Anda di halaman 1dari 53

Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak zaman dahulu nenek moyang bangsa Indonesia telah mengenal dan
bahkan menggunakan pewarna bahan tekstil yang berasal dari alam. Hal tersebut
dapat kita lihat dan perhatikan dari hasil seni tekstil tradisional yang diwariskan
hingga saat ini dan telah menjadi ciri khas budaya bangsa kita.
Beberapa macam corak tekstil tradisional itu antara lain kain batik, songket,
tenun ulos,dll yang memiliki corak dan warna yang beranekaragam.
Dewasa ini, zat warna alam semakin dikembangkan produksinya. Hal ini
disebabkan karena zat warna sintetik tidak ramah lingkungan dan menyumbangkan
limbah industri yang banyak. Zat warna alam memiliki potensi pasar yang tinggi
sebagai komoditas unggulan produk Indonesia dan telah memasuki pasar global
dengan daya tarik pada karakteristik yang unik (seperti bau,warna, cara
pengerjaannya) , etnik dan eksklusif, serta ramah lingkungan. Banyak praktisi tekstil
yang menggunakan pewarna alami berpendapat, bahwa pewarna alami memiliki
kualitas estetika paling tinggi yaitu lebih enak dipandang mata. Apalagi tumbuh-
tumbuhan yang mengandung pewarna alami sangat banyak dan ini menguntungkan
bagi pemakai pewarna alami. Bagi para konsumen juga ada kebanggaan tersendiri
mengenakan kain atau pakaian yang diwarnai dengan pewarna alami, karena kain
atau pakaian tersebut memiliki nilai estetika tersendiri.
Untuk itu, sebagai upaya mengangkat kembali penggunaan zat warna alam
untuk tekstil maka perlu dilakukan pengembangan zat warna alam dengan
melakukan eksplorasi sumber- sumber zat warna alam dari potensi sumber daya
alam Indonesia yang melimpah.
Eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui secara kualitatif warna yang
dihasilkan oleh berbagai tanaman di sekitar kita untuk pencelupan tekstil. Dengan
demikian hasilnya dapat semakin memperkaya jenis –jenis tanaman sumber
pewarna alam sehingga ketersediaan zat warna alam selalu terjaga dan variasi
warna yang dihasilkan semakin beragam.

Page 1 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

B. Hipotesa
Kulit akar tanaman Mengkudu mengandung zat pewarna merah (morindin)
dan kuning (morindon). Selain ekstrak akar mengkudu, ekstrak batang dan daun
mengkudu juga dapat digunakan sebagai pewarna alami.

C. Maksud dan Tujuan


1. Maksud
Melakukan pencelupan pada kain sutera dan kapas dengan ekstraksi akar,
batang dan daun mengkudu.

2. Tujuan
1. Memahami mekanisme ekstraksi akar, batang, dan daun mengkudu sebagai
bahan pewarna alami.
2. Mengetahui cara pencelupan kain kapas dan sutera dengan menggunakan
ekstrak akar, batang, dan daun mengkudu.
3. Menganalisis dan mengevaluasi hasil proses pencelupan kain kapas dan
sutera dengan uji tahan luntur dan tahan gosok.
4. Mengetahui nilai panjang gelombang maksimum, nilai absorbansi larutan
ekstrak mengkudu serta memperoleh konsentrasi ekstrak mengkudu.

Page 2 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

II. STUDI LITERATUR

* PENGUKURAN WARNA DAN PENANDINGAN WARNA UNTUK


DASAR ILMU WARNA TEKSTIL

Apakah warna itu?

Warna adalah sesuatu yang membuat objek lebih menarik, atraktif dan
menarik observasi. Menurut Committe on Colorimetry of Amerika, warna adalah
sensasi visual yang timbul dari stimulasi retina mata. Oleh karena itu didefinisikan
sebagai rangsangan psikologis. Warna mungkin memiliki pengertian yang relatif bagi
setiap orang. Untuk kimiawan mungkin senyawa kimia, pewarna atau pigmen, untuk
fisikawan itu adalah hamburan dan penyerapan cahaya atau reflektansi spektrum
obyek, untuk phsiologist itu adalah aktivitas listrik terukur dari saraf, psikolog itu
adalah kompleks proses di otak menafsirkan sinyal saraf. Untuk seniman dan lain-
lain, itu adalah cara untuk membuat sensasi dalam pikiran pengamat. Merah dan
warna kuning memancarkan sensasi hangat. Hijau dan biru yang terkait dengan
perasaan kesejukan.

Persepsi Warna

Persepsi warna melibatkan serangkaian peristiwa yang melibatkan sumber


cahaya, objek yang diterangi dan mata (pengamat) yang merasakan warna. Proses
fisik Persepsi warna ditunjukkan pada gambar.

Sumber cahaya

Sebuah sumber cahaya ditandai dengan energi yang dipancarkan pada


panjang gelombang yang berbeda yaitu dengan distribusi daya spektral ini
merupakan bagian dari fisika. Sinar cahaya menerangi objek yang dimodifikasi.
Cahaya adalah bentuk energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik panjang
gelombang merupakan karakteristik penting dari gelombang elektromagnetik dan

Page 3 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

bervariasi dari fraksi nanometer (1 nm = 10-7cms) ke kilometer. Karakteristik


gelombang elektromagnetik berbeda pada setiap panjang gelombangnya. Oleh
karena itu gelombang dalam rentang panjang gelombang yang berbeda diidentifikasi
dengan nama yang berbeda seperti sinar gamma, sinar-X, sinar ultraviolet, sinar
tampak, sinar inframerah, gelombang mikro dan gelombang radio. Hanya sebagian
kecil dari spektrum electomagnetic menghasilkan sensasi penglihatan. Ini bagian
dari spektrum disebut radiasi yang terlihat asa dan panjang gelombang bervariasi
dari sekitar 380 nm sampai 750 nm.

** APA YANG MEMBUAT SEBUAH BENDA BERWARNA?

Ketika kita melihat objek berwarna kita melihat cahaya berwarna tercermin
dari objek untuk mata kita.

Jika objek berwarna merah, berarti komposisi fisik dan kimia menyebabkan
untuk menyerap semua panjang gelombang cahaya kecuali yang merah yang
mencerminkan kembali. Demikian juga dengan biru, kuning atau warna lainnya.
Jika objek berwarna putih, ini berarti bahwa terlihat spektrum penuh dari 400-700
gelombang panjang-sedang dipantulkan kembali. Jika warnanya hitam, ini berarti
bahwa semua warna (panjang gelombang) dalam spektrum yang diserap oleh objek.

*** PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI PEWARNA ALAM


Zat pewarna alam adalah zat warna yang diperoleh dari alam seperti
binatang, mineral-mineral dan tumbuhan baik secara langsung maupun tidak
langsung . Zat pewarna alam ini diperoleh dengan ektraksi atau perebusan secara
tradisional. Bagian-bagian tanaman yang dapat dipergunakan untuk zat pewarna
alam adalah kulit kayu, batang, daun, akar, bunga , biji dan getah. Setiap tanaman
dapat merupakan sumber zat warna alam karena mengandung pigmen alam.
Potensi ini ditentukan oleh intensitas warna yang dihasilkan dan sangat tergantung
pada jenis coloring matter yang ada.
Coloring matter adalah substansi yang menentukan arah warna dari zat
warna alam dan merupakan senyawa organic yang terkandung dalam sumber zat
warna alam . Satu jenis tumbuhan dapat mengandung lebih dari satu coloring
matter (Anonim , 2002 ). Bangsa Indonesia secara turun temurun . Jauh sebelum
Page 4 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

mengenal zat pewarna sintetis bangsa ini telah mengenal zat pewarna alam , yang
digunakan untuk mewarnai pakaian, kosmetik, makanan dan kerajinan daerah (
Anonim , 2002 ). Warna-warna alam di daerah tropis memang mempunyai
keunggulan yang dapat mengimbangi zat sintetis . Diantaranya adalah intensitas
warna yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan warna sintetis , sehingga
pengaruh dimata selalau menimbulkan kesan yang sejuk. Tentu saja kelemahannya
juga ada , yang berkaitan dengan sifat naturalnya yang tidak tahan sinar , bahan
baku tidak pasti dan standar tidak terjamin . Bagaimanapun kelemahan-kelemahan
tersebut dapat diantisipasi dengan perawatan khusus. Penggunaan warna alam
lebih dikaitkan unsur seni sehingga sasarannya adalah untuk dikonsumsi oleh
golongan menengah ke atas dan ar negeri, oleh sebab itu , harga jualnya lebih tinggi
( Lestari, 2001 ).
Menurut Hakim dkk. (1999) menghadapi abad ke 21 yang merupakan abad
yang berorentasi lingkungan, adanya kekewatiran akan dampak lingkungan dari zat
warna sintetik yang non degradable dan kadangkala menganggu kesehatan , maka
keadaan ini diperkirakan akan membangkitkan kembali citra zat warna alam . Oleh
karena itu berbagai tumbuh- tumbuhan yang mampu menghasilkan zat warna akan
mempunyai prospek yang baik.

**** PEWARNA ALAMI DARI MENGKUDU


Secara keseluruhan mengkudu merupakan buah makanan bergizi lengkap.
Zat nutrisi yang dibutuhkan tubuh, seperti protein, vitamin, dan mineral penting,
tersedia dalam jumlah cukup pada buah dan daun mengkudu. Selenium, salah satu
mineral yang terdapat pada mengkudu merupakan antioksidan yang hebat. Berbagai
jenis senyawa yang terkandung dalam mengkudu : xeronine, plant sterois,alizarin,
lycine, sosium, caprylic acid, arginine, proxeronine, antra quinines, trace elemens,
phenylalanine, magnesium, dll.
Zat Pewarna
Kulit akar tanaman mengkudu mengandung zat pewarna (merah), yang diberi nama
morindon dan morindin.

Page 5 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

***** JURNAL TEKNOLOGI, KANDUNGAN MENGKUDU

Pada tahun 1849, para peneliti Eropa menemukan zat pewarna alami yang
berasal dari bagian akar tanaman ini. Sebagian besar zat pewarna alami ini berasal
dari bagian kulit akarnya. Zat pewarna itu diberi nama morindin dan morindon .
Morindin merupakan senyawa turunan disakarida dari anthracenedione
(antrakuinon) dan memiliki rumus molekul C27H30O14 (berat molekul =578).
Senyawa ini menghasilkan warna kuning. Sedangkan morindon yang merupakan
hasil hidrolisis dari glikosida morindin dan memiliki rumus molekul C15H10O8 (berat
molekul = 270) menghasilkan warna merah . Komposisi penyusun serat protein yang
terpenting dari serat sutera adalah fibroin. Maka yang memegang peranan penting
dalam reaksi pewarnaan serat ini adalah fibroin juga.
Pewarnaan kain sutera dengan menggunakan pewarna alami, secara prinsip
akan mengalami tahapan proses pewarnaan yaitu migrasi, adsorpsi, dan difusi dan
ini merupakan proses fisika. Setelah proses difusi, sangat dimungkinkan akan terjadi
reaksi atau tarik-menarik antara molekul – molekul pewarna dan molekul - molekul
serat sutera dan ini merupakan proses kimia.
Setelah mengalami proses difusi, senyawa pewarna (morindin dan morindon)
akan berinteraksi dengan fibroin sutera dalam mekanisme pewarnaan. Pewarnaan
ini disebut pewarnaan langsung. Pada pewarnaan langsung ini, reaksi pewarnaan
yang terjadi ada 2 jenis, yaitu reaksi antara morindin dengan fibroin sutera dan
reaksi antara morindon dengan fibroin sutera. Reaksi yang akan terjadi adalah
reaksi asam basa antara pewarna dengan fibroin sutera sesuai dengan pasangan
asam basa masing-masing senyawa. Gugus H+ yang terlepas dari senyawa
morindon akan berikatan kovalen dengan gugus karboksilat fibroin sutera,
sedangkan gugus amina (NH3+) fibroin sutera akan menarik gugus O- dari senyawa
morindon dan berikatan secara kovalen. Akan terjadi adalah reaksi asam basa juga
antara pewarna dengan fibroin sutera sesuai dengan pasangan asam basa masing-
masing senyawa. Gugus H+ yang terlepas dari senyawa morindin akan berikatan
kovalen dengan gugus karboksilat fibroin sutera, sedangkan gugus amina (NH3+)
fibroin sutera akan menarik gugus O- dari senyawa morindin dan berikatan secara
kovalen.

Page 6 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

Pada pewarnaan dengan menggunakan mordan kapur, zat warna yang


terlarut di dalam larutan pewarna akan membentuk campuran dengan mordan kapur
. Campuran tersebut disebut lake. Campuran pewarna dan mordan kapur ini
membentuk ikatan kompleks yang terbentuk oleh ion logam
mordan dan pewarna. Ikatan yang terjadi antara logam Ca2+ dengan senyawa
pewarna adalah ikatan ionik. Satu elektron dari ion logam Ca2+ akan berikatan
secara ionik dengan pewarna. Sedangkan satu elektron lagi akan berikatan ionik
dengan molekul sutera.

Page 7 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

III. EKSPERIMEN

ALAT
1. Panci 3 unit
2. Kompor 3 unit
3. Pengaduk 3 unit
4. Saringan 1 unit
5. Botol kaca 9 unit
6. Gelas ukur 1 unit
7. Timbangan 1 unit
8. Tabung reaksi kecil (cuvet) 12 unit
9. Rak tabung reaksi 1 unit
10. Labu ukur 6 unit
11. Gelas piala 2 unit
12. Corong 1 unit
13. Pipet ukur 1 unit
14. Spektrofotometer 1 unit
15. Termometer 1 unit
16. Nampan 5 unit
17. Cawan porselen 2 unit
18. Oven 1 unit
19. Kelereng baja 60 biji
20. Tabung besi 12 unit
21. Alat penguji tahan luntur (Launder-o-meter) 1 unit
22. Alat penguji tahan gosok (Crockmeter) 1 unit
23. Mesin jahit 1 unit

BAHAN
1. Kain sutera 18 helai (20 cm x 15 cm)
2. Kain kapas 18 helai (20 cm x 15 cm)
3. Kain uji tahan luntur :

Page 8 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

a. Kain Poliester : 36 helai (10 cm x 5 cm)


b. Kain Kapas : 36 helai (10 cm x 5 cm)
4. Kain kapas untuk uji tahan gosok :
a. Tahan gosok basah : 36 helai (5.5 cm x 4.5 cm)
b. Tahan gosok kering : 36 helai (5.5 cm x 4.5 cm)

5. Mengkudu (bagian akar, batang, dan daun)


6. Air
7. Mordan (Ferosulfat, Kalium bikromat, kapur, tawas, garam diazo)

DIAGRAM ALIR

Persiapan alat dan bahan

Timbang kain dan bahan sesuai kebutuhan

Proses ekstraksi

Pengenceran + Spektroskopi

Pencelupan +Post mordanting

Spektroskopi

Uji tahan gosok

Page 9 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

Uji tahan luntur

A. EKSTRAKSI MENGKUDU

1. Alat dan bahan telah dipersiapkan.


2. Bagian mengkudu (akar, batang, daun) ditimbang sehingga diperoleh berat
basahnya.
3. Mengkudu (akar, batang, daun) dikeringkan dan kemudian ditimbang
sehingga diperoleh berat keringnya.
4. Bahan dipotong kecil-kecil agar proses ekstraksi lebih mudah.
5. Jumlah air untuk ekstraksi disesuaikan sesuai kebutuhan (Vlot 1:20).
6. Bahan direbus sampai air menyusut hingga 1/3 jumlah awal air.
7. Hasil rebusan disaring dan dimasukkan ke dalam botol kaca.
8. Ekstraksi dilakukan berulang-ulang sampai air berwarna bening dengan
jumlah air yang sama.
9. Seluruh hasil ekstraksi dimasukkan ke dalam botol kaca, dan diberi label.
10. Hasil ekstraksi disimpan di kulkas agar tetap baik sehingga dapat
dipergunakan untuk percobaan selanjutnya.

B. PENGENCERAN EKSTRAK MENGKUDU


1. Ekstrak mengkudu dipanaskan terlebih dahulu selama beberapa menit.
2. Ekstrak diambil masing-masing sebanyak 100 ml untuk diencerkan.
3. Pengenceran dilakukan dengan menggunakan labu ukur.
4. Setelah diencerkan, hasil pengenceran dimasukkan ke dalam pufet dan diberi
label.
5. Pengenceran dilakukan sebanyak 5 kali dengan konsentrasi yang berbeda-
beda.
6. Hasil pengenceran diukur dengan menggunakan spektrofotometer dan
diperoleh nilai % T larutan.

C. SPEKTROSKOPI EKSTRAK MENGKUDU

Page 10 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

Alat-alat yang diperlukan untuk pengujian ini adalah spektrofotometer yang


disertai perangkat lainnya untuk mengukur larutan. Sedangkan bahan yang
digunakan adalah larutan zat warna alam hasil ekstraksi dan larutan blanko.
1. Kesiapan alat-alat spektroskopi diperiksa.
2. Alat dikalibrasikan sesuai dengan petunjuk penggunaan alat.
3. Pengukuran mulai dilakukan pada setiap larutan contoh.
4. Data dan hasil pengamatan diamati dan dianalisa.
5. Setelah itu akan diperoleh panjang gelombang maksimum, nilai absorbansi
larutan serta akan dapat dihitung konsentrasi zat warna.

D. PROSES PENCELUPAN dan POST MORDANTING


1. Bahan ditimbang terlebih dahulu sesuai dengan kebutuhan.
2. Jumlah air disesuaikan dengan berat bahan yang akan dicelup (Vlot 1:20).
3. Kain dan masing-masing ekstrak dimasukkan ke dalam panci.
4. Pencelupan dilakukan selama 45 menit dan harus diperhatikan suhu
pencelupan untuk sutera 600C dan untuk kapas 1000C.
5. Setelah pencelupan selesai, kain diangkat dan ditiriskan serta diangin-
anginkan.
6. Sisa larutan hasil pencelupan kemudian diencerkan untukmemperoh nilai %T.
7. Setelah kain agak kering, dilanjutkan proses post mordanting.
8. Bahan untuk mordanting ditimbang sebesar 2 g/l untuk masing-masing
mordan.
9. Air yang diperlukan untuk masing-masing mordan sebanyak 500 ml.
10. Setelah larutan mordan dipersiapkan, dilakukan proses mordan selama 15
menit masing-masing untuk kain kapas dan sutera.
11. Selama proses mordanting berlansung, kain sebaiknya dibolak-balik agar
larutan mordan dapat meresap dan merata pada permukaan kain.
12. Setelah proses mordanting selesai, kain dikeringkan.

E. PEMBUATAN ZAT WARNA BUBUK


1. Ekstrak mengkudu diambil sampel sebanyak 500 ml .
2. Ekstrak dipanaskan sampai kental sambil sesekali diaduk agar endapan
(residu) tidak menempel pada dinding gelas piala.
Page 11 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

3. Cawan porselen ditimbang agar diketahui berat awalnya.


4. Ekstrak yang sudah mengental (residu) dimasukkan ke dalam oven untuk
dikeringkan. Suhu oven tidak boleh terlalu tinggi (sekitar 800C) agar zat warna
dapat kering secara konstan atau tidak terlalu cepat. Sesekali periksa pasta di
dalam oven agar tidak gosong.
5. Setelah residu kering, cawan kembali ditimbang sehingga diperoleh berat zat
warna bubuk yang dihasilkan. Hasil pengurangan (berat total cawan + zat
warna bubuk )- berat awal cawan adalah berat nyata zat warna bubuk yang
diperoleh.
6. Zat warna kemudian digerus dari cawan dan ditumbuk hingga halus dan
disimpan ke dalam plastik.

F. UJI TAHAN LUNTUR dan TAHAN GOSOK


UJI TAHAN LUNTUR
1. Kain yang akan diuji dipotong dengan ukuran masing-masing untuk
sutera dan kapas.
2. Kain kapas dan poliester juga dipotong sesuai ukuran sampel.
3. Kain kemudian dijahit dengan posisi kapas di bagian paling atas, sampel di
tengah dan poliester di bagian paling bawah.
4. Detergen sebanyak 100 ml dan 5 butir kelereng baja dimasukkan ke dalam
tabung besi.
5. Kemudian kain satu persatu dimasukkan ke dalam masing-masing tabung
besi.
6. Setelah itu tabung besi ditutup dan dimasukkan ke dalam mesin uji tahan
luntur (Mesin Launder-o-meter).
7. Setelah selesai, kemudian kain dikeringkan.
8. Setelah kering, kain kemudian diuji dan diukur menggunakan “staining scale”.

UJI TAHAN GOSOK


1. Kain yang akan diuji dipotong dengan ukuran masing-masing untuk
sutera dan kapas.
2. Kain kapas dan poliester juga dipotong sesuai ukuran sampel.

Page 12 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

3. Kain kemudian dijahit dengan posisi kapas di bagian paling atas, sampel di
tengah dan poliester di bagian paling bawah.
4. Kemudian kain diuji tahan gosoknya dengan menggunakan “crockmeter”.
5. Hasil analisa diukur menggunakan “staining scale”.

IV. Hasil dan Pembahasan


A. BERAT BAHAN
BERAT KERING
BAHAN BERAT BASAH (gram)
(gram)
Akar Mengkudu 3 2
Batang Mengkudu 3 2
Daun Mengkudu 5.6 1.4

B. PENGENCERAN
PENGENCERAN
EKSTRAK SAMPEL %T
(ml/ml)
1 8/100 57
A
2 11/100 52
K
3 14/100 41
A
4 17/100 37
R
5 20/100 29
B 1 10/100 86
A 2 13/100 78
T 3 16/100 74
A 4 19/100 73
N
5 22/100 73
G
1 5/100 68
D
2 7/100 54
A
3 9/100 46
U
4 11/100 43
N
5 13/100 36
Page 13 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

Pengenceran dilakukan sampai lima kali untuk memperoleh variasi


nilai %T sehingga diketahui pada konsentrasi berapa, nilai %T nya maksimal,
dan sebaliknya.
Berdasarkan teori %T yang baik pada rentang 30 – 70. Dari data
pengenceran tersebut diperoleh nilai %T yang bervariasi mulai dari rentang
nilai 29 – 57 untuk ekstrak akar, 73 – 86 untuk ekstrak batang, dan 36 – 68
untuk ekstrak daun.
Semakin pekat larutan, maka nilai %T nya semakin rendah, demikian
sebaliknya.

C. PERHITUNGAN PERSAMAAN REGRESI LINEAR DARI ABSORBANSI


LARUTAN
EKSTRAK SAMPEL KONSENTRASI %T A (y) X2 XY
1 0.08 57 0.24 0.0064 0.0192
A
2 0.11 52 0.28 0.0121 0.0308
K
3 0.14 41 0.39 0.0196 0.0546
A
4 0.17 37 0.43 0.0289 0.0731
R
5 0.20 29 0.54 0.0400 0.1080
TOTAL 0.70 216 1.88 0.1070 0.2857
B 1 0.10 86 0.06 0.0100 0.0060
A 2 0.13 78 0.11 0.0169 0.0143
T 3 0.16 74 0.13 0.0256 0.0208
A 4 0.19 73 0.14 0.0361 0.0266
N
5 0.22 73 0.14 0.0484 0.0308
G
TOTAL 0.80 384 0.58 0.1370 0.0985
1 0.05 68 0.17 0.0025 0.0085
D
2 0.07 54 0.27 0.0049 0.0189
A
3 0.09 46 0.34 0.0081 0.0306
U
4 0.11 43 0.37 0.0121 0.0407
N
5 0.13 36 0.44 0.0169 0.0572

Page 14 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

TOTAL 0.45 1.59 0.0445 0.1559

RUMUS
y = ax + b

n (Σxy) – (Σx) (Σy)


a=
n (Σx2) – (Σx)2

n (Σy) (Σx2) – (Σx) (Σxy)


b=
n (Σx2) – (Σx)2

KET :
y = absorbansi larutan
x = konsentrasi larutan
n = jumlah sampel (larutan)

AKAR
y = ax + b

n (Σxy) – (Σx) (Σy)


a=
n (Σx2) – (Σx)2

5 (0.2857) – (0.7) (1.88)


=
5 (0.107) – (0.7)2

1.4285 – 1.316
=
0.535 – 0.49
Page 15 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

0.1125
=
0.045
= 2.5

n (Σy) (Σx2) – (Σx) (Σxy)


b=
n (Σx2) – (Σx)2

(1.88) (0.107) – (0.7) (0.2857)


=
5 (0.107) – (0.7)2

0.20116 – 0.19999
=
0.535 – 0.49
0.00117
=
0.045
= 0.026

y = ax + b
= 2.5 x + 0.026

BATANG
y = ax + b

n (Σxy) – (Σx) (Σy)


a=
n (Σx2) – (Σx)2

Page 16 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

5 (0.0985) – (0.8) (0.58)


=
5 (0.137) – (0.8)2

0.4925 – 0.4640
=
0.685 – 0.64
0.0285
=
0.045
= 0.63

n (Σy) (Σx2) – (Σx) (Σxy)


b=
n (Σx2) – (Σx)2

(0.58) (0.137) – (0.8) (0.0985)


=
5 (0.137) – (0.8)2

0.07946 – 0.0788
=
0.685 – 0.64
0.00066
=
0.045
= 0.01

y = ax + b
= 0.63 x + 0.01

DAUN
Page 17 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

y = ax + b

n (Σxy) – (Σx) (Σy)


a=
n (Σx2) – (Σx)2

5 (0.1559) – (0.45) (1.59)


=
5 (0.0445) – (0.45)2

0.7795 – 0.7155
=
0.2225 – 0.2025
0.064
=
0.02
= 3.2

n (Σy) (Σx2) – (Σx) (Σxy)


b=
n (Σx2) – (Σx)2

(1.59) (0.0445) – (0.45) (0.1559)


=
5 (0.0445) – (0.45)2

0.070755 – 0.070155
=
0.2225 – 0.2025
0.0006
=
0.02
Page 18 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

= 0.03

y = ax + b
= 3.2 x + 0.02

GRAFIK PERSAMAAN REGRESI LINEAR ABSORBANSI LARUTAN

12
10
8
6
4
Y

2
0
-2 -2 -1 0 1 2 3

-4
X

AKAR BATANG DAUN

Nilai persamaan regresi linear absorbansi larutan digunakan untuk


mengetahui konsentrasi zat warna sebelum dan sesudah pencelupan. Selain
itu juga berfungsi untuk mengetahui banyaknya zat warna yang diserap oleh
bahan.

D. UKURAN BAHAN UNTUK PENCELUPAN


BERAT BAHAN (Gram) JUMLAH LARUTAN (ml)
EKSTRAK
KAPAS SUTERA KAPAS SUTERA
AKAR 48.5 14.0 960 280
BATANG 47.0 13.8 470 138
DAUN 49.5 14.0 990 280

Page 19 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

Berat bahan yang akan dicelup ditimbang untuk mengetahui jumlah larutan
yang akan digunakan saat pencelupan, yaitu dengan adanya vlot.
Untuk ekstrak akar dan daun, digunakan vlot 1 : 20, sedangkan untuk ekstrak
batang digunakan vlot 1 : 10.
Serat kapas bersifat hidrofil, karena banyak mengandung gugus OH. Dalam
proses pencelupan, gugus OH tersebut akan memegang peranan penting terhadap
ikatan antara serat dan zat warna.
Penyerapan zat warna oleh serat selulosa, merupakan proses imbibisi
walaupun ada juga gaya tarik menarik tertentu dengan adanya gugus hidroksil pada
zat warna yang dapat mengadakan ikatan hidrogen dengan selulosa yang
mengandung gugus OH.
Pada pengukuran warna larutan zat warna dengan spektrofotomter dilakukan
pengukuran absorbansi dan λ maksimal dari zat warna yang merupakan karakteristik
warna suatu zat warna.
Absorbansi (A) dapat didefinisikan dalam bentuk fungsi transmitansi (T) yang
merupakan hasil intensitas cahaya yang melewati larutan cuplikan (I t) dengan
intensitas cahaya yang melewati larutan blanko (I0)

Transmitansi (T) = It/I0


Absorbansi (A) = log (I0/It) = log (i/T)
Bila T dinyatakan dalam %, maka A = log (100/T)
Nilai T (dalam %) bernilai 1 -100, sehingga nilai A antara 2 s/d 0

Suatu larutan encer warna mempunyai karakteristik spektrum absorbansi


pada daerah sinar tampak (λ = 400 – 700 nm) dan bentuknya ditentukan oleh warna
dari larutan zat warna.
Nilai absorbansi akan berubah tergantung konsentrasi zat warna (c) dan lebar
larutan yang ditembus cahaya (I), untuk konsentrasi yang encer hubungannya
dinyatakan dengan Hukum Beer, A = k.c.l
k = koefisien absorpsi atau absortifitas
l = lebar tabung cuvet wadah cuplikan larutan zat warna
sehingga bila k dan l konstan maka akan menghasilkan kurva garis lurus antara A
dan c
Page 20 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

λ maks adalah panjang gelombang cahaya pengukuran absorbansi yang


memberikan nilai absorbansi yang terbesar, untuk spektrofotometer biasa (single
beam) pengukuran larutan zat warna hendaknya diukur pada λ maks guna
meminimalkan kesalahan pembacaan konsentrasi pada grafik, tetapi bila
menggunakan spektrofotometer kualitas tinggi (double beam) pengukuran di luar λ
maks pun akan tetap memenuhi linearitas dari hukum Beer, selama larutan cukup
encer, namun demikian pengukuran absorbansi sebaiknya tetap dilakukan pada λ
maks.

Penyimpangan dari linearitas Hukum Beer akan terjadi bila konsentrasi


larutan zat warnanya kurang encer sehingga memungkinkan terbentuknya
aggregrasi zat warna.
Setelah dilakukan pencelupan dengan ekstrak akar, batang, dan daun
mengkudu, beserta post mordanting ternyata diperoleh bahwa kain dapat diwarnai
oleh ekstrak batang dan daun. Meskipun belum diketahui pasti kandungan kimia
batang dan daun mengkudu yang dapat menyebabkan warna.

E. UKURAN BAHAN UNTUK MORDANTING


JUMLAH JUMLAH AIR
NO MORDAN
MORDAN (g/l) (ml)
1 FEROSULFAT 1 500
KALIUM
2 1 500
BIKROMAT
3 KAPUR 1 500
4 TAWAS 1 500
5 GARAM DIAZO 1 500
6 TANPA MORDAN - -

F. PROSES MORDANTING
NO EKSTRAK SIMBOL MORDAN SIMBOL
1 AKAR 1 FEROSULFAT A
KALIUM
2 BATANG 2 B
BIKROMAT

Page 21 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

3 DAUN 3 KAPUR C
4 TAWAS D
5 GARAM DIAZO E
6 TANPA MORDAN F

Sistem pengkodean ini digunakan untuk mempermudah pelabelan,


sehingga tidak ada bahan atau larutan yang tertukar, sehingga data yang
diperoleh juga valid.

G. PENGUKURAN %T LARUTAN SISA PENCELUPAN


NILAI % T NILAI ABSORBANSI
NO EKSTRAK PENGENCERAN
SEBELUM SESUDAH SEBELUM SESUDAH
1 AKAR 8/100 57 39 0.24 0.41
2 BATANG 10/100 86 82 0.06 0.09
3 DAUN 5/100 68 54 0.17 0.27

AKAR :
Konsentrasi zat warna sebelum pencelupan adalah y = 2.5 x + 0.026
y = 2.5 x + 0.026
0.24 = 2.5 x + 0.026
2.5 x = 0.214
x = 0.08
= 0.08 x 5 (5 kali pengenceran)
= 0.4 g/ 500 ml
= 0.8 g/l

Konsentrasi zat warna setelah pencelupan adalah


y = 2.5 x + 0.026
0.41 = 2.5 x + 0.026
2.5 x = 0.384
x = 0.15
= 0.15 x 5 (5 kali pengenceran)
= 0.75 g/ 500 ml
Page 22 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

= 1.5 g/l

Untuk mengetahui berapa banyak zat warna yang terserap oleh kain,
yaitu diperoleh dari hasil selisih konsentrasi zat warna sebelum dan sesudah
pencelupan,yaitu 0.7 g/l.
Banyak zat warna yang terserap dalam kain adalah
= (500 ml/1000 ml) x 0.7 g/l
= 0.35 gram

BATANG :
Konsentrasi zat warna sebelum pencelupan adalah y=2.5 x + 0.026
y = 0.63 x + 0.01
0.06 = 0.63 x + 0.01
0.63 x = 0.05
x = 0.07
= 0.07 x 5 (5 kali pengenceran)
= 0.35 g/ 500 ml
= 0.18 g/l

Konsentrasi zat warna setelah pencelupan adalah


y = 0.63 x + 0.01
0.09 = 0.63 x + 0.01
0.63 x = 0.08
x = 0.13
= 0.13 x 5 (5 kali pengenceran)
= 0.65 g/ 500 ml
= 0.33 g/l

Untuk mengetahui berapa banyak zat warna yang terserap oleh kain,
yaitu diperoleh dari hasil selisih konsentrasi zat warna sebelum dan sesudah
pencelupan,yaitu 0.15 g/l.
Banyak zat warna yang terserap dalam kain adalah
= (500 ml/1000 ml) x 0.7 g/l
Page 23 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

DAUN :
Konsentrasi zat warna sebelum pencelupan adalah y=3.2 x + 0.03
y = 3.2 x + 0.03
0.17 = 3.2 x + 0.03
3.2 x = 0.14
x = 0.04
= 0.04 x 5 (5 kali pengenceran)
= 0.2 g/ 500 ml
= 0.1 g/l

Konsentrasi zat warna setelah pencelupan adalah


y = 3.2 x + 0.03
0.27 = 3.2 x + 0.03
3.2 x = 0.24
x = 0.08
= 0.08 x 5 (5 kali pengenceran)
= 0.4 g/ 500 ml
= 0.8 g/l

Untuk mengetahui berapa banyak zat warna yang terserap oleh kain,
yaitu diperoleh dari hasil selisih konsentrasi zat warna sebelum dan sesudah
pencelupan,yaitu 0.7 g/l.
Banyak zat warna yang terserap dalam kain adalah
= (500 ml/1000 ml) x 0.7 g/l
= 0.35 gram

H. ZAT WARNA BUBUK


BERAT ZW
NO EKSTRAK BERAT AWAL BERAT AKHIR
BUBUK
1 AKAR 57.3 59 1.7
2 BATANG 27.7 28.8 1.1

Page 24 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

3 DAUN 52.2 54.9 2.7

Zat warna bubuk yang dihasilkan tidak maksimal, tidak sepenuhnya


berbentuk bubuk. Hal tersebut kemungkinan disebabkan suhu oven yang tidak
konstan. Karena saat lab ditutup, semua alat-alat praktikum dimatikan. Hal tersebut
menyebabkan suhu oven yang tidak konstan, sehingga zat warna bubuk yang
diperoleh kurang baik dan kurang maksimal.

I. UJI TAHAN LUNTUR


Hasil Hasil
Hasil Hasil Pengujian Hasil Hasil
Pengujian Pengujian
Kain Pencel Pence Pencel
Polie Kapa Polie
upan Kapas Poliester lupan Kapas upan
ster s ster
A1 5 4/5 A2 5 5 A3 4/5 4
K
B1 4/5 4/5 B2 5 5 B3 4/5 4
A
C1 5 5 C2 5 5 C3 4/5 4/5
P
D1 5 4/5 D2 4/5 4 D3 4/5 4/5
A
E1 5 5 E2 4/5 4/5 E3 4/5 4/5
S
F1 4/5 4/5 F2 4/5 4/5 F3 4/5 4/5
S A1 5 5 A2 5 5 A3 4/5 4/5
U B1 5 5 B2 4/5 4/5 B3 5 4/5
T C1 5 5 C2 5 4/5 C3 4/5 4
E D1 5 4/5 D2 4/5 4 D3 4/5 4/5
R E1 5 4/5 E2 5 4/5 E3 4/5 4
A F1 4/5 4/5 F2 5 4/5 F3 4/5 4

Berdasarkan hasil uji tahan luntur yang diperoleh, rata-rata penodaan pada
kain uji sedikit. Terbukti dari nilai hasil uji yaitu rata-rata antara 4 – 5.
Hal tersebut menunjukkan bahwa warna yang dihasilkan dari ekstrak akar,
daun, dan batang mengkudu baik ketahanan lunturnya.

Page 25 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

J. UJI TAHAN GOSOK


Hasil
Hasil Hasil
Hasil Pengujia
Hasil Pengujian Hasil Pengujian
Penc n
Kain Pencel Pencel
elupa Ke
upan upan Keri Bas
Basah Kering Basah n rin
ng ah
g
A1 4/5 4/5 A2 4/5 5 A3 4/5 5
K
B1 4/5 4/5 B2 4/5 4/5 B3 4 4/5
A
C1 4/5 4/5 C2 4/5 5 C3 4/5 5
P
D1 4/5 4/5 D2 4/5 5 D3 4/5 4/5
A
E1 4/5 4/5 E2 4/5 4/5 E3 4 4/5
S
F1 4 4/5 F2 5 4/5 F3 4 4/5
S A1 4/5 4/5 A2 4 4 A3 4/5 4
U B1 4 4/5 B2 4/5 4/5 B3 4 4/5
T C1 4 4 C2 4/5 4/5 C3 4/5 5
E D1 4/5 4/5 D2 5 4/5 D3 4/5 4/5
R E1 4/5 4/5 E2 4/5 5 E3 4 4/5
A F1 4/5 4/5 F2 4/5 4/5 F3 4/5 4/5

Hasil pengukuran ketahanan uji tahan luntur dan tahan gosok baik yaitu rata-
rata hasil pengukuran bernilai 4 – 5.
Hal tersebut menunjukkan bahwa warna yang dihasilkan dari ekstrak akar,
daun, dan batang mengkudu baik ketahanan gosoknya.

K. HASIL SPEKTROSKOPI POST MORDANTING


AKAR
KA PNC
λ RFL K/S λ RFL K/S λ RFL K/S λ RFL K/S
IN LPN
K TNP 73.7
400 18.30 1.81 500 79.07 0.03 600 0.05 700 82.16 0.02
A CLP 0

Page 26 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

P 48.8
A1 13.65 2.73 35.93 0.57 0.26 66.14 0.06
A 6
S 59.6
B1 16.18 2.17 49.65 0.25 0.15 75.32 0.04
7
57.6
C1 15.45 2.31 45.17 0.33 0.16 73.63 0.05
1
63.6
D1 17.68 1.92 51.65 0.23 0.10 74.92 0.04
3
54.1
E1 14.55 2.50 42.25 0.40 0.20 71.86 0.06
4
59.9
F1 13.75 2.70 44.26 0.35 0.13 75.40 0.04
2
TNP 67.1
60.70 0.14 64.67 0.09 0.08 67.89 0.08
CLP 2
47.1
A1 17.48 1.95 30.05 0.81 0.30 60.01 0.13
7
S 66.6
B1 33.71 0.65 48.61 0.27 0.01 76.71 0.04
U 0
T 60.3
C1 400 24.42 1.17 500 41.07 0.42 600 0.13 700 70.09 0.06
E 5
R 68.8
D1 28.25 0.91 44.03 0.36 0.07 77.22 0.03
A 8
53.3
E1 21.40 1.44 32.70 0.70 0.20 67.89 0.08
0
68.6
F1 26.28 1.03 43.07 0.38 0.07 76.75 0.04
4

BATANG
K
PNC
AI λ RFL K/S λ RFL K/S λ RFL K/S λ RFL K/S
LPN
N
K TNP 400 18.30 1.81 500 79.07 0.03 600 73.7 0.05 700 82.16 0.02

Page 27 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

A CLP 0
P 60.1
A2 15.12 2.38 47.66 0.29 0.13 72.93 0.05
A 0
S 66.0
B2 16.47 2.12 57.35 0.16 0.09 78.10 0.03
2
71.2
C2 17.12 2.01 70.11 0.06 0.06 81.85 0.02
2
68.6
D2 17.01 2.03 60.94 0.12 0.07 79.55 0.02
4
56.0
E2 16.31 2.15 43.54 0.37 0.17 70.35 0.06
5
66.8
F2 17.12 2.01 61.53 0.12 0.08 78.16 0.03
2
TNP 67.1
60.70 0.14 64.67 0.09 0.08 67.89 0.08
CLP 2
49.9
A2 20.32 1.56 34.23 0.63 0.25 62.75 0.11
1
S 68.2
B2 38.07 0.50 54.75 0.19 0.07 75.00 0.04
U 6
T 69.4
C2 400 40.75 0.43 500 57.49 0.16 600 0.07 700 75.38 0.04
E 3
R 66.7
D2 35.85 0.57 52.40 0.22 0.08 75.85 0.04
A 9
61.7
E2 32.74 0.69 46.43 0.31 0.12 73.40 0.04
3
69.9
F2 43.31 0.37 59.47 0.13 0.06 76.06 0.04
6

DAUN
K
PNC
AI λ RFL K/S λ RFL K/S λ RFL K/S λ RFL K/S
LPN
N

Page 28 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

TNP 73.7
18.30 1.81 79.07 0.03 0.05 82.16 0.02
CLP 0
56.2
A3 14.94 2.42 45.59 0.32 0.17 68.25 0.07
4
62.2
K B3 17.69 1.91 58.41 0.15 0.11 72.02 0.05
7
A
40 70.4
P C3 19.31 1.69 500 69.86 0.07 600 0.06 700 77.85 0.03
0 4
A
56.7
S D3 17.14 2.00 50.20 0.25 0.17 65.08 0.09
0
54.3
E3 16.91 2.04 46.01 0.32 0.19 66.07 0.09
6
55.2
F3 15.28 2.35 48.83 0.27 0.18 63.62 0.10
2
TNP 67.1
60.70 0.14 64.67 0.09 0.08 67.89 0.08
CLP 2
48.0
A3 16.58 2.10 32.07 0.72 0.28 60.02 0.13
2
S 61.6
B3 30.96 0.77 49.57 0.27 0.12 70.76 0.06
U 6
T 40 55.5
C3 27.28 0.97 500 45.03 0.30 600 0.18 700 64.70 0.10
E 0 7
R 60.6
D3 29.87 0.82 47.63 0.29 0.13 69.30 0.07
A 7
56.6
E3 27.31 0.93 42.29 0.37 0.17 68.50 0.07
7
58.8
F3 28.24 0.69 48.58 0.27 0.14 66.12 0.09
7

Page 29 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

GRAFIK HUBUNGAN ANTARA REFLAKTANSI DAN PANJANG GELOMBANG

KAPAS (EKSTRAK AKAR)


90
80
70 Tanpa celup
60 A1
B1
50
C1
40
D1
30 E1
20 F1
10
0
400 500 600 700

SUTERA (EKSTRAK AKAR)


90
80 Tanpa
celup
70 A1
60
Reflektansi

B1
50
C1
40
30 D1
20 E1
10
F1
0
400 500 600 700

Panjang gelombang

Page 30 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

KAPAS (EKSTRAK BATANG)

90
80 Tanpa Celup
70
A2
60
Reflektansi

B2
50
C2
40
D2
30
20 E2
10 F2
0
400 500 600 700
Panjang Gelombang

SUTERA (EKSTRAK BATANG)

80
70 Tanpa celup
60 A2
Reflektansi

50 B2
40 C2
30 D2
20 E2
10 F2
0
400 500 600 700
Panjang Gelombang

KAPAS (EKSTRAK DAUN)

Page 31 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

90
80
Tanpa celup
70
A3
60
Reflektansi
B3
50
C3
40
D3
30
E3
20
F3
10
0
400 500 600 700
Panjang gelombang

SUTERA (EKSTRAK DAUN)

80
70
Tanpa celup
60
A3
Reflektansi

50 B3
40 C3
30 D3
20 E3
F3
10
0
400 500 600 700
Panjang gelombang

Page 32 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

GRAFIK HUBUNGAN ANTARA K/S DAN PANJANG GELOMBANG


KAPAS (EKSTRAK AKAR)

3
2,5 Tanpa celup
A1
2
B1
K/S

1,5 C1
1 D1
E1
0,5
F1
0
400 500 600 700
Panjang gelombang

SUTERA (EKSTRAK AKAR)

2,5
Tanpa celup
2 A1
1,5 B1
K/S

C1
1 D1
0,5 E1
F1
0
400 500 600 700
Panjang gelombang

KAPAS (EKSTRAK BATANG)

2,5
Tanpa celup
2 A2
1,5 B2
K/S

C2
1 D2
0,5 E2
F2
0
400 500 600 700
Panjang gelombang

Page 33 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

SUTERA (EKSTRAK BATANG)

1,8
1,6
Tanpa celup
1,4
A2
1,2
B2
1
K/S

C2
0,8
D2
0,6
E2
0,4
F2
0,2
0
400 500 600 700
Panjang gelombang

KAPAS (EKSTRAK DAUN)

3
2,5 Tanpa celup
A3
2
B3
K/S

1,5 C3
D3
1
E3
0,5 F3

0
400 500 600 700
Panjang gelombang

Page 34 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

SUTERA (EKSTRAK DAUN)

2,5
Tanpa celup
2
A3
1,5 B3
K/S

C3
1 D3
E3
0,5
F3
0
400 500 600 700
Panjang gelombang

Tujuan pengukuran ketuaan warna dilakukan untuk mengetahui besarnya zat warna yang
terserap oleh bahan yang dinyatakan dalam K/S dari nilai reflektansi setelah bahan dikeringkan.
Prinsip pengujian cahaya yang mengenai permukaan bahan akan diserap, dipantulkan ke segala
arah dandihamburkan oleh bahan tersebut. Besarnya cahaya yang dipantulkan ke segala arah
oleh permukaan bahan tersebut, intensitas cahayanya telah berkurang dibandingkan cahaya dari
sumber cahaya asalnya. Besarnya cahaya yang dipantulkan inilah yang diukur dalam pengujian
ketuaan warna sebagai nilai reflektansi (%R). Pengukuran %R ini menggunakan alat pengukur
warna (spektrofotometer) dari panjang gelombang 400 – 700 nm dengan selang harga dari
panjang gelombang tersebut adalah 20 nm sehingga dapat ditentukan panjang gelombang
dengan nilai %R terendah, dan nilai reflektansinya dikonversikan menjadi nilai ketuaan warna
(K/S) berdasarkan persamaan Kubelka-Munk.
Penyerapan zat warna pada bahan diukur pada panjang gelombang maksimum, yaitu
pada panjang gelombang dengan nilai reflektansi (%R) terkecil atau jika dikonversikan kepada
nilai K/S, maka panjang gelombang maksimum ada pada nilai K/S terbesar. Evaluasi nilai K/S
bertambah tinggi berarti penyerapan zat warna oleh bahan lebih besar atau warnanya lebih tua,
dan sebaliknya nilai K/S semakin rendah berarti penyerapan zat warna lebih sedikit sehingga
warnanya lebih muda.
Berdasarkan hasil spektroskopi kain hasil pencelupan + post mordanting, dapat kita
peroleh data bahwa :

Page 35 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

1. a. Pada pencelupan + post mordanting dengan ekstrak akar untuk kain kapas, diperoleh :
Pada panjang gelombang 400 nm, nilai K/S terbesar adalah : 2.73 (A1)
Pada panjang gelombang 400 nm, nilai K/S terkecil adalah : 1.92 (D1)
Pada panjang gelombang 500 nm, nilai K/S terbesar adalah : 0.57 (A1)
Pada panjang gelombang 500 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.23 (D1)
Pada panjang gelombang 600 nm, nilai K/S terbesar adalah : 0.26 (A1)
Pada panjang gelombang 600 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.10 (D1)
Pada panjang gelombang 700 nm, nilai K/S terbesar adalah : 0.06 (A1, E1)
Pada panjang gelombang 700 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.04 (B1, D1, F1)

Berdasarkan teori, semakin besar nilai K/S bahan pada panjang gelombang yang
sama, artinya bahan menyerap warna semakin banyak dan menghaslkan warna yang
lebih tua, dan sebaliknya.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa, pencelupan post mordan
ferosulfat pada kapas memberikan warna yang lebih tua baik pada panjang gelombang
400 nm – 600 nm. Sedangkan pada panjang gelombang 700 nm, kan kapas lebih tua
pada hasil pencelupan post mordan ferosulfat dan garam diazo.
Pencelupan post mordan tawas pada kapas memberikan warna yang lebih muda,
baik pada panjang gelombang 400 nm – 600 nm. Sedangkan pada panjang gelombang
700 nm warna kain kapas lebih muda pada hasil pencelupan post mordan kalium
bikromat, tawas dan tanpa mordan.

b. Pada pencelupan + post mordanting dengan ekstrak akar untuk kain sutera, diperoleh :
Pada panjang gelombang 400 nm, nilai K/S terbesar adalah : 1.95 (A1)
Pada panjang gelombang 400 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.65 (B1)
Pada panjang gelombang 500 nm, nilai K/S terbesar adalah : 0.81 (A1)
Pada panjang gelombang 500 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.27 (B1)
Pada panjang gelombang 600 nm, nilai K/S terbesar adalah : 0.30 (A1)
Pada panjang gelombang 600 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.01 (B1)
Pada panjang gelombang 700 nm, nilai K/S terbesar adalah : 0.13 (A1)
Pada panjang gelombang 700 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.03 (D1)

Page 36 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

Berdasarkan teori, semakin besar nilai K/S bahan pada panjang gelombang yang
sama, artinya bahan menyerap warna semakin banyak dan menghaslkan warna yang
lebih tua, dan sebaliknya.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa, pencelupan post mordan
ferosulfat pada sutera memberikan warna yang lebih tua baik pada panjang gelombang
400 nm – 700 nm.
Pencelupan post mordan kalium bikromat pada sutera memberikan warna yang
lebih muda, baik pada panjang gelombang 400 nm – 600 nm. Sedangkan pada panjang
gelombang 700 nm, warna kain sutera lebih muda dengan pencelupan post mordan
tawas.

2. a. Pada pencelupan + post mordanting dengan ekstrak batang untuk kain kapas,
diperoleh :
Pada panjang gelombang 400 nm, nilai K/S terbesar adalah : 2.38 (A2)
Pada panjang gelombang 400 nm, nilai K/S terkecil adalah : 2.01 (C2, F2)
Pada panjang gelombang 500 nm, nilai K/S terbesar adalah : 0.29 (A2)
Pada panjang gelombang 500 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.06 (C2)
Pada panjang gelombang 600 nm, nilai K/S terbesar adalah : 0.13 (A2)
Pada panjang gelombang 600 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.06 (C2)
Pada panjang gelombang 700 nm, nilai K/S terbesar adalah : 0.05 (A2)
Pada panjang gelombang 700 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.02 (C2, D2)

Berdasarkan teori, semakin besar nilai K/S bahan pada panjang gelombang yang
sama, artinya bahan menyerap warna semakin banyak dan menghaslkan warna yang
lebih tua, dan sebaliknya.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa, pencelupan post mordan
ferosulfat pada kapas memberikan warna yang lebih tua baik pada panjang gelombang
400 nm – 700 nm.
Pencelupan post mordan kapur dan tanpa mordan pada kapas memberikan
warna yang lebih muda pada panjang gelombang 400 nm. Sedangkan pada panjang
gelombang 500 nm dan 600 nm, warna kain kapas lebih muda pada hasil pencelupan
post mordan kapur. Sedangkan pada panjang gelombangg 700 nm, kain kapas lebih
sedikit menyerap warna pada pencelupan post mordan kapur dan tawas.
Page 37 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

b. Pada pencelupan + post mordanting dengan ekstrak batang untuk kain sutera,
diperoleh :
Pada panjang gelombang 400 nm, nilai K/S terbesar adalah : 1.56 (A2)
Pada panjang gelombang 400 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.37 (F2)
Pada panjang gelombang 500 nm, nilai K/S terbesar adalah : 0.63 (A2)
Pada panjang gelombang 500 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.13 (F2)
Pada panjang gelombang 600 nm, nilai K/S terbesar adalah : 0.25 (A2)
Pada panjang gelombang 600 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.06 (F2)
Pada panjang gelombang 700 nm, nilai K/S terbesar adalah : 0.11 (A2)
Pada panjang gelombang 700 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.04 (B2, F2)

Berdasarkan teori, semakin besar nilai K/S bahan pada panjang gelombang yang
sama, artinya bahan menyerap warna semakin banyak dan menghaslkan warna yang
lebih tua, dan sebaliknya.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa, pencelupan post mordan
ferosulfat pada sutera memberikan warna yang lebih tua baik pada panjang gelombang
400 nm – 700 nm.
Pencelupan tanpa mordan pada sutera memberikan warna yang lebih muda, baik
pada panjang gelombang 400 nm – 600 nm. Sedangkan pada panjang gelombang 700
nm, warna kain sutera lebih muda dengan pencelupan post mordan kalium bikromat dan
tanpa mordan.

3. a. Pada pencelupan + post mordanting dengan ekstrak daun untuk kain kapas, diperoleh :
Pada panjang gelombang 400 nm, nilai K/S terbesar adalah : 2.42 (A3)
Pada panjang gelombang 400 nm, nilai K/S terkecil adalah : 1.69 (C3)
Pada panjang gelombang 500 nm, nilai K/S terbesar adalah : 0.32 (A3)
Pada panjang gelombang 500 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.07 (C3)
Pada panjang gelombang 600 nm, nilai K/S terbesar adalah : 0.17 (A3)
Pada panjang gelombang 600 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.06 (C3)
Pada panjang gelombang 700 nm, nilai K/S terbesar adalah : 0.10 (F3)
Pada panjang gelombang 700 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.03 (C3)
Page 38 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

Berdasarkan teori, semakin besar nilai K/S bahan pada panjang gelombang yang
sama, artinya bahan menyerap warna semakin banyak dan menghaslkan warna yang
lebih tua, dan sebaliknya.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa, pencelupan post mordan
ferosulfat pada kapas memberikan warna yang lebih tua baik pada panjang gelombang
400 nm – 600 nm. Sedangkan pada panjang gelombang 700 nm, kain kapas lebih
banyak menyerap warna pada pencelupan tanpa mordan.
Pencelupan post mordan kapur pada kapas memberikan warna yang lebih muda
pada panjang gelombang 400 nm – 700 nm.

b. Pada pencelupan + post mordanting dengan ekstrak daun untuk kain sutera, diperoleh :
Pada panjang gelombang 400 nm, nilai K/S terbesar adalah : 2.10 (A3)
Pada panjang gelombang 400 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.69 (F3)
Pada panjang gelombang 500 nm, nilai K/S terbesar adalah : 0.72 (A3)
Pada panjang gelombang 500 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.27 (B3, F3)
Pada panjang gelombang 600 nm, nilai K/S terbesar adalah : 0.28 (A3)
Pada panjang gelombang 600 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.12 (B3)
Pada panjang gelombang 700 nm, nilai K/S terbesar adalah : 0.13 (A3)
Pada panjang gelombang 700 nm, nilai K/S terkecil adalah : 0.06 (B3)

Berdasarkan teori, semakin besar nilai K/S bahan pada panjang gelombang yang
sama, artinya bahan menyerap warna semakin banyak dan menghaslkan warna yang
lebih tua, dan sebaliknya.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa, pencelupan post mordan
ferosulfat pada sutera memberikan warna yang lebih tua baik pada panjang gelombang
400 nm – 700 nm.
Pencelupan tanpa mordan pada sutera memberikan warna yang lebih muda
pada panjang gelombang 400 nm. Sedangkan pada panjang gelombang 500 nm, warna
kain sutera lebih muda dengan pencelupan post mordan kalium bikromat dan tanpa
mordan. Dan pada panjang gelombang 600 nm dan 700 nm, kain sutera lebih sedikit
menyerap bahan pada pencelupan post mordan kalium bikromat.

Page 39 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

V. KESIMPULAN dan SARAN


A. KESIMPULAN
1. Zat warna alam diperoleh dari ekstraksi sederhana kulit akar, batang dan
daun mengkudu ini dapat digunakan untuk mencelup kain sutera dan kapas.
2. Dari 500 gram kulit akar, batang, daun dan ekstraksi filtrat zat warna
sebanyak 1.7 gram untuk Kulit akar, 1.1 gram untuk daun, dan 2.7 gram untuk
batang.
3. Untuk pencelupan kain kapas dan sutera ini dilakukan dengan cara
mencelupnya berulang kali kemudian dicelup dengan mordan untuk memperkuat
warnanya.
4. Panjang gelombang efektif dari zat warna alam mengkudu ini adalah 400 nm.
5. Banyaknya zat warna yang terserap oleh kain kapas dari 500 ml larutan celup
zat warna alam adalah 0.35 gram (ekstrak akar), 0.08 gram (ekstrak batang), 0.35
gram (ekstrak daun).

6. Ketahanan gosok dan cuci zat warna alam mengkudu baik yaitu berkisar
antara 4 -5.

B. SARAN-SARAN
Pemakaian zat warna alam ini berguna untuk memanfaatkan kekayaan alam
kita ini berguna untuk memanfaatkan kekayaan alam kita ini dan tidak perlu lagi kita
tergantung kepada zat warna produksi luar negeri. Jika saat ini yang dikembangkan
adalah akar mengkudu saja, ada baiknya batang dan daunnya juga dieksplorasi
untuk bahan pewarna alam.
Limbah hasil pencelupan dengan zat warna alam mengkudu ini tidak akan
menimbulkan polusi dan merusak lingkungan, karena zat warna ini mudah
dikembalikan ke alam.
Selain itu untuk meningkatkan produksi, maka cara ekstrasi mungkin dapat lebih
ditingkatkan agar produksi zat warna ini lebih banyak dan juga hasilnya dapat lebih
baik, dan ini dapat dipakai untuk produksi tekstil yang besar. Disamping itu dengan
pengembangan atau modifikasi zat warna mengkudu ini, maka perbendaharaan zat
warna di Indonesia ditingkatkan.

Page 40 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

VI. DAFTAR PUSTAKA

*H.S. Shah and R.S.Gandhi. Instrumental Color Measuraments and Computer Aided
Colour Matching for Textile. Mahajan Book Distributors,1990.

**Englewood Cliffs,N.J. Af Encyclopedia Of Textiles ( Second Edition ) .The Editors


Of American Fabric Magazine, 1973.

***Ketut Sutara, Pande. 2009. Jenis Tumbuhan Sebagai Pewarna Alam pada
Beberapa Perusahaan Tenun di Gianyar. Jurusan Biologi , FMIPA, Universitas
Udayana, Kampus Bukit Jimbaran.

****Khasanah, Nur. 2012. Jelly Mengkudu ( Morinda citrifolia ) Sebagai Makanan


Sehat Anti Kanker. SMA Negeri 1 Kutowinangun, Kebumen, Jawa Tengah.

*****Tilani Hamid dan Dasep Muhlis. 2005. Perubahan Sifat Fisika dan Kimia Kain
Sutera Akibat Pewarna Alami Kulit Akar Pohon Mengkudu (Morinda Citrifolia).
Program Studi Teknik Kimia, Departemen Teknik Gas dan Petrokimia Fakultas
Teknik Universitas Indonesia.

Dede Karyana, dkk. Kimia Zat Warna. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung,
2005.

Yuliastrika, Rendra. 2008. Ekstraksi dan Karakterisasi Zat Warna dari Kulit Akar
Mengkudu (Morinda citrifolia L.) dan Uji Potensinya Sebagai Pewarna Tekstil.
Skripsi, Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Malang.

Sitorus, Anthony. Pencelupan Kain Kapas 100% dengan Zat Warna Alam dari Kulit
Kayu Pohon Tingi. Institut Teknologi Tekstil Bandung, 1985.

Page 41 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

LAMPIRAN

Zat warna bubuk

Ekstrak Hasil

Akar

Batang

Daun

Page 42 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

Hasil Pencelupan + Post Mordanting


NO KAIN EKSTRAK MORDAN HASIL

FEROSULFAT

KALIUM
BIKROMAT

KAPUR

KAPAS

TAWAS

GARAM DIAZO

1 AKAR
TANPA
MORDAN

FEROSULFAT

KALIUM
BIKROMAT
SUTERA

KAPUR

TAWAS

Page 43 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

GARAM DIAZO

TANPA
MORDAN

FEROSULFAT

KALIUM
BIKROMAT

KAPUR

KAPAS

TAWAS

2 BATANG
GARAM DIAZO

TANPA
MORDAN

FEROSULFAT

SUTERA KALIUM
BIKROMAT

KAPUR

Page 44 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

TAWAS

GARAM DIAZO

TANPA
MORDAN

FEROSULFAT

KALIUM
BIKROMAT

KAPUR

KAPAS

TAWAS
3 DAUN

GARAM DIAZO

TANPA
MORDAN

FEROSULFAT
SUTERA

KALIUM

Page 45 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

BIKROMAT

KAPUR

TAWAS

GARAM DIAZO

TANPA
MORDAN

Hasil Uji Tahan Luntur


KAIN UJI
KAIN EKSTRAK MORDAN HASIL
KAPAS POLIESTER

FEROSULFAT

KALIUM
BIKROMAT

KAPAS AKAR
KAPUR

TAWAS

GARAM
DIAZO

Page 46 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

TANPA
MORDAN

FEROSULFAT

KALIUM
BIKROMAT

KAPUR

SUTERA

TAWAS

GARAM
DIAZO

TANPA
MORDAN

KAPAS BATANG FEROSULFAT

KALIUM
BIKROMAT

KAPUR

TAWAS

Page 47 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

GARAM
DIAZO

TANPA
MORDAN

SUTERA FEROSULFAT

KALIUM
BIKROMAT

KAPUR

TAWAS

GARAM
DIAZO

TANPA
MORDAN

KAPAS DAUN FEROSULFAT

KALIUM
BIKROMAT

Page 48 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

KAPUR

TAWAS

GARAM
DIAZO

TANPA
MORDAN

SUTERA FEROSULFAT

KALIUM
BIKROMAT

KAPUR

TAWAS

GARAM
DIAZO

TANPA
MORDAN

Page 49 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

Hasil Uji Tahan Gosok


UJI
KAIN EKSTRAK MORDAN HASIL
BASAH KERING

FEROSULFAT

KALIUM
BIKROMAT

KAPUR

KAPAS

TAWAS

GARAM
DIAZO
AKAR

TANPA
MORDAN

FEROSULFAT

KALIUM
BIKROMAT
SUTERA

KAPUR

TAWAS

Page 50 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

GARAM
DIAZO

TANPA
MORDAN

FEROSULFAT

KALIUM
BIKROMAT

KAPUR

KAPAS

TAWAS

BATANG
GARAM
DIAZO

TANPA
MORDAN

FEROSULFAT

SUTERA
KALIUM
BIKROMAT

Page 51 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

KAPUR

TAWAS

GARAM
DIAZO

TANPA
MORDAN

FEROSULFAT

KALIUM
BIKROMAT

KAPUR

KAPAS
DAUN
TAWAS

GARAM
DIAZO

TANPA
MORDAN

SUTERA FEROSULFAT

Page 52 of 53
Laporan Praktikum Ekstraksi Akar, Batang, dan Daun Mengkudu/Kelompok 3/STT Tekstil/2013

KALIUM
BIKROMAT

KAPUR

TAWAS

GARAM
DIAZO

TANPA
MORDAN

Page 53 of 53

Anda mungkin juga menyukai