cara belajar yang
efektif dan produktif (Devine, dalam Paul R. Burden& David M Byrd;
1999:306)

Keterampilan belajar adalah suatu keterampilan yang dapat mengembangkan


kemandirian siswa dalam belajar (Dean, 1977 dalam Maher & Zins, 1987)
Keterampilan belajar baru bisa diaplikasikan dengan maksimal jika mahasiswa
juga bisa menerapkan pendekatan keterampilan proses. Jenis-jenis keterampilan
belajar itu adalah (Conny Semiawan:1985):

1. Keterampilan mengamati, menghitung, mengatur data


2. Keterampilan menggolong-golongkan data dengan dasar pertimbangan atau
sistem tertentu mempertimbangkan ciri esensi (pokok) dan ciri tambahan
sistem berjenjang, tahapan statistis dsb.
3. Keterampilan mencari hubungan antar dua data atau ubahan berdasarkan
pertimbangan kesamaan waktu, kesamaan tempat (ekologis) dan
pertimbangan logis tertentu
4. Keterampilan membuat hipotesis atau dugaan pemecahan masalah yang
dihadapi oleh siswa berdasar pada temuan-temuan yang telah ada atau
berdasar analisis-sintesis yang relevan dengan masalah yang dihadapinya
5. Kemampuan membuat rancangan penekitian dan percobaan. Harus
disesuaikan oleh taraf perkembangan siswa dan usaha maksimal untuk
menemukan kebenaran dan pembuktian ulang suatu kebenaran dan
pembuktian ulangg suatu kebenaran menurut keterlibatan para siswa.
6. Keterampilan mengendalikan ubahan-ubahan dalam percobaan yang
dilakukannya
7. Keterampilan menafsirkan data. Setelah data digolongkan berdasarkan
pertimbangan tertentu. Mulailah meneliti kecendrungan-kecendrungan
yang terjadi dan akhirnya menafsirkan data yang ditemuinya (mengesahkan
dugaan/temuan orang lain, menemukan kebenaran/prinsip baru juga
mempertimbangkan kegunaan hasil studinya atau nilai praktisnya.
8. Keterampilan menyimpulkan (inferensi), kesimpulan hasil studi hendaknya
terbuka terhadap kritik atau kesimpulan tersebut telah disertai
pertimbangan keterbatasan.
9. Keterampilan membuat ramalan berarti cakap membaca kecendrungan
yang terjadi dan dengan mengandaikan hal-hal tertentu dapat dikendalikan
maka dapat diduga apa yang terjadi.
10. Keterampilan menerapkan konsep, hal ini dapat diperluas dengan menyebut
keterampilan menerapkan konsen, prinsip keilmuan dan asas-asas kerja
yang dipahami oleh siswa dalam memecahkan masalah hidup sehari-hari
dan dalam membantu kelancaran studi bidang-bidang yang lain.
Penguasaan fakta-fakta data konsep prinsip asas-nilai hidup dan
pengejewantahannya dalam perbuatan nyata harus diusahakan menjadi
utuh, optimal dan berdayaguna bagi perolehan pelajar, siswa dan
kehidupannya lebih lanjut.
11. Keterampilan mengkomunikasikan proses serta hasil belajar, dalam hal ini
siswa hendaknya telah menyadari perbuatan serta langkah belajar yang
ditempuhnya sehingga mereka dapat menjelaskan kepada orang lain
tentang apa serta mengapa mereka melakukan kegiatan belajar tertentu,
perlengkapan apa yang mereka perlukan dalam kegiatan belajar tersebut
dan apa hambatan-hambatannya. Siswa hendaknya juga menyadari
kemajuan atau perolehan belajarnya sekaligus bisa
mempertanggungjawabkan kepada pihak lain yang membutuhkannya
12. Siswa terampil mengajukan pertanyaan-pertanyaan dalam kegiatan
belajarnya. Pertanyaan yang bermutu adalah awal kemajuan keilmuan
sementara filsof menegaskan bahwa kemampuan bertanya adalah dalam
kondisi setengah tahu dan setengah belum tahu. Jenis keterampilan
bertanya yang perlu dikuasai oleh siswa bukan jenis pertanyaan
retoris(yang tidak mengharapkan jawaban) dan pertanyaan pengarahan
tetapi hendaknya siswa mampu merumuskan pertanyaan yang jelas, yang
bervariasi.
a. Pertanyaan faktual, menanyakan apa yang diamati dan hubungan
objek pengamatan yang satu dengan yang lain
b. Pertanyaan informatif, menanyakan arti dari istilah, lambang,
ungkapan, rumusan kalimat tertentu dan hubungan antar penggal
kalimat yang satu dengan yang lain, yang dirasai menganggu
pemahaman
c. Pertanyaan penggalian, pertanyaan yang bertujuan untuk lebih
memperdalam pemahaman dan pola pikir yang telah dikuasai oleh
siswa, dalam hal ini siswa memang dituntut berpikir lebih serius
dan mendalam serta mampu melihat peluang-peluang untuk
mengembangkan pikirannya lebih lanjut
d. Pertanyaan pemecahan masalah, mutu pertanyaan ini menuntut
jawaban yang relatif kompleks, membutuhkan analisis sintesis,
untuk menjawabnya membutuhkan kekayaan kognitif tertentu,
keseluruhan jawaban hendaknya mencerminkan mutu kebenaran
gradual bukan faktual.

Faktor yang memaksimalkan keterampilan belajar

 Pendekatan keterampilan proses


 Memiliki hasrat (desire) dan kecintaan (passion)
 Mendayagunakan kekuatan pikiran sebaik-baiknya
 Disiplin diri dan kegigihan
 Bisa menciptakan suasana belajar yang nyaman

Student-Centred Learning

Student-Centered Learning adalah suatu model pembelajaran yang menempatkan


peserta didik sebagai pusat dari proses belajar. Model pembelajaran ini berbeda
dari model belajar Instructor-Centered Learning yang menekankan pada transfer
pengetahuan dari guru ke murid yang relatif bersikap pasif.

Dalam menerapkan konsep Student-Centered Leaning, peserta didik diharapkan


sebagai peserta aktif dan mandiri dalam proses belajarnya, yang bertanggung
jawab dan berinitiatif untuk mengenali kebutuhan belajarnya, menemukan sumber-
sumber informasi untuk dapat menjawab kebutuhannya, membangun serta
mempresentasikan
pengetahuannya berdasarkan kebutuhan serta sumber-sumber yang ditemukannya.
Dalam batas-batas tertentu peserta didik dapat memilih sendiri apa yang akan
dipelajarinya.

Dengan anggapan bahwa tiap peserta didik adalah individu yang unik, proses,
materi dan metode belajar disesuaikan secara fleksibel dengan minat,
bakat,kecepatan, gaya serta strategi belajar dari tiap peserta didik. Tersedianya
pilihan-pilihan bebas ini bertujuan untuk menggali motivasi intrinsik dari dalam
dirinya sendiri untuk belajar sesuai dengan kebutuhannya secara individu, bukan
kebutuhan yang diseragamkan.
REFERENSI

Gwee M (2009). Problem-based learning: A strategic learning system design for


the education of healthcare professionals in the 21ST Century. The
Kaohsiung Journal of Medical Sciences, 25 (5), 231-239

Halonen D (2010). Problem based learning: A case study. University fo Manitoba.


auspace.athabascau.ca:8080/.../Problem%20Based%20Learning.ppt. Diakses 14
September 2012

Barrows, H.S. & Tamblyn, R.M., 1980. Problem-based Learning: an Approach to


Medical Education. New York: Springer Publishing

Bahan kuliah dr. Nindya Aryanty, 4 September 2012, Problem-based learning

http://www. KTDUA.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai