Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TAKWA DALAM KEHIDUPAN


Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok

mata kuliah Agama Islam

Dosen Pembimbing:

Dr. Hervrizal, M.A

Disusun oleh kelompok 5:

NAMA NIM

Nadilla Putri Idris 1905112124

Resty Amelia Putri 1905112129

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Agama Islam
dengan judul “Takwa dalam Kehidupan”.

Kami sebagai penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk
itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada dosen mata kuliah Agama Islam kami yaitu bapak Dr. Hervrizal, M.A yang
telah memberikan saran dalam penulisan makalah ini. Kami berharap bahwa makalah
ini akan membawa manfaat kepada yang membacanya. Demikian yang ingin kami
sampaikan. Terima kasih.

Pekanbaru, 09 Maret 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I 1

Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 1

1.3 Tujuan Masalah 1

BAB II 2

ISI 2

2.1 Pengertian dan Kedudukan Takwa 2

2.3 Ruang Lingkup Takwa 5

3. Hubungan dengan diri sendiri 9

2.4 Manfaat Takwa 12

BAB III 13

PENUTUP 13

3.1 Kesimpulan 13

3.2 Saran 14

Daftar Pustaka 15

3
4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Takwa merupakan sikap dalam memelihara keimanan seseorang sesuai
dengan yang diajarkan oleh Agama Islam. Adapun pengertian lainnya adalah
memelihara sikap keimanan dengan menjalankan perintah dari Allah SWT dan
menjauhi segala larangannya.

Kata “takwa” sangat sering kita dengar dalam ceramah-ceramah agama,


sebagai mana kalimat ini mudah dan ringan di ucapkan di lisan kita. Akan
tetapi, sudahkah hakikat kalimat ini terwujud dalam diri kita secara nyata?
Sudahkah misalnya cirri-ciri orang yang bertakwa yang di sebutkan dalam ayat
berikut ini terealisasi dalam diri kita?

“(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang


maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan
(kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan,
dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau
menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain
dari Allah. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka
mengetahui.“ (Qs.Ali ‘Imran: 134-135)

Maka mempraktekkan kalimat ini tidak semudah mengucapkannya,


khususnya kalau kita mengetahui bahwa takwa yang sebenarnya adalah amalan
hati dan bukan sekedar apa yang tampak pada anggota badan.

Taqwa merupakan salah satu bukti kecintaan kita kepada Allah SWT,
Orang yang bertaqwa bisa kita lihat dengan apa yang dia lakukan sehari-hari,
yakni selalu melakukan apa yang telah diperintahkan Allah untuk dikerjakan
dan menjauhi segala yang dilarang Allah itu adalah bukti kecintaan kepada
Allah SWT.

Pengertian Taqwa dari segi bahasa taqwa berasal dari bahasa Arab yang
berarti memelihara diri dari siksaan Allah SWT, yaitu dengan mengikuti segala

5
perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya (Imtitsalu awamirillah
wajtinabu nawahihi).

Akan tetapi banyak sekali orang-orang yang tidak mengetahui hal-hal


tentang taqwa, seperti mengetahui pengertian taqwa, tanda-tanda orang yang
bertaqwa, keutamaan dan ganjaran bagi orang-orang yang bertaqwa, ciri-ciri
serta manfa’at taqwa bagi orang yang bertaqwa.

Pemahaman Taqwa sangatlah penting karena kita sebagai umat islam inilah
salah satu bukti bahwa kita mensyukuri nimat Allah dan selalu mengharafkan
ridho-Nya. Semoga kita bisa menjadi sebaik-baik hambah-Nya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Takwa dan Kedudukan Takwa?

2. Apa dalil yang mendasari Takwa?

3. Apa saja ruang lingkup Takwa?

4. Apa saja manfaat Takwa?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk megetahui apa pengertian Takwa dan kedudukannya.

2. Untuk mengetahui dalil yang mendasari Takwa

3. Untuk mengetahui macan-macam ruang ligkup Takwa

4. Untuk mengetahui manfaat dari Takwa

6
BAB II

ISI

2.1 Pengertian dan Kedudukan Takwa1


Taqwa (takwa) berasal dari kata waqa, yaqi, waqiyah, yang berarti takut,
menjaga, memelihara dan melindungi. Adapun kedudukan takwa dalam islam itu
sangatlah penting ditandai oleh hadist Rasulullah ketika Abu Zar Al-Gifari pada
suatu hari meminta nasihat kepada Rasulullah, lalu Rasulullah memberi nasihat
dengan menyuruh nya bertakwa kepada Allah karena takwa adalah pokok segala
pekerjaan muslim. Sesuai dengan makna estimalogis tersebut, makna takwa
dapat diartikan sebagai sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam
pengalaman ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten (istiqamah) atau bisa
diartikan juga melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhkan larangannya.
Allah SWT berfirman yang artinya:

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu


kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah,
hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta
yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta;
dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat;
dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-
orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS.
Al-Baqarah, 2: 177)

Dengan adanya ayat di atas menjelaskan tentang karakteristik orang-orang


yang bertakwa dan secara umum dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori
atau indikator
ketakwaan,
diantaranya
adalah:

1
Toto Suryana dkk. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi. Tiga
Mutiara, Bandung :1997.

7
1. Iman kepada Allah, para Malaikat, Kitab-Kitab dan para Nabi. Dengan kata
lain, instrumen ketaqwaan yang pertama ini dapat dikatakan dengan
memelihara fitrah iman.

2. Mengeluarkan harta yang dikasihinya pada kerabat, anak yatim, orang-orang


miskin, orang-orang yang terputus di perjalanan, orang-orang yang meminta-
minta dana, orang-orang yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi
kewajiban memerdekakan hamba sahaya. Indikator taqwa yang kedua ini,
dapat disingkat dengan mencintai sesama umat manusia yang diwujudkan
melalui kesanggupan mengorbankan harta.

3. Mendirikan salat dan menunaikan zakat, atau dengan kata lain memelihara
ibadah formal.

4. Menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara kehormatan


diri.

5. Sabar di saat kesusahan dan di waktu perang atau dengan kata lain memiliki
semangat perjuangan.

Adapun tokoh yang ditunjukkan dalam ayat diatas dengan 5 indikator, pada
dasarnya dapat disimpulkan dalam dua kecenderungan sikap yaitu:

a. Sikap konsisten dan memelihara hubungan secara vertikal dengan Allah swt.,
Yang diwujudkan melalui iktikad dan keyakinan yang lurus, ketulusan dalam
menjalankan ibadah dan kepatuhan terhadap ketentuan dan aturan yang
dibuat-Nya.
b. Memelihara hubungan secara horizontal, yakni cinta dan kasih sayang kepada
sesama umat manusia yang diwujudkan dalam segala tindakan kebajikan.

Melihat karakteristik takwa di atas, maka takwa meliputi keseluruhan aspek


kemanusiaan, baik keyakinan, ucapan, maupun perbuatan yang mencerminkan
konsistensi seseorang terhadap nilai-nilai ajaran Islam. Karena itu, takwa
merupakan nilai tertinggi yang hendak dicapai oleh setiap muslim. Nilai-nilai lain
yang dimiliki manusia tidak berarti apa-apa di hadapan Allah, sebagaimana
difirmankan Allah “kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat
49:13)

8
2.2 Dalil Mengenai Takwa2

1.

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-


benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan
dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran 3:102)

2.

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan


katakanlah perkataan yang benar” (QS. Al-Azhab 22:70)

3.

2
Imam An-Nawawi. Terjemah Riyadhus Shalihin. Pustaka Nuun, Semarang:2013.
Hlmn 208

9
Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, jika kalian bertakwa kepada Allah,


niscaya Dia akan memberikan kepada kalian Furqan dan menghapuskan
segala kesalahan kalian dan mengampuni (dosa-dosa) kalian. Dan Allah
mempunyai karunia yang besar.” (QS. Al-Anfal 10:29)
4.

Artinya:
 "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya
Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.” (QS. Ali-Imran 3:31)3

2.3 Ruang Lingkup Takwa4

Secara umum takwa merupakan aktualisasi dari pelaksanaan aturan Allah


dalam hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia, dirinya sendiri dan
lingkungan alamnya. Dengan penjelasannya sebagai berikut:

1. Hubungan dengan Allah

3
Dr.Ahmad Lutfi Fathullah, MA. Selangkah Lagi Anda Masuk Surga. Niaga
Swadaya. Jakarta. Hlmn 114

4
Azra, Azyumardi. Buku Teks Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi
Umum. Dapertemen Agama RI, Jakarta : 2002.

10
Hubungan dengan Allah dalam arti perhambaan terhadap-Nya merupakan
titik tolak terwujudnya ketakwaan. Seseorang yang bertakwa (muttaqi) adalah
orang yang menghambakan dirinya kepada Allah dan selalu menjaga
hubungan dengan-Nya setiap saat serta memelihara hubungan dengan Allah
terus-menerus akan menjadi kendali dirinya sehingga dapat menghindar dari
kejahatan dan kemungkaran dan membuatnya konsisten terhadap aturan-
aturan Allah karena itu inti ketakwaan adalah melaksanakan perintah Allah
dan menjauhi larangannya.

Memelihara hubungan dengan Allah dimulai dengan melaksanakan tugas


perhambaan dengan melaksanakan ibadah secara sungguh-sungguh (khusyuk)
dan ikhlas seperti mendirikan salat dengan khusyuk dan penuh penghayatan
sehingga sangat memberikan bekas dan memberi warna dalam kehidupannya.
Melaksanakan puasa dengan ikhlas melahirkan kesabaran dan pengendalian
diri. Membayar zakat yang dapat mendatangkan sikap peduli dan menjauhkan
diri dari ketamakan dan kerakusan. haji mendatangkan sikap persamaan
menjauhkan dari takabur dan mendekatkan diri kepada Allah.

Memelihara hubungan dengan Allah dilakukan juga dengan menjauhi


perbuatan yang dilarang Allah, yaitu perbuatan dosa dan kemungkaran.
melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah pada dasarnya adalah
bentuk-bentuk perilaku yang lahir dari pengendalian diri atau mengendalikan
hawa nafsu yang ada dalam diri setiap masing-masing manusia.

Hubungan seseorang dengan Allah dilakukan secara terus-menerus


dengan selalu mengingat (zikir) kepada Allah, sehingga Allah dirasakan
begitu erat. Apabila ini telah terjadi wujud Allah akan dirasakan hadir setiap
saat sehingga tidak ada kesempatan untuk tidak melaksanakan perintah atau
melanggar larangan-Nya.

Selain ibadah formal, segala amal perbuatan baik yang diajar dengan
berlandaskan iman dinilai sebagai ibadah. Jadi, setiap manusia yang
menghamburkan dirinya kepada Allah awt. dan berbuat sebanyak-banyak
kebajikan di dalam segala aspek kehidupannya maka akan dinilai ibadah di
mata Allah swt. Hubungannya dengan Allah di aktualisasikan pula dalam
hubungan manusia dengan Rasulullah, yaitu mengembangkan kecintaan
kepada rasul melalui cara yang diperintahkan Allah. Hubungan dengan
Rasulullah dilaksanakan melalui cara-cara memberi shalawat, mengunjungi
makamnya, serta memuliakan namanya dengan menjaga dan menjauhkannya
dari sikap-sikap yang dapat menjatuhkan atau merendahkan derajatnya.

Rasulullah adalah orang yang dipilih Allah untuk menyampaikan dan


memberi contoh pelaksanaan ajaran Allah kepada manusia, karena itu seorang

11
muslim akan memuliakan rasulnya serta meletakkannya sebagai teladan hidup
yang terbaik. aktualisasi hubungan dengan Rasulullah dalam kehidupan
seorang muslim adalah membuktikan kecintaan dalam bentuk ketaatan dan
kepatuhan terhadap ajaran-ajaran dan sunnah-sunnahnya.

Taat kepada Allah dan taat kepada Rasul merupakan rangkaian yang tidak
bisa dipisahkan, taat kepada Rasul berarti taat kepada Allah pembuktian
ketaatan kepada Allah dan Rasul ini diwasiatkan Rasulullah dalam haditsnya
yang artinya "aku tinggalkan bagi kalian dua hal, apabila kalian berpegang
teguh kepada keduanya, maka kalian tidak akan sesat. Dua hal tersebut adalah
kitab Allah dan Sunnah rasul-Nya". Dengan demikian instrumen ketaqwaan
yang paling utama adalah iman yang diwujudkan melalui kecenderungan
untuk menghambakan diri kepada Allah semata dan menyelaraskan kita hidup
secara konsisten konsisten kepada Islam yakni dengan berpegang teguh dan
berpedoman secara utuh dan menyeluruh kepada Alquran serta sunnah Rasul-
Nya.

2. Hubungan dengan Sesama Manusia

a. Hubungan dengan keluarga

Berbuat baik kepada orang tua merupakan ungkapan terima kasih


kepada mereka karena adanya orang tua menjadi sebab adanya anak dan
jasa serta pengorbanan mereka dalam mengandung, melahirkan, dan
mendidik anak-anaknya. Karena itu tidak heran apabila Islam
menekankan kewajiban anak untuk berbakti kepada orang tuanya.

Ibu yang mengandung selama sembilan bulan yang dihadapkan pada


proses yang menyakitkan antara hidup dan mati ia berjuang untuk
melahirkan anaknya agar dapat hidup. Setelah bayi lahir ibu harus
menyusui nya dan merawatnya siang malam dengan penuh kasih sayang.
perawatan anak memerlukan kesabaran ketelatenan dan keuletan yang
hanya dapat dilakukan dengan dorongan keikhlasan semata-mata. di sini
ibu di menampilkan sosok manusia yang tak pernah berhenti memberikan
apa yang dimilikinya untuk anaknya.

Demikian pula peranan bapak dalam membesarkan dan mendidik


anak sangat besar karena bapak lah yang bertanggung jawab memberikan
sarana yang dibutuhkan untuk istri dan anaknya. mencari kifayah untuk
anak-anaknya adalah perjuangan yang berat dan dapat dikategorikan
sebagai jihad. karena perawatan dan pendidikan hanya dapat dilakukan
dengan sarana yang sanggup jawab pengadaannya ada pada bapak.

12
Berbuat baik kepada ibu bapak adalah menaati perintah,
menyenangkan dan menghormati mereka dengan sungguh-sungguh serta
menyantuni nya dan merawat mereka pada saat mereka dalam keadaan
sakit, lemah atau sudah tua. Jika orang tua telah meninggal dunia berbuat
baik dapat dilakukan dengan cara mendoakan meminta ampunan Allah
untuk mereka, menepati janjinya, memelihara dan meneruskan
silaturahmi serta menghormati teman temannya sewaktu mereka hidup.

Menaati perintah orang tua merupakan kewajiban dan bentuk berbuat


baik kepada orang tua tetapi apabila perintah mereka bertentangan dengan
perintah Allah maka jangan diturutin tetapi hendaknya tetap menghormati
dan mempergauli orang tuanya dengan baik sepanjang hidupnya yang
dilakukan dengan cara halus dan bijaksana. Bahkan apabila orang tua
berbeda agama, anak masih diwajibkan untuk berbuat baik dalam
pergaulan mereka dengan sebaik-baiknya, kendatipun aqidahnya berbeda

b. Menyayangi keluarga

Menyayangi keluarga merupakan salah satu aktualisasi ajaran Islam


yang harus ditampilkan dalam perilaku seorang muslim. menyayangi
keluarga ditampilkan dalam bentuk pemberian kasih sayang kepada
seluruh anggota keluarga. Islam mengajarkan umatnya untuk menjadikan
keluarga sebagai tempat yang penuh kedamaian atau sakinah melalui
pemupukan perhatian dan kasih sayang, sehingga seluruh anggota
keluarga, baik suami, istri maupun anak-anak tidak mencari perhatian dan
kasih sayang di luar rumah.

Menyayangi keluarga bisa dimulai dengan pengenalan terhadap


seluruh anggota keluarga serta menerima mereka apa adanya. Pemahaman
terhadap keluarga melahirkan komunikasi yang akrab antara anggota
keluarga, sehingga kasih sayang yang tercurah dari masing-masing pihak
dapat sampai dan dirasakan oleh pihak lainnya. Sehingga hubungan antar
anggota keluarga cenderung baik dengan demikian dapat menjauhkan
menjauhkan keluarga dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti anak yang
nakal, perselingkuhan, dan lainnya.

c. Hubungan dengan masyarakat

● Menegakkan keadilan

Menegakkan keadilan merupakan bentuk aktualisasi ajaran Islam


dalam hubungan seorang muslim dengan masyarakat. adil merupakan
kebutuhan asasi setiap orang dan setiap muslim senantiasa menjaga

13
hak asasi ini dengan cara berpihak kepada keadilan dan berusaha
menegakkan keadilan ditengah-tengah masyarakat.

● Amar ma'ruf nahyi Mungkar

Amar ma'ruf nahyi mungkar merupakan bentuk aktualisasi ajaran


Islam dengan cara menegakkan kebenaran dan membenci keburukan
serta kemungkaran yang ada di tengah masyarakat.

Amar ma'ruf adalah keberpihakan seorang muslim terhadap


kebenaran, kendatipun kebenaran itu dapat merugikan dirinya.
Demikian pula nahyi mungkar atau melanggar dan membenci
kemungkaran harus selalu ditampilkan kendatipun keburukan itu akan
menguntungkan dirinya.

d. Menyebarkan rahmat dan kasih sayang

Hubungan yang baik dengan sesama manusia adalah


mengembangkan silaturahmi dan menjalin dan mengokohkan tali
persaudaraan atas dasar kasih sayang. Dari dasar kasih sayang karena
Allah akan melahirkan banyak perbuatan yang baik, seperti keberpihakan
dan kepedulian terhadap orang lain, terutama orang-orang yang kurang
beruntung (kaum dhuafa), memberi maaf kepada orang lain yang
bersalah, baik diminta ataupun tidak akan memberikan manfaat yang
sebanyak-banyaknya kepada sesama manusia bahkan kepada seluruh
alam.

Menyebarkan rahmat dan kasih sayang dapat pula menghindarkan


sifat-sifat buruk seperti sombong, angkuh, fitnah, dan suudzan serta
permusuhan. sebab sifat-sifat tercela tersebut lahir dari egoisme dan
menyayangi kepuasan diri sendiri yang berlebihan.

3. Hubungan dengan diri sendiri

a. Memelihara kehormatan diri

Hubungan dengan diri sendiri dilakukan melalui upaya menjaga dan


memelihara kehormatan diri antara lain menjaga kesucian diri dengan
menghindari makanan dan minuman yang haram melalui pernikahan yang
sah mencari kehidupan dengan jalan yang halal menghindari diri dari
perbuatan haram seperti mencuri menipu korupsi serta perbuatan lain
yang dapat merugikan orang lain atau diri sendiri.

14
Dalam hubungan dengan diri sendiri ini yang menjadi penekanan
adalah mengendalikan dorongan dorongan nafsu yang membawa manusia
ke dalam suatu tindakan yang jelek. Maksud terdapat dalam diri setiap
orang karena itu orang yang mampu mendidik dirinya dengan mengolah
dan mengendalikan nafsu yang akan mampu menampilkan sosok
kepribadian seseorang manusia yang memiliki kehormatan dirinya
sebagai makhluk Allah yang mulia.

b. Sabar

Sabar pada dasarnya adalah interaksi seseorang dengan dirinya sendiri


ia merupakan sikap diri yang merupakan hasil proses pendidikan dan
penghayatan yang mendalam terhadap nilai-nilai yang tersimpan dalam
wahyu Allah dan dalam kehidupan nyata melalui pengalaman hidup.
sabar sendiri merupakan sikap diri menerima apa saja yang datang kepada
dirinya baik perintah larangan maupun musibah yang menimpanya.

Sabar terhadap perintah adalah sikap menerima dalam menjalankan


perintah Allah tanpa reserve. Taat kepada perintah memerlukan sikap hati
yang terbuka dan menerima dengan ikhlas atau kesabaran.tanpa sikap
sabar akan dijalankan atau kalaupun dilakukan dengan keterpaksaan maka
pekerjaan itu akan kehilangan maknanya. Sabar terhadap larangan
merupakan sikap diri untuk menahan dorongan dorongan keinginan dan
kebebasan untuk melakukan pekerjaan itu. menahan dan mengendalikan
keinginan adalah bentuk kesabaran terhadap larangan Allah.

Di sini sabar berarti pengendalian dan pengorbanan diri terhadap


keinginan dan kebebasan. Sabar terhadap musibah adalah menerima
adanya musibah yang menimpa sebagai ujian atau cobaan dari Allah.
Karena itu musibah tidak menjadikan kecewa atau putus asa, tetapi
dikembalikan kepada kekuasaan dan kasih sayang Allah serta menggali
hikmah sebanyak-banyaknya sebagai pelajaran dan pengalaman untuk
masa depan.

c. Syukur

Syukur merupakan aktualisasi ajaran Islam terhadap diri sendiri, yaitu


menumbuhkan sikap berterima kasih atas apa yang diperolehnya dari
Allah atau sesama manusia. Bersyukur kepada Allah adalah menyatakan
terima kasih terhadap apa yang dianugerahkan Allah. Pernyataan ini dapat
dilakukan dengan mengucap atau dengan perbuatan. Bersyukur dengan
ucapan adalah mengucapkan hamdalah (segala puji bagi Allah) setiap
merasakan nikmat.

15
Bersyukur yang paling tinggi nilainya adalah mensyukuri nikmat
Allah melalui perbuatan yaitu menggunakan nikmat yang diberikan Allah
sesuai dengan keharusannya. Bersyukur terhadap kebaikan orang lain
adalah mengungkapkan terima kasih terhadap orang yang memberikan
kebaikan itu paling sedikit dengan mengucapkan terimakasih dan lebih
jauh lagi dianjurkan untuk membalas kebaikan itu dengan kebaikan yang
lain

d. Tawakal

Tawakal yaitu menyerahkan keputusan segala sesuatu, ikhtiar dan


usaha kepada Allah. Tawakal bukanlah menyerah, tetapi sebaliknya usaha
maksimal tetapi hasilnya diserahkan seluruhnya kepada Allah yang
menentukan.

e. Istiqomah

Istiqomah adalah tegak berdiri di atas prinsip kebenaran yang


diyakininya. Istiqomah merupakan kan sikap hidup yang mampu berdiri
di atas prinsip tauhid dan mendorong dirinya untuk senantiasa konsisten
dengan prinsip itu dalam kondisi dan situasi apapun.

Istiqomah dapat melekat pada diri seorang muslim apabila ia telah


benar-benar beriman dan seluruh hidupnya dirujukkan kepada keimanan
semata-mata. Sehingga menafikan segala sesuatu selain iman kepada
Allah. karena itu dapat dikatakan bahwa Istiqomah merupakan
implementasi dari keimanan kepada Allah yang melahirkan penyerahan
diri secara total kepada-Nya. dengan demikian apapun yang terjadi dan
situasi apapun yang dihadapinya tidak akan merubah prinsip hidup itu.

4. Hubungan dengan lingkungan hidup

Taqwa ditampilkan pula dalam bentuk hubungan seseorang dengan


lingkungan hidupnya. manusia yang bertakwa adalah manusia yang
memegang tugas kekhalifahannya di tengah alam, sebagai subjek yang
bertanggung jawab mengelola dan memelihara alam selingkungannya.
Sebagai pengelola ia akan memanfaatkan alam untuk kesejahteraan hidupnya
di dunia tanpa merusak dan membinasakannya.

16
Bagi orang yang taqwa lingkungan alam adalah nikmat Allah yang
harus disyukuri dengan cara memanfaatkannya sesuai dengan keharusannya
dan memelihara dengan sebaik-baiknya. Di samping nikmat Allah, alam ini
juga adalah amanat yang harus dipelihara dan dirawat dengan baik.
mensyukuri nikmat Allah dengan cara yang demikian itu akan menambah
kadar dan kualitas nikmat yang akan diberikan Allah kepada manusia.
Tambah nikmat itu dalam bentuk nilai tambah manfaat dari lingkungan alam.
Sebaliknya orang yang tidak bersyukur terhadap nikmat Allah akan diberi
azab yang menyedihkan. azab Allah dalam kaitan ini adalah bencana alam
akibat eksploitasi alam yang tanpa batas karena kerakusan manusia.

Fenomena kerusakan lingkungan sekarang ini menunjukkan bahwa


manusia jauh dari ketakwaan. mereka mengeksploitasi alam tanpa
mempedulikan apa yang akan terjadi pada lingkungan itu di masa depan
sehingga malapetaka membayangi kehidupan manusia. Hutan yang di babat
habis melahirkan bencana banjir dan erosi tanah serta kebakaran hutan yang
merugikan manusia dan juga makhluk hidup lainnya.

Demikianlah ketakwaan suatu masyarakat dapat membawa dampak


yang besar bagi kebaikan masyarakat itu, sebaliknya kehancuran masyarakat
akan datang bila ketakwaan telah menghilang di tengah-tengah masyarakat.
Karena itu sangat tepat tindakan bangsa kita yang meletakkan taqwa sebagai
salah satu tujuan dari pendidikan nasional.

2.4 Manfaat Takwa

1) Allah menjadikan bagi orang-orang yang bertakwa itu furqan

Furqan ialah kemampuan membedakan antara yang haq dan bathil.


Kemampuan ini tidak didapat dari sekadar belajar ilmu pengetahuan dan
filsafat, karena kebenaran itu datangnya dari Allah SWT. Diambil dari surat
Al-Kahfi ayat 29, Dan Katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu;
maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan
barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”. Sesungguhnya Kami telah
sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung
mereka…” (QS Al-Kahfi 18: 29)

17
2) Dihapuskannya dosa-dosa kecil.

Tedapat beberapa ulama yang berpendapat bahwa dosa kecil itu


termasuk dosa yang tidak ditegaskan hukuman pastinya di dunia ini, dan tidak
pula ancaman khusus di akhirat. Tetapi, pendapat yang lebih bisa diterima
adalah bahwa dosa kecil dimaksudkan sebagai kesalahan yang dilakukan
dengan tidak sengaja, dan pelakunya segera bertaubat serta tidak mengulangi
kesalahan itu lagi. Diambil dari QS An-Nisa ayat 31 dijelaskan bahwa “Jika
kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang kamu dilarang
mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosa
kecilmu), dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).” (QS An-
Nisa 4:31)

3) Diampuninya dosa-dosa besar.

Dosa besar ialah kesalahan yang dilakukan dengan sengaja, diulang-


ulang, dan pelakunya tidak ada kesadaran untuk bertaubat dan memohon
ampun. Meninggalkan shalat karena malas dan lalai adalah dosa besar. Dan
jika meninggalkannya karena mengingkari wajibnya shalat, pelakunya
menjadi kafir/murtad. Diambil dari QS At-Tahrim ayat 8 berarti “Hai orang-
orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan
nasuhaa (taubat yang semurni-murninya), mudah-mudahan Rabbmu akan
menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam surga yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai…” (QS At-Tahrim 66:8).

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sudah jelas bahwa kedudukan takwa dalam islam sangatlah penting dimana
merupakan pokok pekerjaan dalam agama islam. Adapun pengertian dari takwa itu
sendiri adalah melindungi, menjaga, menghindari dari segala bentuk larangan Allah
SWT agar mendapatkan pahala dan terhindar dari dosa-dosa dengan dalil nya terdapat
dalam beberapa surah seperti Ali-Imran, Al-Azhab,dan Al-Anfal.Untuk lingkup ruang
dari takwa itu ada yang berasal dari keluarga, masyarakat, alam sekitar, bahkan diri
sendiri. Manfaat yang kita dapat jika kita bertakwa kepada Allah SWT adalah
dihapuskannya dosa-dosa kecil, dosa-dosa besar dan bagi orang yang bertakwa akan
dibedakan antara haq dan bathil nya.

3.2 Saran

Semoga dengan adanya makalah ini akan membuat kita selalu bertakwa
kepada Allah SWT dengan mengingat dan menjauhi larangan-larangannya agar
mendapatkan pahala dan terhindar dari dosa.

19
Daftar Pustaka

An-Namawi, Imam. 2013. Riyadhus Shalihin; Min Kalami Sayyidil Mursalin.


Semarang : Pustaka Nuun.

Azra, Azyumardi. 2002. Buku Teks Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan
Tinggi Umum. Jakarta : Dapertemen Agama RI.

Fathullah, Ahmad Lutfi. 2014. Selangkah Lagi Anda Masuk Surga. Jakarta :
Almahira.

Suryana, Toto dkk. 1997. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi.
Bandung : Tiga Mutiara.

20

Anda mungkin juga menyukai