Pperkerasan Jalan PDF
Pperkerasan Jalan PDF
II.1. Umum
Perkerasan merupakan struktur lapisan yang terletak di atas tanah dasar, yang
bersifat konstruktif sehingga memiliki nilai struktural dan fungsional. Nilai struktural
berkaitan dengan daya dukung perkerasan untuk mendukung repetisi beban lalu
lintas kendaraan dan kemampuannya untuk tetap stabil, mantap dan aman terhadap
pengaruh infiltrasi air permukaan dan perubahan cuaca. Nilai fungsional berkaitan
dengan performansi permukaan jalan dalam melayani lalu lintas kendaraan dengan
aman dan nyaman yang meliputi aspek – aspek teknis, antara lain: kerataan,
(subgrade). Susunan struktur lapisan perkerasan lentur jalan dari bagian atas ke
24
Gambar 2.1.Struktur Perkerasan Lentur
agar kualitas dapat diperoleh sesuai harapan dan disebut campuran beraspal.
permukaan agregat terselimuti aspal dengan seragam. Campuran beraspal terdiri dari
dua keadaan : panas (hotmix) dan dingin (coldmix). Namun, campuran beraspal yang
sering digunakan yaitu dalam keadaan panas (hotmix) atau disebut sebagai campuran
beraspal panas.[6]
- HRS (Hot Rolled Sheet) atau lataston (lapis tipis beton aspal)
- HRSS (Hot Rolled Sand Sheet) atau latasir (lapis tipis aspal
pasir).
25
Pada campuran beraspal diperoleh sifat-sifat mekanis yang disebut sifat friksi
dan kohesi dari bahan-bahan pembentuknya. Sifat friksi terdapat pada agregat yang
diperoleh dari ikatan antar butir agregat (interlocking), dan kekuatannya tergantung
pada gradasi, tekstur permukaan, bentuk butiran dan ukuran agregat maksimum yang
II.2.1.1. Agregat
Agregat adalah sekumpulan batu – batu pecah, kerikil, pasir atau mineral
lainnya baik berupa hasil alam maupun hasil buatan. Agregat merupakan komponen
Dengan daya dukung, keawetan dan kualitas perkerasan jalan ditentukan juga dari
Secara umum agregat yang digunakan dalam campuran beraspal dibagi atas 2 (dua)
fraksi, yaitu :
a. Agregat Kasar
b. Agregat Halus
a. Agregat Kasar
Agregat Kasar adalah agregat yang tertahan saringan pada ayakan nomor 8
(diameter 2,36 mm). Agregat kasar terdiri dari batu pecah atau kerikil pecah yang
bersih, kering, kuat dan awet dan bebas dari bahan lain yang mengganggu. Bahan
yang pecah bila berulang-ulang dibasahi dan dikeringkan tidak boleh digunakan.
26
semakin tinggi pula stabilitas dari perkerasannya. Akan tetapi hal tersebut juga dapat
b. Agregat halus
Agregat Halus adalah agregat yang lolos saringan ayakan nomor 8 (diameter
2,36 mm). Agregat halus terdiri dari pasir alam dan pasir buatan atau gabungan
antara dari bahan – bahan tersebut. Agregat halus juga dapat berasal dari batu kapur
pecah yang hanya boleh digunakan apabila dicampur dengan pasir alam dalam
perbandingan yang sama. Agregat halus harus bersih, kering, kuat, dan bebas dari
gumpalan – gumpalan lempung serta bahan – bahan lain yang mengganggu serta
terdiri dari butiran – butiran yang bersudut tajam dan mempunyai permukaan
kasar.[6]
II.2.1.2. Aspal
yang bersifat viskoelastis sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat cukup
pemanasan dan sebaliknya. Sifat viskoelastis inilah yang membuat aspal dapat
menyelimuti dan menahan agregat tetap pada tempatnya selama proses produksi dan
masa pelayanannya. Pada dasarnya aspal terbuat dari suatu rantai hidrokarbon yang
disebut bitumen. Oleh sebab itu, aspal sering disebut material berbituminous.
aspal keras. Tingkat pengontrolan yang dilakukan pada tahapan proses penyulingan
akan menghasilkan aspal dengan sifat-sifat yang khusus yang cocok untuk
pemakaian yang khusus pula, seperti untuk pembuatan campuran beraspal, pelindung
27
Aspal terdiri dari : Asphaltenes, Malthenes, dan Oils. Asphaltenes adalah
komponen utama dari aspal sekitar 80 %, Malthenes terdiri dari zat – zat yang
kelelehan (berfungsi sebagai flux). Dan Oils memberi sifat adhesif dan pemuluran
(daktalitas).
• Sebagai bahan pengikat antara agregat maupun antara aspal itu sendiri.
• Sebagai bahan pengisi, mengisi rongga antara butir – butir agregat dan pori –
Jenis aspal terdiri dari aspal keras, aspal cair, aspal emulsi, dan aspal alam,
yaitu :
a. Aspal keras
sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat cukup pemanasan dan
sebaliknya.
b. Aspal cair
Aspal cair merupakan aspal hasil dari pelarutan aspal keras dengan bahan
c. Aspal emulsi
dalam air.
d. Aspal alam
28
Aspal yang secara alamiah terjadi di alam. Berdasarkan depositnya aspal
batu.[6]
sebagai standar pekerjaan jalan. Namun, tidak jarang perkerasan jalan di atas
rutin maupun peningkatan jalan tidak memenuhi spesifikasi yang disyaratkan. Oleh
sebab itu, dilakukan evaluasi dengan cara mengontrol kualitas perkerasan kontruksi
Amerika Serikat, Belanda, Australia, Spanyol, Prancis, dan negara lainnya selama
Kontrol dapat didefenisikan sebagai usaha dalam melakukan uji evaluasi, dan
disesuaikan pada spesifikasi. Maka, kontrol kualitas (quality control) adalah usaha –
usaha yang dilakukan dengan teknik dan kegiatan operasional untuk mendapatkan
29
Teknik dan kegiatan operasional meliputi pemeriksaan hasil perencanaan,
pengujian yang dilakukan selama konstruksi, pengujian bahan, kalibrasi mesin dan
peralatan pengujian. Dalam hal ini, kontrol kualitas diperlukan untuk menghasilkan
indikator pada berbagai tahap proyek untuk memperlihatkan bahwa persyaratan dan
spesifikasi dipenuhi. Ini berguna sebagai pendeteksi dini dari kerusakan atau
kualitas produk.
pendapat demikian dapat menimbulkan biaya pengerjaan kembali yang cukup tinggi.
Karena kontrol kualitas (quality control) seharusnya dilaksanakan mulai dari proses
pengolahan pada titik – titik kritis kualitas, dimana sering terjadi penyimpangan
kualitas. Oleh karena itu, dibutuhkan data dalam proses kontrol kualitas tersebut.
Untuk memperoleh data tersebut, diperlukan metode yang cukup agar analisa yang
statistik.[7]
kontrol kualitas statistik (quality control statistic). Kontrol kualitas statistik berperan
30
II.3.1. Tujuan kontrol kualitas
konsistensi kualitas.
pengawasan dalam dua tahapan kontrol kualitas (quality control) dalam pekerjaan
jalan melalui semua tahapan proses perencanaan pekerjaan jalan dengan cara
31
Proses kontrol kualitas (quality control processes) dalam pekerjaan jalan
Salah satu penyebab utama masalah teknis yang terjadi dengan aspal adalah
Untuk itulah pentingnya kontrol kualitas terhadap agregat saat proses pemilihan
material itu sendiri, hingga proses pencampuran dengan aspal untuk memastikan
keseragaman dari campuran yang diproduksi. Adapun yang perlu diperhatikan pada
1. Pengujian agregat.
Segregasi agregat, yaitu fraksi agregat yang terpisah akibat dari selama
32
Tabel 2.1. Ukuran saringan
Lubang saringan
No. Saringan
inch mm
1 ½ in. 1.50 38.1
1 in. 1.00 25.4
¾ in. 0.75 19.0
½ in. 0.50 12.7
3/8 in. 0.375 9.51
No.4 0.187 4.76
No.8 0.0937 2.38
No.16 0.0469 1.19
No.30 0.0234 0.595
No.50 0.0117 0.297
No.100 0.0059 0.149
No.200 0.0029 0.074
[6]
Sumber : Manual Pekerjaan Campuran Beraspal Panas (2005). Hal.54.
rutin.
- Berat Jenis (specific gravity) adalah perbandingan berat dari suatu satuan
volume bahan terhadap berat air dengan volume yang sama pada
temperatur 200 – 250C (680 - 770F). Dikenal beberapa macam Berat Jenis
agregat, yaitu :
ws
Gsa =
(v s + v i )γ w
33
b. Berat Jenis bulk (bulk specific gravity),
ws ws
Gbs = =
(v p + v i + v s )γ v x γ w
ws
Gse =
(v s + v c )γ w
Dengan pengertian :
Vc = volume pori meresap air yang tidak meresap aspal (volume total)
agar dapat menyerap aspal. Karena jika agregat berpori banyak, maka
akan menyerap aspal besar sehingga tidak ekonomis dan tidak dapat
34
dengan nilai keausan yang besar mudah pecah selama pemadatan atau akibat
pengaruh beban lalu-lintas atau hal lainnya tidak diijinkan karena beberapa
sebab :
a. Gradasi akan berubah karena agregat yang kasar akan menjadi butiran
b. Agregat yang lemah tidak akan menghasilkan lapisan yang kuat karena
dapat merugikan (seperti butiran lunak dan lempung) terhadap bagian agregat
agregat
diremas jari guna melihat agregat tersebut mudah pecah atau tidak. Sehingga
menjadi beberapa fraksi, lalu direndam sekitar 24 jam. Butiran halus yang
35
8. Pemeriksaan daya lekat agregat terhadap aspal (affinity)
aspal.
9. Angularitas
lebih besar dari 4,75 mm (No.4) dengan satu atau lebih bidang pecah.
pada agregat padat lepas dan lolos pada saringan 2,36 mm (No.8). Makin
besar nilai rongga udara berarti makin besar bidang pecah yang terdapat
Bentuk butir (particle shape) agregat salah satunya adalah berbentuk pipih
dan akan mudah patah apabila mendapat beban lalulintas. Untuk itu diuji
dengan alat uji kepipihan seperti terlihat pada gambar 2.3. Kepipihan
butir agregat.
36
11. Pengujian partikel ringan dalam agregat
yang dimaksud adalah partikel yang mengapung di atas larutan yang berat
jenisnya 2.
Pengujian dilakukan untuk agregat halus yang lolos saringan No. 4 (4,75 mm)
dan tertahan di atas saringan No.50 (0,30 mm) serta agregat kasar yang lolos
saringan 3” (76,20 mm) dan tertahan di atas saringan No.4 (4,75 mm). Bahan
Pada umumnya aspal diperoleh dari sumber yang telah diuji dan diterima oleh
direksi pekerjaan jalan. Sangat sedikit uji pengawasan untuk aspal, namun telah
dilakukan oleh orang yang terlibat pada kontrol kualitas secara manual. Masalah
yang sering terjadi pada aspal adalah mencari masalah yang berkaitan dengan lapisan
Pengambilan contoh aspal untuk pengujian harus diwakili dan dijaga agar
meliputi :
a. Ukuran contoh,
b. Pengambilan contoh dari mobil tangki, truk penyemprot aspal atau tangki
37
c. Pengambilan contoh dari tangker atau tongkang,
e. Pengambilan contoh dari drum terpilih secara random seperti Tabel 2.2.
f. Pengambilan contoh bahan semi padat atau bahan padat yang belum
Penentuan titik nyala dilakukan untuk memastikan bahwa aspal cukup aman
untuk pelaksanaan. Jika rendah, maka adanya minyak ringan dalam aspal
38
Gambar 2.4. Pengujian titik nyala dengan Cleveland Open Cup
Kekerasan aspal diukur dengan jarum penetrasi standar yang masuk kedalam
permukaan bitumen pada temperatur 25 0C, beban 100 gram dan waktu 5
4. Titik lembek
temperatur kelelehan dari aspal. Alat pengujian ditunjukkan pada gambar 2.6.
39
Gambar 2.6. Pengujian titik lembek aspal
putus. Pengujian dilakukan dengan alat yang terdiri atas cetakan, bak air dan
viskometer
secara empiris pada temperatur antara 1200 – 200 0C. Gambar peralatan
40
Gambar 2.8. Tabung viskometer untuk pengujian viskositas
Dalam tahap pencampuran agregat dan aspal, harus diperiksa dan dikontrol
1. Laboratorium
secara benar, hal lain yang perlu diperhatikan adalah kalibrasi peralatan secara
berkala. Dalam pengujian yang perlu diamati adalah metode pengujian contoh,
2. Stock Pile
Suatu penanganan agregat di tempat penyimpanan (stock pile) yang kurang baik akan
pelaksanaan.
Pada saat proses penumpukan dan pemindahan agregat di Stock Pile sering terjadi
41
menyulitkan atau bahkan tidak mungkin operator AMP dapat mengadakan
penyesuaian gradasi dalam waktu yang sangat terbatas. Untuk itu di perlukan
pengetahuan dan keahlian yang cukup pada operator di saat pengujian dengan
- Agregat tidak tercampur satu sama lainnya dan tidak terkontaminasi dengan
AMP merupakan satu unit alat yang memproduksi campuran beraspal panas.
AMP yang paling sering digunakan adalah jenis Batch (penakaran). Komponen –
a. Cold Bin
Cold Bin adalah tempat penyimpanan agregat kasar, agregat halus dan
pasir. Material yang telah melalui Cold Bin sangat berpengaruh terhadap
produksi campuran beraspal. Untuk itu perlunya kontrol kualitas yang ketat pada
− Gradasi agregat
Perubahan gradasi terjadi jika Quari atau supplier berbeda. Untuk itu
JMF kembali.
42
− Kalibrasi bukaan Cold Bin
Bukaan Cold Bin kadang - kadang tersumbat jika agregat halus basah,
b. Dryer
Setelah dari Cold Bin agregat dibawa ke Dryer yang mempunyai fungsi :
diperlukan meliputi :
lalu amati kadar air yang menggembur pada permukaan cermin atau
spatula).
c. Hot Screen
panas (hot elevator) untuk disaring dan dipisahkan dalam beberapa ukuran. Pada
masuk ke Hot Bin I tetapi terbawa ke Hot bin II. Pelimpahan ini pada kondisi normal
43
terjadi kurang dari 5% dan cenderung konstan, sehingga tidak terlalu mempengaruhi
agregat tersebut akan menggumpal dan masuk ke Hot Bin yang tidak
semestinya.
- Lubang saringan sudah ada yang rusak, pemeriksaan yang diperlukan adalah
d. Hot Bin
Jika agregat halus masih menyisakan kadar air (karena dryer kurang baik)
setelah pemanasan, maka agregat yang sangat halus (debu) akan menempel dan
menggumpal pada dinding Hot Bin dan akan jatuh setelah cukup berat. Hal tersebut
e. Weight Hopper
Pada bagian ini operator AMP sangat berperan. Jika keseimbangan waktu
pencapaian berat Hot Bin sulit tercapai, maka operator harus membuang agregat
tersebut dan melakukan pemeriksaan aliran material dari Cold Bin. Akan tetapi jika
terjadi penyimpangan gradasi akibat proporsi masing – masing Hot Bin karena tidak
44
- Kotak penimbang (Weight Box) tergantung bebas.
f. Pugmill
agregat ditimbang sesuai dengan proporsinya, maka agregat dan aspal dicampur di
1. Pencampuran kering
2. Pencampuran basah
degradasi dan oksidasi. Jika agregat kasar telah terselimuti aspal maka
- Lamanya pencampuran.
sehingga dapat diperbaiki dengan segera, maka pemeriksaan terhadap hasil produksi
45
- Secara visual temperatur campuran dapat diamati di atas dump truck.
Bila berasap biru, berarti terlalu panas (over heating), dan jika
dilakukan dengan menguji kualitas campuran beraspal yang telah selesai pada tahap
Pengambilan contoh dan pengujian dicatat sebagai data yang bertujuan untuk
menilai kualitas produksi apakah memenuhi syarat atau tidak. Salah satu
kesalahan yang besar dalam menguji material adalah kegagalan untuk mengambil
adalah :
46
Namun, pengujian yang sering dilakukan adalah pengujian kepadatan campuran
inti (core) padat dari core drill atau memotong permukaan perkerasan atau
pengujian dengan nuclear density tester. Selanjutnya contoh inti padat diuji di
setiap jarak 200 m. Nilai rata-rata kepadatan dan nilai tunggal yang didapat dari
pengujian kepadatan harus masuk dalam kriteria yang disyaratkan oleh suatu
proyek. Pengambilan contoh inti (core) dapat digunakan juga untuk mengukur
ketebalan padat suatu hamparan campuran aspal panas. Hal yang perlu
- Contoh uji yang diambil dari lapangan pada umumnya basah karena pada saat
- Penimbangan contoh uji untuk mencari berat kering tidak boleh dilakukan
dengan tergesa-gesa.
47
Tabel 2.3. Perbandingan penerimaan rata – rata kepadatan secara
control) pekerjaaan jalan dengan metode statistik agar sesuai dengan spesifikasi
adalah :
maupun tidak terhingga, dan disebut sebagai N. Sampel merupakan jumlah data
48
atribut dan data variabel yang memiliki karakteristik kualitas yang diklasifikasikan
dalam kriteria baik atau jelek, bagus atau cacat, dan lain – lain. Data
cacat.
- Data variabel adalah semua karakteristik yang dapat diukur, seperti berat
yang diukur dalam gram. Ukuran – ukuran data variabel ini memberikan
informasi yang lebih berguna untuk proses kontrol kualitas. Data ini
dipakai untuk menentukan rata – rata dan standar deviasi yang sering
Lot adalah sekelompok bahan atau item pekerjaan yang akan diuji dan
merupakan tempat di mana sampel akan diambil sesuai dengan spesifikasi. Lot
disebut sebagai titik uji atau populasi, yaitu merupakan tempat sekelompok sampel
49
Dapat ditentukan dengan menganggap lot sebagai nilai populasi N. Untuk
menentukan jumlah lot dan sampel (jumlah titik uji), dapat ditetapkan dengan rumus
N = 3 X …………………………………… …..(2.1).
Penggunaan metode dalam pengumpulan data yang benar disebut teknik sampling.
Dua hal yang dapat diterima dalam teknik sampling, yaitu : pertama, tidak dapat
menjamin bahwa selalu mendapatkan sampel yang baik. Hal kedua adalah bahwa
data harus diperoleh dalam kondisi yang terkendali. Ini termasuk persyaratan bahwa
acak) yang hanya dapat dilaksanakan apabila elemen populasi bersifat homogen,
populasi. Misalnya besar populasi adalah N, sedang unsur dalam sampel (sample
size) adalah n, maka besarnya kesempatan bagi tiap satuan untuk terpilih dalam
berikut : [5]
b. Disiapkan kertas sebanyak 110 lembar. Kelompok I, kertas diberi tulisan dari
angka 0 sampai 9. Kelompok II, kertas diberi tulisan dari 1 sampai 100.
50
d. Masukkan kertas ke dalam masing – masing tabung gelas. Kemudian ditutup
e. Gelas dikocok selama kira – kira 10 detik dan keluarkan masing – masing 1
ii) Angka yang keluar dari kelompok II sebagai Nomor Baris (misal : y)
Koordinat (x; y) ditentukan pada tabel bilangan acak sebagai bilangan tiga digit
yang dicari.
membuat keputusan. Karena dari metode ini dapat diambil kesimpulan bahwa sampel
Distribusi normal merupakan asumsi normal dari data variabel yang berkelanjutan.
Distribusi normal :
semakin landai, dan semakin kecil nilai σ maka kurva akan semakin
melancip menuju + ∞ ke - ∞ .
51
x + x 2 + x 3 ........ + x n 1 n
x= 1 atau x = ∑ x i …………………… (2.2)
n n i=1
∑ (x i − x) 2
s= i =1
…………………………………… (2.3)
n −1
n ∑ x i − (∑ x i ) 2
2
s =
2
………………………………. (2.4)
n(n − 1)
Deviasi standar populasi juga dapat ditentukan dengan adanya nilai populasi N.
∑ (x i − μ) 2
σ= i =1
……………………………… (2.5)
N
s
CV = x100 ……………………………..…(2.6)
x
Distribusi normal dikatakan sebagai distribusi normal standar adalah dengan rata –
1
f(x) = e −(x −μ)
2
2σ 2
…………………………….. (2.7)
σ 2π
normal.
Probabilitas dari pengukuran jika lebih besar atau sama dengan nilai tertentu dapat
52
+∞
PR (x ≥ a) = ∫ f(x)dx = α ……………………………………… (2.8)
a
Karena frekuensi luas di bawah kurva normal adalah sama dengan satu, probabilitas
Standar data variabel ini disebut deviasi normal z, dan digunakan untuk mengubah
setiap data variabel menjadi distribusi normal. Transformasi nilai x menjadi nilai z :
x −μ
z= ….…………….………………… (2.10)
σ
Tabel distribusi normal untuk variabel acak sehingga mendapatkan nilai normal.
Nilai tabel tersebut merupakan solusi untuk mengetahui nilai yang diinginkan dengan
+∞
1 −z n
PR (x ≥ Ka) = α = ∫
Ka 2π
.e 2 dz ……………………………. (2.11)
a −μ
Kα = …………………………………………………… (2.12)
σ
a −μ
Jika a < μ , maka K α = atau disebut nilai K α mutlak positif.
σ
PR (x ≥ a) = PR (z ≥ K α ) = α ………………………………….. (2.13)
53
3. Grafiknya mendekati sumbu datar x dimulai dari x = μ + 3σ ke kanan dan
x = μ − 3σ ke kiri.
sementara mengenai sesuatu yang dibuat untuk menjelaskannya dan untuk menuntun
atau mengarahkan penelitian selanjutnya. Setiap hipotesis bisa benar atau tidak benar
dan karenanya perlu diadakan penyelidikan. Kurva terdistribusi normal jika sampel
≥ 30.[16]
II.4.2.2. Distribusi t
menentukan keputusan, namun, tidak satu – satunya jenis distribusi yang digunakan
atau berlaku untuk analisis hanya distribusi normal. Melainkan distribusi tersebut
adalah distribusi t.
normal. Namun, jika standar deviasi σ tidak diketahui, maka jika disubstitusi,
54
variabel acak sehingga tidak dapat terdistribusi normal, walaupun s merupakan σ .
( x − μ) n
t= ………………………………………….. (2.14)
s
Distribusi ini banyak digunakan dalam solusi masalah ketika deviasi standar
populasi tidak diketahui. Nilai rata – rata yang diharapkan dari distribusi ini adalah
nol dan seperti distribusi normal, juga memiliki jangkauan - ∞ ke + ∞ . Namun, tidak
seperti distribusi normal, nilai persen dari distribusi t merupakan fungsi dari derajat
kebebasan dk atau v .
atau v = n – 1.
Nilai persentase distribusi dilihat pada nilai yang memiliki konsep umum
dalam pemecahan nilai probabilitas. Terdapat nilai – nilai variabel v dan persen
α µ α
55
-t tabel 0 + t tabel
II.4.3. Risiko
kesalahan. Jika hasil kinerja pekerjaan tidak memuaskan, maka pekerjaan tersebut
merugikan konsumen, disebut risiko konsumen. Agar kesalahan tidak terjadi, maka
tersebut dapat dipercaya dan spesifikasi juga menjadi standarisasi yang akurat.[13]
1. Risiko produsen adalah kesalahan yang terjadi pada saat nilai sampel
disebut sebagai α .
56
Diterima / Ditolak 10 %
2. Risiko konsumen adalah kesalahan yang terjadi pada saat nilai sampel
σ
LCL= x − K α ≤ μ ............................................................(2.16)
n
σ
UCL= x + K α ≥ μ ............................................................(2.17)
n
s s
LCL= x − t α/2;n −1 ≤ x ≤ UCL= x + t α/2;n −1 ……………………(2.18)
n n
57
Rc = ( x - ks ) ≥ L…………………………………………(2.20)
• Uji Hipotesis.[19]
− K α/2 ≤ z ≤ + K α/2
H : μ = μ0 , H diterima
− t α/2:n −1 ≤ t ≤ + t α/2:n −1
z ≥ Kα
H : μ ≥ μ0 , H diterima
t ≥ t α:n −1
z ≤ −K α
H : μ ≤ μ0 , H diterima
t ≤ t α:n −1
z=
(x − μ ) 0 n
……………………………………………..(2.21)
σ
t=
(x − μ ) 0 n
……………………………………………..(2.22)
s
z=
(x 1 − x2 )
(σ ) ( )
………………………………..…(2.23)
/ n x1 + σ x 2 / n x 2
2 2
x1
t=
(x 1 − x2 )
(s ) ( )
………………………………...….(2.24)
/ n x1 + s x 2 / n x 2
2 2
x1
58
II.4.5. Persen kesalahan
kp − k
kα = 1
1
( 2
+ k ÷ (2(n − 1))
2
)
2
1
1
( )
2
k p = k + k α + k ÷ (2(n − 1)) …………………………(2.25)
2
2
k − kp
kβ = 1
1
( 2
+ k ÷ (2(n − 1))
2
)
2
1
1
( 2
)
k p = k + k β + k ÷ (2(n − 1)) …………………………(2.26)
2
2
59
(K β − Kα ) σ2
2
n= …………………………………………(2.27)
(μ 0 − μ1 )2
Tabel 2.7. Rekomendasi jumlah sampel per lot (n)
Pondasi Tanggul 6
Konstruksi 6
Tanah Dasar 6
Pondasi Bawah 9
1. Grafik kontrol
Grafik kontrol merupakan kumpulan data yang ditulis dalam bentuk grafik
dan digunakan untuk membuat penilaian kontrol kualitas (quality control) pada
Adapun jenis grafik kontrol, yaitu grafik X. Grafik X adalah jenis grafik
kontrol yang menggunakan angka rata – rata dari contoh yang diambil dari pengujian
permukaan perkerasan. Hasil yang akan diukur adalah sampel variabel atau atribut
untuk mengetahui hasil atau tingkat kontrol kualitas yaitu rata – rata sampel.
1. Nilai rata-rata
60
3. Batas kontrol bawah atau lower control limit (LCL)
1. Grafik kontrol dibentuk dari data dimana kinerja masa depan dibandingkan
2. Lalu dihitung angka rata-rata, batas kontrol atas dan batas kontrol bawah. Batas
4. Pada grafik ditulis angka hasil pengukuran sampel variabel atau atribut dari unit.
kepada spesifikasi ada kemungkinan terjadi kondisi yang tidak acak atau
2. Kurva OC
61
Kurva (OC) adalah kurva yang diplotkan untuk menyajikan penerimaan
kontrol kualitas. Kurva tersebut akan menunjukkan dan membedakan sampel yang
dapat diterima atau tidak diterima terhadap spesifikasi. Kurva OC juga menjelaskan
risiko yang terjadi pada pelaksanaan kontrol kualitas. Sehingga kurva merupakan
batas statistik dari penilaian sampel yang akan dipilih nantinya. Sebuah kurva OC
penerimaan dan faktor yang mempengaruhi kontrol kualitas bahan dan pekerjaan.
dilihat dengan tabel kurva OC kesesuaian spesifikasi yang telah menjadi standar
berbeda.[11]
62
Gambar 2.14. Batas Spesifikasi, Satu Batas maupun Dua Batas.[13]
rerata.[13]
63