Anda di halaman 1dari 13

BAB III

DESKRIPSI OBJEK STUDI PERANCANGAN

3.1 Data dan Fakta

Tradisi meracik dan meminum obat-obatan herbal di Indonesia sudah dikenal sejak
dulu. Obat-obatan herbal ini dikenal dengan sebutan Jamu, berasal dari bahasa jawa
kuno yaitu Djampi dan Oesodo. Djampi adalah bahasa Jawa Kuno yang berarti
penyembuhan yang menggunakan ramuan obat-obatan atau doa doa dan ajian-ajian
dan Oesodo berarti kesehatan. Jamu adalah produk ramuan tunggal atau campuran
dari bahan alam yang digunakan untuk pemeliharaan kesehatan, pencegahan
penyakit, pengobatan penyakit, pemulihan kesehatan, kebugaran dan kecantikan.

Data artefaktual di bidang pengobatan ditemukan pada relief Karmawipangga pada


candi Borobudur, relief candi Brambang komplek candi Prambanan yang dibangun
sekitar abad 8-9 Masehi, juga candi Panataran, Sukuh dan Tekalwangi. Sejak abad 5
Masehi, bukti tertulis mengenai penggunaan jamu dalam pengobatan ditemukan pada
naskah atau primbon. Terbukti dengan adanya prasasti candi Perot tahun 772
Masehi, Haliwangbang tahun 779 Masehi, dan Kadadu tahun 1216 Masehi. Berbagai
prasasti lainnya pada sekitar abad 13 Masehi mendukung bukti sejarah penggunaan
jamu. Pada prasasti tersebut banyak memuat profesi dibidang kesehatan antara lain
terdapat prasasti Madhawapura yang menyebutkan profesi ACARAKI atau peracik
Jamu.

Pada awal abad ke 16, pendistribusian jamu mulai dikenal dengan jamu gendong.
Istilah ini dikenal karena jamu yang telah diracik dibawa dengan menggunakan
keranjang yang diikat dengan lurik dan digendong. Jamu gendong dikenal juga
sebagai The Walking Pharmacies oleh para penjajah. Seiring berjalananya waktu,
perkembangan teknologi semakin canggih dan memberikan perubahan yang pesat
pada setiap ranah kehidupan. Terutama pada dunia industri, kesehatan dan juga
pendidikan. Dalam mengatasi kesehatan, masyarakat saat ini cenderung
mengonsumsi obat-obatan instan yang diberikan oleh dokter. Teknologi memang

21 Universitas Kristen Maranatha



memberikan banyak kemudahan sehingga banyak masyarakat yang terlena akan
tradisi budayanya. Hal inilah yang menjadikan pekerjaan jamu gendong sudah jarang
ditemukan.

3.1.1 Jamu Gendong

Pekerjaan jamu gendong hadir pada abad ke-16 masehi. Jamu gendong merupakan
istilah untuk cara pendistribusian jamu dengan cara digendong menggunakan lurik.
Awalnya, pekerjaan ini dilakukan oleh laki-laki namun tenaga mereka lebih
dibutuhkan untuk mengerjakan hal-hal yang berkaitan dengan pertanian. Sehingga,
pekerjaan ini dilanjutkan oleh perempuan sebagai lahan penghasilan untuk
mencukupi kebutuhannya. Biasanya penjual jamu gendong berpenampilan sederhana
dengan mengenakan kutu baru, rok batik yang dililit dan sanggul. Kemudian jamu-
jamu yang berada di dalam botol disimpan ke dalam keranjang anyam dan diikat
dengan lurik lalu digendong.

Jamu-jamu yang dibawa adalah ramuan yang diracik oleh tabib/dukun untuk
pelanggannya yang dititipkan melalui penjual jamu gendong. Lambat laun
tabib/dukun mengajarkan cara meracik obat-obatan herbal tersebut kepada penjual
jamu. Sehingga penjual jamu dapat meracik sendiri, khususnya obat-obatan yang
umum diminum setiap hari seperti kunyit asam dan beras kencur.

Gambar 3.1 Penjual Jamu Gendong


(Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Jamu)

22 Universitas Kristen Maranatha



3.1.2 Prasasti Madhawapura

Prasasti Madhawapura adalah prasasti tembaga yang ditemukan di Malang pada


tahun 928 Masehi. Prasasti ini menceritakan adanya profesi meracik jamu yang
disebut dengan istilah ACARAKI dengan menggunakan bahasa jawa kuno.
Sehingga prasasti ini menjadi bukti bahwa pekerjaan meracik obat-obatan herbal
atau jamu adalah tradisi atau warisan yang harus dilestarikan.

Gambar 3.2 Prasasti Madhawapura


(Sumber: https://anangpaser.wordpress.com/2015/04/03/madhawapura-kern-e38/)

3.1.3 Lurik

Lurik merupakan nama kain, kata lurik sendiri berasal dari bahasa Jawa, lorek yang
berarti garis-garis, yang merupakan lambang kesederhanaan. Sederhana dalam
penampilan maupun dalam pembuatan namun sarat dengan makna (Djoemena, Nian
S., 2000). Selain berfungsi untuk menutup dan melindungi tubuh, lurik juga memiliki
fungsi sebagai status simbol dan fungsi ritual keagamaan. Motif lurik yang dipakai
oleh golongan bangsawan berbeda dengan yang digunakan oleh rakyat biasa, begitu
pula lurik yang dipakai dalam upacara adat disesuaikan dengan waktu serta
tujuannya. Motif lurik tradisional memiliki makna yang mengandung petuah, cita-
cita, serta harapan kepada pemakainya.

Lurik menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia (1997) adalah suatu kain hasil
tenunan benang yang berasal dari daerah Jawa Tengah dengan motif dasar garis-garis
atau kotak-kotak dengan warna-warna suram yang pada umumnya diselingi aneka
warna benang. Kata lurik berasal dari akar kata rik yang artinya garis atau parit yang
dimaknai sebagai pagar atau pelindung bagi pemakainya. Menurut Kamus Besar

23 Universitas Kristen Maranatha



Bahasa Indonesia (1990), lurik adalah kain tenun yang memiliki corak jalurjalur,
sedangkan dalam Kamus Lengkap Bahasa Jawa (Mangunsuwito : 2002) pengertian
lurik adalah corak lirik-lirik atau lorek-lorek, yang berarti garis-garis dalam bahasa
Indonesia. Dari berbagai definisi yang telah disebutkan di atas, dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa lurik merupakan kain yang diperoleh melalui proses
penenunan dari seutas benang (lawe) yang diolah sedemikian rupa menjadi selembar
kain katun. Proses yang dimaksud yaitu diawali dari pembuatan benang tukel, tahap
pencelupan yaitu pencucian dan pewarnaan, pengelosan dan pemaletan, penghanian,
pencucuk-an, penyetelan, dan penenunan. Motif atau corak yang dihasilkan berupa
garis-garis vertikal maupun horizontal yang dijalin sedemikian rupa sesuai warna
yang dikehendaki dengan berbagai variasinya.

Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia (1997) disebutkan bahwa lurik diperkirakan


berasal dari daerah pedesaan di Jawa, tetapi kemudian berkembang, tidak hanya
menjadi milik rakyat, tetapi juga dipakai di lingkungan keraton. Pada mulanya, lurik
dibuat dalam bentuk sehelai selendang yang berfungsi sebagai kemben (penutup
dada bagi wanita) dan sebagai alat untuk menggendong sesuatu dengan cara
mengikatkannya pada tubuh, sehingga kemudian lahirlah sebutan lurik gendong.

Gambar 3.3 Lurik


(Sumber: https://id.pinterest.com)

24 Universitas Kristen Maranatha



3.1.4 Anyaman

Anyaman adalah karya seni yang terbuat dari lembaran-lembaran dengan cara
ditindih atau menyilang. Lembaran-lembaran yang diatur tersebut dapat berupa
bambu, daun pandan, kertas, rotan atau kulit binatang. Masyarakat di pedesaan
masih banyak yang melakukan pekerjaan menganyam. Mereka membuat hiasan
dinding, alat dapur, tikar, dinding anyaman bambu dan peralatan rumah tangga
untuk dipakai sendiri atau untuk dijual, seperti bakul atau keranjang.

Pemilihan bahan untuk berkarya kerajinan anyaman perlu diperhatikan, baik dari
fungsi dan keindahan benda yang akan dibuat. Dalam memilih bahan, pengrajin
harus menghindari pemilihan bahan yang tidak tepat karena dapat menyebabkan
kerusakan. Contohnya, dalam membuat keranjang dan bakul dipilih bahan bambu,
karena selain kuat bambu juga mudah untuk dibentuk. Bambu bersifat lunak, mudah
dihaluskan dengan pisau atau ampelas. Oleh karena itu, keranjang dan bakul bambu
aman digunakan, kuat dan indah.

Gambar 3.4 Anyaman


(Sumber: https://id.pinterest.com)

25 Universitas Kristen Maranatha



3.2 Trend Forecasting 2019-2020: Singularity

Menurut Barry Render dan Jay Heizer (2001): Peramalan (forecasting) adalah seni
dan ilmu memprediksi peristiwa-peristiwa masa depan dengan pengambilan data
historis dan memproyeksikannya ke masa depan dengan menggunakan beebrapa
bentuk model matematis.

Prediksi mengenai trend yang baru atau yang dikenal dengan fashion forecasting di
Indonesia dilakukan oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) yang bekerja sama
dengan Indonesia Fashion Chamber merumuskan trend besar di dunia seni untuk
tahun 2019-2020, dikenal sebagai Indonesia Trend Forecasting. ITF berlaku di
semua sektor seni dari desain interior, produk, kriya, dan tentunya fashion.

Tema besar ITF tahun ini disebut Singularity atau dalam Bahasa Indonesia disebut
keganjilan teknologi. Singularity adalah sebuah hipotesis yang memprediksi bahwa
penemuan kecerdasan artifisial super akan memicu pelarian pertumbuhan teknologi
yang menghasilkan kecerdasan super, yang dapat jauh melampaui kecerdasan
manusia. Singularity terbagi ke dalam 4 subsector yaitu:

1. Exuberant/Keceriaan Optimisme
Kamus Merriam-Webster menggambarkan Exuberant sebagai “Sangat hidup,
senang dan bersemangat: dipenuhi oleh energi dan antusiasme”. Atau “Sangat
berkecukupan”. Keduanya merupakan hasil dari upaya panjang mencari
kemakmuran, identitas terpadu, penerimaan di masyarakat, dan kebahagiaan.
Dapat dilihat dalam Subkultur yang merupakan cerminan gaya hidup orang
muda Asia-Amerika, yang menikmati hasil jerih payah orangtua atau kakek-
neneknya; kaum imigran yang bekerja seumur hidupnya untuk mencapai
kemakmuran dan kesejahteraan. Subkultur ini menyebar dari Amerika Serikat
ke seluruh dunia, terutama negara-negara berbudaya Asia, termasuk musik
Asia Tap-Rap, yang membuat Rapper Indonesia “Rich Chigga” melejit dalam
bisnis hiburan internasional. Keburaman batas kultural terbentuk dari satu sisi
yang bergaya barat dan sisi lainnya yang berakar ketimuran, di mana nilai-nilai
budaya Asia seperti inklusivitas generasi muda dan tua merupakan bagian

26 Universitas Kristen Maranatha



dalam keseharian. Sebuah semangat yang secara mengejutkan juga ditemukan
pada gaya hidup yang dipilih oleh generasi “baby boomers” dan generasi
sebelumnya yang kini memiliki kecenderungan untuk hidup secara dinamis,
aktif dan kreatif. Karakter dasar dari tema ini adalah santai, ramah, sedikit
‘nerdy’ namun tetap ‘stylish’ dan lucu. Kehidupan yang tidak terlepas dari
teknologi digital merangkul rekonsiliasi budaya dalam musik, hiburan dan seni,
yang divisualisasikan dengan grafis yang berwarna, ‘street art’, komik dan
kartun.

Gambar 3.5 Exuberant


(Sumber: http://trendforecasting.id/singularity-
section/tema-impulse-book-2/exuberant)

2. Neo-Medieval/Romantisme Abad Pertengahan


Tema ini terinspirasi oleh istilah “Neomedievalism” yang pertama kali
diutarakan Hedley Bull pada tahun 1977 dalam “Masyarakat Anarkis: Sebuah
studi aturan dalam politik dunia untuk menggambarkan erosi kedaulatan negara
dalam dunia kontemporer yang terglobalisasi”. Globalisasi mengakibatkan
sebuah trend yang menyerupai masa abad pertengahan, di mana kekuatan
politik dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan lain, seperti badan-badan
keagamaan, pemerintahan otonomi; daripada sebuah otoritas politik tunggal
dalam bentuk negara yang memiliki kedaulatan mutlak atas wilayahnya.
Serikat regional dan kultural mengalami peningkatan kekuatan, diantaranya
adalah Masyarakat Uni Eropa, seperti juga Skotlandia dan Katalonia. Menjadi
sebuah tantangan bagi eksklusivitas otoritas negara.Tema-tema abad
pertengahan menjadi tetap mempesona dalam dunia yang modern dan

27 Universitas Kristen Maranatha



berteknologi tinggi, karena sebuah narasi romantis sejarah sangat dibutuhkan
untuk menjelaskan pandangan yang membingungkan akan situasi politik dan
budaya saat ini. Hasilnya adalah sebuah tema bernafas abad pertengahan,
namun sangat futuristis dan kelihatan berlatar belakang teknologi tinggi.Fiksi
ilmiah mengenai kehidupan inter-galaktik dalam gaya dan pemikiran abad
pertengahan merupakan pengaruh utama dalam tema ini, membuat kita
membebaskan imajinasi dan kreativitas untuk menghidupkan gaya historis-
futuristik.

Gambar 3.6 Neo-Medieval


(Sumber: http://trendforecasting.id/singularity-
section/tema-impulse-book-2/neo-medieval)

3. Svarga/Keindahan Spiritual
Svarga adalah kata bahasa sanskerta yang berarti “Surga”, untuk
menggambarkan pendekatan antar manusia secara spiritual. Profesor Yuval
Noah Harari dalam bukunya yang mengundang kontroversi “Sapiens”
menyatakan bahwa dalam sejarahnya, Homo Sapiens berkembang ke arah
saling ketergantungan dalam bidang politik dan ekonomi. Sebagian orang
berpendapat bahwa kita adalah bagian dari komunitas dunia, yang membuat
kita wajib untuk bekerjasama untuk menciptakan dunia yang lebih baik. Ini
merupakan faktor pendorong gerakan-gerakan kesadaran yang menyoroti
ketidakadilan pada ekonomi dunia, dengan mempercayai bahwa setiap individu
mampu membuat perubahan dengan memilih sebuah gaya hidup yang
memberikan dampak positif pada kemanusiaan. “Impact trip” merupakan cara
baru untuk menikmati liburan, seperti juga akomodasi Co-Living yang
merangkul aktivitas sosial yang unik bagi penduduk lokal, meningkatkan

28 Universitas Kristen Maranatha



apresiasi pada manusia dan kultur di area sekitar akomodasi tersebut. Kita
mampu menciptakan neraka atau surga dunia, tergantung dari kelompok
masyarakat yang kita pilih. Dan faktor penyatu terbesar umat manusia adalah
semangat kemanusiaan, di mana harapan dan pencarian kebahagiaan
merupakan kepentingan bersama. Svarga merupakan simbol dari dampak yang
bisa dihasilkan jika umat manusia bersatu dan bekerjasama, memberikan
kemurahan hati dan pengetahuan dengan imbalan rasa bahagia, menciptakan
semacam surga di atas bumi, mengurangi kerusakan dan penyakit sosial yang
tercipta dengan berjalannya sejarah umat manusia. Desain memperlihatkan
produk-produk berbasis kriya bernilai tinggi, untuk menggarisbawahi warisan
tradisi yang tak ternilai harganya dan kearifan lokal pelaku kriya tradisional,
yang eksistensinya kini menjadi penjaga preservasi budaya.

Gambar 3.7 Svarga


(Sumber: http://trendforecasting.id/singularity-
section/tema-impulse-book-2/svarga)

4. Cortex/Paradoks Kecerdasan Artifisial


Kita berada di sebuah revolusi digital, di mana digitalisasi membaur dalam
kehidupan secara menyeluruh. Algoritma dari media sosial yang kita gunakan
mendikte selera, tendensi dan bahkan cara berfikir kita. Sementara kita masih
berfikir bahwa apapun yang ada di kepala kita itu merupakan hasil murni dari
proses berfikir. Banyak sekali diskusi yang terjadi, membahas apakah manusia
akan punah dan diganti oleh robot, atau manusia akan kehilangan fungsinya
karena semua profesi akan diambil alih oleh robot. Faktanya, robot hanyalah
mesin. Bahaya laten yang sebenarnya terletak pada sistem yang membuat robot

29 Universitas Kristen Maranatha



bergerak, melakukan sesuatu dan bahkan berfikir: perangkat lunak yang
berkembang menjadi kecerdasan buatan. Meskipun banyak pendapat yang
memberikan peringatan dan ketakutan pada perkembangan yang terjadi, ada
beberapa hipotesa yang cenderung membingkai AI sebagai sebuah cara untuk
membuat sintese manusia dan mesin yang akan membesut kita menjadi
manusia super. Dalam proses pengembangan desain, telah dibuktikan bahwa
AI bukan hanya berfungsi sebagai alat pembantu desainer, melainkan juga bisa
menjadi desainer itu sendiri. Pada mulanya hal tersebut terasa mengerikan,
namun, jika berfikir pada sebuah artikel dalam fastco design mengenai
pekerjaan desainer di masa depan yang belum ada samasekali hari ini, yang
diusulkan oleh beberapa pelaku bisnis desain papan atas, AI juga bisa berarti
sebuah harapan bagi dunia yang lebih baik. Tema ini menggambarkan AI
sebagai neokorteks eksternal bagi umat manusia, yang berlaku sebagai alat
untuk mengeksplorasi bentuk, material dan medium dalam riset desain, di
mana hasilnya yang seringkali tak terduga membuka horison baru mengenai
visi, bentuk dan material.

Gambar 3.8 Cortex


(Sumber: http://trendforecasting.id/singularity-
section/tema-impulse-book-2/cortex)

3.2.1 Tren Neo-Medieval sebagai bagian dari Trend Singularity 2019/2020

30 Universitas Kristen Maranatha



Tema ini dipicu oleh kekhawatiran akan datangnya Perang Dunia III, akibat
perbedaan kepentingan yang dianut oleh beberapa negara. Negara superior berambisi
menguasai daerah lain untuk terus menjaga supremasinya. Sementara itu, negara-
negara lain yang inferior mempertahankan eksistensi dan ideologi mereka, berjuang
dengan segala apa yang mereka miliki. Ada yang ingin berubah sesuai dengan paham
baru dan modern, namun ada yang bersikukuh dengan paham dan pola pikir yang
kolot.

Gambar 3.9 Neo-Medieval


(Sumber: http://trendforecasting.id/singularity-
section/tema-rtw-fashion-6/neo-medieval)

3.2.2 Tren dan Subtema Tren yang dipilih

Koleksi busana Ready to Wear yang berjudul ACARAKI ini akan menggunakan
trend Neo-Medieval sebagai acuan desain dengan sub-tema Galactic
Romantic/Romantisme Perang Bintang.

Galactic Romantic adalah subtema yang terinspirasi dari bangkitnya masa


Renaissance, subtema ini merangkul desain detail yang romantic dan mewah masa
tersebut dalam koleksi antar galaksi. Kemewahan dapat terlihat pada material
eksklusif seperti brokat, bludru, sutera dan material yang setara.

31 Universitas Kristen Maranatha



Gambar 3.10 Neo-Medieval
(Sumber: http://trendforecasting.id/singularity-
section/tema-impulse-book-2/neo-medieval)

3.2.3 Target Market

Target market yang dituju dalam koleksi busana ini sebagai berikut:

3.2.3.1 Segmenting

Segmenting atau Segmentasi adalah suatu cara strategi dalam memetakan pasar atau
menggolongkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang berdasarkan kemiripan
atau kesamaan akan suatu hal. Dalam segmentasi terdapat 3 (tiga) macam jenis
sebagai berikut:

a. Geographic Segmentation
Segmentasi berdasarkan geografi pada busana Ready to Wear berjudul
ACARAKI ini, ditujukan untuk orang-orang yang tinggal di daerah atau kota-
kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan.
b. Demographic Segementation
Segmentasi berdasarkan demografi pada busana Ready to Wear yang berjudul
ACARAKI ini, ditujukan untuk wanita berusia 20-35 tahun. Wanita yang
berstatus sosial menengah ke atas dengan pekerjaan yang berkaitan dengan
influencer seperti public figure, model dan blogger
c. Psychographic Segementation
Segmentasi berdasarkan psikografi pada busana Ready to Wear yang berjudul
ACARAKI ini, ditujukan untuk wanita yang memiliki kepercayaan diri yang
tinggi dan mencintai adat jawa.

32 Universitas Kristen Maranatha



3.2.3.2 Targeting

Targeting merupakan suatu kegiatan memilih salah satu kelompok yang telah
tersegmentasi untuk dijadikan sebagai suatu target agar kita mengenal lebih dalam
target yang dipilih. Koleksi busana Ready to Wear ini dirancang bagi masyarakat
perkotaan namun masih melakukan atau melestarikan budayanya serta bangga
terhadap budayanya, seperti meminum jamu.

3.2.3.3 Positioning

Koleksi busana Ready to Wear ini dirancang untuk dikenakan ke dalam acara yang
berkaitan dengan acara fashion, undangan pernikahan dan pergelaran kesenian.
Adapun public figure yang seduai dengan busana ini adalah Ayu Dewi

33 Universitas Kristen Maranatha

Anda mungkin juga menyukai