Praktikum Zat Warna PDF
Praktikum Zat Warna PDF
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak zaman dahulu nenek moyang bangsa Indonesia telah mengenal dan
bahkan menggunakan pewarna bahan tekstil yang berasal dari alam. Hal tersebut
dapat kita lihat dan perhatikan dari hasil seni tekstil tradisional yang diwariskan
hingga saat ini dan telah menjadi ciri khas budaya bangsa kita.
Beberapa macam corak tekstil tradisional itu antara lain kain batik, songket,
tenun ulos,dll yang memiliki corak dan warna yang beranekaragam.
Dewasa ini, zat warna alam semakin dikembangkan produksinya. Hal ini
disebabkan karena zat warna sintetik tidak ramah lingkungan dan menyumbangkan
limbah industri yang banyak. Zat warna alam memiliki potensi pasar yang tinggi
sebagai komoditas unggulan produk Indonesia dan telah memasuki pasar global
dengan daya tarik pada karakteristik yang unik (seperti bau,warna, cara
pengerjaannya) , etnik dan eksklusif, serta ramah lingkungan. Banyak praktisi tekstil
yang menggunakan pewarna alami berpendapat, bahwa pewarna alami memiliki
kualitas estetika paling tinggi yaitu lebih enak dipandang mata. Apalagi tumbuh-
tumbuhan yang mengandung pewarna alami sangat banyak dan ini menguntungkan
bagi pemakai pewarna alami. Bagi para konsumen juga ada kebanggaan tersendiri
mengenakan kain atau pakaian yang diwarnai dengan pewarna alami, karena kain
atau pakaian tersebut memiliki nilai estetika tersendiri.
Untuk itu, sebagai upaya mengangkat kembali penggunaan zat warna alam
untuk tekstil maka perlu dilakukan pengembangan zat warna alam dengan
melakukan eksplorasi sumber- sumber zat warna alam dari potensi sumber daya
alam Indonesia yang melimpah.
Eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui secara kualitatif warna yang
dihasilkan oleh berbagai tanaman di sekitar kita untuk pencelupan tekstil. Dengan
demikian hasilnya dapat semakin memperkaya jenis –jenis tanaman sumber
pewarna alam sehingga ketersediaan zat warna alam selalu terjaga dan variasi
warna yang dihasilkan semakin beragam.
Page 1 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
B. Hipotesa
Kulit akar tanaman Mengkudu mengandung zat pewarna merah (morindin)
dan kuning (morindon). Selain ekstrak akar mengkudu, ekstrak batang dan daun
mengkudu juga dapat digunakan sebagai pewarna alami.
2. Tujuan
1. Memahami mekanisme ekstraksi akar, batang, dan daun mengkudu sebagai
bahan pewarna alami.
2. Mengetahui cara pencelupan kain kapas dan sutera dengan menggunakan
ekstrak akar, batang, dan daun mengkudu.
3. Menganalisis dan mengevaluasi hasil proses pencelupan kain kapas dan
sutera dengan uji tahan luntur dan tahan gosok.
4. Mengetahui nilai panjang gelombang maksimum, nilai absorbansi larutan
ekstrak mengkudu serta memperoleh konsentrasi ekstrak mengkudu.
Page 2 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
Warna adalah sesuatu yang membuat objek lebih menarik, atraktif dan
menarik observasi. Menurut Committe on Colorimetry of Amerika, warna adalah
sensasi visual yang timbul dari stimulasi retina mata. Oleh karena itu didefinisikan
sebagai rangsangan psikologis. Warna mungkin memiliki pengertian yang relatif bagi
setiap orang. Untuk kimiawan mungkin senyawa kimia, pewarna atau pigmen, untuk
fisikawan itu adalah hamburan dan penyerapan cahaya atau reflektansi spektrum
obyek, untuk phsiologist itu adalah aktivitas listrik terukur dari saraf, psikolog itu
adalah kompleks proses di otak menafsirkan sinyal saraf. Untuk seniman dan lain-
lain, itu adalah cara untuk membuat sensasi dalam pikiran pengamat. Merah dan
warna kuning memancarkan sensasi hangat. Hijau dan biru yang terkait dengan
perasaan kesejukan.
Persepsi Warna
Sumber cahaya
Page 3 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
Ketika kita melihat objek berwarna kita melihat cahaya berwarna tercermin
dari objek untuk mata kita.
Jika objek berwarna merah, berarti komposisi fisik dan kimia menyebabkan
untuk menyerap semua panjang gelombang cahaya kecuali yang merah yang
mencerminkan kembali. Demikian juga dengan biru, kuning atau warna lainnya.
Jika objek berwarna putih, ini berarti bahwa terlihat spektrum penuh dari 400-700
gelombang panjang-sedang dipantulkan kembali. Jika warnanya hitam, ini berarti
bahwa semua warna (panjang gelombang) dalam spektrum yang diserap oleh objek.
mengenal zat pewarna sintetis bangsa ini telah mengenal zat pewarna alam , yang
digunakan untuk mewarnai pakaian, kosmetik, makanan dan kerajinan daerah (
Anonim , 2002 ). Warna-warna alam di daerah tropis memang mempunyai
keunggulan yang dapat mengimbangi zat sintetis . Diantaranya adalah intensitas
warna yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan warna sintetis , sehingga
pengaruh dimata selalau menimbulkan kesan yang sejuk. Tentu saja kelemahannya
juga ada , yang berkaitan dengan sifat naturalnya yang tidak tahan sinar , bahan
baku tidak pasti dan standar tidak terjamin . Bagaimanapun kelemahan-kelemahan
tersebut dapat diantisipasi dengan perawatan khusus. Penggunaan warna alam
lebih dikaitkan unsur seni sehingga sasarannya adalah untuk dikonsumsi oleh
golongan menengah ke atas dan ar negeri, oleh sebab itu , harga jualnya lebih tinggi
( Lestari, 2001 ).
Menurut Hakim dkk. (1999) menghadapi abad ke 21 yang merupakan abad
yang berorentasi lingkungan, adanya kekewatiran akan dampak lingkungan dari zat
warna sintetik yang non degradable dan kadangkala menganggu kesehatan , maka
keadaan ini diperkirakan akan membangkitkan kembali citra zat warna alam . Oleh
karena itu berbagai tumbuh- tumbuhan yang mampu menghasilkan zat warna akan
mempunyai prospek yang baik.
Page 5 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
Pada tahun 1849, para peneliti Eropa menemukan zat pewarna alami yang
berasal dari bagian akar tanaman ini. Sebagian besar zat pewarna alami ini berasal
dari bagian kulit akarnya. Zat pewarna itu diberi nama morindin dan morindon .
Morindin merupakan senyawa turunan disakarida dari anthracenedione
(antrakuinon) dan memiliki rumus molekul C27H30O14 (berat molekul =578).
Senyawa ini menghasilkan warna kuning. Sedangkan morindon yang merupakan
hasil hidrolisis dari glikosida morindin dan memiliki rumus molekul C15H10O8 (berat
molekul = 270) menghasilkan warna merah . Komposisi penyusun serat protein yang
terpenting dari serat sutera adalah fibroin. Maka yang memegang peranan penting
dalam reaksi pewarnaan serat ini adalah fibroin juga.
Pewarnaan kain sutera dengan menggunakan pewarna alami, secara prinsip
akan mengalami tahapan proses pewarnaan yaitu migrasi, adsorpsi, dan difusi dan
ini merupakan proses fisika. Setelah proses difusi, sangat dimungkinkan akan terjadi
reaksi atau tarik-menarik antara molekul – molekul pewarna dan molekul - molekul
serat sutera dan ini merupakan proses kimia.
Setelah mengalami proses difusi, senyawa pewarna (morindin dan morindon)
akan berinteraksi dengan fibroin sutera dalam mekanisme pewarnaan. Pewarnaan
ini disebut pewarnaan langsung. Pada pewarnaan langsung ini, reaksi pewarnaan
yang terjadi ada 2 jenis, yaitu reaksi antara morindin dengan fibroin sutera dan
reaksi antara morindon dengan fibroin sutera. Reaksi yang akan terjadi adalah
reaksi asam basa antara pewarna dengan fibroin sutera sesuai dengan pasangan
asam basa masing-masing senyawa. Gugus H+ yang terlepas dari senyawa
morindon akan berikatan kovalen dengan gugus karboksilat fibroin sutera,
sedangkan gugus amina (NH3+) fibroin sutera akan menarik gugus O- dari senyawa
morindon dan berikatan secara kovalen. Akan terjadi adalah reaksi asam basa juga
antara pewarna dengan fibroin sutera sesuai dengan pasangan asam basa masing-
masing senyawa. Gugus H+ yang terlepas dari senyawa morindin akan berikatan
kovalen dengan gugus karboksilat fibroin sutera, sedangkan gugus amina (NH3+)
fibroin sutera akan menarik gugus O- dari senyawa morindin dan berikatan secara
kovalen.
Page 6 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
Page 7 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
III. EKSPERIMEN
ALAT
1. Panci 3 unit
2. Kompor 3 unit
3. Pengaduk 3 unit
4. Saringan 1 unit
5. Botol kaca 9 unit
6. Gelas ukur 1 unit
7. Timbangan 1 unit
8. Tabung reaksi kecil (cuvet) 12 unit
9. Rak tabung reaksi 1 unit
10. Labu ukur 6 unit
11. Gelas piala 2 unit
12. Corong 1 unit
13. Pipet ukur 1 unit
14. Spektrofotometer 1 unit
15. Termometer 1 unit
16. Nampan 5 unit
17. Cawan porselen 2 unit
18. Oven 1 unit
19. Kelereng baja 60 biji
20. Tabung besi 12 unit
21. Alat penguji tahan luntur (Launder-o-meter) 1 unit
22. Alat penguji tahan gosok (Crockmeter) 1 unit
23. Mesin jahit 1 unit
BAHAN
1. Kain sutera 18 helai (20 cm x 15 cm)
2. Kain kapas 18 helai (20 cm x 15 cm)
3. Kain uji tahan luntur :
Page 8 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
DIAGRAM ALIR
Proses ekstraksi
Pengenceran + Spektroskopi
Spektroskopi
Page 9 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
A. EKSTRAKSI MENGKUDU
Page 10 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
Page 12 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
3. Kain kemudian dijahit dengan posisi kapas di bagian paling atas, sampel di
tengah dan poliester di bagian paling bawah.
4. Kemudian kain diuji tahan gosoknya dengan menggunakan “crockmeter”.
5. Hasil analisa diukur menggunakan “staining scale”.
B. PENGENCERAN
PENGENCERAN
EKSTRAK SAMPEL %T
(ml/ml)
1 8/100 57
A
2 11/100 52
K
3 14/100 41
A
4 17/100 37
R
5 20/100 29
B 1 10/100 86
A 2 13/100 78
T 3 16/100 74
A 4 19/100 73
N
5 22/100 73
G
1 5/100 68
D
2 7/100 54
A
3 9/100 46
U
4 11/100 43
N
5 13/100 36
Page 13 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
Page 14 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
RUMUS
y = ax + b
KET :
y = absorbansi larutan
x = konsentrasi larutan
n = jumlah sampel (larutan)
AKAR
y = ax + b
1.4285 – 1.316
=
0.535 – 0.49
Page 15 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
0.1125
=
0.045
= 2.5
0.20116 – 0.19999
=
0.535 – 0.49
0.00117
=
0.045
= 0.026
y = ax + b
= 2.5 x + 0.026
BATANG
y = ax + b
Page 16 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
0.4925 – 0.4640
=
0.685 – 0.64
0.0285
=
0.045
= 0.63
0.07946 – 0.0788
=
0.685 – 0.64
0.00066
=
0.045
= 0.01
y = ax + b
= 0.63 x + 0.01
DAUN
Page 17 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
y = ax + b
0.7795 – 0.7155
=
0.2225 – 0.2025
0.064
=
0.02
= 3.2
0.070755 – 0.070155
=
0.2225 – 0.2025
0.0006
=
0.02
Page 18 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
= 0.03
y = ax + b
= 3.2 x + 0.02
12
10
8
6
4
Y
2
0
-2 -2 -1 0 1 2 3
-4
X
Page 19 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
Berat bahan yang akan dicelup ditimbang untuk mengetahui jumlah larutan
yang akan digunakan saat pencelupan, yaitu dengan adanya vlot.
Untuk ekstrak akar dan daun, digunakan vlot 1 : 20, sedangkan untuk ekstrak
batang digunakan vlot 1 : 10.
Serat kapas bersifat hidrofil, karena banyak mengandung gugus OH. Dalam
proses pencelupan, gugus OH tersebut akan memegang peranan penting terhadap
ikatan antara serat dan zat warna.
Penyerapan zat warna oleh serat selulosa, merupakan proses imbibisi
walaupun ada juga gaya tarik menarik tertentu dengan adanya gugus hidroksil pada
zat warna yang dapat mengadakan ikatan hidrogen dengan selulosa yang
mengandung gugus OH.
Pada pengukuran warna larutan zat warna dengan spektrofotomter dilakukan
pengukuran absorbansi dan λ maksimal dari zat warna yang merupakan karakteristik
warna suatu zat warna.
Absorbansi (A) dapat didefinisikan dalam bentuk fungsi transmitansi (T) yang
merupakan hasil intensitas cahaya yang melewati larutan cuplikan (I t) dengan
intensitas cahaya yang melewati larutan blanko (I0)
F. PROSES MORDANTING
NO EKSTRAK SIMBOL MORDAN SIMBOL
1 AKAR 1 FEROSULFAT A
KALIUM
2 BATANG 2 B
BIKROMAT
Page 21 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
3 DAUN 3 KAPUR C
4 TAWAS D
5 GARAM DIAZO E
6 TANPA MORDAN F
AKAR :
Konsentrasi zat warna sebelum pencelupan adalah y = 2.5 x + 0.026
y = 2.5 x + 0.026
0.24 = 2.5 x + 0.026
2.5 x = 0.214
x = 0.08
= 0.08 x 5 (5 kali pengenceran)
= 0.4 g/ 500 ml
= 0.8 g/l
= 1.5 g/l
Untuk mengetahui berapa banyak zat warna yang terserap oleh kain,
yaitu diperoleh dari hasil selisih konsentrasi zat warna sebelum dan sesudah
pencelupan,yaitu 0.7 g/l.
Banyak zat warna yang terserap dalam kain adalah
= (500 ml/1000 ml) x 0.7 g/l
= 0.35 gram
BATANG :
Konsentrasi zat warna sebelum pencelupan adalah y=2.5 x + 0.026
y = 0.63 x + 0.01
0.06 = 0.63 x + 0.01
0.63 x = 0.05
x = 0.07
= 0.07 x 5 (5 kali pengenceran)
= 0.35 g/ 500 ml
= 0.18 g/l
Untuk mengetahui berapa banyak zat warna yang terserap oleh kain,
yaitu diperoleh dari hasil selisih konsentrasi zat warna sebelum dan sesudah
pencelupan,yaitu 0.15 g/l.
Banyak zat warna yang terserap dalam kain adalah
= (500 ml/1000 ml) x 0.7 g/l
Page 23 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
DAUN :
Konsentrasi zat warna sebelum pencelupan adalah y=3.2 x + 0.03
y = 3.2 x + 0.03
0.17 = 3.2 x + 0.03
3.2 x = 0.14
x = 0.04
= 0.04 x 5 (5 kali pengenceran)
= 0.2 g/ 500 ml
= 0.1 g/l
Untuk mengetahui berapa banyak zat warna yang terserap oleh kain,
yaitu diperoleh dari hasil selisih konsentrasi zat warna sebelum dan sesudah
pencelupan,yaitu 0.7 g/l.
Banyak zat warna yang terserap dalam kain adalah
= (500 ml/1000 ml) x 0.7 g/l
= 0.35 gram
Page 24 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
Berdasarkan hasil uji tahan luntur yang diperoleh, rata-rata penodaan pada
kain uji sedikit. Terbukti dari nilai hasil uji yaitu rata-rata antara 4 – 5.
Hal tersebut menunjukkan bahwa warna yang dihasilkan dari ekstrak akar,
daun, dan batang mengkudu baik ketahanan lunturnya.
Page 25 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
Hasil pengukuran ketahanan uji tahan luntur dan tahan gosok baik yaitu rata-
rata hasil pengukuran bernilai 4 – 5.
Hal tersebut menunjukkan bahwa warna yang dihasilkan dari ekstrak akar,
daun, dan batang mengkudu baik ketahanan gosoknya.
Page 26 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
P 48.8
A1 13.65 2.73 35.93 0.57 0.26 66.14 0.06
A 6
S 59.6
B1 16.18 2.17 49.65 0.25 0.15 75.32 0.04
7
57.6
C1 15.45 2.31 45.17 0.33 0.16 73.63 0.05
1
63.6
D1 17.68 1.92 51.65 0.23 0.10 74.92 0.04
3
54.1
E1 14.55 2.50 42.25 0.40 0.20 71.86 0.06
4
59.9
F1 13.75 2.70 44.26 0.35 0.13 75.40 0.04
2
TNP 67.1
60.70 0.14 64.67 0.09 0.08 67.89 0.08
CLP 2
47.1
A1 17.48 1.95 30.05 0.81 0.30 60.01 0.13
7
S 66.6
B1 33.71 0.65 48.61 0.27 0.01 76.71 0.04
U 0
T 60.3
C1 400 24.42 1.17 500 41.07 0.42 600 0.13 700 70.09 0.06
E 5
R 68.8
D1 28.25 0.91 44.03 0.36 0.07 77.22 0.03
A 8
53.3
E1 21.40 1.44 32.70 0.70 0.20 67.89 0.08
0
68.6
F1 26.28 1.03 43.07 0.38 0.07 76.75 0.04
4
BATANG
K
PNC
AI λ RFL K/S λ RFL K/S λ RFL K/S λ RFL K/S
LPN
N
K TNP 400 18.30 1.81 500 79.07 0.03 600 73.7 0.05 700 82.16 0.02
Page 27 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
A CLP 0
P 60.1
A2 15.12 2.38 47.66 0.29 0.13 72.93 0.05
A 0
S 66.0
B2 16.47 2.12 57.35 0.16 0.09 78.10 0.03
2
71.2
C2 17.12 2.01 70.11 0.06 0.06 81.85 0.02
2
68.6
D2 17.01 2.03 60.94 0.12 0.07 79.55 0.02
4
56.0
E2 16.31 2.15 43.54 0.37 0.17 70.35 0.06
5
66.8
F2 17.12 2.01 61.53 0.12 0.08 78.16 0.03
2
TNP 67.1
60.70 0.14 64.67 0.09 0.08 67.89 0.08
CLP 2
49.9
A2 20.32 1.56 34.23 0.63 0.25 62.75 0.11
1
S 68.2
B2 38.07 0.50 54.75 0.19 0.07 75.00 0.04
U 6
T 69.4
C2 400 40.75 0.43 500 57.49 0.16 600 0.07 700 75.38 0.04
E 3
R 66.7
D2 35.85 0.57 52.40 0.22 0.08 75.85 0.04
A 9
61.7
E2 32.74 0.69 46.43 0.31 0.12 73.40 0.04
3
69.9
F2 43.31 0.37 59.47 0.13 0.06 76.06 0.04
6
DAUN
K
PNC
AI λ RFL K/S λ RFL K/S λ RFL K/S λ RFL K/S
LPN
N
Page 28 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
TNP 73.7
18.30 1.81 79.07 0.03 0.05 82.16 0.02
CLP 0
56.2
A3 14.94 2.42 45.59 0.32 0.17 68.25 0.07
4
62.2
K B3 17.69 1.91 58.41 0.15 0.11 72.02 0.05
7
A
40 70.4
P C3 19.31 1.69 500 69.86 0.07 600 0.06 700 77.85 0.03
0 4
A
56.7
S D3 17.14 2.00 50.20 0.25 0.17 65.08 0.09
0
54.3
E3 16.91 2.04 46.01 0.32 0.19 66.07 0.09
6
55.2
F3 15.28 2.35 48.83 0.27 0.18 63.62 0.10
2
TNP 67.1
60.70 0.14 64.67 0.09 0.08 67.89 0.08
CLP 2
48.0
A3 16.58 2.10 32.07 0.72 0.28 60.02 0.13
2
S 61.6
B3 30.96 0.77 49.57 0.27 0.12 70.76 0.06
U 6
T 40 55.5
C3 27.28 0.97 500 45.03 0.30 600 0.18 700 64.70 0.10
E 0 7
R 60.6
D3 29.87 0.82 47.63 0.29 0.13 69.30 0.07
A 7
56.6
E3 27.31 0.93 42.29 0.37 0.17 68.50 0.07
7
58.8
F3 28.24 0.69 48.58 0.27 0.14 66.12 0.09
7
Page 29 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
B1
50
C1
40
30 D1
20 E1
10
F1
0
400 500 600 700
Panjang gelombang
Page 30 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
90
80 Tanpa Celup
70
A2
60
Reflektansi
B2
50
C2
40
D2
30
20 E2
10 F2
0
400 500 600 700
Panjang Gelombang
80
70 Tanpa celup
60 A2
Reflektansi
50 B2
40 C2
30 D2
20 E2
10 F2
0
400 500 600 700
Panjang Gelombang
Page 31 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
90
80
Tanpa celup
70
A3
60
Reflektansi
B3
50
C3
40
D3
30
E3
20
F3
10
0
400 500 600 700
Panjang gelombang
80
70
Tanpa celup
60
A3
Reflektansi
50 B3
40 C3
30 D3
20 E3
F3
10
0
400 500 600 700
Panjang gelombang
Page 32 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
3
2,5 Tanpa celup
A1
2
B1
K/S
1,5 C1
1 D1
E1
0,5
F1
0
400 500 600 700
Panjang gelombang
2,5
Tanpa celup
2 A1
1,5 B1
K/S
C1
1 D1
0,5 E1
F1
0
400 500 600 700
Panjang gelombang
2,5
Tanpa celup
2 A2
1,5 B2
K/S
C2
1 D2
0,5 E2
F2
0
400 500 600 700
Panjang gelombang
Page 33 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
1,8
1,6
Tanpa celup
1,4
A2
1,2
B2
1
K/S
C2
0,8
D2
0,6
E2
0,4
F2
0,2
0
400 500 600 700
Panjang gelombang
3
2,5 Tanpa celup
A3
2
B3
K/S
1,5 C3
D3
1
E3
0,5 F3
0
400 500 600 700
Panjang gelombang
Page 34 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
2,5
Tanpa celup
2
A3
1,5 B3
K/S
C3
1 D3
E3
0,5
F3
0
400 500 600 700
Panjang gelombang
Tujuan pengukuran ketuaan warna dilakukan untuk mengetahui besarnya zat warna yang
terserap oleh bahan yang dinyatakan dalam K/S dari nilai reflektansi setelah bahan dikeringkan.
Prinsip pengujian cahaya yang mengenai permukaan bahan akan diserap, dipantulkan ke segala
arah dandihamburkan oleh bahan tersebut. Besarnya cahaya yang dipantulkan ke segala arah
oleh permukaan bahan tersebut, intensitas cahayanya telah berkurang dibandingkan cahaya dari
sumber cahaya asalnya. Besarnya cahaya yang dipantulkan inilah yang diukur dalam pengujian
ketuaan warna sebagai nilai reflektansi (%R). Pengukuran %R ini menggunakan alat pengukur
warna (spektrofotometer) dari panjang gelombang 400 – 700 nm dengan selang harga dari
panjang gelombang tersebut adalah 20 nm sehingga dapat ditentukan panjang gelombang
dengan nilai %R terendah, dan nilai reflektansinya dikonversikan menjadi nilai ketuaan warna
(K/S) berdasarkan persamaan Kubelka-Munk.
Penyerapan zat warna pada bahan diukur pada panjang gelombang maksimum, yaitu
pada panjang gelombang dengan nilai reflektansi (%R) terkecil atau jika dikonversikan kepada
nilai K/S, maka panjang gelombang maksimum ada pada nilai K/S terbesar. Evaluasi nilai K/S
bertambah tinggi berarti penyerapan zat warna oleh bahan lebih besar atau warnanya lebih tua,
dan sebaliknya nilai K/S semakin rendah berarti penyerapan zat warna lebih sedikit sehingga
warnanya lebih muda.
Berdasarkan hasil spektroskopi kain hasil pencelupan + post mordanting, dapat kita
peroleh data bahwa :
Page 35 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
1. a. Pada pencelupan + post mordanting dengan ekstrak akar untuk kain kapas, diperoleh :
Pada panjang gelombang 400 nm, nilai K/S terbesar adalah : 2.73 (A1)
Pada panjang gelombang 400 nm, nilai K/S terkecil adalah : 1.92 (D1)
Pada panjang gelombang 500 nm, nilai K/S terbesar adalah : 0.57 (A1)
Pada panjang gelombang 500 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.23 (D1)
Pada panjang gelombang 600 nm, nilai K/S terbesar adalah : 0.26 (A1)
Pada panjang gelombang 600 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.10 (D1)
Pada panjang gelombang 700 nm, nilai K/S terbesar adalah : 0.06 (A1, E1)
Pada panjang gelombang 700 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.04 (B1, D1, F1)
Berdasarkan teori, semakin besar nilai K/S bahan pada panjang gelombang yang
sama, artinya bahan menyerap warna semakin banyak dan menghaslkan warna yang
lebih tua, dan sebaliknya.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa, pencelupan post mordan
ferosulfat pada kapas memberikan warna yang lebih tua baik pada panjang gelombang
400 nm – 600 nm. Sedangkan pada panjang gelombang 700 nm, kan kapas lebih tua
pada hasil pencelupan post mordan ferosulfat dan garam diazo.
Pencelupan post mordan tawas pada kapas memberikan warna yang lebih muda,
baik pada panjang gelombang 400 nm – 600 nm. Sedangkan pada panjang gelombang
700 nm warna kain kapas lebih muda pada hasil pencelupan post mordan kalium
bikromat, tawas dan tanpa mordan.
b. Pada pencelupan + post mordanting dengan ekstrak akar untuk kain sutera, diperoleh :
Pada panjang gelombang 400 nm, nilai K/S terbesar adalah : 1.95 (A1)
Pada panjang gelombang 400 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.65 (B1)
Pada panjang gelombang 500 nm, nilai K/S terbesar adalah : 0.81 (A1)
Pada panjang gelombang 500 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.27 (B1)
Pada panjang gelombang 600 nm, nilai K/S terbesar adalah : 0.30 (A1)
Pada panjang gelombang 600 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.01 (B1)
Pada panjang gelombang 700 nm, nilai K/S terbesar adalah : 0.13 (A1)
Pada panjang gelombang 700 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.03 (D1)
Page 36 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
Berdasarkan teori, semakin besar nilai K/S bahan pada panjang gelombang yang
sama, artinya bahan menyerap warna semakin banyak dan menghaslkan warna yang
lebih tua, dan sebaliknya.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa, pencelupan post mordan
ferosulfat pada sutera memberikan warna yang lebih tua baik pada panjang gelombang
400 nm – 700 nm.
Pencelupan post mordan kalium bikromat pada sutera memberikan warna yang
lebih muda, baik pada panjang gelombang 400 nm – 600 nm. Sedangkan pada panjang
gelombang 700 nm, warna kain sutera lebih muda dengan pencelupan post mordan
tawas.
2. a. Pada pencelupan + post mordanting dengan ekstrak batang untuk kain kapas,
diperoleh :
Pada panjang gelombang 400 nm, nilai K/S terbesar adalah : 2.38 (A2)
Pada panjang gelombang 400 nm, nilai K/S terkecil adalah : 2.01 (C2, F2)
Pada panjang gelombang 500 nm, nilai K/S terbesar adalah : 0.29 (A2)
Pada panjang gelombang 500 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.06 (C2)
Pada panjang gelombang 600 nm, nilai K/S terbesar adalah : 0.13 (A2)
Pada panjang gelombang 600 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.06 (C2)
Pada panjang gelombang 700 nm, nilai K/S terbesar adalah : 0.05 (A2)
Pada panjang gelombang 700 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.02 (C2, D2)
Berdasarkan teori, semakin besar nilai K/S bahan pada panjang gelombang yang
sama, artinya bahan menyerap warna semakin banyak dan menghaslkan warna yang
lebih tua, dan sebaliknya.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa, pencelupan post mordan
ferosulfat pada kapas memberikan warna yang lebih tua baik pada panjang gelombang
400 nm – 700 nm.
Pencelupan post mordan kapur dan tanpa mordan pada kapas memberikan
warna yang lebih muda pada panjang gelombang 400 nm. Sedangkan pada panjang
gelombang 500 nm dan 600 nm, warna kain kapas lebih muda pada hasil pencelupan
post mordan kapur. Sedangkan pada panjang gelombangg 700 nm, kain kapas lebih
sedikit menyerap warna pada pencelupan post mordan kapur dan tawas.
Page 37 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
b. Pada pencelupan + post mordanting dengan ekstrak batang untuk kain sutera,
diperoleh :
Pada panjang gelombang 400 nm, nilai K/S terbesar adalah : 1.56 (A2)
Pada panjang gelombang 400 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.37 (F2)
Pada panjang gelombang 500 nm, nilai K/S terbesar adalah : 0.63 (A2)
Pada panjang gelombang 500 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.13 (F2)
Pada panjang gelombang 600 nm, nilai K/S terbesar adalah : 0.25 (A2)
Pada panjang gelombang 600 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.06 (F2)
Pada panjang gelombang 700 nm, nilai K/S terbesar adalah : 0.11 (A2)
Pada panjang gelombang 700 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.04 (B2, F2)
Berdasarkan teori, semakin besar nilai K/S bahan pada panjang gelombang yang
sama, artinya bahan menyerap warna semakin banyak dan menghaslkan warna yang
lebih tua, dan sebaliknya.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa, pencelupan post mordan
ferosulfat pada sutera memberikan warna yang lebih tua baik pada panjang gelombang
400 nm – 700 nm.
Pencelupan tanpa mordan pada sutera memberikan warna yang lebih muda, baik
pada panjang gelombang 400 nm – 600 nm. Sedangkan pada panjang gelombang 700
nm, warna kain sutera lebih muda dengan pencelupan post mordan kalium bikromat dan
tanpa mordan.
3. a. Pada pencelupan + post mordanting dengan ekstrak daun untuk kain kapas, diperoleh :
Pada panjang gelombang 400 nm, nilai K/S terbesar adalah : 2.42 (A3)
Pada panjang gelombang 400 nm, nilai K/S terkecil adalah : 1.69 (C3)
Pada panjang gelombang 500 nm, nilai K/S terbesar adalah : 0.32 (A3)
Pada panjang gelombang 500 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.07 (C3)
Pada panjang gelombang 600 nm, nilai K/S terbesar adalah : 0.17 (A3)
Pada panjang gelombang 600 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.06 (C3)
Pada panjang gelombang 700 nm, nilai K/S terbesar adalah : 0.10 (F3)
Pada panjang gelombang 700 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.03 (C3)
Page 38 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
Berdasarkan teori, semakin besar nilai K/S bahan pada panjang gelombang yang
sama, artinya bahan menyerap warna semakin banyak dan menghaslkan warna yang
lebih tua, dan sebaliknya.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa, pencelupan post mordan
ferosulfat pada kapas memberikan warna yang lebih tua baik pada panjang gelombang
400 nm – 600 nm. Sedangkan pada panjang gelombang 700 nm, kain kapas lebih
banyak menyerap warna pada pencelupan tanpa mordan.
Pencelupan post mordan kapur pada kapas memberikan warna yang lebih muda
pada panjang gelombang 400 nm – 700 nm.
b. Pada pencelupan + post mordanting dengan ekstrak daun untuk kain sutera, diperoleh :
Pada panjang gelombang 400 nm, nilai K/S terbesar adalah : 2.10 (A3)
Pada panjang gelombang 400 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.69 (F3)
Pada panjang gelombang 500 nm, nilai K/S terbesar adalah : 0.72 (A3)
Pada panjang gelombang 500 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.27 (B3, F3)
Pada panjang gelombang 600 nm, nilai K/S terbesar adalah : 0.28 (A3)
Pada panjang gelombang 600 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.12 (B3)
Pada panjang gelombang 700 nm, nilai K/S terbesar adalah : 0.13 (A3)
Pada panjang gelombang 700 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.06 (B3)
Berdasarkan teori, semakin besar nilai K/S bahan pada panjang gelombang yang
sama, artinya bahan menyerap warna semakin banyak dan menghaslkan warna yang
lebih tua, dan sebaliknya.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa, pencelupan post mordan
ferosulfat pada sutera memberikan warna yang lebih tua baik pada panjang gelombang
400 nm – 700 nm.
Pencelupan tanpa mordan pada sutera memberikan warna yang lebih muda
pada panjang gelombang 400 nm. Sedangkan pada panjang gelombang 500 nm, warna
kain sutera lebih muda dengan pencelupan post mordan kalium bikromat dan tanpa
mordan. Dan pada panjang gelombang 600 nm dan 700 nm, kain sutera lebih sedikit
menyerap bahan pada pencelupan post mordan kalium bikromat.
Page 39 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
6. Ketahanan gosok dan cuci zat warna alam mengkudu baik yaitu berkisar
antara 4 -5.
B. SARAN-SARAN
Pemakaian zat warna alam ini berguna untuk memanfaatkan kekayaan alam
kita ini berguna untuk memanfaatkan kekayaan alam kita ini dan tidak perlu lagi kita
tergantung kepada zat warna produksi luar negeri. Jika saat ini yang dikembangkan
adalah akar mengkudu saja, ada baiknya batang dan daunnya juga dieksplorasi
untuk bahan pewarna alam.
Limbah hasil pencelupan dengan zat warna alam mengkudu ini tidak akan
menimbulkan polusi dan merusak lingkungan, karena zat warna ini mudah
dikembalikan ke alam.
Selain itu untuk meningkatkan produksi, maka cara ekstrasi mungkin dapat lebih
ditingkatkan agar produksi zat warna ini lebih banyak dan juga hasilnya dapat lebih
baik, dan ini dapat dipakai untuk produksi tekstil yang besar. Disamping itu dengan
pengembangan atau modifikasi zat warna mengkudu ini, maka perbendaharaan zat
warna di Indonesia ditingkatkan.
Page 40 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
*H.S. Shah and R.S.Gandhi. Instrumental Color Measuraments and Computer Aided
Colour Matching for Textile. Mahajan Book Distributors,1990.
***Ketut Sutara, Pande. 2009. Jenis Tumbuhan Sebagai Pewarna Alam pada
Beberapa Perusahaan Tenun di Gianyar. Jurusan Biologi , FMIPA, Universitas
Udayana, Kampus Bukit Jimbaran.
*****Tilani Hamid dan Dasep Muhlis. 2005. Perubahan Sifat Fisika dan Kimia Kain
Sutera Akibat Pewarna Alami Kulit Akar Pohon Mengkudu (Morinda Citrifolia).
Program Studi Teknik Kimia, Departemen Teknik Gas dan Petrokimia Fakultas
Teknik Universitas Indonesia.
Dede Karyana, dkk. Kimia Zat Warna. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung,
2005.
Yuliastrika, Rendra. 2008. Ekstraksi dan Karakterisasi Zat Warna dari Kulit Akar
Mengkudu (Morinda citrifolia L.) dan Uji Potensinya Sebagai Pewarna Tekstil.
Skripsi, Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Malang.
Sitorus, Anthony. Pencelupan Kain Kapas 100% dengan Zat Warna Alam dari Kulit
Kayu Pohon Tingi. Institut Teknologi Tekstil Bandung, 1985.
Page 41 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
LAMPIRAN
Ekstrak Hasil
Akar
Batang
Daun
Page 42 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
FEROSULFAT
KALIUM
BIKROMAT
KAPUR
KAPAS
TAWAS
GARAM DIAZO
1 AKAR
TANPA
MORDAN
FEROSULFAT
KALIUM
BIKROMAT
SUTERA
KAPUR
TAWAS
Page 43 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
GARAM DIAZO
TANPA
MORDAN
FEROSULFAT
KALIUM
BIKROMAT
KAPUR
KAPAS
TAWAS
2 BATANG
GARAM DIAZO
TANPA
MORDAN
FEROSULFAT
SUTERA KALIUM
BIKROMAT
KAPUR
Page 44 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
TAWAS
GARAM DIAZO
TANPA
MORDAN
FEROSULFAT
KALIUM
BIKROMAT
KAPUR
KAPAS
TAWAS
3 DAUN
GARAM DIAZO
TANPA
MORDAN
FEROSULFAT
SUTERA
KALIUM
Page 45 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
BIKROMAT
KAPUR
TAWAS
GARAM DIAZO
TANPA
MORDAN
FEROSULFAT
KALIUM
BIKROMAT
KAPAS AKAR
KAPUR
TAWAS
GARAM
DIAZO
Page 46 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
TANPA
MORDAN
FEROSULFAT
KALIUM
BIKROMAT
KAPUR
SUTERA
TAWAS
GARAM
DIAZO
TANPA
MORDAN
KALIUM
BIKROMAT
KAPUR
TAWAS
Page 47 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
GARAM
DIAZO
TANPA
MORDAN
SUTERA FEROSULFAT
KALIUM
BIKROMAT
KAPUR
TAWAS
GARAM
DIAZO
TANPA
MORDAN
KALIUM
BIKROMAT
Page 48 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
KAPUR
TAWAS
GARAM
DIAZO
TANPA
MORDAN
SUTERA FEROSULFAT
KALIUM
BIKROMAT
KAPUR
TAWAS
GARAM
DIAZO
TANPA
MORDAN
Page 49 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
FEROSULFAT
KALIUM
BIKROMAT
KAPUR
KAPAS
TAWAS
GARAM
DIAZO
AKAR
TANPA
MORDAN
FEROSULFAT
KALIUM
BIKROMAT
SUTERA
KAPUR
TAWAS
Page 50 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
GARAM
DIAZO
TANPA
MORDAN
FEROSULFAT
KALIUM
BIKROMAT
KAPUR
KAPAS
TAWAS
BATANG
GARAM
DIAZO
TANPA
MORDAN
FEROSULFAT
SUTERA
KALIUM
BIKROMAT
Page 51 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
KAPUR
TAWAS
GARAM
DIAZO
TANPA
MORDAN
FEROSULFAT
KALIUM
BIKROMAT
KAPUR
KAPAS
DAUN
TAWAS
GARAM
DIAZO
TANPA
MORDAN
SUTERA FEROSULFAT
Page 52 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013
KALIUM
BIKROMAT
KAPUR
TAWAS
GARAM
DIAZO
TANPA
MORDAN
Page 53 of 53