Anda di halaman 1dari 24

REPRODUKSI TUMBUHAN (PENGAMATAN MEIOSIS, UJI RESEPTIVITAS

STIGMA, UJI VIABILITAS POLEN, DAN PERTUMBUHAN TABUNG POLEN)

PADA BUNGA LILY (Lilium sp.)

OLEH:

Nandya Dwi Artameutia Sudarmadji


10618002
Kelompok 8

Asisten:
Eliana
10615052

PROGRAM STUDI BIOLOGI

SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Untuk mempertahankan keturunannya, tumbuhan melakukan reproduksi.


Reproduksi pada tumbuhan berbunga, bunga merupakan alat reproduksi seksual
yang terdiri dari mahkota, kelopak, benang sari dan/atau putik, dan buah. Bunga
sebagai alat reproduksi itu sendiri terdiri atas bagian fertil dan bagian steril. Bagian
fertile pada bunga adalah bagian yang dapat dilakukan untuk bereproduksi yaitu
benang sari dan putik, sedangkan bagian steril adalah bagian yang tidak dapat
dilakukan untuk bereproduksi yaitu kelopak dan buah. Alat kelamin pada tumbuhan
jantan adalah benang sari yang terdiri dari tangkai sari (filament) dan kepala sari
(antera). Benang sari (stamen) ini berisi mikrosporangium (Nugroho, 2006).
Pada bunga betina, alat reproduksinya berupa putik yang terdiri dari bakal buah
yang didalamnya terdapat bakal biji dan terdapat sel kelamin betina, tangkai putik,
dan kepala putik. Kepala putik akan memiliki lendir yang lengket apabila telah siap
untuk menangkap polen atau benang sari dari bunga jantan. Tumbuhan berbunga
melakukan reproduksi dengan cara membentuk biji yang dilakukan dengan
reproduksi secara seksual yang melibatkan pembuahan (fertilisasi) dan pembelahan
sel secara meiosis. Proses fertilisasi adalah penggabungan atau fusi nucleus dari dua
gamet (jantan dan betina) dan bersatu untuk meningkatkan jumlah kromosom dari
haploid menjadi diploid (Kimball, 2000).
Tumbuhan dapat melakukan dua macam proses reproduksi, yaitu produksi
generatif dan vegetatif. Reproduksi generative adalah proses reproduksi melalui
pembuahan (fertilisasi atau kawin) sedangkan proses reproduksi vegetatif dilakukan
secara tidak kawin atau tidak ada fertilisasi, reproduksi vegetatif ini dapat dilakukan
dengan bantuan tangan manusia seperti stek, kultur jaringan, dan lain-lain
(Nugroho, 2006).
1.2. Tujuan

Tujuan dari praktikum kali ini adalah:


1. Menentukan hasil analisis fase meiosis pada anther kuncup bunga Lilium sp.
2. Menentukan kesiapan bunga Lilium sp. untuk menerima polen berdasarkan
reseptivitas stigma.
3. Menentukan persentase viabilitas polen pada bunga Lilium sp.
4. Mementukan laju pertumbuhan tabung polen pada tanaman Lilium sp.

1.3. Hipotesis

1. Hasil analisis fase meiosis Lilium sp. jelas dan baik.


2. Reseptivitas stigma bunga Lilium sp. baik.
3. Persentase viabilitas polen Lilium sp. diatas 50%
4. Laju pertumbuhan tabung polen pada Lilium sp. meningkat seiring waktu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Proses Reproduksi Tumbuhan Angiospermae

Alat reproduksi pada tumbuhan angiospermae berupa bunga dimana mikrospora


(gamet jantan) dan megaspore (gamet betina) terbentuk di dalamnya. Pada tumbuhan
angiospermae, bakal biji tertutup didalam megasporofil yang bermodifikasi dan disebut
daun buah. Sehingga polen yang dibentuk pada bunga jantan harus menembus ke dalam
jaringan daun buah sebelum mencapai bakal biji untuk membuahi sel telur tersebut.
Pada sel induk, terjadi pembelahan secara meiosis yang menghasilkan empat
mikrospora yang kemudian masing-masing dari mikrospora tersebut berkembang
menjadi serbuk sari atau polen bersel dua yang berdinding kasar. Satu sel serbuk sari
disebut sel tabung dan yang lain disebut sel generatif. Pada bunga betina, terdapat pistil
yang terdiri dari stigma, stilus, dan ovarium yang terdiri atas ruang yang berisi
megaspore, ovulum (bakal biji) (Loveless, 1999).
Pada beberapa kelompok angiospermae, pemindahan butir-butir polen dapat
dibantu oleh angin atau hewan. Bunga pada angiospermae sebenarnya mengalami
modifikasi sedemikian rupa sehingga dapat melakukan penyerbukan secara sendiri.
Mekanisme yang menjamin penyerbukan silang ini adalah adanya bunga tak sempurna
dimana satu bunga hanya memiliki satu alat kelamin. Spesies dengan bunga tak
sempurna pada suatu tanaman dinamakan tumbuhan berumah satu (monoecious)
(Nugroho, 2006).

2.2. Polinasi dan Fertilisasi

Penyerbukan atau polinasi adalah proses melekatnya sebuk sari (sel kelamin jantan)
pada kepala putik (sel kelamin betina). Setelah serbuk sari melekat ke kepala putik
(stigma), maka serbuk sari akan menyerap air dan berkecambah membentuk buluh
serbuk sari atau tabung polen. Tabung polen ini akan tumbuh dan bergerak menuju
bakal buah. Dua inti sel generatif ini nantinya akan berkembang menjadi dua inti sel
sperma, dan satu inti vegetatif dalam serbuk sari berperan menjadi penuntun dari gerak
tumbuh tabung polen menuju biji yang akan dibuahi (Riyanto, 2019).
Penyerbukan atau polinasi dapat dibedakan menjadi emoat jenis, yaitu autogamy
(penyerbukan sendiri), geitogami (penyerbukan tetangga), allogami (penyerbukan
silang), dan hibridigami (penyerbukan bastar). Autogami (penyerbukan sendiri) adalah
penyerbukan yang terjadi jika serbuk sari jatuh ke kepala putik dari bunga itu sendiri.
Geitogami (penyerbukan tetangga) adalah penyerbukan yang terjadi jika serbuk sari
jatuh ke kepala putik bunga lain tetapi keuda bunga itu masih berada dalam satu pohon
yang sama. Allogami (penyerbukan silang) adalah penyerbukan yang terjadi jika serbuk
sari jatuh ke kepala putik bunga lain yang berbeda pohon tetapi masih satu jenis.
Hibridigami (penyerbukan bastar) adalah pernyerbukan yang terjadi jika serbuk sari
jatuh ke kepala putik bunga lain yang berbeda pohon, tidak sejenis, tetapi masih satu
famili (Riyanto, 2019).

2.3. Uji Kesiapan Bunga untuk Melakukan Reproduksi

Kematangan bunga menyangkut kapan polen atau serbuk sari memiliki viabilitas
maksimal dan kapan stigma mencapai masa reseptif dan siap menampung polen dalam
polinasi atau penyerbukan. Stigma dikatakan sudah reseptif apabila telah menyediakan
media yang cocok (contoh: enzim) atau stigma mengeluarkan cairan lebih banyak dari
biasanya untuk penyerbukan dan perkecambahan polen. Sedangkan, polen dikatakan
matang apabila yekah membentuk sel generatif atau sperma (David et al., 2014)
(Hasanuddin, 2001).
2.4. Morfologi dan Klasifikasi Bunga Lilium sp.

Gambar 2.1 Bunga Lilium sp. (Shebs, 2005)

Bunga Lilium sp. memiliki klasifikasi:


Kingdom: Plantae
Divisio: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Ordo: Liliales
Famili: Liliaceae
Genus: Lilium
Spesies: Lilium sp.

Bunga lili atau bunga bakung adalah tumbuhan tahunan dengan tinggi 60-180 cm,
memiliki tangkai yang kokoh, dan kebanyakan membentuk umbi polos di bawah tanah
(TIEE, 2004). Tumbuhan suku liliaceae termasuk tanaman hermaprodit atau tanaman
yang memiliki bunga jantan dan bunga betina dalam satu kuntum. Berdasarkan
pemisahan jarak dan waktu kesiapan organ reproduktif, liliaceae termasuk tanaman
heterostyly yaitu tanaman yang memiliki tangkai putik lebih panjang dari tangkai sari
sehingga polen tidak bisa menyentuh kepala putik, maka dalam penyerbukannya
memerlukan bantuan eksternal (Ashari, 2002).
Menurut bentuknnya, bunga lily dapat dibedakan menjadi 3, yaitu Bowl Shaped,
Trumet Shaped, dan Turk’s Cap-Shaped. Boel Shaped adalah bentuk bunga lili dengan
kelopak bunga melebar keluar dan bunganya berukuran sangat besar, Trumpet Shaped
adalah bentuk dari bunga lili dengan kelopak bunga membentuk tabung dan
melengkung diujungnya seperti terompet, dan Turk’s Cap-Shaped memiliki bentuk
dengan kelopak bunga menggulung keluar yang sangat melengkung. Sedangkan
menurut spesiesnya, secara garis besar terdapat 4 jenis bunga lili, yaitu Lilium regale,
Lilium henryi, Lilium candidum, dan Lilium lancifolium. Lilium regale terkadang
dikenal sebagai Regal Lily atau Lilium Trumpet Regale yang memiliki bunga berbentuk
terompet berwarna putih dengan pangkal kuning dan wangi yang semerbak. Lilium
henryi merupakan spesies asal China yang memiliki warna oranye dan berbentuk tegak
dan berbunga banyak. Lilium candidum memiliki wangi yang sangat harum dan sangat
popular, spesies ini berasal dari Timur Tengah. Lilium lancifolium memiliki berntuk
Turk’s Cap, berwarna oranye dengan bintik-bintik yang gelap (Jefferson-Brown, 2008).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini terdapat pada tabel 3.1
berikut.
Tabel 3.1 Alat dan Bahan
Alat Bahan
Botol vial Larutan Carnoy
Kaca objek Alkohol 96%, 70%, 50%, dan 30%
Kaca penutup Asam asetat 15%
Jarum jara Asetokarmin
Mikroskop cahaya Kertas saring
Mikroskop stereo
Larutan Coomasie-blue
Mikroskop inverted Lugol / I2KI
Bunsen Sudan Black
Kuas Gliserin 50%
H2O2 2M

FDA (Fluorescence Diethyl Acetate)


Medium Brewbaker&Kwak
Sukrosa
H3BO4
Ca(NO3)24H2O
KNO3
MgSO4
Akuades
Cover glass
3.2. Cara Kerja

A. Pengamatan Meiosis
Disiapkan antera kuncup bunga lily, dimasukkan ke dalam vial berisi larutan
Carnoy, diiknubasi 2-4 jam. Dibuang larutan Carnoy dan dehidrasi antera dengan
larutan alkohol 96%, 70%, 50%, dan 30% selama 5 menit. Dipindahkan antera ke
dalam larutan asam asetat 15%, diinkubasi selama 15 ment. Diletakkan 1 buah
antera diatas kaca objek, ditetesi asetokarmin, diamkan selama 5 menit. Ditutup
dengan kaca penutup, di squash dengan ujung pensil/jarum jara, dilewatkan diatas
api Bunsen. Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 400x dan antera telah
selesai diamati.

B. Uji Reseptivitas Stigma


B.1 Uji Protein, Karbohidrat, dan Lipid
Disiapkan stigma bunga lily, diambil dan ditemoelkan eksudatnya diatas kertas
saring pada 3 titik. Diteteskan larutan Coomasie-blue (uji protein), Lugol/I2Ki
(uji karbohidrat), dan Sudan black (uji lipid) pada masing-masing titik.
Didiamkan selama 5 menit, diamati dibawah mikroskop, dan uji karbohidrat,
protein, dan lipid telah diamati.

B.2 Uji Aktivitas Peroksidase


Disiapkan stigma bunga lilu, diletakkan diatas kaca objek. Ditetesi dengan
larutan H2O2 2M lalu diamati dibawah mikroskop stereo, diamati herbentuknya
H2O dan gelembung O2. Aktivitas peroksidase stigma bunga lily telah diamati.

C. Uji Viabilitas Polen


Diambil polen dari anther bunga matang, dikumpulkan menggunakan kuas lalu
diletakkan diats kaca objek. Ditetesi dengan FDA 0,1 % dalam aseton, diamati
dibawah mikroskop, dan dihitung jumkahnya. Dihitung persentasi polen yang
viable yang berpendar kehijauan dan total polen. Jumlah polen viable
didapatkan.
D. Pertumbuhan Tabung Polen
Ditaburkan serbuk polen diatas medium Brewbaker&Kwak. Diinkubasi medium
selama 0;1;2;3;4;5; dan 6 jam pada suhu ruang dan kondisi gelap. Kemudian
dipotong medium yang terdapat polen dan tabung polen dan diletakkan diatas
kaca objek. Diamati dengan mikroskop inverted, diukur pertambahan pajang
tabung polen dan pertumbuhan tabung polen selesai diamati.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.................................................................................................................................................. Hasil Peng


4.1.1. Tahapan Meiosis
Tabel 4.1. Tahapan Meiosis
Foto Hasil Pengamatan (diberi petunjuk) Foto Literatur Keterangan
- Tahapan yang
teramati:
Interfase
- Perbesaran: 400x

Gambar 4.2 Fase interfase


Gambar 4.1 Fase interfase yang teramati (Ritonga dan Aida, 2012)
(Dokumentasi pribadi, 2020)
- Tahapan yang
teramati: Profase
- Perbesaran: 400x

Gambar 4.3 Fase profase yang teramati Gambar 4.4 Fase profase
(Dokumentasi pribadi, 2020) (Ritonga dan Aida, 2012)
- Tahapan yang
teramati: Transisi
antara metaphase
dan anafase
- Perbesaran: 400x

Gambar 4.5 Fase transisi metaphase dan


Gambar 4.6 Fase metafase
anaphase yang teramati
(Ritonga dan Aida, 2012)
(Dokumentasi pribadi, 2020)
- Tahapan yang
teramati: Anafase
- Perbesaran: 400x

Gambar 4.7 Fase anafase yang teramati


Gambar 4.8 Fase anafase
(Dokumentasi pribadi, 2020)
(Ritonga dan Aida, 2012)
- Tahapan yang
teramati:
Telofase
- Perbesaran: 400x

Gambar 4.10 Fase telofase


Gambar 4.9 Fase telofase yang teramati
(Ritonga dan Aida, 2012)
(Dokumentasi pribadi, 2020)
4.1.2. Uji Reseptivitas Stigma
Tabel 4.2. Pengamatan Uji Reseptivitas Stigma
Jenis Uji Hasil Uji(+/-) Foto Pengamatan Keterangan
Lipid + Stigma
mengandung lipid

Gambar 4.11 Hasil uji


lipid (Sudan black)
(Dokumentasi pribadi,
2020)

Karbohidrat - Stigma
mengandung
karbohidrat

Gambar 4.12 Hasil uji


karbohidrat (Lugol)
(Dokumentasi pribadi,
2020)
Protein - Stigma tidak
mengandung
protein

Gambar 4.13 Hasil uji


protein (Coomasie-blue)
(Dokumentasi pribadi,
2020)
H2O2 + Terdapat
gelembung
okksigen hasil
reaksi H2O2

Gambar 4.14 Hasil uji


oksigen (H2O2)
(Dokumentasi pribadi,
2020)
4.1.3. Uji Viabilitas Polen

Tabel 4.3. Pengamatan Uji Viabilitas Polen


Foto di Bawah Sinar Tampak Foto di Bawah Sinar Biru

Gambar 4.15 Uji viabilitas polen di bawah Gambar 4.16 Uji viabilitas polen di bawah
sinar tampak sinar biru
(Dokumentasi pribadi, 2020) (Dokumentasi pribadi, 2020)
Perhitungan Viabilitas Polen
29
% Polen viabel= x 100 %=63,04 %
46
4.1.4 Pertumbuhan Tabung Polen

Tabel 4.3 Pertumbuhan tabung polen

Waktu Pengamatan Keterangan

0 jam Panjang: 0 µM
Perbesaran: 100x

Gambar 4.17 Pertumbuhan tabung polen


0 jam
(Dokumentasi pribadi, 2020)

2 jam Panjang: 0 µM
Perbesaran: 100x

Gambar 4.18 Pertumbuhan tabung polen


2 jam
(Dokumentasi pribadi, 2020)

3 jam Panjang: 1 µM
Perbesaran: 100x

Gambar 4.19 Pertumbuhan tabung polen


3 jam
(Dokumentasi pribadi, 2020)
4 jam Panjang: 5 µM
Perbesaran: 100x

Gambar 4.20 Pertumbuhan tabung polen


4 jam (Dokumentasi pribadi, 2020)

Panjang polen
6
5
4
3
2
1
0
0 jam 2 jam 3 jam 4jam

Panjang polen
Grafik 4.1 Pertumbuhan panjang polen terhadap waktu
4.2. Pembahasan
Meiosis merupakan pembelahan sel yang menghasilkan sel anak dengan
jumlah kromosom setengah dari induknya (n). Pembelahan ini disebut juga
sebagai pembelahan reduksi karena dalam prosesnya terjadi pengurangan
kromosom dari sel induknya (2n). Pada tumbuhan berbiji, meiosis terjadi pada
putik dan kepala sari. Meiosis yang terjadi di putik akan menghasilkan
megaspore dan pada kepala sari menghasilkan mikrospora. Pembelaha meiosis
meliputi dua kali pembelahan dan menghasilkan empat sel anak yang haploid
(n). pada pembelahan meiosis I, pembelahan disertai degan profase yang cukup
panjang dan terjadi pencampuran kromosom. Pada pembelahan meiosis II, sel
haploid mengalami pembelahan secata mitosis dan dihasilkan empat sel anak
yang masing-masing haploid (n) (Nuraini, 2009)
Tahapan meiosis yang teramati adalah interfase, profase, fase antara
metaphase-anafase, anaphase, dan telophase. Fase interfase adalah masa diantara
dari pembelahan-pembelahan yang lain, fase profase adalah fase dimana benang-
benang kromatin membentuk kromosom, fase antara metafase dan anaphase
yang teramati cenderung mendekati fase metafase karena dapat dilihat bahwa
kromosom terletak pada bidang ekuator, fase anaphase yang teramati adalah
masing-masing kromosom terlihat saling tertarik oleh kedua kutub, dan saat
telophase mulai terlihat pembentukan membrane inti karena seluruh kromosom
sudah berada pada kutubnya masing-masing.
Organ reproduksi pada Lilium sp. yang diamati adalah benang sari dan putik
seperti pada bunga umumnyam, namun pada bunga Lilium sp. terdapat benang
sari dan putik dalam satu kuntum. Dari hasil uji yang diperoleh, didapatkan hasil
bahwa stigma dari bunga Lilium sp. reseptif karena memiliki hasil yang positif
saat dilakukan pengujian lipid oleh reagen Sudan-black, dan adanya aktivitas
peroksidase karena terdapat gelembung O2 saat stigma ditetesi H2O2 meskipun
pada pengujian karbohidrat dan protein memiliki nilai yang negative. Saat
stigma reseptif, ia akan menghasilkan lendir yang cukup banyak dari biasanya
dimana lendir tersebut mengandung enzim esterase yang memecah rantai ester
yang mengkatalisis hidrolosis ester prganik untuk melepaskan alkohol atau tiol
dan asam, contoh dari golongan enzim esterase adalah lipase (enzim yang
menguraikan lemak menjasi gliserol) dan fosfatase (enzim yang menguraikan
suatu ester hingga terlepas asam fosfat) (Julio dan Tika, 2017).
Hasil dari uji viabilitas polen yang diamati di bawah sinar tampak dan di
bawah sinar biru memberikan persentase polen viable sebesar 63,04 %. Pada
pengamatan pertumbuhan tabung polen, didapatkan panjang tabung polen
berubah dan meningkat seiring dengan meningkatnya waktu. Pembentukan
tabung polen ini adalah salahsatu proses penting dalam fertilisasi yang
memengaruhi pembentukan buah dan biji karena tabung polen ini
menghubungkan polen dengan bakal biji yang akan dibuahi. Tabung polen ini
memanjanng menuju sel telur di dalam bakal biji melalui celah kecil yang
disebut mikropil (Darjanto dan Satifah, 1990).
Reagen yang digunakan pada uji reseptivitas stigma adalah Coomassie-Blue
untuk uji protein, lugol/ I2KI untuk uji karbohidrat, dan Sudan-black untuk
menguji lemak dan hydrogen peroksida (H2O2) untuk menguji aktivitas
peroksidase. Coomassie-blue adalah nama pewarna triphenylmethane serupa
yang dikembangkan untuk digunakan dalam industri tekstil tetapi sekarang
umum digunakan untuk pewarnaan protein dalam biokimia analitik dengan
rumus kimia C47H50N3O7S2+ dan memiliki struktur seperti berikut:

Gambar 4.21 Struktur Commassie Blue (Roe, 2001).

Reagen lugol adalah suatu larutan dari unsur iodium dan kalium iodida
dalam air, Larutan Lugol tersedia dalam potensi berbeda 1%, 2%, atau 5%
iodium. Larutan 5% terdiri dari 5% (m/v) iodium (I2) dan 10% (m/v) kalium
iodida (KI) dicampur dalam air suling dan memiliki kandungan iodium total
126,5 mg/mL. Kalium iodida menyumbang unsur iodium yang larut dalam air
melalui pembentukan io triiodida I−3). Larutan Lugol tidak mengandung alkohol.
Nama lain untuk larutan Lugol ialah I2KI (iodium-kalium iodida); Markodine,
larutan kuat (Systemic); dan BCP Larutan Iodium Encer. Larutan ini dapat
digunakan sebagai uji indikator atas adanya pati dengan cara bereaksi dengan
pati dan mengubah warna biru-gelap/hitam.  Larutan unsur iodium seperti Lugol
akan mewarnai pati/kanji karena interaksi iodium dengan struktur lingkar
polisakarida (Ansarikimia, 2014).
Sudan-Black B (SBB) digunakan untuk menodai lipid kristal, tetapi yang
lain seperti beberapa fosfolipid dan asam lemak bebas cenderung larut dalam
larutan pewarna. Brom adalah penstabil lipid yang lebih baik. Oleh karena itu,
Bromin-SBB adalah metode sensitive yang sederhana untuk mendeteksi semua
lipid. Dengan bromin, kisaran pewarnaan SBB dapat diperluas, misalnya sebagai
noda permanen dalam kromatografi lipid. Brom-SBB juga dapat digunakan
untuk menunjukkan fosfolipid secara selektif ketika semua lipid lainnya
diekstraksi dengan aseton (NCBI, 1981), Sudan-Black memiliki struktur:

Gambar 4.22 Struktur Sudan-Black.

Hidrogen peroksida digunakan untuk menguji aktivitas peroksidase pada


stigma, pengamatan bernilai positif apabila terdapat gelembung udara atau
oksigen yang dihasilkan dari reaksi. Hidrogen peroksida adalah senyawa kimia
dengan rumus H2O2. Dalam bentuknya yang murni, warnanya biru pucat-bening.
Hidrogen peroksida adalah peroksida paling sederhana (senyawa dengan ikatan
tunggal oksigen-oksigen). Hidrogen peroksida ini dapat digunakan sebagai
oksidator, zat pemutih, dan antiseptik. Sifat kimianya didominasi oleh sifat
ikatan peroksida yang tidak stabil. Hidrogen peroksida tidak stabil secara
termodinamik akan terurai untuk membentuk air dan oksigen dengan reaksi:

2 H2O2 → 2 H2O + O2
Dekomposisi hidrogen peroksida membebaskan oksigen dan panas (Housecroft dan
Alan, 2005).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1. Fase meiosis yang teramati adalah fase interfase, profae, transisi metafase-
anafase, metafase, dan telophase.
2. Stigma bunga Lilium sp. yang diamati reseptif karena saat pengujian
menggunakan H2O2 terdapat gelembung yang menandakan hasil dari reaksi
berupa okdigen dan pda saat siuji menggunakan Sudan-Black (lipid)
memberikan hasil yang positif.
3. Persentase viabilitas polen pada bunga Lilium sp. adalah 63,04 %.
4. Laju pertumbuhan tabung polen pada tanaman Lilium sp. mengalami
pertambahan seiring dengan bertambahnya waktu.

5.2. Saran
1. Lebih berhati-hati saat melewatkan preparat diatas bunsen agar objek tidak
rusak.
DAFTAR PUSTAKA

Ansarikimia. 2014. Apa itu Larutan Lugol. [Online] diakses pada 4 Maret 2020
https://wawasanilmukimia.wordpress.com/2014/02/13/apa-itu-larutan-lugol/
Ashari, Ir Sumeru. 2002. Pengantar Biologi Reproduksi Tanaman. Jakarta: Rineka
Cipta.
Darjanto dan Satifah. 1990. Pengetahuan Dasar Biologi Bunga dan Teknik
Penyerbukan
Silang Buatan. Jakarta: Gramedia.
David. R, Delande. F, dan Capito, C. 2014. The Plant Stigma Exudate.
Hasanuddin. 2001. Penentuan Viabilitas Polen dan Reseptivitas Stigma pada Melon
Serta
Hubungan dengan Penyerbukan dan Produksi Buah. Aceh.
Housecroft, Catherine E. dan Sharpe, Alan G. 2005. Inorganic Chemistry (2nd ed.).
Pearson Prentice-Hall. p. 443. ISBN 0130-39913-2.
Jefferson-Brown, Michael. 2008. Lilies (Wisley handbooks). United Kingdom: Mitchell
Beazley. p. 96.
Julio, Egie dan Tika Rosiana. 2017. Enzim. Prodi Kimia FMIPA. Universitas Negeri
Jakarta.
Kimball, W. John. 2000. Biologi Jilid 2 edisi ke 5. Jakarta: Erlangga
Loveless, A. R. 1999. Prinsip-Prinsip Tumbuhan Untuk Daerah Tropis. Jakarta:
Erlangga.

NCBI. 1981. The histochemical versatility of Sudan Black B. Acta Histochem Suppl.
;24:247-55.
Nugroho, L. Hartanto. 2006. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Jakarta: Penebar
Swadaya IV.
Nuraini, Tuti. Mitosis dan Meiosis. Biologi Keperawatan, FIK UI.
Ritonga, Arya Windura dan Aida Wulansari. 2012. Analisis Meiosis. Program Studi
Pemuliaan dan Bioteknologi Tanaman. Dwpartemen AGH, Faperta, IPB.
Riyanto, Agus. 2019. Jenis-jenis Penyerbukan Tumbuhan Angiospermae dan
Penjelasannya. [Online] diakses pada 1 Maret 2020
https://www.amongguru.com/jenis-jenis-penyerbukan-tumbuhan-
angiospermae-dan
penjelasannya/
Roe S. 2001. Protein Purification Techniques: A Practical Approach. Oxford: Oxford
University Press. Hal 47-54
Shebs, Stan. 2005. Photo of Lilium candidum at VanDusen Botanical Garden.

TIEE (Teaching Issues and Experiments in Ecology). 2004. Ecological Impacts of


High

Deer Densities.  Ecological Society of America.

Anda mungkin juga menyukai