Anda di halaman 1dari 35

BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Kajian Konseptual Fokus Penelitian

1. Faktor-Faktor Penghambat Pembelajaran

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses kehidupan setiap umat

manusia untuk mencapai tingkatan yang lebih tinggi. Kegiatan

yang bertujuan untuk merubah tingkah laku, membuat diri siswa

menjadi lebih baik, dan mengubah pola pikir dari yang abstrak

sampai konkret. Uno (2011:15) mengemukakan bahwa belajar

adalah proses perubahan perilaku seseorang setelah mempelajari

suatu objek (pengetahuan, sikap atau keterampilan) tertentu,

karena belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakukan

melalui pengalaman dari interaksi dengan lingkungan.

Adapun pendapat lain tentang belajar dikemukakan Suyono

dan Hariyanto (2011:11) bahwa sebagai akibat praktik belajar

yang kurang kondusif, tidak demokratis, tidak memberikan

kesempatan berkreasi dan belum mengembangkan seluruh

potensi siswa secara optimal.

Selain itu, Trianto (2010:16) mengemukakan bahwa proses

belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak

disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada

suatu perubahan pada diri pembelajar.

8
9

Sementara pengertian belajar Susanto (2011:4)

mengemukakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental yang

berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan

lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan, pemahaman, dan berbekas, keterampilan dan nilai

yang relatif bersifat konstan. Sedangkan Nana Syaodih

(2011:155) mengemukakan bahwa belajar selalu berkenaan

dengan perubahan-perubahan pada diri orang yang belajar,

apakah itu mengarah kepada yang lebih baik ataupun yang

kurang baik, direncanakan atau tidak. Hal lain yang juga selalu

terkait dalam belajar adalah pengalaman, pengalaman yang

berbentuk interaksi dengan orang lain atau lingkungannya.

Dimyati dan Mudjiono (2013:9) mengemukakan bahwa

belajar adalah suatu perilaku yang hasilnya adalah respon yang

baik dalam suatu hal, sedangkan Slameto dikutip Nunuk Suryani

dan Leo Agung (2012:35) mengemukakan bahwa belajar adalah

suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk

memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman dalam berinteraksi

dengan lingkungannya.

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai hakikat belajar,

maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan

atau proses yang tidak mengacu kepada makna melainkan


10

mengacu kepada kebiasaaan serta pengalaman yang telah

dialami selama proses belajar berlangsung, kebiasaan bisa

mencakup dengan perubahan tingkah laku serta pengalaman

mencakup dari pengetahuan yang didapat untuk bekal dalam

masyarakat, siswa mampu mencapai tujuan jika semua komponen

berjalan dengan baik dan sistematik.

b. Pengertian Pembelajaran

Susanto (2013:9) mengemukakan bahwa kata

pembelajaran diambil dari kata dasar “ajar” ditambah awalan “pe”

dan akhiran “an” menjadi kata “pembelajaran”, diartikan sebagai

proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga

anak didik mau belajar.

Sementara Sanjaya (2011:13-14) mengemukakan bahwa

pembelajaran merupakan suatu sistem yang kompleks yang

keberhasilannya dapat dilihat dari dua aspek yaitu aspek produk

dan aspek proses. Keberhasilan pembelajaran dilihat dari sisi

produk adalah keberhasilan siswa mengenai hasil yang diperoleh

dengan mengabaikan proses pembelajaran. Keberhasilan

pembelajaran dilihat dari sisi hasil memang mudah dilihat dan

ditentukan kriterianya, akan tetapi hal ini dapat mengurangi makna

proses pembelajaran sebagai proses yang mengandung nilai-nilai

pendidikan.

Adapun pendapat lain dikemukakan Hamalik (2015:57)

bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun

meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas perlengkapan


11

dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan

pembelajaran. Sedangkan Suprihartiningrum (2013:75)

mengemukakan bahwa pembelajaran adalah serangkaian

kegiatan yang melibatkan informasi dan lingkungan yang disusun

secara terencana untuk memudahkan siswa dalam belajar.

Lingkungan yang dimaksud tidak hanya berupa tempat, tetapi juga

metode, media, dan peralatan yang diperlukan untuk

menyampaikan informasi.

Selain itu, Dimyati dan Mujiyono (2011:62) mengemukakan

bahwa pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram

dalam desain instruksional, untuk membuat belajar secara aktif,

yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Demikian juga Suryono dan Hariyanto (2011:183)

mengemukakan bahwa pembelajaran identik dengan pengajaran,

suatu kegiatan dimana guru mengajar atau membimbing anak-

anak menuju proses pendewasaan diri. Jadi dalam istilah

pembelajaran sama dengan pengajaran atau perintah. Dalam

proses ini guru dan siswa sama sama saling belajar. Guru melatih

keterampilan mengajar yang dimiliki dan siswa mengajarkan guru

untuk mendidik mereka dengan baik dan benar.

Berdasarkan penjelasan para ahli di atas mengenai hakikat

pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

merupakan proses bimbingan atau arahan yang diberikan guru

kepada siswa, proses bimbingan tersebut berguna untuk


12

memberikan perubahan pada tingkah laku siswa, memberikan

pemahaman tentang bagaimana caranya bermasyarakat, dan

pembelajaran bersifat kontinu serta fungsional.

c. Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu

materi pelajaran yang sangat penting di sekolah. Tarigan (2009:2)

berpendapat bahwa apabila seseorang mempunyai bahasa yang

baik, maka siswa diharapkan dapat berkomunikasi dengan orang

lain secara baik dan lancar, baik secara lisan maupun tulisan.

Siswa juga diharapkan menjadi penyimak dan pembicara yang

baik, menjadi pembaca yang komprehensif serta penulis yang

terampil dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mencapai tujuan ini,

maka para guru berupaya sekuat daya harus menggunakan

bahasa dengan baik dan benar, agar siswa dapat meneladaninya.

Selanjutnya definisi Aminudin dikutip Resmini (2009:32)

mengemukakan bahwa peningkatan kemampuan berkomunikasi

itu meliputi aspek skemata (pengetahuan dan pengalaman),

kebahasaan, strategi produktif, mekanisme psikofik dan konteks.

Adapun penjelasan Resmini (2009:28) menyatakan bahwa

hakikat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di SD

merupakan :

1) Bentuk penerapan kurikulum

2) Bentuk pencapaian tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia


13

3) Upaya peningkatan kemampuan siswa SD mulai dari kelas I

sampai kelas IV SD dalam mencapai tujuan mata pelajaran

tersebut

Pengetian pembelajaran Bahasa Indonesia Depdiknas

(2009:1) menjelaskan bahwa fokus utama pencapaian hasil

belajar Bahasa Indonesia kurikulum 2006 dititik beratkan pada

keterampilan membaca dan menulis. Membaca sebagai

keterampilan dasar harus dikuasai setiap siswa untuk membekali

pengetahuan pada jenjang selanjutnya. Semua buku teks

berbagai mata pelajaran disajikan dalam Bahasa Indonesia. Untuk

itu kemampuan membaca memegang peranan penting. Para

siswa dapat mempelajari berbagai mata pelajaran jika siswa

sudah mempunyai kemampuan membaca yang baik. Berikut ini

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) membaca

permulaan pada kelas I :

SK KD
1. Memahami teks 1.1 membaca nyaring suku kata dan
Kelas I pendek dengan kata dengan lafal yang tepat
Semester 1 membaca nyaring 1.2 membaca nyaring kalimat
sederhana dengan lafal dan
informasi tepat
1. Memahami teks 1.1 membaca lancar beberapa kalimat
pendek, dengan sederhana yang terdiri atas 3-5
Kelas I membaca lancar kata dengan intonasi tepat.
Semester 2 dan membaca 1.2 Membaca puisi anak yang terdiri
puisi anak atas 2-4 baris dengan lafal dan
informasi yang tepat
Sumber: Panduan untuk Guru Membaca dan Menulis Permulaan oleh
Depdiknas (2009)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dimaknai bahwa

pembelajaran Bahasa Indonesia terutama kelas rendah


14

difokuskan kepada membaca dan menulis. Seperti yang telah

dijelaskan, keterampilan membaca sangat dibutuhkan siswa

karena digunakan sebagai penentu keberhasilan mata pelajaran

lainnya. Pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya di Sekolah

Dasar harus dilakukan dengan benar karena siswa kelas rendah

sangat mudah untuk menangkap dan menirukan gaya bahasa

orang yang dilihatnya. Selain untuk penentu keberhasilan,

keterampilan membaca Bahasa Indonesia juga bisa

menumbuhkan apresiasi siswa terhadap hasil karya sastra

Indonesia.

d. Faktor-Faktor Penghambat Pembelajaran

Untuk mencapai suatu pembelajaran. Ada faktor-faktor

yang mempengaruhi agar proses pembelajaran dengan baik dan

sesuai dengan tujuan yang sudah direncanakan. Slameto

(2010:54) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan

menjadi dua golongan saja yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang

sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada

di luar individu.

Adapun pendapat lain dikemukakan Rifa’i dan Anni

(2011:97) bahwa faktor-faktor yang memberikan kontribusi

terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi internal dan


15

eksternal. Kondisi internal mencakup kondisi fisik, seperti

kesehatan organ tubuh, kondisi psikis seperti kemampuan

intelektual, emosional dan kondisi sosial seperti kemampuan

bersosialisasi dengan lingkungan. Sedangkan kondisi eksternal

meliputi variasi dan tingkat kesulitan materi (stimulasi) yang

dipelajari (direspon), tempat belajar, iklim, suasana lingkungan

dan budaya belajar masyarakat. Kesempurnaan dan kualitas

kedua kondisi tersebut akan berpengaruh terhadap kesiapan,

proses dan hasil belajar.

Kemudian Sudjana (2009:39) mengemukakan bahwa

beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik

yaitu faktor dari dalam diri peserta didik atau faktor individu dan

faktor dari luar diri peserta didik atau faktor lingkungan. Faktor

dalam diri peserta didik atau individu meliputi faktor kemampuan

yang dimiliki peserta didik, motivasi belajar, minat dan perhatian,

sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi dan

psikis. Faktor dari luar peserta didik atau faktor lingkungan

meliputi kualitas pengajaran, besarnya kelas, suasana belajar,

fasilitas dan sumber belajar yang tersedia.

Selanjutnya, faktor-faktor penghambat yang dapat

mempengaruhi pembelajaran Lamb dan Arnold dikutip Rahim

(2011:16-30) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar dalam membaca permulaan seseorang


16

diantaranya : 1) Faktor fisiologis, 2) Faktor intelektual, 3) Faktor

lingkungan dan 4) Faktor psikologis.

Faktor fisiologis mencakup kesehatan fisik, pertimbangan

neurologis, dan jenis kelamin. Kelelahan juga merupakan kondisi

yang tidak menguntungkan bagi anak belajar, khususnya belajar

membaca. Secara umum, intelegensi anak tidak sepenuhnya

mempengaruhi atau tidaknya anak dalam membaca permulaan.

Faktor metode mengajar guru, prosedur, dan kemampuan guru

juga turut mempengaruhi kemampuan membaca permulaan anak.

Faktor lingkungan mencakup latar belakang dan

pengalaman siswa serta sosial ekonomi keluarga siswa.

Faktor psikologis terbagi menjadi 3 yaitu : a) motivasi, b)

minat, c) kematangan sosial, emosi, dan penyesuaian diri.

Motivasi adalah faktor kunci dalam belajar membaca. Guru harus

mendemonstrasikan kepada siswa praktik pengajar yang relevan

dengan minat dan pengalaman anak sehingga anak memahami

belajar itu sebagai suatu kebutuhan. Adanya motivasi akan

mendorong siswa dalam belajar. Minat baca ialah keinginan yang

kuat disertai usaha-usaha seseorang untuk membaca. Guru

dalam pembelajaran harus berusaha memotivasi siswanya. Siswa

yang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap membaca, dan

mempunyai minat yang tinggi pula terhadap kegiatan membaca.


17

Berdasarkan kajian teoretik mengenai faktor-faktor

penghambat pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa jika

tubuh peserta didik dalam keadaan baik dan sehat maka

pembelajaran dapat dilakukan sesuai harapan, tetapi jika peserta

didik kesehatannya terganggu maka ia akan sulit untuk

berkonsenterasi, faktor-faktor penghambat pembelajaran hanya

ada 2 hal yaitu internal dan eksternal, peneliti akan menganalisis

faktor-faktor yang paling memungkinkan akan mempengaruhi

hasil belajar atau tidaknya suatu pembelajaran membaca

permulaan. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari peserta

didik sendiri bisa saja dari faktor kesehatan atau cacat tubuh

sedangkan psikilogisnya mencakup intelengensi, perhatian, minat,

bakat, motif, kematangan dan kelelahan. Faktor eksternal berasal

dari lingkungan peserta didik sepeti latar belakang keluarganya

dan lingkungan masyarakat tempat ia tinggal. Masalah sosial dan

ekonomi keluarga pun bisa menjadi faktor yang mempengaruhi

pembelajaran.

2. Membaca Permulaan

a. Pengertian Membaca

Membaca merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan

oleh penulis ke dalam media tulisan. Resmini, Churiyah dan

Sundori (2014:1) mengemukakan bahwa membaca adalah


18

kegiatan yang berinteraksi dengan bahasa yang dikodekan ke

dalam cetakan (huruf-huruf) secara umum. Secara khusus adalah

dua fase membaca yang perlu diperhatikan apabila seorang guru

membimbing pertumbuhan atau perkembangan anak-anak dalam

membaca, ialah : 1) membaca adalah kegiatan “Decoding Print

Into Sound” atau aktivitas menguraikan kode-kode cetakan

(tulisan) ke dalam bunyi dengan kata lain menyembunyikan kode-

kode cetakan atau tulisan. 2) membaca merupakan “Decoding A

Graphic Representative Of Languages Into Meaning” atau

aktivitas menguraikan kode-kode grafis yang mewakili bahasa ke

dalam arti tertentu.

Pengertian membaca Hodgson dikutip Tarigan (2014:7)

mengemukakan bahwa membaca adalah suatu proses yang

dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh

pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-

kata/bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok

kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu

pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan

dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, pesan yang tersurat

dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses

membaca itu tidak terlaksana dengan baik.

Selanjutnya pengertian membaca Tarigan (2015:7)

berpendapat bahwa membaca adalah suatu proses yang


19

dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh

pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-

kata atau bahasa tulis.

Sedangkan Anderson dikutip Tarigan (2014:7)

mengemukakan bahwa dari segi linguistik, membaca adalah suatu

proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (A Recording

And Decoding Proses) yang artinya proses perekaman, berlainan

dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian

(Encoding) yang artinya pengkodean. Sebuah aspek pembacaan

sandi (Decoding) yang artinya penafsiran kode adalah

menghubungkan kata-kata tulis (Written Word) yang artinya kata

tertulis dengan makna bahasa lisan (Oral Language Meaning)

yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang

bermakna.

Maka dengan membaca siswa dapat mengambil informasi

dengan menghubungkan kata tulis dan makna bahasa lisan, akan

tetapi Finnochiaro dan Bonomo dikutip Tarigan (2014:9)

mengemukakan bahwa membaca sebagai proses memetik serta

memahami arti atau makna yang terkandung dalam bahasa tulis

(Reading Is Bringing Meaning To And Getting Meaning Printed Of

Written Material) yang artinya membaca membawa makna dan

makna mencetak materi tertulis.


20

Berdasarkan pendapat di atas mengenai pengertian

membaca, maka dapat disimpulkan bahwa membaca memiliki

posisi penting dalam konteks kehidupan umat manusia, terlebih

pada era informasi dan komunikasi seperti sekarang ini. Membaca

juga merupakan sebuah jembatan bagi siapa saja dan dimana

saja yang berkeinginan meraih kemajuan dan kesuksesan, baik di

lingkungan sekolah maupun lingkungan pekerjaan.

b. Pengertian Membaca Permulaan

Membaca permulaan merupakan tahapan proses

pembelajaran membaca bagi siswa sekolah dasar kelas rendah.

Resmini, Churiyah dan Sundori (2014:7) mengemukakan bahwa

membaca permulaan adalah konsep umum “kesiapan” yaitu

beberapa hal yang harus diupayakan dan dikuasai sebelum hal

lain ditangani. Belajar membaca sebagai suatu kegiatan juga

melibatkan penguasaan keterampilan tertentu. Secara umum

konsep kesiapan membaca diterima sekalipun persepsi tentang

kesiapan membaca berbeda-beda dan meluas. Perbedaan

pandangan tersebut terutama disebabkan kerumitan membaca itu

sendiri.

Adapun pengertian membaca permulaan dikemukakan Sri

Wahyuni (2013:x) bahwa secara umum membaca permulaan

dapat dilakukan dengan dua cara yaitu induktif dan deduktif.

Dalam model induktif, anak diperkenalkan unit bahasa terkecil


21

terlebih dulu, baru kemudian kalimat dan wacana. Jadi, anak

diperkenalkan bunyi-bunyi bahasa atau huruf dulu, baru

diperkenalkan suku kata. Dalam model deduktif, anak langsung

diperkenalkan kepada kata, suku dan huruf. Yang termasuk model

pembelajaran membaca deduktif adalah 1) Metode Global, 2)

Metode Struktural Analitik dan Sintetik (SAS).

1) Metode global adalah metode pembelajaran dengan cara

membaca kalimat secara utuh. Dalam metode global

pembelajaran membaca permulaan dilakukan dengan cara

guru mengenalkan kepada siswa beberapa kalimat yang

disertai gambar untuk dibaca. Setelah siswa dapat membaca

kalimat dengan benar dilanjutkan dengan membaca kalimat

tanpa disertai gambar. Selanjutnya siswa belajar menguraikan

kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, dan suku kata

menjadi huruf.

2) Metode Struktural Analitik dan Sintetik (SAS)

Metode ini disusun berdasarkan landasan psikologis,

landasan pedagogis, dan landasan ilmu bahasa (linguistik).

Dari landasan inilah yang menjadi sumber langkah-langkah

metode SAS, diawali dengan menyajikan satu keseluruhan

atau struktur, menganalisis bagian-bagiannya, kemudian

mensintesiskan bagian-bagian itu menjadi keseluruhan

yang utuh.
22

Sementara BPSDMPK dan PMP (2012) mengemukakan

bahwa membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar

membaca bagi siswa sekolah dasar atau kelas awal. Siswa

belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-

teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh

karena itu guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan

baik sehingga mampu menumbuhkan kebiasaan membaca

sebagai suatu yang menyenangkan.

Selanjutnya Rahim (2011:2) mengemukakan bahwa

membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang

melibatkan banyak hal. Membaca tidak hanya sekedar melafalkan

tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir,

psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual, membaca

merupakan proses menerjemahkan simbol tulis huruf ke dalam

kata-kata lisan.

Berikut pengertian membaca permulaan Klein, dkk dikutip

Rahim (2011:3) mengemukakan bahwa definisi membaca

mencakup : 1) membaca merupakan suatu proses, 2) membaca

adalah strategis, dan 3) membaca merupakan interaktif. Membaca

merupakan suatu proses dimaksudkan informasi dari teks dan

pengetahuan yang dimiliki oleh membaca mempunyai peranan

yang utama dalam membentuk makna. Membaca juga merupakan

suatu strategis. Pembaca yang efektif menggunakan berbagai


23

strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam

rangka memahami makna ketika membaca. Strategi ini bervariasi

sesuai dengan jenis teks dan tujuan membaca. Membaca adalah

interaktif. Keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada

konteks.

Dari beberapa penjelasan di atas dapat dipahami bahwa

membaca permulaan juga tergantung pada pengalaman dan

pengetahuan serta pemahaman linguistik, maka membaca

merupakan proses tindakan yang berbasis memori. Seorang anak

yang telah mengenal huruf atau kata harus terus mengingatnya

dalam waktu cukup lama. Hal tersebut agar dapat digunakan

dalam memberikan makna terhadap frasa, kalimat, dan

keseluruhan bacaan. Kemampuan membaca dalam memperoleh

pemahaman baru, bergantung pada kemampuan menggunakan

informasi yang telah tersimpan dalam memori dan kecakapan

mengaitkannya dengan informasi baru.

c. Kemampuan Membaca Permulaan

Kemampuan membaca permulaan termasuk kegiatan yang

kompleks dan melibatkan berbagai keterampilan. I.G.A.K Wardani

dikutip Rizkiana (2016:14) mengemukakan bahwa kemampuan

membaca permulaan, yaitu anak dituntut agar mampu : 1)

membedakan bentuk huruf, 2) mengucapkan bunyi huruf dan kata

dengan benar, 3) menggerakkan mata dengan cepat dari kiri ke


24

kanan sesuai dengan urutan tulisan yang dibaca, 4) menyuarakan

tulisan yang sedang dibaca dengan benar, 5) mengenal arti-arti

tanda baca, dan 6) mengatur tinggi rendah suara sesuai dengan

bunyi, makna kata yang diucapkan, serta tanda baca.

Selanjutnya kemampuan membaca permulaan Amitya

Kumara, A. Jayanti Wulansari, L. Gayatri Yosef (2014:6)

mengemukakan bahwa kemampuan membaca awal yang

dipelajari anak ketika mulai belajar membaca anak-anak harus

mampu atas hal-hal berikut ini :

1) Mengembangkan kemampuan asosiatif yaitu kemampuan

mengaitkan sesuatu dengan sesuatu yang lain, contoh : kaitan

apa yang telah diucapkan anak dengan simbolnya dalam

bentuk huruf dan juga kaitan apa yang dibaca dengan

maknanya.

2) Kematangan kemampuan neurobilogi yaitu kemampuan

memanfaatkan memori serial yaitu mengelola berbagai

informasi yang masuk. Misalnya, huruf A, bisa ditulis dengan

tegak lurus atau miring atau dengan bentuk yang lain karena

sebenarnya mewakili huruf yang sama. Anak yang belum

matang kemampuan neurobiologinya belum dapat

mengidentifikasi garis lurus dan setengah lingkaran, apalagi

kombinasinya.
25

3) Menguasai sistem fonologi bahasa tersebut, artinya anak

secara intuitif mampu melakukan kombinasi bunyi, cara

menuliskan, dan mampu membacanya. Sehingga

kemampuan membaca dan menulis sangat berkaitan satu

sama lain.

4) Menguasai sintaksis, artinya dalam struktur bacaan ada

Subjek-Predikat-Objek. Seseorang yang tidak mampu

memahami struktur bacaan, sudah barang tentu akan

menghambat untuk memahami sebuah teks bacaan.

5) Menguasai semantik, artinya memahami makna kata per kata

yang dibacanya maupun kaitan makna kata yang satu dengan

makna kata lainnya yang disusun menjadi kalimat. Sehingga

pemahaman terhadap apa yang dibaca sangat ditekankan.

Dari penjelasan beberapa ahli di atas mengenai

kemampuan membaca permulaan dapat ditarik intinya bahwa

kemampuan membaca permulaan adalah agar anak mampu

membedakan huruf, mengucapkan bunyi dan huruf dengan benar

dan membedakan tanda baca.

d. Aspek-Aspek Membaca

Berikut adalah aspek-aspek membaca Broughton dikutip

Tarigan (2014:12-13) menjelaskan bahwa ada dua aspek di dalam

membaca yaitu :
26

1) Keterampilan yang bersifat mekanis

Keterampilan yang bersifat mekanis yang dapat dianggap

berada pada urutan yang lebih rendah (Lower Order) aspek ini

mencakup : a) pengenalan bentuk huruf, b) pengenalan

unsur-unsur linguistik (fonem, kata, frase, klausa), c)

pengenalan hubungan pola ejaan dan bunyi, d) kecepatan

membaca taraf lambat.

2) Keterampilan yang bersifat pemahaman

Keterampilan yang bersifat pemahaman (Comprehension

Skill) artinya keterampilan pemahaman yang dapat dianggap

berada pada urutan yang lebih tinggi (Higher Order). Aspek ini

mencakup : a) memahami pengertian sederhana (leksikal,

gramatikal, retorika), b) memahami signifikasi makna,

maksud, tujuan pengarang, relevansi, kebudayaan, dan reaksi

pembaca, c) evaluasi atau penilaian, d) kecepatan membaca

dengan fleksibel yang mudah disesuaikan dengan keadaan.

Dari penjelasan ahli di atas dapat dipahami bahwa untuk

mencapai aspek-aspek dalam kegiatan membaca diperlukan

teknik membaca yang berbeda agar keterampilan yang bersifat

pemahaman dapat diperoleh maka aktivitas membaca yang tepat

yaitu membaca dalam hati, sedangkan untuk dapat memperoleh

keterampilan yang bersifat mekanis maka aktivitas yang perlu

dikembangkan adalah membaca nyaring. Kegiatan membaca


27

dapat kita bagi menjadi dua teknik yaitu pertama membaca

ekstensif. Membaca ekstensif ini mencakup membaca survei,

membaca sekilas, dan membaca dangkal. Kemudian yang kedua

yaitu membaca intensif. Membaca intensif dibagi membaca telaah

isi yang mencakup membaca teliti, membaca pemahaman,

membaca kritis, dan membaca ide. Bagian yang kedua dari

membaca intensif yaitu membaca telaah bahasa, mencakup

membaca bahasa asing dan membaca sastra.

e. Tahapan Membaca

Steinberg dikutip Susanto (2011:90) mengemukakan

bahwa kemampuan membaca anak usia dini dapat dibagi atas

empat tahap perkembangan, yaitu :

1) Tahap timbulnya kesadaran terhadap tulisan

Pada tahap ini anak mulai belajar dengan buku dan

menyadari bahwa buku itu penting, melihat dan membalik-

balikkan buku dan kadang-kadang ia membawa buku

favoritnya.

2) Tahap membaca gambar

Pada tahap ini anak mulai memandang dirinya sebagai

pembaca dan memulai libatkan diri dalam kegiatan membaca

seperti pura-pura membaca, membolak-balikkan buku dan

membaca gambar pada buku yang dipegangnya.


28

3) Tahap pengenalan bacaan

Pada tahap ini anak usia taman kanak-kanak telah dapat

menggunakan tiga sistem bahasa seperti fonem (bunyi huruf),

semantik (arti kata), dan sintaksis (aturan kata atau kalimat)

secara bersama-sama. Anak yang sudah tertarik pada bahan

bacaan mulai mengingat kembali cetakan hurufnya dan

konteksnya. Anak mulai mengenal tanda-tanda yang ada

pada benda-benda di lingkungannya.

4) Tahap membaca lancar

Pada tahap ini anak sudah dapat membaca lancar

berbagai jenis buku yang berbeda dan bahan-bahan yang

langsung berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

Adapun beberapa tahapan membaca yang dapat

digunakan guru dalam pembelajran Abdurrahman M (2010:201)

mengemukakan bahwa ada lima tahapan dalam membaca, yaitu :

1) Kesiapan membaca

Kesiapan membaca memiliki arti sebagai mental anak

yang sudah siap untuk belajar membaca. Pada umunya anak

sudah memiliki kesiapan membaca pada usai 6 tahun, akan

tetapi beberapa penelitian menunjukkan bahwa kesiapan

membaca sudah terjadi pada masa anak duduk di usia taman

kanak-kanak.
29

Pada tahap ini anak mulai memusatkan perhatiannya

pada satu atau dua aspek dari suatu kata, seperti huruf

pertama yang ada pada suatu kata dan gambarnya. Anak juga

mungkin akan menyadari bahwa huruf pertama tersebut sama

dengan namanya. Anak yang bernama Toni mungkin saja

membaca tulisan “Tani” menjadi “Toni” dengan menyadari hal

ini bahwa huruf dapat dirangkai menjadi kata makna maka

anak akan menyenangi bermain dengan huruf dan bunyi

huruf.

2) Membaca permulaan

Pada tahap membaca permulaan ini dimulai sejak anak

masuk kelas satu Sekolah Dasar, yaitu pada saat berusia

enam tahun. Akan tetapi ada anak yang sudah melakukannya

di taman kanak-kanak dan paling lambat pada waktu anak

duduk di kelas dua sekolah dasar. Pada tahap ini, anak mulai

mempelajari kosa kata dan dalam waktu yang bersamaan

anak belajar membaca dan menuliskan kosa kata tersebut.

3) Keterampilan membaca cepat

Pada tahap keterampilan membaca cepat atau

membaca lancar terjadi pada saat anak duduk di kelas 3 SD.

Anak sudah menguasai atau memahami keterampilan

membaca memerlukan pemahaman simbol dnegan bunyi.


30

Anak juga sudah mampu membaca 100-140 kata per menit

dengan kesalahan sedikit.

4) Membaca luas

Pada tahap membaca luas terjadi pada anak yang duduk

di kelas 4-5 SD. Anak sudah gemar dan menikmati kegiatan

membaca. Anak akan membaca berbagai variasi buku bacaan

seperti majalah maupun buku cerita dengan penuh motivasi

untuk memudahkan mereka dalam membaca. Pada tahap ini

guru maupun orang tua harus memperkaya kosa kata anak,

menganalisis struktur kalimat atau mereview berbagai sumber

bacaan.

5) Membaca yang sesungguhnya

Pada tahap membaca yang sesungguhnya akan terjadi

pada anak yang duduk di kelas 6 SD dan berkelanjutan

hingga dewasa. Mereka tidak membaca untuk belajar

membaca tetapi membaca sebagai pemahaman anak

mengetahui, mempelajari bidang studi tertentu. Kemahiran

membaca setiap anak akan sesuai pada latihan membaca

sebelumnya.

Sedangkan Tahir dikutip Leni Nofrienti (2012:4)

mengemukakan bahwa tahapan membaca menggunakan metode

fonik terdiri dari 3 tahap, yaitu :


31

1) Tahap merah yaitu membaca dengan suku kata terbuka

seperti mata, mama, papa, meja, dsb.

2) Tahap biru yaitu membaca kata yang mengandung suku kata

tertutup seperti mo-tor, ka-sur, jen-dela, si-sir, dsb.

3) Tahap hijau yaitu membaca kata yang mengandung suku kata

vokal ganda maupun konsonan ganda. Contoh kata dari vokal

ganda atau double vokal seperti pa-kai, pu-lau, si-lau, dsb.

Sedangkan konsonan ganda atau double konsonan seperti

nye-nyak, ta-ngan, struk-tur, dsb.

Selanjutnya, tahapan membaca Surya (2015:191-2)

menjelaskan bahwa dalam proses belajar membaca anak selaku

pembelajar pemula mengalami taha-tahapan sebagai berikut :

1) Pembaca fase pra-alfabetik

Fase anak menampilkan aktivitas membaca tetapi tanpa

mengenal huruf. Pada fase ini anak bukan membaca dengan

membunyikan huruf seperti biasanya, tetapi membunyikan

kata-kata tertentu yang telah dikenal dari pengalamannya.

Misalnya, anak dapat menyebutkan merk tertentu yang sering

ditampilkan dalam iklan seperti “Teh Botol” untuk merk

minuman. “Inova” untuk merk mobil dan lain-lain. Anak dapat

membaca kata-kata itu tetapi tidak mengenal huruf-huruf.

2) Pembaca fase alfabetik sebagian

Anak sudah mulai mengenal simbol-simbol seperti huruf

atau angka tetapi baru sebagian kata-kata atau kalimat yang

tercetak. Anak dapat membaca kata-kata atau kalimat tetapi


32

hanya mengenal huruf-huruf tertentu saja. Misalnya, anak

dapat menunjukkan huruf “i” dan “u” yang membedakan

antara kata “sapi” dan “sapu”.

3) Pembaca fase alfabetik penuh

Fase pada saat anak sudah mengenal huruf-huruf dan

tanda baca lainnya. Pada fase ini anak telah mampu

mengenal kata-kata baru dengan melihat kombinasi huruf-

huruf, angka, tanda baca lainnya. Demikian pula, anak sudah

mampu menyusun huruf-huruf sehingga membentuk kata atau

frasa.

4) Pembaca fase konsolidasi

Fase ini anak telah mampu mengonsolidasikan materi

yang dibaca mulai dari kata-kata hingga kalimat. Anak mampu

membaca dengan benar. Hal tersebut ditandai dengan

berkembangnya kemampuan memahami ini materi yang

dibaca. Anak sudah memiliki kemampuan menata kata-kata

menjadi kalimat, dan kalimat menjadi suatu paragraf serta

mampu memberikan makna bacaan secara menyeluruh.

Berdasarkan pendapat para ahli mengenai tahapan

membaca, maka dapat disimpulkan bahwa seorang guru harus

mengetahui tahapan-tahapan membaca pada anak mulai dari

kelas rendah sampai kelas tinggi supaya tidak salah langkah

dalam memberikan pembelajaran, guru juga harus bisa melihat

dan memahami karakteristik siswa-siswanya, karena membaca


33

adalah salah satu peran penting yang didapatkan untuk bisa

berkembang kedepannya.

f. Tujuan Membaca Permulaan

Tujuan membaca permulaan adalah agar siswa memiliki

kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan

intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut.

Anderson dikutip Tarigan (2014:9) mengemukakan bahwa tujuan

utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh

informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti

(meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau

intensif kita dalam membaca. Berikut ini, kita kemukakan

beberapa yang penting :

1) Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-

penemuan yang telah dilakukan oleh tokoh; apa-apa yang

telah dibuat oleh tokoh; apa yang telah terjadi pada tokoh

khusus atau untuk memecahkan masalah-masalah yang

dibuat oleh tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca

untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta.

2) Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik

yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita,

apa-apa yang dipelajari atau yang dialami tokoh, dan

merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh tokoh untuk

mencapai tujuan. Membaca seperti ini disebut membaca

untuk memperoleh ide utama.


34

3) Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang

terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula

pertama, kedua, dan ketiga/seterusnya – setiap tahap dibuat

untuk memecahkan suatu masalah, adegan-adegan dan

kejadian-kejadian buat dramatisasi. Ini disebut membaca

untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita.

4) Membaca untuk menemukan serta mengetahui para tokoh

merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak

diperlihatkan oleh pengarang kepada para pembaca,

mengapa para tokoh berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki

para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini

disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca referensi.

5) Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang

tidak biasa, tidak wajar mengenai seorang tokoh, apa yang

lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak

benar. Ini disebut membaca untuk mengelompokkan,

membaca untuk mengklasifikasikan.

6) Membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil atau

hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin

berbuat seperti yang dibuat oleh tokoh, atau bekerja seperti

cara tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini disebut membaca

menilai, membaca mengevaluasi.


35

7) Membaca untuk menemukan bagaimana caranya tokoh

berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang

kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, dan

bagaimana tokoh menyerupai pembaca. Ini disebut membaca

untuk memperbandingkan atau mempertentangkan.

Adapun tujuan pembelajaran membaca permulaan Wassid

dan Sunendar (2008:289) mengemukakan bahwa tujuan

pembelajaran membaca dibagi menjadi tingkat pemula,

menengah dan mahir. Tujuan pembelajaran membaca bagi tingkat

pemula, yaitu :

1) Mengenali lambang-lambang (simbol-simbol bahasa) dengan

membaca anak akan langsung melihat lambang-lambang dan

anak semakin memahami perbedaan dari lambang-lambang

bahasa.

2) Mengenali kata dan kalimat, dengan mengenal lambang-

lambang anak juga akan mengenali kalimat kemudian

mengenal kalimat-kalimat.

3) Menemukan ide pokok dan kata kunci.

4) Menceritakan kembali cerita-cerita pendek.

Sementara Herusantosa dikutip K.Istarokha (2012:14)

mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran membaca permulaan

agar peserta didik mampu memahami dan menyuarakan kalimat

sederhana yang ditulis dengan intonasi yang wajar, peserta didik


36

dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar

dan tepat waktu dalam waktu yang relatif singkat.

Pendapat yang berbeda dikemukakan GBPP Bahasa

Indonesia dikutip Resmini (2014:29) bahwa tujuan umum

pengajaran membaca permulaan adalah :

1) Siswa memahami bahasa (Bahasa Indonesia) dari segi

bentuk, makna dan fungsi serta mengegunakannya dengan

tepat dan kreatif untuk bermacam tujuan, keperluan, dan

keadaan.

2) Siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa (Bahasa

Indonesia) untuk meningkatkan kemampuan intelektual,

kematangan, emosional, dan kematangan sosial.

3) Siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas mengenai tujuan

membaca permulaan, maka dapat disimpulkan bahwa yang harus

dilakukan pertama kali adalah mengenalkan anak-anak pada

lambang atau simbol yang kemudian bisa dipahami/dimengerti

dan sebagai bekal saat anak belajar membaca tingkat lanjut.

g. Proses Membaca Permulaan

Goodman dikutip Harras (2014:1.9) mengemukakan bahwa

membaca merupakan interaksi antara pembaca dan bahasa yang

tertulis dan pembaca mencoba merekonstruksi berita dari penulis.

Syafi’i dikutip Rahim (2011:2) mengemukakan bahwa

dalam proses membaca terdapat tiga komponen dasar yaitu : 1)


37

Recording, 2) Decoding, 3) Meaning. Recording merujuk pada

kata-kata dan kalimat, kemudian mengasosiasikannya dengan

bunyi-bunyinya yang sesuai dengan sistem tulisan yang

digunakan, sedangkan proses Decoding (penyandian) merujuk

pada proses penerjemahan rangkaian grafis ke dalam kata-kata.

Proses recording dan decoding inilah yang dipelajari dalam

membaca permulaan di kelas awal. Sementara itu proses

memahami makna (meaning) dipelajari dalam membaca lanjut di

kelas tinggi.

Resmini, Churiyah, Sundori (2014:32) mengemukakan

bahwa langkah-langkah membaca permulaan, yaitu :

1) Guru menunjukkan gambar sebuah keluarga yang terdiri dari

seorang ibu, seorang anak perempuan dan seorang anak laki-

laki. Fungsi penampilan gambar itu sangat penting untuk

menarik perhatian.

2) Guru menceritakan gambar tersebut dengan memberi nama

gambar-gambar ibu disebut mama, anak perempuan disebut

Nani.

3) Setelah mendengarkan cerita guru tentang keluarga itu anak

diminta menceritakan kembali dengan bahasa sendiri.

4) Setelah anak mengenal nama-nama anggota keluarga

berikutnya di bawah gambar diberi tulisan sesuai dengan

gambar. Sekarang mulai kita kenalkan pada huruf.


38

5) Setelah anak-anak mengenal huruf-huruf yang ada dan cara

membacanya, gambar-gambar itu mulai disingkirkan. Guru

membuat bacaan sederhana. Misalnya : ini mama, ini Nani, ini

mama Nani, ini mama Nana.

Berdasarkan penjelasan tentang proses membaca permulaan,

dapat disintesiskan bahwa proses membaca permulaan adalah

sebuah kegiatan membaca yang bertahap sehingga anak kelas

rendah bisa mengerti huruf dan kata.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dapat dijadikan acuan dalam

penelitian ini. Acuan pertama yaitu yang dilakukan oleh

Khoirrurokhmani (skripsi, 2012). Yang kedua penelitian yang

dilakukan oleh Sakiatun (skripsi, 2014).

1. Penelitian yang dilakukan oleh Khoirrurokhmani (2012)

mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta dengan judul Profil

Siswa Berkesulitan Belajar Membaca Permulaan Kelas Rendah Di

SD Negeri Tegalpanggung, Kota Yogyakarta. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa siswa berkesulitan belajar membaca

permulaan kelas rendah di SD Negeri Tegalpanggung sebanyak

16 siswa terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan.

Faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain intelegensi,

ketidaksempurnaan sensori, kemampuan memusatkan perhatian,

fungsi otak yang minimal, keturunan, kondisi psikologis,


39

lingkungan, dan pendidikan. Peran guru dan orang tua antara lain

memberikan motivasi, penghargaan, bimbingan yang berbeda,

membimbing dan mendampingi anaknya belajar. Kendala yang

dialami siswa, orang tua, dan guru antara lain keterbatasan kata,

interaksi sosial, rendahnya motivasi belajar, ruang belajar yang

tidak nyaman, dan tidak adanya tambahan pelajaran. Upaya

penanganan yang dilakukan guru antara lain meminjamkan buku

dan melakukan pengamatan secara kontinu antar jejaring kelas.

Terdapat perbedaan dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti,

jika penelitian tersebut membahas profil kelas maka peneliti

membahas faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam

pembelajaran membaca permulaan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Sakiatun (2014) mahasiswa

Universitas Negeri Yogyakarta yang berjudul Bimbingan Belajar

Untuk Siswa Berkesulitan Belajar Membaca Di Sd Negeri

Gembongan Kecamatan Sentolo Kabupaten Kulonprogo. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa bimbingan untuk siswa

berkesulitan belajar membaca di SD Negeri Gembongan masih

belum optimal. Dari enam tahap bimbingan, tiga tahapan masih

belum terlaksana, yakni diagnosis atau analisis masalah,

prognosis atau tindakan mencari alternatif pemecahan masalah

dan evaluasi atau follow up. Mungkin butuh waktu penelitian yang

lebih lama untuk melaksanakan semua tahapan tersebut.


40

Sementara itu peran sekolah dalam pemberian bimbingan untuk

siswa berkesulitan belajar membaca juga belum maksimal. Selain

itu kemampuan siswa berkesulitan belajar membaca dalam

mengatasi kesulitan belajarnya masih terlihat kurang.

Dari beberapa hasil penelitian di atas ditemukan bahwa faktor-

faktor yang menghambat pembelajaran membaca permulaan pada

kelas rendah disebabkan oleh faktor fisiologis, faktor psikologis, faktor

lingkungan serta faktor intelektual. Perlu diadakan pemilihan metode

dan strategi membaca yang tepat pada kelas rendah agar mengurangi

hambatan pembelajaran pada membaca permulaan.

C. Kerangka Berpikir

Pada bagian awal telah dibahas secara rinci dengan

menggunakan kajian teoritik mengenai “Faktor-Faktor Penghambat

Pembelajaran Membaca Permulaan” yang dijadikan topik utama

dalam penelitian ini. Penelitian ini pada dasarnya menitik beratkan

pada pembahasan tentang apa saja faktor-faktor yang menghambat

pembelajaran membaca permulaan pada siswa kelas 1 SD Negeri

Kampung Sawah, Kota Bogor.

Pembelajaran membaca pemulaan adalah pelajaran Bahasa

Indonesia yang paling awal. Membaca permulaan dipelajari pada saat

anak-anak masih berada di kelas rendah (1-3). Membaca permulaan

sangat penting diberikan bahkan sejak taman kanak-kanak sudah

diberikan pelajaran untuk mengenal huruf. Pembelajaran membaca


41

permulaan juga menitik beratkan pada pengetahuan dan keterampilan

siswa.

Guru harus merancang pembelajaran membaca permulaan

dengan tahapan-tahapan yang benar sesuai yang telah ditentukan.

Supaya pembelajaran bisa mencapai tujuan yang diharapkan dan

berjalan dengan baik. Tentunya merancang pembelajaran tidak

mudah, banyak yang harus dipikirkan dengan serius, mengingat yang

diajarkan adalah anak-anak kelas rendah, mereka cepat sekali

menangkap apa yang disampaikan oleh gurunya. Jika ada sedikit

kesalahan bisa berakibat fatal pada kondisi anak-anak tersebut. Guru

harus membekali dirinya dengan pengetahuan dan keterampilan yang

mumpuni. Tugas guru bukan hanya memberikan pelajaran tetapi juga

mengetahui karakteristik para siswanya sehingga bisa memberikan

pemahaman yang baik.

Tugas guru dalam membaca permulaan adalah sebagai

komponen yang memiliki peranan penting. Guru pada zaman

sekarang harus memperkaya dirinya dengan hal-hal yang inovatif dan

kreatif. Guru dalam pembelajaran harus mengembangkan materinya

agar siswa tidak merasa bosan, jenuh atau mengantuk. Keberhasilan

dalam mencapai tujuan pembelajaran tentunya adalah harapan

semua guru. Namun kenyataannya, sering terjadi hambatan yang

mengakibatkan pembelajaran membaca permulaan tidak berjalan

sesuai rencana.
42

Fakta di lapangan memang tidak bisa dipungkiri. Segala

sesuatunya sudah disiapkan dengan baik tetapi ada saja hambatan-

hambatan yang datang, baik itu dari faktor internal maupun faktor

eksternal. Faktor-faktor penghambat tersebut meliputi guru, siswa dan

sarana prasarana.

Berdasarkan kerangka berpikir tersebut, dapat disimpulkan

bahwa perlu diadakan Analisis Faktor-Faktor Penghambat

Pembelajaran Membaca Permulaan Pada Siswa Kelas I SD Negeri

Kampung Sawah, Kota Bogor, Tahun Pelajaran 2018/2019. Dapat

digambarkan kerangka berpikir sebagai berikut :

Sumber
Sumber Data
Data PO
PO
SFP
SFP (Informasi)
(Informasi) ::
Siswa
Siswa Hasil
FP PW Hasil
FP Guru
Guru Mata
Mata PW Temuan
Temuan
Pelajaran
Pelajaran
SFP Orang
Orang Tua
Tua
SFP Siswa
Siswa D
D && D
D

Gambar 1
Kerangka Berpikir
Keterangan :
FP = Fokus Penelitian
SFP = Subfokus Penelitian
PO = Pedoman Observasi
PW = Pedoman Wawancara
D&D = Data (Nilai/Skor) dan dokumentasi (foto/gambar)

Jika penelitian sampai “titik jenuh”, maka yang ditemukan yaitu

faktor-faktor penghambat pembelajaran membaca permulaan.

Anda mungkin juga menyukai