Mod5 Hehe
Mod5 Hehe
OLEH:
Asisten:
Eliana
10615052
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Hipotesis
Penyerbukan atau polinasi adalah proses melekatnya sebuk sari (sel kelamin jantan)
pada kepala putik (sel kelamin betina). Setelah serbuk sari melekat ke kepala putik
(stigma), maka serbuk sari akan menyerap air dan berkecambah membentuk buluh
serbuk sari atau tabung polen. Tabung polen ini akan tumbuh dan bergerak menuju
bakal buah. Dua inti sel generatif ini nantinya akan berkembang menjadi dua inti sel
sperma, dan satu inti vegetatif dalam serbuk sari berperan menjadi penuntun dari gerak
tumbuh tabung polen menuju biji yang akan dibuahi (Riyanto, 2019).
Penyerbukan atau polinasi dapat dibedakan menjadi emoat jenis, yaitu autogamy
(penyerbukan sendiri), geitogami (penyerbukan tetangga), allogami (penyerbukan
silang), dan hibridigami (penyerbukan bastar). Autogami (penyerbukan sendiri) adalah
penyerbukan yang terjadi jika serbuk sari jatuh ke kepala putik dari bunga itu sendiri.
Geitogami (penyerbukan tetangga) adalah penyerbukan yang terjadi jika serbuk sari
jatuh ke kepala putik bunga lain tetapi keuda bunga itu masih berada dalam satu pohon
yang sama. Allogami (penyerbukan silang) adalah penyerbukan yang terjadi jika serbuk
sari jatuh ke kepala putik bunga lain yang berbeda pohon tetapi masih satu jenis.
Hibridigami (penyerbukan bastar) adalah pernyerbukan yang terjadi jika serbuk sari
jatuh ke kepala putik bunga lain yang berbeda pohon, tidak sejenis, tetapi masih satu
famili (Riyanto, 2019).
Kematangan bunga menyangkut kapan polen atau serbuk sari memiliki viabilitas
maksimal dan kapan stigma mencapai masa reseptif dan siap menampung polen dalam
polinasi atau penyerbukan. Stigma dikatakan sudah reseptif apabila telah menyediakan
media yang cocok (contoh: enzim) atau stigma mengeluarkan cairan lebih banyak dari
biasanya untuk penyerbukan dan perkecambahan polen. Sedangkan, polen dikatakan
matang apabila yekah membentuk sel generatif atau sperma (David et al., 2014)
(Hasanuddin, 2001).
2.4. Morfologi dan Klasifikasi Bunga Lilium sp.
Bunga lili atau bunga bakung adalah tumbuhan tahunan dengan tinggi 60-180 cm,
memiliki tangkai yang kokoh, dan kebanyakan membentuk umbi polos di bawah tanah
(TIEE, 2004). Tumbuhan suku liliaceae termasuk tanaman hermaprodit atau tanaman
yang memiliki bunga jantan dan bunga betina dalam satu kuntum. Berdasarkan
pemisahan jarak dan waktu kesiapan organ reproduktif, liliaceae termasuk tanaman
heterostyly yaitu tanaman yang memiliki tangkai putik lebih panjang dari tangkai sari
sehingga polen tidak bisa menyentuh kepala putik, maka dalam penyerbukannya
memerlukan bantuan eksternal (Ashari, 2002).
Menurut bentuknnya, bunga lily dapat dibedakan menjadi 3, yaitu Bowl Shaped,
Trumet Shaped, dan Turk’s Cap-Shaped. Boel Shaped adalah bentuk bunga lili dengan
kelopak bunga melebar keluar dan bunganya berukuran sangat besar, Trumpet Shaped
adalah bentuk dari bunga lili dengan kelopak bunga membentuk tabung dan
melengkung diujungnya seperti terompet, dan Turk’s Cap-Shaped memiliki bentuk
dengan kelopak bunga menggulung keluar yang sangat melengkung. Sedangkan
menurut spesiesnya, secara garis besar terdapat 4 jenis bunga lili, yaitu Lilium regale,
Lilium henryi, Lilium candidum, dan Lilium lancifolium. Lilium regale terkadang
dikenal sebagai Regal Lily atau Lilium Trumpet Regale yang memiliki bunga berbentuk
terompet berwarna putih dengan pangkal kuning dan wangi yang semerbak. Lilium
henryi merupakan spesies asal China yang memiliki warna oranye dan berbentuk tegak
dan berbunga banyak. Lilium candidum memiliki wangi yang sangat harum dan sangat
popular, spesies ini berasal dari Timur Tengah. Lilium lancifolium memiliki berntuk
Turk’s Cap, berwarna oranye dengan bintik-bintik yang gelap (Jefferson-Brown, 2008).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pengamatan Meiosis
Disiapkan antera kuncup bunga lily, dimasukkan ke dalam vial berisi larutan
Carnoy, diiknubasi 2-4 jam. Dibuang larutan Carnoy dan dehidrasi antera dengan
larutan alkohol 96%, 70%, 50%, dan 30% selama 5 menit. Dipindahkan antera ke
dalam larutan asam asetat 15%, diinkubasi selama 15 ment. Diletakkan 1 buah
antera diatas kaca objek, ditetesi asetokarmin, diamkan selama 5 menit. Ditutup
dengan kaca penutup, di squash dengan ujung pensil/jarum jara, dilewatkan diatas
api Bunsen. Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 400x dan antera telah
selesai diamati.
Gambar 4.3 Fase profase yang teramati Gambar 4.4 Fase profase
(Dokumentasi pribadi, 2020) (Ritonga dan Aida, 2012)
- Tahapan yang
teramati: Transisi
antara metaphase
dan anafase
- Perbesaran: 400x
Karbohidrat - Stigma
mengandung
karbohidrat
Gambar 4.15 Uji viabilitas polen di bawah Gambar 4.16 Uji viabilitas polen di bawah
sinar tampak sinar biru
(Dokumentasi pribadi, 2020) (Dokumentasi pribadi, 2020)
Perhitungan Viabilitas Polen
29
% Polen viabel= x 100 %=63,04 %
46
4.1.4 Pertumbuhan Tabung Polen
0 jam Panjang: 0 µM
Perbesaran: 100x
2 jam Panjang: 0 µM
Perbesaran: 100x
3 jam Panjang: 1 µM
Perbesaran: 100x
Panjang polen
6
5
4
3
2
1
0
0 jam 2 jam 3 jam 4jam
Panjang polen
Grafik 4.1 Pertumbuhan panjang polen terhadap waktu
4.2. Pembahasan
Meiosis merupakan pembelahan sel yang menghasilkan sel anak dengan
jumlah kromosom setengah dari induknya (n). Pembelahan ini disebut juga
sebagai pembelahan reduksi karena dalam prosesnya terjadi pengurangan
kromosom dari sel induknya (2n). Pada tumbuhan berbiji, meiosis terjadi pada
putik dan kepala sari. Meiosis yang terjadi di putik akan menghasilkan
megaspore dan pada kepala sari menghasilkan mikrospora. Pembelaha meiosis
meliputi dua kali pembelahan dan menghasilkan empat sel anak yang haploid
(n). pada pembelahan meiosis I, pembelahan disertai degan profase yang cukup
panjang dan terjadi pencampuran kromosom. Pada pembelahan meiosis II, sel
haploid mengalami pembelahan secata mitosis dan dihasilkan empat sel anak
yang masing-masing haploid (n) (Nuraini, 2009)
Tahapan meiosis yang teramati adalah interfase, profase, fase antara
metaphase-anafase, anaphase, dan telophase. Fase interfase adalah masa diantara
dari pembelahan-pembelahan yang lain, fase profase adalah fase dimana benang-
benang kromatin membentuk kromosom, fase antara metafase dan anaphase
yang teramati cenderung mendekati fase metafase karena dapat dilihat bahwa
kromosom terletak pada bidang ekuator, fase anaphase yang teramati adalah
masing-masing kromosom terlihat saling tertarik oleh kedua kutub, dan saat
telophase mulai terlihat pembentukan membrane inti karena seluruh kromosom
sudah berada pada kutubnya masing-masing.
Organ reproduksi pada Lilium sp. yang diamati adalah benang sari dan putik
seperti pada bunga umumnyam, namun pada bunga Lilium sp. terdapat benang
sari dan putik dalam satu kuntum. Dari hasil uji yang diperoleh, didapatkan hasil
bahwa stigma dari bunga Lilium sp. reseptif karena memiliki hasil yang positif
saat dilakukan pengujian lipid oleh reagen Sudan-black, dan adanya aktivitas
peroksidase karena terdapat gelembung O2 saat stigma ditetesi H2O2 meskipun
pada pengujian karbohidrat dan protein memiliki nilai yang negative. Saat
stigma reseptif, ia akan menghasilkan lendir yang cukup banyak dari biasanya
dimana lendir tersebut mengandung enzim esterase yang memecah rantai ester
yang mengkatalisis hidrolosis ester prganik untuk melepaskan alkohol atau tiol
dan asam, contoh dari golongan enzim esterase adalah lipase (enzim yang
menguraikan lemak menjasi gliserol) dan fosfatase (enzim yang menguraikan
suatu ester hingga terlepas asam fosfat) (Julio dan Tika, 2017).
Hasil dari uji viabilitas polen yang diamati di bawah sinar tampak dan di
bawah sinar biru memberikan persentase polen viable sebesar 63,04 %. Pada
pengamatan pertumbuhan tabung polen, didapatkan panjang tabung polen
berubah dan meningkat seiring dengan meningkatnya waktu. Pembentukan
tabung polen ini adalah salahsatu proses penting dalam fertilisasi yang
memengaruhi pembentukan buah dan biji karena tabung polen ini
menghubungkan polen dengan bakal biji yang akan dibuahi. Tabung polen ini
memanjanng menuju sel telur di dalam bakal biji melalui celah kecil yang
disebut mikropil (Darjanto dan Satifah, 1990).
Reagen yang digunakan pada uji reseptivitas stigma adalah Coomassie-Blue
untuk uji protein, lugol/ I2KI untuk uji karbohidrat, dan Sudan-black untuk
menguji lemak dan hydrogen peroksida (H2O2) untuk menguji aktivitas
peroksidase. Coomassie-blue adalah nama pewarna triphenylmethane serupa
yang dikembangkan untuk digunakan dalam industri tekstil tetapi sekarang
umum digunakan untuk pewarnaan protein dalam biokimia analitik dengan
rumus kimia C47H50N3O7S2+ dan memiliki struktur seperti berikut:
Reagen lugol adalah suatu larutan dari unsur iodium dan kalium iodida
dalam air, Larutan Lugol tersedia dalam potensi berbeda 1%, 2%, atau 5%
iodium. Larutan 5% terdiri dari 5% (m/v) iodium (I2) dan 10% (m/v) kalium
iodida (KI) dicampur dalam air suling dan memiliki kandungan iodium total
126,5 mg/mL. Kalium iodida menyumbang unsur iodium yang larut dalam air
melalui pembentukan io triiodida I−3). Larutan Lugol tidak mengandung alkohol.
Nama lain untuk larutan Lugol ialah I2KI (iodium-kalium iodida); Markodine,
larutan kuat (Systemic); dan BCP Larutan Iodium Encer. Larutan ini dapat
digunakan sebagai uji indikator atas adanya pati dengan cara bereaksi dengan
pati dan mengubah warna biru-gelap/hitam. Larutan unsur iodium seperti Lugol
akan mewarnai pati/kanji karena interaksi iodium dengan struktur lingkar
polisakarida (Ansarikimia, 2014).
Sudan-Black B (SBB) digunakan untuk menodai lipid kristal, tetapi yang
lain seperti beberapa fosfolipid dan asam lemak bebas cenderung larut dalam
larutan pewarna. Brom adalah penstabil lipid yang lebih baik. Oleh karena itu,
Bromin-SBB adalah metode sensitive yang sederhana untuk mendeteksi semua
lipid. Dengan bromin, kisaran pewarnaan SBB dapat diperluas, misalnya sebagai
noda permanen dalam kromatografi lipid. Brom-SBB juga dapat digunakan
untuk menunjukkan fosfolipid secara selektif ketika semua lipid lainnya
diekstraksi dengan aseton (NCBI, 1981), Sudan-Black memiliki struktur:
2 H2O2 → 2 H2O + O2
Dekomposisi hidrogen peroksida membebaskan oksigen dan panas (Housecroft dan
Alan, 2005).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Fase meiosis yang teramati adalah fase interfase, profae, transisi metafase-
anafase, metafase, dan telophase.
2. Stigma bunga Lilium sp. yang diamati reseptif karena saat pengujian
menggunakan H2O2 terdapat gelembung yang menandakan hasil dari reaksi
berupa okdigen dan pda saat siuji menggunakan Sudan-Black (lipid)
memberikan hasil yang positif.
3. Persentase viabilitas polen pada bunga Lilium sp. adalah 63,04 %.
4. Laju pertumbuhan tabung polen pada tanaman Lilium sp. mengalami
pertambahan seiring dengan bertambahnya waktu.
5.2. Saran
1. Lebih berhati-hati saat melewatkan preparat diatas bunsen agar objek tidak
rusak.
DAFTAR PUSTAKA
Ansarikimia. 2014. Apa itu Larutan Lugol. [Online] diakses pada 4 Maret 2020
https://wawasanilmukimia.wordpress.com/2014/02/13/apa-itu-larutan-lugol/
Ashari, Ir Sumeru. 2002. Pengantar Biologi Reproduksi Tanaman. Jakarta: Rineka
Cipta.
Darjanto dan Satifah. 1990. Pengetahuan Dasar Biologi Bunga dan Teknik
Penyerbukan
Silang Buatan. Jakarta: Gramedia.
David. R, Delande. F, dan Capito, C. 2014. The Plant Stigma Exudate.
Hasanuddin. 2001. Penentuan Viabilitas Polen dan Reseptivitas Stigma pada Melon
Serta
Hubungan dengan Penyerbukan dan Produksi Buah. Aceh.
Housecroft, Catherine E. dan Sharpe, Alan G. 2005. Inorganic Chemistry (2nd ed.).
Pearson Prentice-Hall. p. 443. ISBN 0130-39913-2.
Jefferson-Brown, Michael. 2008. Lilies (Wisley handbooks). United Kingdom: Mitchell
Beazley. p. 96.
Julio, Egie dan Tika Rosiana. 2017. Enzim. Prodi Kimia FMIPA. Universitas Negeri
Jakarta.
Kimball, W. John. 2000. Biologi Jilid 2 edisi ke 5. Jakarta: Erlangga
Loveless, A. R. 1999. Prinsip-Prinsip Tumbuhan Untuk Daerah Tropis. Jakarta:
Erlangga.
NCBI. 1981. The histochemical versatility of Sudan Black B. Acta Histochem Suppl.
;24:247-55.
Nugroho, L. Hartanto. 2006. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Jakarta: Penebar
Swadaya IV.
Nuraini, Tuti. Mitosis dan Meiosis. Biologi Keperawatan, FIK UI.
Ritonga, Arya Windura dan Aida Wulansari. 2012. Analisis Meiosis. Program Studi
Pemuliaan dan Bioteknologi Tanaman. Dwpartemen AGH, Faperta, IPB.
Riyanto, Agus. 2019. Jenis-jenis Penyerbukan Tumbuhan Angiospermae dan
Penjelasannya. [Online] diakses pada 1 Maret 2020
https://www.amongguru.com/jenis-jenis-penyerbukan-tumbuhan-
angiospermae-dan
penjelasannya/
Roe S. 2001. Protein Purification Techniques: A Practical Approach. Oxford: Oxford
University Press. Hal 47-54
Shebs, Stan. 2005. Photo of Lilium candidum at VanDusen Botanical Garden.