Makalah Resin Akrilik B2 PDF
Makalah Resin Akrilik B2 PDF
INSTRUKTUR :
drg. Selviana Rizky Pramitha
DISUSUN OLEH
KELOMPOK B2
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah dari praktikum Manipulasi Resin Akrilik Tipe Heat Cured ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1
1.1 Latar Belakang…………….……….…………………….....…….1
1.2 Rumusan Masalah…………………....……………….…………. 1
1.3 Tujuan Penulisan…………….....…....…….....……....…………. 1
1.4 Manfaat Praktikum…...………………………….......…..…....…. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................ 3
2.1 Pengertian Resin Akrilik…………….……….…………………...3
2.2 Manipulasi Resin Akrilik................................................................3
2.3 Macam-Macam Resin Akrilik.........................................................3
2.4 Sifat-sifat yang dimiliki Resin Akrilik............................................3
2.5 Tingkatan Proses Polimerisasi Resin Akrilik..................................4
2.6 Curing Resin Akrilik.......................................................................4
2.7 Self Cured Resin Akrilik.................................................................4
BAB III METODE PRAKTIKUM................................................... 5
3.1 Waktu dan Tempat…………..………………………….....….…. 5
3.2 Alat dan Bahan…………………….……….......….......……...…. 5
3.3 Cara Kerja……………………..……………...……..……...……. 6
BAB IV PEMBAHASAN................................................................... 11
4.1 Hasil Pengamatan………...………………………………..….…. 11
4.2 Hasil Praktikum ...…………..…………….……….……….……. 13
BAB V PENUTUP......................................................................... 18
5.1 Kesimpulan………...………………………...….……....…….…. 18
5.2 Saran ……………………..…………….……......…....….…...…. 18
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Kekasaran permukaan akibat sifat porus yang terjadi pada basis resin akrilik heat
cured disebabkan karena pemakaian gigi tiruan yang terus menerus sehingga
menimbulkan beberapa reaksi terhadap jaringan oleh karena mukosa di bawah
gigi tiruan akan tertutup dalam jangka waktu lama. Permukaan yang kasar pada
basis gigi tiruan memudahkan terjadinya penumpukan plak dan sisa makanan
sehingga meningkatkan koloni candida albicans yang dapat menyebabkan denture
stomatitis (Park SE, 2008) (Rathe M, 2010)
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Heat cured acrylic resin (resin akrilik aktivasi panas) adalah resin akrilik
yang menggunakan proses pemanasan untuk polimerisasi.
2. Self cured acrylic resin/cold curing acrylic (resin akrilik aktivasi kimia)
adalah resin akrilik yang menggunakan akselerator kimia untuk
polimerisasi.
3. Light cured resin (resin akrilik polimerisasi sinar) adalah resin akrilik yang
menggunakan sinar tampak untuk polimerisasi.
a. Monomer sisa
b. Porositas
c. Penyerapan air
3
d. Crazing
e. Kekuatan
f. Pengerutan
g. Perubahan dimesi
h. Konduktivitas termal
i. Solubilitas
j. Fructure
k. Stabilitas warna
l. Radiolucent
1. Inisiasi
Inisiasi merupakan tahap penggerak awal dari proses polimerisasi yang
membutuhkan radikal bebas. Periode inisiasi adalah saat molekul inisiator
teraktivasi membentuk radikal bebas yang berinteraksi dengan monomer.
2. Propagasi
Pada tahap ini terjadi reaksi antara monomer dengan radikal bebas sebagai
awal dari terbentuknya rantai polimer. Monomer yang teraktivasi akan
mengaktifkan monomer lainnya agar dapat membentuk rantai polimer
secara terus-menerus.
3. Terminasi
Tahap terimnasi akan tercapai bilamana dua radikal bebas bereaksi dari
rantai satu ke rantai polimer lain membentuk molekul yang stabil.
Proses curing adalah proses polimerisasi dari resin akrilik, di mana jenis heat
cured resin akrilik terjadi curing dengan aktivasi panas. Proses dilakukan
dengan menggunakan metode waterbath dan microwave.
Self cured resin akrilik atau disebut cold curing acrylic, merupakan resin
akrilik yang diaktivasi secara kimia. Resin akrilik yang diaktivasi secara
kimia tidak memerlukan penggunaan energi termal, dan dapat dilakukan pada
suhu kamar. Aktivasi kimia dapat dicapai melalui penambahan amintersier
terhadap monomer sebagai activator. Bila komponen polimer bubuk (powder)
dan cairan (liquid) diaduk, amintersier akan menyebabkan terpisahnya
benzoil peroksida sehingga dihasilkan radikal bebas dan mulai
berpolimerisasi.
4
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Pembuatan pola dari malam dengan cara memotong malam merah sesuai
desain berbentuk persegi panjang berukuran 65 x 10 x 2,5 mm ( spesifikasi
ADA No.12) buah lempeng perkelpmpok.sebanyak 3 buah lempeng
perkelompok.
6
d) Merapikan kelebihan gips dan jangan ada daerah retensi, tunggu sampai
gips tipe II setting.
g) Mengaduk gips tipe II dan tuang ke dalam kuvet sampai penuh ( diatas
vibrator), kemudian tutup kuvet dan dilakukan pengepresan dengan pres
besar (2-4 menit), kemudian pindahkan ke pres tangan tunggu sampai
gips setting.
7
3. Ambil / bersihkan malam merah dan bila masih ada sisanya, siram
dengan air mendidih sampai bersih.
D. Pengisian Akrilik
a. Menyiapkan bahan resin akrilik dan peralatan untuk packing.
b. Mengolesi permukaan mould dan sekitarnya dengan Cold Mould Seal
(CMS) memakai kuas dan ditunggu sampai kering.
8
c. Mengukur cairan monomer menggunakan gelas ukur sebanyak 2 ml,
kemudian menuangkan kedalam pot porselen.
d. Menimbang bubuk polimer sebanyak 4 gr, kemudian memasukkan ke
dalam pot porselen secara perlahan sampai polimer terbasahi oleh
monomer selama 20 detik.
Tugas 2 :
1. Karena terdapat tiga kuvet, kuvet pertama diisi dengan adonan resin
akrilik yang dimasukkan ke dalam cetakan yang ada pada kuvet
bawah setelah stringy stage tercapai.
- Kuvet kedua, adonan resin akrilik dimasukkan ke dalam kuvet
bawah setelah dough stage tercapai.
- Kuvet ketiga, adonan resin akrilik dimasukkan ke dalam cetkan
yang ada pada kuvet bawah setelah rubbery stage.
2. Menutup permukaan adonan resin akrilik dengn plastic, kemudian
memasang kuvet atas dan melakukan pengepresan pada press
hidrolik dengan kekuatan mencapai 2000 psi. Setelah pengepresan,
membuka kuvet mengangkat plastic sebagian untuk memotong
kelebihan resin akrilik menggunakan pisau model tepat pada tepi
cetakan. Lalu tutup akrilik dengan plastic dan kuvet atas.
F. Deflasking
1. Setelah proses kuring selesai, kuvet dibiarkan sampai dingin kemudian
kuvet dibuka, akrilik hasil kuring diambil secara hati – hati dengan
menggunakan pisau malam.
10
BAB IV
PEMBAHASAN
FASE WAKTU
11
4.2 Hasil Praktikum
1. Waktu setting
Pada praktikum manipulasi resin akrilik tipe heat cured yaitu
menghitung dan mencatat waktu pengadukan dengan stopwatch,
mengaduk campuran polimer dan monomer dengan pisau malam pada
bagian yang tumpul sampai homogen, kemudian menutup pot porselen.
Mengamati fase stringy, dought, dan ruberry dengan cara membuka pot
porselen setiap 1 menit sekali. Perubahan dari masing-masing fasean
dicatat berdasakan waktunya.
Fase seperti karet atau elastic. Adonan memantul bila ditekan atau
diregangkan dan adonan tidak lagi mengalir dengan bebas. Pada fase ini
monomer habis karena penguapan dan terserap lebih jauh ke dalam butir-
butir polimer yang tersisa. Di dapat dalam waktu 14 menit.
(Yuliati A, 2015)
FASE WAKTU
Stringy stage 3 menit 47 detik
Dought stage 8 menit 7 detik
Ruberry stage 14 menit
Tabel: Hasil pencatatan waktu manipulasi resin akrilik tipe head cured
2. Porositas
Adanya gelembung udara kecil-kecil di permukaan dan di bawah
permukaan gigi tiruan dandapat memengaruhi sifat fisik, kebersihan serta
nilai estetik dari gigi tiruan tersebut. Porositas cenderung terjadi pada basis
gigi tiruan yang lebih tebal. Porositas tersebut akibat dari penguapan
monomer sisa serta polimer berberat molekul rendah, bila suhu resin
mencapai atau melebihi titik didih material tersebut. Porositas dapat
12
memberikan pengaruh yang tidak menguntungkan pada kekuatan resin
akrilik, estetik dan higienis gigi tiruan.
Ada tiga jenis porositas yang ditemukan pada basis gigi tiruan yaitu:
1. Shrinkage porosity
Kelihatan sebagai gelembung udara yang tidak beraturan bentuk di
seluruh permukaan gigi.
2. Granular porosity
Terjadi karena pengadukan yang tidak homogen dan di bagian
tertentu terdapat lebih banyak monomer
3. Gaseous porosity
Terjadi karena tekanan yang kurang atau bahan yang tidak cukup.
Porositas juga dapat terjadi apabila adonan dimasukkan ke dalam
cetakan sebelum fase dought. (Yuliati A, 2015)
3. Perbandingan Warna
Pada stringy stage didapatkan warna yang lebih terang dan opak
dibandingkan dengan fase lainnya, memiliki tingkat porositas yang tinggi
karena terlihat banyak gipsum yang masih menempel setelah resin akrilik
diamplas selain karena porus penempelan resin terjadi karena kurangnya
pengolesan CMS pada gipsum, memiliki kekuatan yang lebih tinggi, dan
perubahan dimensi yang paling besar dibandingkan fase lainnya. Pada fase
dough stage warnanya translusen dan cukup terang, memiliki tingkat
porositas yang lebih rendah jika dibandingkan dengan stringy stage,
memiliki nilai kekuatan yang lebih rendah dibanding stringy stage, dan
memiliki perubahan dimensi paling rendah dari fase lainnya. Kemudian
fase rubbery stage memiliki warna yang lebih translusen dan kurang
13
terang, memiliki tingkat porositas yang paling rendah, memiliki kelenturan
yang paling tinggi, dan perubahan dimensi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan fase dough namun lebih rendah dibanding fase stringy.
4. Kekerasan Permukaan
Pada fase stringy stage kekuatannya itu keras dibandingkan pada
fase lainnya, Fase dough stage sedikit lentur sedangkan pada fase rubbery
stage lebih lentur dari pada fase lainnya. Kekuatan transversal merupakan
ketahanan basis resin akrilik terhadap beban, tekanan, dan gaya dorong
sewaktu mulut berfungsi. Adanya porositas yang tidak terlihat pada saat
pengadukan membuat kekuatan transversal berbeda-beda pada resin
akrilik. Kekuatan transversal dipengaruhi juga dengan kandungan
monomer sisa yang masih tertinggal. Kandungan monomer sisa yang
tinggi dapat mempengaruhi sifat fisik polimer yang dihasilkan karena
monomer sisa akan bertindak sebagai plasticizer dan membuat resin
akrilik menjadi fleksibel serta kekuatannya menurun. Resin akrilik
polimerisasi panas memiliki sifat fisik salah satunya yaitu mampu
menyerap air. Kemampuan menyerap air dapat membuat kekuatan
transversal berubah entah semakin kuat atau semakin rapuh. Penyerapan
air selalu terjadi pada resin akrilik dengan tingkat yang lebih besar pada
bahan yang lebih kasar. Penyerapan air menyebabkan perubahan dimensi,
meskipun tidak signifikan (Sormin dkk, 2017).
14
polimer sebanyak 4 gr, kemudian masukkan ke dalam pot porselen secara
perlahan sampai polimer terbasahi oleh monomer selama 20 detik.
Ada 3 percobaan :
15
Perbandingan polimer/ monomer, bila tinggi waktu lebih singkat.
Sedangkan penggunaan plastik bertujuan untuk mengontrol kelebihan dari
adonan akrilik. Tujuan pemberian monomer/ cairan pada proses
pembuangan kelebihan akrilik karena monomer dari akrilik mudah
menguap sehingga dengan adanya pemberian ini menjaga agar
perbandingan powder dan liquid tetap. Setelah pengepresan terakhir kuvet
beserta press direndam dalam air untuk mempertahankan tekanan yang
sudah ada dan mengindari menguapnya dari monomer. ( Anusavice, 2003)
Sebagai alat ortodonsi lepasan, dipakai sebagai plat dasar alat ortodontik
lepasan yang berupa lempengan plat akrilik berbentuk melengkung mengikuti
permukaan palatum atau permukaan lingual lengkung mandibula. Jenis resin yang
dipakai adalah heat curing dan cold curing. Bahan dari coldcuring memiliki
berat molekul lebih rendah sehingga pengkerutannya lebih sedikit namun memiliki
porositas lebih banyak sehingga kekuatannya lebih rendah. ( Craig RG, 2002. )
16
7. Fase yang paling ideal
Resin akrilik tipe heat cured merupakan material basis gigi tiruan
yang paling banyak digunakan dan menggunakan proses pemanasan untuk
polimerisasi. Resin akrilik tipe heat cured, tersedia dalam bentuk powder
dan liquid. Pada saat pencampuran bubuk dan cairan ada lima stage yang
terjadi yaitu, sandy stage, stringy stage, dough stage, rubbery stage, dan
stiff stage. (Yuliati, A. 2015)
Sandy stage atau tahap seperti pasir basah, sedikit atau tidak ada
interaksi pada tingkat molekuler. Stringy stage mempunyai ciri berserat
atau lengket bila bahan disentuh atau ditarik. Pada dough stage, secara
visual, massa bersifat plastis, suatu adonan yang dapat dibentuk. Adonan
tersebut tidak lagi berserat dan tidak melekat pada permukaan cawan atau
spatula pengaduk. Karakteristik fisik dan kimia yang terlihat dari fase ini
adalah ideal untuk moulding tekanan. Pada tahap ini, saat terbaik adonan
segera dimasukkan ke dalam mould atau cetakan. Rubbery stage, secara
visual, adonan memantul bila ditekan dan diregangkan. Adonan tidak lagi
mengalir dengan bebas, mengikuti bentuk cetakan atau wadahnya, adonan
ini tidak dapat dibentuk dengan teknik penekanan. Sedangkan, stiff stage,
secara visual, adonan tampak sangat kering dan tahan terhadap deformasi
mekanik. (Yuliati, A. 2015)
17
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa packing
yang dilakukan saat fase dough paling ideal daripada fase yang lain (stringy dan
rubbery) karena lebih tidak porus, tidak bergranula, tidak bersayap dan warnanya
mendekati warna gingiva. Disamping itu masih memungkinkan terjadinya
ketidaksempurnaan pada akrilik yang disebabkan human error seperti lupa
mencatat data, keteledoran serta pemotongan kelebihan akrilik yang kurang
presisi.
5.2 Saran
Diharapkan dengan membaca makalah ini, pembaca dapat lebih
memahami mengenai resin akrilik tipe heat cured terutama setting time dan tanda
fase yang paling ideal untuk packing, sehingga dapat memperluas wawasan ilmu
pengetahuan dan setiap pembaca dapat mempraktikannya dan menjadikan teori di
atas sebagai pengaplikasian klinis.
18
DAFTAR PUSTAKA
19