0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
2K tayangan3 halaman
Proyek memiliki karakteristik terbatas dalam waktu, biaya, dan mutu. Pekerjaan dilakukan secara sistematis dan menggunakan tenaga kerja terlatih. Proyek umumnya bersifat sementara dan menggunakan tenaga kerja lepas.
Proyek memiliki karakteristik terbatas dalam waktu, biaya, dan mutu. Pekerjaan dilakukan secara sistematis dan menggunakan tenaga kerja terlatih. Proyek umumnya bersifat sementara dan menggunakan tenaga kerja lepas.
Proyek memiliki karakteristik terbatas dalam waktu, biaya, dan mutu. Pekerjaan dilakukan secara sistematis dan menggunakan tenaga kerja terlatih. Proyek umumnya bersifat sementara dan menggunakan tenaga kerja lepas.
Karakteristik suatu proyek, antara lain sebagai berikut.
1. Terbatas Dengan Waktu, Mutu dan Biaya, Tentunya secara umum semua proyek juga dibatasi oleh biaya, mutu dan waktu dalam proses pelaksanaannya, dikarenakan proyek secara umum dibiayai dengan biaya yang terbatas (sesuai angaran) dan dengan waktu yang harus dicapai sesuai dengan scheduled plan serta dengan kualitas yang sesuai dengan kontrak kerja. Dalam proyek konstruksi parameter waktu dan biaya memang menjadi tolak ukur yang harus diupayakan dan ditargetkan di samping unsur kualitas dan keselamatan kerja, sehingga proyek dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Oleh karena itu pada dasarnya umur suatu proyek konstruksi bersifat sementara karena dibatasi oleh durasi yang telah direncanakan. 2. Item Pekerjaan Dilakukan Secara Sistematis, Dalam pelaksanaan suatu proyek konstruksi setiap item pekerjaan dilakukan secara sistematis dan berurutan sesuai dengan metode pelaksanaannya, jadi setiap elemen suatu struktur bangunan konstruksi umumnya dikerjakan berdasarkan susunan yang sistematis misalnya mulai dari sub-structures, upper structures, dan pekerjaan finishing dan tidak berulang setelah item pekerjaan tersebut selesai dikerjakan. 3. Menggunakan Tenaga Kerja Ahli dan Profesional, Dalam praktik konstruksi di lapangan tenaga kerja yang digunakan umumnya menggunakan tenaga kerja terlatih, terdidik sampai profesional karena pekerjaan yang dikerjakan memang membutuhkan suatu skill tersendiri mulai dari tahap perencanaan oleh insinyur perencana sampai pelaksanaannnya di lapangan oleh pekerja seperti pekerjaan pengelasan, perakitan tulangan, pengecetan, plesteran, instalasi listrik-air, dan lain – lain. Kendala akhir-akhir ini yaitu sulitnya memperoleh tenaga kerja yang berkompeten dan profesional dibidangnnya. 4. Umumnya Pekerja Bersifat Tenaga Kerja Lepas, Pada industri proyek konstruksi umumnya tenaga yang digunakan lebih bersifat tenaga kerja lepas sehingga jumlah tenaga kerja lepas pada dasarnya lebih besar dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja tetap yang dimiliki oleh pihak pelaksana. Hal ini dikarenakan karena salah satu ciri dari suatu proyek yaitu bersifat sementara (terbatas oleh durasi suatu proyek), sehingga jika proyek telah selesai biasanya pekerja akan mencari proyek baru dengan pihak pelaksana yang baru pula. Berbeda dengan industri manufaktur dimana pada umumnya jumlah pekerjanya bersifat tetap dan tetap bekerja selama proses produksi terus berjalan. 5. Umumnya Bekerja di Ruangan Terbuka Hampir semua pekerjaan konstruksi dilakukan di ruangan terbuka dalam proses pelaksanaannnya dimana sangat dipengaruhi oleh iklim atau cuaca. Bekerja di ruangan terbuka juga berpotensi menimbulkan risiko kecelakan kerja bagi pekerja di lapangan. Sehingga proyek konstruksi berbeda dengan industri manufaktur yang umumnya dilakukan di dalam ruangan. 6. Perhitungan Biaya Dilakukan Sebelum Pelaksanan, Pada umumnya perhitungan biaya dilakukan pada tahap awal pengadaan (procurement) kemudian jika telah disepakati maka dilaksanakan pada tahap konstruksi, berbeda dengan industri manufaktur dimana perhitungan biayanya dilakukan setelah produk selesai dikerjakan yang berupa harga pokok produksi (HPP). Oleh karena itu khusus untuk proyek konstruksi sering ditemukan kesalahan perhitungan maupun akibat faktor lain yang menyebabkan pembengkakan biaya setelah proyek selesai dikerjakan dikarenakan perhitungan biaya secara dini dan dengan waktu yang terbatas serta akibat faktor-faktor lain selama konstruksi yang mempengaruhi biaya total proyek. 7. Volume Pekerjaan yang Terukur Pada proyek konstruksi pada umumnya setiap item pekerjaannya memiliki volume yang dapat diukur sehingga memudahkan dalam proses penganggaran dan pelaksanaannya di lapangan. Setiap item pekerjaan konstruksi pastinya memiliki nilai volume yang harus dan wajib ditentukan sebelum proyek dilaksanakan. baik berupa besar volume, luas, panjang, unit, dsb. 8. Berpotensi Besar Terhadap Risiko Kecelakaan Kerja Industri konstruksi memang berpotensi menimbulkan terjadinya accident atau kecelakaan kerja pada pekerjanya di lapangan mengingat kondisi pekerjaan dilakukan di ruangan terbuka, bekerja di ketinggian, bekerja dengan peralatan kerja yang sedang berkatifitas, berada pada kondisi alam terbuka dsb, dibandingkan dengan industri manufaktur yang umumnya bekerja di ruangan tertutup dan memiliki risiko kecelakaan yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan industri konstruksi di lapangan. 9. Menggunakan Peralatan Konstruksi Berat Berbeda dengan jenis proyek lain dimana pada proyek konstruksi dalam praktik pelaksanaannya biasanya membutuhkan peralatan berat (Heavy Equipment) dalam mempermudah proses pekerjaan konstruksi di lapangan baik yang berukuran kecil sampai besar misalnya dalam proses pekerjaan tanah, beton, transportasi vertikal, jalan dsb. Dengan penggunaan peralatan konstruksi tentunya juga harus didukung oleh keahlian operator dalam pengoperasiannya.