Anda di halaman 1dari 3

SEMINAR

PENDAHULUAN PROPOSAL PUM


“PERKEDEL TALAS DENGAN PENAMBAHAN DAUN
KELOR”

Oleh:
FIQRI ARIFULLAH
18253312029

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH
PAYAKUMBUH
2020
I.PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Perkedel adalah makanan yang terbuat dari kentang yang telah digoreng atau


direbus sebelum dilumatkan, lalu dicampur dengan daging cincang, irisan daun
bawang serta daun seledri dan bumbu, dibentuk bulat-bulat gepeng, dicelupkan ke
dalam kocokan telur ayam lalu digoreng. Kentang yang direbus lebih sulit untuk
dilekatkan karena kandungan air yang lebih banyak. Sehingga mayoritas pembuatan
perkedel dengan perlakuan penggorengan terlebih dahulu pada kentang yang akan
digunakan. Selain terbuat dari kentang, ada pula perkedel yang terbuat dari ubi
jalar, singkong yang telah direbus atau digoreng lalu di lumatkan. Serta ada pula
perkedel yang terbuat dari tahu yang sudah dilumatkan dicampur dengan bumbu dan
telur ayam lalu digoreng. Perkedel yang terbuat dari tahu biasa disebut dengan
perkedel tahu. Dalam pembuatan perkedel saya menggunakan umbi talas dengan
penambahan daun kelor.

Talas merupakan salah satu tanaman yang dapat tumbuh didaerah tropik dan
sub-tropik, termasuk Indonesia. Umbi talas kaya akan karbohidrat, sehingga
merupakan sumber energi yang potensial bagi manusia. Karena butir patinya yang
sangat kecil (Ariyanti. 2011). Umbi talas mengandung protein 1,9 g, lemak 0,2 g,
karbohidrat 23,7 g, kalsium 28 mg, fosfor 61 mg, zat besi 1 mg, vitamin A 20 mg,
vitamin B1 0,13 mg, vitamin C 4 mg, dan air 73 g (Vincent 1998). Hal ini
menjadikan umbi talas sangat cocok menjadi bahan utama yang berpotensi sebagai
alternatif lain dalam pembuatan perkedel.

Tanaman kelor (Moriga oleiefera) merupakan salah satu jenis tanaman tropis
yang mudah tumbuh didaerah tropis seperti di Indonesia. Tanaman kelor merupakan
tanaman perdu dengan ketinggian 7-11 meter dan tumbuh subur mulai dari dataran
rendah 0 sampai dengan 700 meter diatas permukaan diatas permukaan laut. Kelor
dapat tumbuh pada daerah tropis dan subtropis pada semua jenis tanah dan tahan
terhadap musim kering dengan toleransi terhadap kekeringan sampai 6 bulan
(Thomas 2007).
Kelor dikenal diseluruh dunia sebagai tanaman bergizi dan Word Health
Organization (WHO) telah memperkenalkan kelor sebagai salah satu pangan
alternatif untuk mengatasi masalah gizi (malnutrisi). Di Afrika dan Asia daun kelor
direkomendasikan sebagai suplemen kaya gizi untuk ibu menyusui dan anak pada
masa pertumbuhan (Masdiana et al., 2015).

Berbagai bagian daun kelor seperti daun, akar, biji, kulit, buah dan bunga
bertindak sebagai stimulan jantung dan peredaran darah, memiliki anti tumor, anti
hipertensi, menurunkan kolesterol, antioksidan, antidiabetik, anti bakteri, dan anti
jamur (Krinadi 2015).

Daun kelor merupakan salah satu bagian dari tanaman kelor yang telah banyak
diteliti kandungan gizi dan kegunaannya. Daun kelor sangat kaya akan nutrisi,
diantaranya kalsium kalsium, zat besi, fosfor, kalium, zink, protein, vitamin A,
vitamin B, vitamin C, vitamin D, vitamin E, vitamin K, asam folat dan biotin
(Syarifah et al., 2015). Dan daun kelor juga mengandung berbagai macam asam
amino antara lain asam amino yang berbentuk aspartat, asam glutamat, alanin, valin,
leusin, isoleusin, histidin, lisin, arginin, venilalanin, tritopan, sistein, dan metionin
(Syarifah et al., 2015).

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Bagaimana cara memanfaatkan umbi talas yang kurang banyak digunakan


sebagai bahan pengganti kentang dalam pembuatan perkedel, serta meningkatkan
nilai gizi dari bahan pangan dengan penambahan daun kelor.

1.3 TUJUAN

Untuk meningkatkan nilai gizi bahan pangan dan mempunyai manfaat bagi
kesehatan serta sebagai bahan alternatif dan bahan tambahan untuk meningkatkan
variasi dari produk pangan.

Anda mungkin juga menyukai