Anda di halaman 1dari 129

HALAMAN PENGESAHAN

Kelompok : 2
Anggota : 1. Faruq Najedi ( A 420 080 010 )
2. Norma Wika J ( A 420 080 011 )
3. Devi Ranita Sari ( A 420 080 012 )
4. Yulia Ayu Suzana ( A 420 080 013 )
5. Wahyu Sudrajat ( A 420 080 014 )
6. Hetik Wulansari ( A 420 080 016 )
7. Aditya Beny S ( A 420 080 017 )
8. Tri yoga w ( A 420 080 018 )
Telah melakukan PKL di Gembira Loka Clasis Aves untuk latihan IV dan Clasis Mamalia untuk
latihan V pada mata praktikum sistematika hewan vertebrata, dengan nilai………..

Surakarta,……..
Dosen Praktikum / Asisten

(………………………………..)

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan Sistematika Hewan Vertebrata ini
dengan lancar. Laporan ini penulis susun berdasarkan pengamatan secara langsung di Kebun
Binatang Gembira Loka Yogyakarta.
Laporan Praktek Kerja Lapangan ini kami susun secara sistematis dan relefan mengenai ciri-ciri
dari Classis Aves dan Mammalia sehingga mempermudah dalam mempelajarinya sekaligus
mengidentifikasinya.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu
dalam menyusun Laporan Praktek Kerja Lapangan ini, antara lain :
1. Dra. Hariyatmi, M.Si dan Waskito Adi, S.Pd selaku dosen Sistematika Hewan vertebrata.
2. Ika Rahmawati, M.Pd dan Dwi Setya Astuti, M.Pd selaku dosen pengampu mata praktikum
Sistematika Hewan Vertebrata.
3. Para asisten Sistematika Hewan Vertebrata yang telah membimbing dan menuntun jalannya
praktikum di lapangan.
Penulis menyadari bahwa dalam upaya penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini masih
banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun
pada para pembaca agar laporan ini menjadi lebih baik dan sempurna.

Surakarta,9 Desenber 2010

]
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………….
A. Latar Belakang………………………………………………………..
B. Tujuan…………………………………………………………………
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
BAB III.ISI………………………………………………………….
A. Clasis Aves
1. Kakatua Jambul Kuning (Cacatua sulphurea)……………………
2. Pelikan Kaca Mata (Plecanus conspicilatus)……………………
3. Bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus)……………………..
4. Macau merah (Ara macau)…………………………………….
5. Mambruk (Gouria victoria)…………………………………..
B. Clasis Mamalia
1. Kuda Nil (Hipopotamus amphibius)…………………………….
2. Banteng (Bos sondaicus)………………………………………..
3. Tapir Brazil (Tapirus terrastris)…………………………………
4. Babi Hutan (Sus scrafa)………………………………………..
5. Nilgae (Boselapus trogocamelus)………………………………
6. Zebra (Equus zebra)…………………………………………….
7. Wau wau Sumatra (Hylobates agilis)……………………………
8. Unta Punuk Satu (Camelus dromedarius)………………………
9. Lutung (Presbytis cristata)……………………………………..
10. Beruang Madu (Helarctus malayanus)……………………..
11. Gajah Asia (Elephast maximus)…………………………….
12. Rusa tutul (Axis axis)………………………………………
BAB IV. PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………..
B. Saran ………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….
LAMPIRAN……………………………………………………………….

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hewan vertebrata merupakan kelompok hewan yang memiliki tulang belakang (vertebrae).
Hewan vertebrata terbagi dalam beberapa classis yaitu Pisces, Amphibi, Reptil, Aves dan
Mamalia. Mereka diklasifikasikan berdasarkan ciri morfologi, fisiologi dan anatominya sehingga
dapat dikelompokkan dari tingkatan klasifikasi paling rendah sampai klasifikasi yang paling
tinggi.
Sistematika Hewan Vertebrata merupakan salah satu mata kuliah sekaligus mata praktikum yang
diwajibkan ditempuh mahasiswa pendidikan biologi. Mata praktikum ini mempelajari Classis
Pisces sampai Mamalia sehingga mahasiswa mampu mengenal morfologi, habitat, ciri-ciri
spesifik, cara makan, cara hidup dan tingkah laku dari masing-masing spesies.
Praktikum Sistematika Hewan Vertebrata latihan ke IV membahas Classis Aves dan latihan ke V
membahas mengenai Classis Mammalia. Kegiatan praktikum ini dilakukan dengan praktek kerja
lapangan yang dilakukan di Gembira Loka Yogyakarta. Alasan perlunya diadakan praktek kerja
lapangan di Gembira Loka adalah karena memiliki keanekaragaman clasis Aves dan Mamalia.
Dengan mengamati langsung objek yang dipraktikumkan mahasiswa dapat lebih mengerti
tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan aves dan mamalia meliputi morfologinya, ciri
spesifiknya, makanannya, habitatnya dan lain-lain. Sehingga mahasiswa lebih mudah untuk
mengidentifikasi masing-masing spesies.
Mamalia merupakan hewan yang memiliki kelenjar mamae yang biasanya terdapat didaerah
pectoral dan di sekitar pelvis yang berfungsi untuk menyusui anaknya yang masih muda. Ciri-ciri
morfologi Classis Mammalia yang kita pelajari adalah pola warna, ukuran tubuh, dan letak
glandula mamae.
Aves merupakan vertebrata yang memiliki ekskremitas superior dan ekskremitas inferior yang
dilengkapi oleh bulu, sebagian spesies dari aves dapat terbang karena mempunyai sayap yang
merupakan modifikasi anggota gerak superior. Dalam praktek kerja lapangan ini ciri-ciri
morfologis aves yang perlu untuk kita amati adalah bulu, bentuk paruh, sayap, jari, cakar, kaki,
dan ekor. Dengan mempelajari ciri-ciri morfologi setiap spesies maka kita dapat menentukan
tingkat kekerabatannya.

B. Tujuan
1) Classis Aves
Mempelajari bagian-bagian luar tubuh anggota Aves yang penting untuk identifikasi.
2) Classis Mamalia
Mengenal ciri-ciri Mamalia yang penting untuk identifikasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Maryati (2000), menyatakan bahwa system gerak pada aves terdiri atas sepasang anggota gerak
depan yang berupa sayap, yang dapat digunakan untuk terbang dan ekor untuk kemudi,
sedangkan anggota gerak belakang berupa kaki untuk berjalan, hinggap atau bertengger.
Campbell (2003), menyatakan bahwa vertebrata anggota kelas aves memiliki bulu, suatu
karakteristik penentu seperti bulu terbang pada burung. Bulu terbuat dari keratin. Sebagian
besar aves memiliki metabolisme yang aktif. Bulu dan lapisan lemak di bawah kulit membantu
tubuh mempertahankan panas metabolik dalam tubuh. Sebagian besar aves berkembangbiak
dengan bertelur. Fertilisasi terjadi secara internal, memiliki telur bercangkang.
Kant (2001), menyatakan bahwa kerangka dalam Columbia livia merupakan derivat kerangka
yang mengalami osifikasi atau bertulang keras, dengan hanya sedikir tulang rawan yang masih
tersisa. Ruas penyusun tulang leher pada Columbia livia bias berjumlah 12-14. Tulang pada
Columbia livia umumnya berongga dan ringan untuk mendukung kemampuan terbangnya. Jika
rangka apendikular dapat teradaptasikan untuk membangun sayap, makanapendikular belakang
teradaptasikan untuk hinggap, berjalan atau berenang. Pada kaki terdiri dari 4 jari-jari, dan
biasanya kulit pada bagian ini memiliki sisik. Cranium dilengkapi dengan rahang atas dan rahang
bawah tetapi keduanya tidak mempunyai gigi, sebagai gantinya tengkorak dilengkapi dengan
paruh. Diyakini bahwa paruh cukup ringan dibandingkan gigi. Ekstrimitas anterior yang
merupakan ala (sayap) skeletonnya terdiri atas humerus sebagai lengan atas, radius atau ulna,
serta ossa carpalia sebagai tulang pergelangan tangan pada Columbia livia hanya tinggal sisanya
yaitu os scaphodium menempel pada ulna, os cuniforme menempel pada radius.
Lytle dkk (2005), menyatakan bahwa masalah dalam semua sistematika burung, adalah
pengenalan konvergensi. Burung yang berbeda ternyata dapat menunjukan hubungan
kekerabatan yang dekat, atau dinyatakan berkerabat dekat karena konvergensi dari bentuk yang
berbeda yang disebabkan oleh adaptasi terhadap kehidupan. Klasifikasi berdasarkan prinsip
filogenetik sangat penting, tetapi sulit untuk dilakukan untuk memilah persamaan dan
perbedaan pada burung. Contoh konvergensi adalah kesamaan umum, tetapi memiliki
kekhususan seperti :
1. Struktur dan warna paruh, dari burung rangkong dan toucan yang sama-sama beradaptasi
untuk memakan buah-buahnan dari pepohonan di hutan tropika.
2. Perbedaan kaki, kedua burung di atas memiliki susunan jari kaki yang berbeda, Secara umum
perbedaan kaki lebih konservatif daripada paruh karena itu lebih reliabel, karena itu kedua
burung ini tidak diklassifikasikan bersama.
Umumnya filogeni burung yang didasarkan pada sifat alur bulu-bulu, bentuk tendon otot
tungkai, protein pada albumin telur, tidak dapat diandalkan untuk identifikasi sehari-hari di
museum maupun untuk identifikasi di lapangan.
Jumani (2009), menyatakan bahwa burung dara mempunyai bulu-bulu ekor yang berpangkal di
uropygium. Extremitasnya terdiri dari extremitas superior dan inferior. Extremitas superior yang
skeletonnya terdiri atas humerus, radius, ulna, dan ossa carpalia pada aves tinggal 2 buah.
Extremitas inferior terdiri atas femur , patella, fibula yang pendek, dan tibio-tarsus yang
merupakan persatuan dari tulang tibia dan tarsalia. Tulang cakar terdiri atas metatarsus dan
digiti yang mempunyai ruas phalanx (jari-jari). Pada ujung jari terdapat falcula yaitu kuku untuk
mencakar, 4 jari itu ada 3 yang mengarah ke muka dan 1 yang mengarah ke belakang.
Ali (2008), menyatakan bahwa bentuk bulu pada ekor burung pada saat tidak terbang
bermacam-macam, antara lain berbentuk persegi, bertakik, bercabang. Bulu sebelah luar
memanjang, bulu ekor dengan raket, bulu tengah panjang, bundar, berbentuk cakram,
berbentuk tingkatan, dan berujung runcing.
Kardong (2002), menyatakan bahwa tubuh Aves dibedakan atas caput, cerviks, truncus, dan
cauda. Sepasang ekstrimitas superior merupakan ala atau sayap yang terlipat seperti huruf Z,
pada saat tubuh tidak terbang. Ekstrimitas inferior berupa kaki, otot daging paha kuat, sedang
bagian bawahnya bersisik dan bercakar. Mulut mempunyai rostrum atau paruh yang terbentuk
oleh maksila pada ruang atas dan mandibula pada ruang bawah. Bagian dalam rostrum dilapisi
oleh lapisan yang disebut cera, sedang sebelah luar dilapisi oleh pembungkus selaput zat
tanduk.
Andrean (2010), menyatakan bahwa mammalia memiliki ciri-ciri khas seperti mempunyai
kelenjar mammae, kelenjar keringat, kelenjar bau, memiliki rambut, pada umumnya melahirkan
(kecuali Monotremata), dan dalam sejarah evolusi Mammalia merupakan perkembangan lanjut
dari Reptilia. Ciri lain dari Mammalia diantaranya mempunyai gigi yang heterodon (kecuali pada
ikan paus yang memiliki gigi sisir, dan pada trenggiling tidak memiliki gigi sama sekali),
mempunyai dua set gigi gigi susu dan gigi permanen, mempunyai daun telinga, pendengaran
dan penciuman yang tajam, penyederhanaan rangka, mempunyai larynx, punya cerebra kortex
yang berkembang. Mammalia tingkat tinggi tidak memiliki kloaka, sedangkan tingkat rendah
masih mepunyai kloaka pada ordo Monotremata).
Anonim (2010), menyatakan bahwa binatang menyusui atau mamalia adalah kelas hewan
vertebrata yang terutama dicirikan oleh adanya kelenjar susu, yang pada betina menghasilkan
susu sebagai sumber makanan anaknya; adanya rambut; dan tubuh yang endoterm atau
"berdarah panas". Secara filogenetik, yang disebut Mamalia adalah semua turunan dari nenek
moyang monotremata (seperti echidna) dan mamalia therian (berplasenta dan berkantung atau
marsupial). Sebagian besar mamalia melahirkan keturunannya, tapi ada beberapa mamalia yang
tergolong ke dalam monotremata yang bertelur. Kelahiran juga terjadi pada banyak spesies non-
mamalia, seperti pada ikan guppy dan hiu martil; karenanya melahirkan bukan dianggap sebagai
ciri khusus mamalia. Demikian juga dengan sifat endotermik yang juga dimiliki oleh burung.
Pratiwi (2004), menyatakan bahwa kelompok hewan vertebrata memiliki kolumna vertebralis
atau ruas- ruas tulang belakang. Jadi korda dorsalis (kerangka sumbu primer) hanya terdapat
pada masa tingkatan embrio. Vertebrata dsebut juga kraniata karena semua hewan vertebrata
sudah memiliki otak, yang terlindung dari cranium.
Sofa (2008), menyatakan bahwa nama Mamalia berasal dari ciri utama anggota-anggota
(hewan) yang memiliki glandula mamae. Mammalia memiliki rambut-rambut, yang berfungsi
untuk melindungi tubuh dari pengaruh panas maupun dingin. Di dalam kulit mamalia terdapat
kelenjar air susu, kelenjar peluh (keringat) dan kelenjar minyak. Beberapa jenis mamalia
mempunyai kelenjar lain misalnya kelenjar baud an kelenjar pipi. Berdasarkan sifatnya gigi-gigi
mamalia adalah heterodont, thecodont, dan dyphodont. Dipandang dari cara menapakkan
kakinya, mammalia ada yang bersifat plantigrad, digitigrad, dan unguligrad. Mamalia juga
memiliki diafragma yang memisahkan rongga dada dari rongga perut. Dipandang dari
aktivitasnya, ada mamalia yang nocturnal dan ada yang diurnal. Di dalam uterus dari saluran
reproduksi betina.
BAB III
ISI
A. Clasis Aves
1. A. Nama spesies
Nama lokal : Kakatua Jambul Kuning
Nama ilmiah : Cacatua sulphurea
B. Nama Pengambil Data
1) Faruq Najedi A 420 080 010
2) Norma Wika J A 420 080 011
3) Devi Ranita sari A 420 080 012
4) Yulia Ayu Suzana A 420 080 013

C. Gambar

D. Klasifikasi
Phyllum : Chordata
Sub Phyllum : Vertebrata
Classis : Aves
Ordo : Psittaciformes
Familia : Psittacidae
Genus : Cacatua
Spesies : Cacatua sulphurea

E. Deskripsi
1) Habitat
Kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea) menghuni hutan primer dan sekunder yang tinggi
dan tepi hutan juga hutan Monsun (Nusa Tenggara). Cacatua sulphurea menghuni hutan primer
dan sekunder yang tinggi dan tepi hutan juga hutan Monsun (Nusa Tenggara). Persebaranya
meliputi kepulauan Maluku bagian tengah dan utara, yaitu : P. Obi, P. Bacan, P. Halmahera, P.
Ternate, dan P. Tidore. Terdapat juga di hutan primer, sekunder, yang endemic di Maluku.
2) Morfologi
Kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea) memiliki bulu yang menyeluruh berwarna putih
menutupi permukaan tubuhnya, paruhnya pendek dan berkait berfungsi untuk mengupas biji –
bijian dan memakan serangga kecil, sayapnya panjang dan runcing berfungsi untuk terbang, jari
yang berjumlah 4 rata yang terdiri atas 2 di depan dan 2 di belakang, cakarnya melengkung
runcing, burung ini merupakan tipe kaki petengger dengan ekor yang panjang dan rata.
3) Ciri Spesifik Spesies
Kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea) merupakan burung kakatua jambul kuning yang
memiliki bulu yang indah, suaranya nyaring dan termasuk burung yang mempunyai kecerdasan
yang cukup bagus serta berumur panjang hingga mencapai 60 tahun. Terdapat mahkota atau
bulu jambul di ubun-ubun kepalanya. Bulu ini dapat ditegakan jika kakatua merasa terkejut,
gembira atau ketakutan.

4) Perilaku
Kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea) memiliki perilaku sangat khas lucu, periang, dan
dapat menirukan suara manusia. Lidahnya sangat lentur dapat meraba-raba pakan yang sedang
dimakannya. Kakatua sering melewatkan waktunya di kanopi pohon, kakatua memulai masa
kawin pada bulan Desember hingga Maret. Kakatua sering meninggalkan 2 butir telurnya pada
sarang yang berada di dahan pohon.
5) Reproduksi
Kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea) berkembangbiak dengan cara bertelur. Menetaskan
2-3 telur dalam sarangnya di lubang pohon. Masa kehamilan sekitar 103 hari.
6) Makanan
Kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea) akan mencari tempat yang dimana tempat tersebut
banyak ditumbuhi oleh tumbuhan yang berbiji. Jenis makanannya adalah biji-bijian serta
serangga kecil termasuk hewan omnivore.

2. A Nama spesies
Nama local : Pelikan Kaca Mata
Nama ilmiah : Plecanus conspicilatus
B. Nama Pengambil Data
1) Faruq Najedi A 420 080 010
2) Norma Wika J A 420 080 011
3) Devi Ranita sari A 420 080 012
4) Yulia Ayu Suzana A 420 080 013
C. Gambar
D.Klasifikasi

Phyllum : Chordata
Sub Phyllum : Vertebrata
Classis : Aves
Ordo : Pelecaniformes
Familia : Pelecanidae
Genus : Pelecanus
Spesies : Pelecanus conspicillatus

E. Deskripsi
1) Habitat
Pelikan kaca mata (Plecanus conspicilatus) suka hidup berkelompok dan berenang di danau,
rawa-rawa, sungai, lautan. Tersebar di Australia, Irian kadang-kadang sampai Indonesia bagian
barat.
2) Morfologi
Pelikan kaca mata (Plecanus conspicilatus) memiliki bulu yang menyeluruh, paruh yang panjang
lurus dan bergantung yang digunakan untuk menangkap ikan saat ada di air. Sayap Pelikan
kacamata ini memiliki sayap yang panjang. Jari berselaput terdiri dari 3 depan dan 1 belakang.
Cakar runcing dan lurus. Tipe kaki Pelikan Kacamata perenang. Ekornya pendek.
3) Ciri Spesifik Spesies
Pelikan kaca mata (Plecanus conspicilatus) merupakan burung air yang sangat besar,
mempunyai berat badan berkisar antara 4,5-11 kg, dengan rentangan sayap 2,75 m. Burung ini
biasanya putih atau sebagian besar putih. Sayap dan ekor sebagian berwarna hitam. Selama
musim mengeram warna kulit yang sulah, paruh, kantung, tenggorok, dan kaki menjadi lebih
jelas. Burung pelikan mempunyai ciri-ciri khusus yaitu antara lain paruh besar dan lurus,
dilengkapi dengan kait pada ujungnya dan kantong besar. Perbedaan morfologi antara jantan
dan betina tidak jelas, sehingga agak sukar membedakan pelikan jantan dengan pelikan betina.
4) Perilaku
Pelikan kaca mata (Plecanus conspicilatus) merupakan burung yang hidup sosial, berkelompok
dalam jumlah 50 sampai 40.000 berpindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain di
daratan. Burung ini suka berenang di air, pakan utamanya adalah ikan, sambil berenang pelikan
menangkap ikan dengan mudah, karena paruhnya yang bekerja serupa jala penangkap ikan.
Paruhnya yang menyerupai kantung tidak seperti jala yang berlobang tapi sangat lentur dan
mudah melar.
5) Reproduksi
Pelikan kaca mata (Plecanus conspicilatus) mampu bertelur sebanyak 4 butir, telur berwarna
putih dan berukuran besar. Telur-telur itu akan menetas setelah dierami selam 30 hari.
Pengeraman dan pemeliharaan dilakukan oleh induk jantan dan betina secara baik, yaitu secara
bergantian.
6) Makanan
Pelikan kaca mata (Plecanus conspicilatus) di alam burung pelikan memakan ikan dan cara
menangkapnya dengan cara menyendokan paruhnya kedalam air yang terdapat ikan. Seekor
pelikan dalam satu hari mampu memakan ikan seberat 6 kg. Di Kebun Binatang Gembira Loka
pelikan diberi ikan segar sebanyak 1 kg setiap hari.

3. A Nama spesies
Nama lokal : Bangau Tong-tong
Nama ilmiah : Leptoptilos javanicus
B Nama Pengambil Data
1) Faruq Najedi A 420 080 010
2) Norma Wika J A 420 080 011
3) Devi Ranita sari A 420 080 012
4) Yulia Ayu Suzana A 420 080 013

C. Gambar

D. Klasifikasi
Phyllum : Chordata
Sub Phyllum : Vertebrata
Classis : Aves
Ordo : Ciconiiformes
Familia : Ciconiidae
Genus : Leptoptilos
Spesies : Leptoptilos javanicus
E. Deskripsi
1) Habitat
Burung bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus) membentuk kelompok dengan bangau lain
atau dengan elang bersarang di daerah hutan. Burung bangau tong-tong suka . mengunjungi
sawah, padang rumput terbuka yang terbakar atau kebanjiran, gosong lumpur dan mangrove.
Tersebar di India, Cina Selatan, Asia Tenggara dan Sunda Besar.
2) Morfologi
Bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus) memiliki bulu yang tidak menyeluruh, paruh yang
panjang dan runcing pendek. Bangau Tong-tong memiliki jari 4 yang berselaput rata dan pendek
yang terdiri dari 3 depaan dan 1 belakang, cakar runcing dan lurus. Tipe kaki pejalan dan
memiliki ekor yang pendek.
3) Ciri Spesifik Spesies
Bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus) mempunyai tubuh yang sangat besar, panjangnya
mencapai 110 cm, dengan tungkai panjang, leher panjang dan paruh panjang. Kakinya
mempunyai selaput untuk mengarungi air dangkal. Bulu umumnya berwarna hitam dan putih. Di
alam, burung ini sering berkeliaran terbang sendiri atau berkelompok. Burung ini membuat
sarang di pohon yang tinggi, di tepi pantai, tambak. Sarang tersusun dari ranting, berisi 3-5 butir
telur-telur, berwarna putih sebesar telur itik.Telur dierami oleh induk jantan dan betina
bergantian selama 34 hari, burung bangau tong-tong merupakan pemakan hewan air tawar,
serangga besar, katak, tikus, kerang, siput dan ikan.
4) Perilaku
Bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus) di alam burung ini sering keliaran terbang sendiri atau
berkelompok. Bangau memiliki kemampuan adaptasi untuk mengarungi air yang dangkal dan
rawa-rawa dengan jari kaki yang berselaput. Kebiasaan hidupnya sendiri atau berpasang-
pasangan. Burung bangau tong-tong mempunyai sifat pendiam, tidak suka bersuara tapi bila
diganggu maka paruhnya akan berderak-derak.
5) Reproduksi
Bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus) membuat sarang di pohon yang tinggi, di tepi pantai,
tambak. Sarang tersusun dari ranting-ranting berisi 3-5 butir telur. Telur berwarna putih sebesar
telur itik. Telur dierami oleh induk jantan dan betina bergantian selama 34 hari.
6) Makanan
Bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus) di habitat aslinya burung bangau tong-tong terutama
memakan hewan air tawar, serangga besar, katak, tikus, kerang, siput dan ikan. Di Kebun
Binatang Gembira Loka burung diberi pakan ikan segar.
4. A Nama spesies
Nama local : Macau Merah
Nama ilmiah : Ara macau
B Nama Pengambil Data
1) Faruq Najedi A 420 080 010
2) Norma Wika J A 420 080 011
3) Devi Ranita sari A 420 080 012
4) Yulia Ayu Suzana A 420 080 013

C. Gambar

D. Klasifikasi

Phyllum : Chordata
Sub Phyllum : Vertebrata
Classis : Aves
Sub Classis : Neornithes
Super Ordo : Neognathae
Ordo : Psittaciformes
Familia : Psittacidae
Genus : Ara
Spesies : Ara macau

E. Deskripsi

1) Habitat
Macau merah (Ara macau) berhabitat di hutan dan perkebunan. Tersebar di Meksiko sampai
Bolivia.
2) Morfologi
Macau merah (Ara macau) mempunyai bulu yang menyeluruh, paruh yang pendek dan berkait
yang digunakan untuk memakan makanannya yang berupa biji-biji. Sayapnya pendek dan
runcing. Memiliki jari 4 rata yang terdiri dari 2 didepan dan 2 dibelakang, cakarnya runcing
melengkung, mempunyai tipe kaki petengger, serta ekor yang panjang runcing.
3) Ciri Spesifik Spesies
Macau merah (Ara macau) termasuk burung yang besar. ukuran tubuhnya mencapai 60 cm.
Warna bulu merah muda. bagian sayap berwarna biru. kuning dan hijau. Burung ini mahir
memanjat karena struklur kakinya yang terdiri dari dua pasang jari kaki. yang sepasang
menghadap ke depan dan lainnya menghadap ke belakang. Burung ini sangat diminati karena
mudah dalam beradaptasi di kurungan dan keindahan bulunya.
4) Perilaku
Burung makau merah (Ara macau) paling suka memanjat pohon. Bila di dalam kandang burung
ini suka memanjat teralis kandang dan memegang dahan pohon dengan paruhnya. Di alam.
burung ini bisa merusak dahan-dahan pohon kecil karena dipatahkan dengan paruhnya.

5) Reproduksi
Makau merah (Ara macau) tidak berbeda dengan jenis lainnya. burung ini bersarang di lubang
pohon dan meletakkan telurnya sejumlah 2-4 butir.
6) Makanan
Makau merah (Ara macau) di alamnya burung makau memakan biji-bijian, buah-buahan,
kacang-kacangan, sayuran. Di Kebun Binatang Gembira Loka burung ini diberi pakan jagung
muda.

5. A Nama spesies
Nama local : Mambruk
Nama ilmiah : Goura victoria
B Nama pengambil data
1) Faruq Najedi A 420 080 010
2) Norma Wika J A 420 080 011
3) Devi Ranita sari A 420 080 012
4) Yulia Ayu Suzana A 420 080 013

C. Gambar

D. Klasifikasi

Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Classis : Aves
Ordo : Columbiformes
Familia : Gaurinae
Genus : Gaura
Spesies : Goura victoria

E. Deskripsi

1) Habitat
Mambruk (Goura victoria) sering di jumpai di hutan dataran rendah pulau Irian dan beberapa
pulau disekitarnya. Tersebar juga di hutan sagu,dan hutan rawa di bagian utara pulau Irian,
termasuk juga pulau Yapen, dan pulau Biak.
2) Morfologi
Mambruk (Goura victoria) memiliki bulu menyeluruh menutupi semua permukaan tubuhnya,
paruhya pendek dan lurus, sayapnya pendek dan runcing, jarinya berjumlah 4 rata yang terdiri
atas 3 di depan dan 1 di belakang, cakarnya runcing dan melengkung, kakinya bertengger, serta
ekornya pendek rata.
3) Ciri Spesifik Spesies
Mambruk (Goura victoria) memiliki tubuh besar dengan panjang mencapai 74 cm dan memiliki
bulu berwarna biru keabu -abuan. Jambul seperti kipas dengan ujung putih, dada merah marun
keunguan, paruh abu-abu, kaki merah kusam dan garis tebal berwarna abu-abu di sayap dan
ujung ekornya. Disekitar mata terdapat topeng hitam dengan iris mata berwarna merah. Burung
jantan dan betina serupa. Burung dará mahkota rata-rata menyukai pakan dalam bentuk butiran
yang sudah di pecahkan. Burung ini tidak menyukai bahan pakan berbentuk tepung, tetapi dapat
menerima bahan pakan yang berbentuk pelet. Burung ini juga menyukai 'grit' yang digiling dari
pada yang utuh. Burung ini memiliki bulu berwarna biru keabu-abuan dengan jambul berbentuk
kipas, dada merah marun keunguan, terdapat garis abu-abu di sayap dan ujung ekornya.
Disekitar mata terdapat topeng hitam dengan iris mata berwarna merah.

4) Perilaku
Mambruk (Gouria victoria) hidup berpasangan atau dalam suatu kelompok. Bersarang diatas
dahan pohon. Membuat sarang dari ranting-ranting dedaunan. Mencari makan diatas
permukaan tanah.
5) Reproduksi
Mambruk (Goura Victoria) bereproduksi dengan ovipar / bertelur, bersarang di atas pohon.
Sarangnya terbuat dari ranting dan dedaunan. Burung betina biasanya menetaskan sebutir telur
berwarna putih.
6) Makanan
Mambruk (Goura victoria) termasuk dalam hewan herbivore karena makanannya berupa biji-
bijian dan buah-buahan yang jatuh di tanah.

B . Clasis Mamalia
1. A. Nama spesies
Nama lokal : Kuda Nil
Nama ilmiah : Hypopotamus amphibius
B. Nama Pengambil Data
1) Wahyu Sudrajat A 420080014
2) Hetik Wulansari A 420080016
3) Aditya Beni S A 420080017
4) Tri Yoga A 420080018

C. Gambar
D. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Sub Phyllum : Vertebrata
Classis : Mamalia
Ordo : Artiodactyla
Family : Hippotamidae
Genus : Hipopotamus
Species : Hipopotamus amphibius

E. Deskripsi
1) Habitat
Kuda nil (Hypopotamus amphibius) biasanya bertempat tinggal di sungai dan danau yang
berbatasan dengan padang rumput.
2) Morfologi
Kuda nil (Hypopotamus amphibius) mempunyai warna kulit di bagian dorsal berwarna coklat tua
atau hitam, sedangkan bagian ventral berwarna coklat muda. Ukuran tubuhnya besar, dan
glandula mammae terletak di bagian pelvis.
3) Ciri Spesifik
Kuda nil (Hypopotamus amphibius) dikenal sebagai satwa amphibia, karena sebagian besar
waktu hidupnya dihabiskan di dalam air. Lubang hidung, telinga dan mata terletak rata pada
kepala bagian atas, sehingga dapat tersembul bersama-sama saat satwa ini menyelam.
4) Perilaku
Kuda nil (Hypopotamus amphibius) hidup di dalam kelompok sosial, jumlah rata-rata kelompok
10 ekor. Kadang setiap kelompoknya dapat mencapai 100 ekor. Tiap kelompok mempunyai
teritori sendiri-sendiri yang ditandai dengan air kencing dan kotorannya. Mereka
mempertahankan daerah teritorinya dengan perkelahian. Mulut yang lebar dengan gigi-gigi
yang tajam merupakan senjata yang ampuh untuk menyingkirkan lawan-Iawannya.
5) Reproduksi
Kuda nil (Hypopotamus amphibius) perkawinannya sering dilakukan di dalam air, masa
kebuntingan 8-9 bulan. Anak yang dilahirkan biasanya 1 ekor, kelahiran terjadi setelah induk
meninggalkan kelompoknya. Biasanya kuda nil melahirkan di darat, tetapi tidak jarang ditemui di
dalam air.
6) Makanan
Kuda nil (Hypopotamus amphibius) di habitat aslinya makan pada malam hari, berbagai jenis
pakan yaitu antara lain rumput-rumputan, bagian dari pohon dan semak belukar. Dalam waktu 1
malam seekor kuda nil akan mampu memakan pakan hingga seberat 70 kg. Di Kebun Binatang
Gembira Loka diberi pakan berupa pisang, rumput, jagung giling dan nasi seberat kira-kira 10%
dari berat badannya.
2. A. Nama spesies
Nama lokal : Banteng
Nama ilmiah : Bos sondaicus
B. Nama Pengambil Data
1) Wahyu Sudrajat A 420080014
2) Hetik Wulansari A 420080016
3) Aditya Beni S A 420080017
4) Tri Yoga A 420080018

C. Gambar

D. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Sub Phyllum : Vertebrata
Classis : Mamalia
Ordo : Artiodactyla
Family : Bovidae
Genus : Bos
Species : Bos sondaicus

E. Deskripsi
1) Habitat
Banteng (Bos sondaicus) menyukai topografi yang rata atau sedikit bergelombang, dengan hutan
yang tidak begitu lebat dan lapangan terbuka yang berumput atau berumpun bambu.
2) Morfologi
Banteng (Bos sondaicus) mempunyai pola warna kulit coklat kemerahan di bagian dorsal dan
ventralnya pada betina. Pantat dan kaki bawah berwarna putih, ada rambutnya. Mempunyai
ukuran tubuh besar dan glandula mammae terletak di bagian pelvis.
3) Ciri Spesifik
Banteng (Bos sondaicus) mempunyai bentuk dan ukuran mirip sapi peliharaan. Banteng Jantan
mempunyai baga dan tanduk selalu menghadap ke depan. Satwa ini tubuh bagian depan lebih
tinggi dari bagian belakang sehingga nampak gagah.
4) Perilaku
Banteng (Bos sondaicus) hidup di dalam kelompok besar 10-30 ekor, mencari pakan pada pagi
dan sore hari. Perilaku seperti merumput, berkubang, menjelajah dan istirahat selalu dilakukan
secara berurutan. Jika kelompok banteng terancam bahaya maka seluruh anggota kelompok
mengawasi bersamaan pada datangnya bahaya dan tidak segan-segan akan menghadapi dengan
gagah berani. Dalam perkembangannya banteng telah didomistikasi sebagai contohnya sapi bali.
5) Reproduksi
Banteng (Bos sondaicus) musim kawinnya dari lokasi yang berbeda selalu berlainan, di Taman
Suaka Margasatwa Ujung Kulon musim kawin pada bulan Juli dan Agustus. Lama bunting 270-
280 hari, anak yang dilahirkan selalu 1 ekor. Anak banteng menjadi dewasa setelah berumur 2-3
tahun.

6) Makanan
Banteng (Bos sondaicus) memakan rebung dan pada waktu musim kemarau menyukai
merumput di padang rumput. Di Kebun Binatang Gembira Loka diberi pakan berupa rumput, ubi
jalar, katul, daun-daunan dan garam yang dicampur merata. Kuantitas pakan 10% dari berat
badan untuk setiap harinya.
3. A. Nama spesies
Nama lokal : Tapir Brazil
Nama ilmiah : Tapirus terrastris
B. Nama Pengambil Data
1) Wahyu Sudrajat A 420080014
2) Hetik Wulansari A 420080016
3) Aditya Beni S A 420080017
4) Tri Yoga A 420080018

C. Gambar
D. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Sub Phyllum : Vertebrata
Classis : Mamalia
Ordo : Perissodactyla
Family : Tapiridae
Genus : Tapirus
Species : Tapirus terrastris

E. Deskripsi
1) Habitat
Tapir brazil (Tapirus terrastris) biasanya di hutan tropika, hutan kayu.
2) Morfologi
Tapir brazil (Tapirus terrastris) mempunyai warna kulit terbagi menjadi dua bagian yaitu hitam
dan putih di bagian dorsal dan ventralnya. Warna belang putih terdapat di bagian ujung telinga,
tubuh di bagian belakang, dan kaki. Ukuran tubuhnya besar dan glandula mammae terletak di
pelvis.
3) Ciri Spesifik
Tapir brazil (Tapirus terrastris) merupakan satwa berkuku ganjil seperti kuda dan badak. Tubuh
yang pendek, serta leher dan ekor pendek juga dengan belalai menghadap ke depan menjadikan
satwa ini nampak lucu jika diperhatikan, khususnya saat berjalan.
4) Perilaku
Tapir brazil (Tapirus terrastris) bersifat soliter, tetapi kadang-kadang hidup berpasangan.
Bergerak dengan cepat dan jarang dapat terlihat. Satwa ini mencari pakan pada malam hari. Jika
menghadapi predator ia akan menghindar dengan cara menghindarkan diri ke dalam semak
belukar atau menenggelamkan dirinya ke dalam air. Jika dalam keadaan terdesak maka ada
kemungkinan akan menggigit. Teritorianya dibatasi dengan kotoran atau air kencingnya.
5) Reproduksi
Tapir brazil (Tapirus terrastris) waktu reproduksi tergantung dari tempatnya, musim kawin
terjadi pada bulan April hingga Mei. Setelah kawin induk tapir bunting selama 390 sampai 395
hari, anak yang dilahirkan 1 ekor dan diasuh hingga 8 bulan. Anak tapir berwarna coklat dengan
garis putih melintang.

6) Makanan
Tapir brazil (Tapirus terrastris) di habitat aslinya tapir memakan berbagai jenis tumbuhan, yang
dimakan seperti daun, akar, ubi-ubian buah dan kadang-kadang dijumpai memakan kulit pohon.
Di Kebun Binatang Gembira Loka diberi pakan berupa rumput gajah, daun tanaman keras,
sayuran, ketela rambat cacah, dan bekatul dengan berat 10% darl berat badannya.
4. A. Nama spesies
Nama lokal : Babi Hutan
Nama ilmiah : Sus scrofa
B. Nama Pengambil Data
1) Wahyu Sudrajat A 420080014
2) Hetik Wulansari A 420080016
3) Aditya Beni S A 420080017
4) Tri Yoga A 420080018

C. Gambar

D. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Sub Phyllum : Vertebrata
Classis : Mamalia
Ordo : Artiodactyla
Family : Suidae
Genus : Sus
Species : Sus scrofa

E. Deskripsi
1) Habitat
Babi hutan (Sus scrofa) hidup di semak belukar dan hutan, juga dapat dijumpai di lingkungan
yang kering.
2) Morfologi
Babi hutan (Sus scrofa) mempunyai warna ulit abu-abu di bagian dorsal, di bagian kepala
terdapat bulu yang berwarna coklat kuning. Sedangkan di bagian ventral berwarna putih.
Ukuran tubuhnya besar dan glandula mammae terletak di bagian pelvis.
3) Ciri Spesifik
Babi hutan (Sus scrofa) tubuhnya nampak ditumbuhi rambut-rambut panjang yang jarang
jarang, kulit berwarna coklat, kepala nampak besar, kurang proporsional jika dibandingkan
dengan ukuran tubuhnya. Lubang hidungnya menghadap ke depan seperti corong dengan
dibatasi oleh kulit yang tebal. Taringnya kelihatan menyembul ke samping di bagian depan
kepala dan di bagian depan bawah telinga terdapat benjolan. Kaki yang pendek tidak
memungkinkan babi hutan bergerak lincah.
4) Perilaku
Babi hutan (Sus scrofa) merupakan satwa yang sanggup bertahan hidup pada berbagai macam
habitat dan juga dapat bertahan hidup dalam kondisi kekurangan sumber pakan. Satwa ini
sering dijumpai hidup berkelompok dalam jumlah antara 20 sampai 30 ekor. Babi hutan jika
mencari pakan dilakukan pada waktu sore hari hingga larut malam. Satwa yang sangat agresif ini
tidak segan-segan memburu atau melawan adanya gangguan dari binatang lain.
5) Reproduksi
Babi hutan (Sus scrofa) matang kelamin setelah berumur 4 tahun, setelah kawin babi hutan
betina bunting selama 115 hari. Jumlah anak yang dilahirkan mencapai 10 ekor atau lebih, Di
habitatnya babi hutan tahan hidup mencapai umur 20 tahun.
6) Makanan
Babi hutan (Sus scrofa) jenis pakan di habitat aslinya yaitu antara lain dari berbagai jenis
tumbuhan, umbi-umbian, cacing, bekicot ,kepiting dan lain-Iain. Di Kebun Binatang Gembira
Loka babi hutan diberi pakan berupa sayur-sayuran, umbi-umbian yang berupa ketela rambat
dicacah dan bekatul yang dicampur hingga rata.
5. A. Nama spesies
Nama lokal : Nilgae
Nama ilmiah : Boselaphus trogocamelus
B. Nama Pengambil Data
1) Wahyu Sudrajat A 420080014
2) Hetik Wulansari A 420080016
3) Aditya Beni S A 420080017
4) Tri Yoga A 420080018
C. Gambar

D. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Sub Phyllum : Vertebrata
Classis : Mamalia
Ordo : Artiodactyla
Family : Bovidae
Genus : Boselaphus
Species : Boselaphus trogocamelus

E. Deskripsi
1) Habitat
Nilgae (Boselaphus trogocamelus) menyukai hidup di padang rumput, stepa dan hutan kayu.
2) Morfologi
Nilgae (Boselaphus trogocamelus) mempunyai pola warna kulit coklat di bagian dorsal maupun
ventral pada betina dengan bagian leher atas sampai kuduk, ujung ekor berwarna agak
kehitaman. Terdapat bercak putih dibawah mata, ekor dalam, kaki dalam dan pergelangan kaki.
Ukuran tubuhnya besar dan glandula mammae terletak di bagian pelvis.
3) Ciri Spesifik
Nilgae (Boselaphus trogocamelus) mirip kuda, tetapi bertanduk ini merupakan anggota keluarga
sapi. Tubuhnya tertutup oleh mantel rambut, yang jantan berwarna abu-abu dengan bagian
tertentu berwarna hitam seperti pada rambut panjang dibagian leher atas sampai kuduk,
janggut bawah dan ujung ekor. Nilgai yang betina berwarna coklat dengan bagian leher atas
sampai kuduk, ujung ekor berwarna agak kehitaman. Baik jantan maupun betina terdapat
bercak putih dibawah mata, ekor dalam, kaki dalam dan pergelangan kaki.
4) Perilaku
Nilgae (Boselaphus trogocamelus) hidup dalam kelompok antara 8 sampai 10 ekor dari dua
segmen kelamin. Tempat tinggal kelompok adalah merupakan daerah teritorinya, sebagai
daerah istirahat, berkubang dan membuang kotoran. Satwa ini akan berlari kencang jika
menghadapi suatu bahaya yang mengancam kehidupan dirinya dari predator-predator yang
mendatanginya untuk memangsanya.
5) Reproduksi
Nilgae (Boselaphus trogocamelus) Musim kawinnya terjadi dan berakhir pada bulan Maret,
kemudian induk akan bunting dan melahirkan anaknya pada bulan Desember. Anak yang
dilahirkan biasanya akan kembar atau dua ekor.
6) Makanan
Nilgae (Boselaphus trogocamelus) memakan berbagai bagian dari tanaman tertentu seperti
ujung-ujung daun, biji, dan juga memakan rumput-rumputan. Di Kebun Binatang Gembira Loka
diberi pakan berupa rumput kolonjono, daun kacang, katul dengan kuantitas berat pakan 10%
dari berat badannya setiap diberikan.

6. A. Nama spesies
Nama lokal : Zebra
Nama ilmiah : Equus zebra
B. Nama Pengambil Data
1) Wahyu Sudrajat A 420080014
2) Hetik Wulansari A 420080016
3) Aditya Beni S A 420080017
4) Tri Yoga A 420080018
C. Gambar

D. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Sub Phyllum : Vertebrata
Classis : Mamalia
Ordo : Perissodactyla
Family : Equitae
Genus : Equus
Species : Equus zebra

E. Deskripsi
1) Habitat
Zebra (Equus zebra) hidup di savana, hutan terbuka.
2) Morfologi
Zebra (Equus zebra) mempunyai warna kulit putih di bagian dorsal dan ventral, termodifikasi
dengan pola garis tebal melintang berwarna hitam. Ukuran tubuh besar dan glandula mammae
terletak di bagian pelvis.
3) Ciri Spesifik
Zebra (Equus zebra) termasuk satwa jenis kuda yang berkuku tunggal. Tubuhnya tertutup oleh
mantel rambut dengan warna dasar putih dengan pola garis-garis tebal melintang sampai agak
membuiur berwarna hitam, hanya bagian tertentu kurang berwarna hitam seperti pada bagian
moncong mulut dan rambut-rambut ekor. Bagian tertentu berambut panjang yaitu pada bagian
leher atas dan bagian ekor.
4) Perilaku
Zebra (Equus zebra) biasanya suka mendekati sumber air, hidup secara berkelompok dalam
jumlah besar sampai ratusan ekor, teristimewa pada musim panas, dan akan berasosiassi
dengan spesies lain sebagai contohnya guanaco. Dua spesies sebra dan banyak spesies antilop.
Mereka akan segera berlari cepat jika melihat adanya predator yang datang dan diketahui oleh
salah satu kelompoknya.
5) Reproduksi
Zebra (Equus zebra) melakukan perkawinan induk betina akan bunting selama kira-kira 1 tahun.
Anak yang dilahirkan berjumlah satu ekor dan akan diasuh oleh induknya sampai bisa mandiri.
Satwa ini mampu hidup di alam sekitar 25 sampai 30 tahun.

6) Makanan
Zebra (Equus zebra) di habitat aslinya sebra memakan berbagai jenis pakan antara lain rumput
dan daun-daunan, tetapi sangat menyukai ujung rumput yang masih muda. Di Kebun Binatang
Gembira Loka diberi pakan berupa rumput kolonjono, bekatul dan ketela rambat dengan
kuantitas berat pakan yaitu 10% dari berat badannya.

7. A. Nama spesies
Nama lokal : Wau-Wau Sumatra
Nama ilmiah : Hylobates agilis
B. Nama Pengambil Data
1) Wahyu Sudrajat A 420080014
2) Hetik Wulansari A 420080016
3) Aditya Beni S A 420080017
4) Tri Yoga A 420080018
C. Gambar

D. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Sub Phyllum : Vertebrata
Classis : Mamalia
Ordo : Primata
Family : Hylobatidae
Genus : Hylobates
Species : Hylobates agilis

E. Deskripsi
1) Habitat
Wau-wau Sumatra (Hylobates agilis) biasanya hidup di hutan tropika, dan kadang-kadang
memasuki kebun kopi.
2) Morfologi
Wau-wau Sumatra (Hylobates agilis) mempunyai pola warna hitam dan coklat di bagian dorsal
maupun ventral. Ukuran tubuhnya besar dan mempunyai glandula mammae di bagian pectoral.
3) Ciri Spesifik
Wau-wau Sumatra (Hylobates agilis) tubuhnya tertutup oleh mantel rambut berwarna abu-abu
sampai coklat, muka nampak berwarna kekuning-kuningan sampai coklat terang di bagian lain
berwarna hitam atau coklat terang. Di atas mata tampak alis yang berwarna putih.
4) Perilaku
Wau-wau Sumatra (Hylobates agilis) hidup di dalam kelompok keluarga, selalu terdiri dari satu
pasangan bersama beberapa anak. Kelompok ini pada umumnya mempunyai teritoria se!uas 30
sampai 100 ha, bergerak selalu di atas pohon dengan gelantungkan diri pada ranting-ranting
pohon dengan menggunakan kedua tangan , dan kakinya, disertai dengan mengeluarkan
teriakan keras, yang sekaligus berfungsi sebagai batas teritorianya.
5) Reproduksi
Wau-wau Sumatra (Hylobates agilis) perkawinan monogami dilakukan sesuai dengan siklus
birahi, berjalan sepanjang tahun. Lama bunting 200 sampai 212 hari, induk betina selalu
melahirkan 1 ekor anak yang kemudian diasuh selama beberapa bulan.
6) Makanan
Wau-wau Sumatra (Hylobates agilis) di habitat aslinya memakan makanan terutama buah-
buahan, tetapi juga memakan daun dan pucuk daun tanaman, bahkan juga memakan insekta,
laba-Iaba, burung, telur burung dan kadal. Di Kebun Binatang Gembira Loka diberi pakan berupa
buah-buahan dan sayuran dengan kuantitas berat pakan 10% dari berat badannya.

8. A. Nama spesies
Nama lokal : Unta Punuk Satu
Nama ilmiah : Camelus dromedarius
B. Nama Pengambil Data
1) Wahyu Sudrajat A 420080014
2) Hetik Wulansari A 420080016
3) Aditya Beni S A 420080017
4) Tri Yoga A 420080018

C. Gambar
D. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Sub Phyllum : Vertebrata
Classis : Mamalia
Ordo : Artiodactyla
Family : Camelidae
Genus : Camelus
Species : Camelus dromedaries

E. Deskripsi
1) Habitat
Unta punuk satu (Camelus dromedarius) hidup di padang pasir.
2) Morfologi
Unta punuk satu (Camelus dromedarius) mempunyai pola warna colat tua di bagian dorsalnya
dan coklat muda di bagian ventralnya. Ukuran tubuhnya besar, glandula mammae terletak di
bagian pelvis.
3) Ciri Spesifik
Unta punuk satu (Camelus dromedarius) mempunyai ciri yang mudah dikenali yaitu tubuh
tertutup mantel rambut berwarna coklat, kadang-kadang gimbal. Tubuh nampak jangkung
dengan kaki-kaki yang panjang, leher panjang, dan mempunyai punuk pada punggung satu
buah. Ujung moncong membelah yang difungsikan sebagai penjepit rumput yang akan dimakan.
Dibagian janggut, punggung dan ekor rambut biasanya lebih panjang dan berwarna lebih gelap.
4) Perilaku
Unta punuk satu (Camelus dromedarius) menyukai hidup berkelompok, kemampuan jalannya
tidak diragukan lagi yaitu mampu menempuh jarak 80 km dalam 1 hari dan dalam 5 hari dapat
menempuh jarak 400 km dengan kecepatan rata-rata 4 km/jam. Keistimewaan lainnya adalah
memiliki bagian lambung penyimpan air, sehingga tahan tidak minum dalam waktu yang cukup
lama. Dalam mempertahankan dirinya unta menggunakan tendangan dan sepakan atau pukulan
dan gigitan
5) Reproduksi
Unta punuk satu (Camelus dromedarius) pada musim kawin mengalami pembengkakan pada
beberapa bagian rongga mulutnya terjadi pada unta jantan. Perkawinan dilakukan pada bulan
Februari, lama bunting 390-410 hari. Anak-anak dari induk-induk unta akan diasuh selama 1
tahun, lama hidup dapat mencapai 25 tahun.

6) Makanan
Unta punuk satu (Camelus dromedarius) menyukai dari jenis-jenis pakan seperti rumput-
rumputan dan bagian dari tanaman yang masih muda. Di Kebun Binatang Gembira Loka diberi
pakan berupa rumput kolonjono, daun kacang, ketela rambat, nasi dan katul yang ditambah
garam. Kuantitas pakan yang diberikan kira-kira 10% dari berat badannya.
9. A. Nama spesies
Nama lokal : Lutung
Nama ilmiah : Presbytis cristata
B. Nama Pengambil Data
1) Wahyu Sudrajat A 420080014
2) Hetik Wulansari A 420080016
3) Aditya Beni S A 420080017
4) Tri Yoga A 420080018

C. Gambar

D. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Sub Phyllum : Vertebrata
Classis : Mamalia
Ordo : Primata
Family : Cercophithecidae
Genus : Presbytis
Species : Presbytis cristata

E. Deskripsi
1) Habitat
Lutung (Presbytis cristata) hidup di hutan primer, mangrove dan hutan daratan.
2) Morfologi
Lutung (Presbytis cristata) mempunyai warna kulit hitam di bagian dorsalnya dan keabu-abuan
di bagian ventralnya. Ukuran tubuhnya besar dan mempunyai glandula mammae di bagian
pectoralnya.
3) Ciri Spesifik
Lutung (Presbytis cristata) tubuh tertutup mantel rambut berwarna hitam, di bagian muka ,
bawah leher dan belakang paha berwarna abu- abu, anggota tubuh dan ekor yang panjang
menunjukkan satwa ini sangat lihai bila bergerak di atas pohon. Bentuk mata bulat menghadap
ke depan dengan kelopak mata tebal dan berbentuk bulat.
4) Perilaku
Lutung (Presbytis cristata) hidup dalam kelompok organisasi sosial, bertempat tinggal di dalam
pejantan atau lebih, pejantan ini akan ganti setiap satu tahun sekali atau jika ada kematian. Jika
dalam keadaan bahaya maka akan berteriak. Berpindah-pindah dengan menggelantungkan
badannya dengan bantuan keseimbangan pada ekornya.
5) Reproduksi
Lutung (Presbytis cristata) akan bunting setelah perkawinan selama 196 hari, seekor induk
betina akan melahirkan sebanyak 1 ekor anak yang dilahirkan pada bulan Desember sampai
dengan bulan Mei dan akan diasuh oleh induknya.
6) Makanan
Lutung (Presbytis cristata) dalam habitat aslinya spesialisasinya memakan ujung daun dari
berbagai jenis tanaman, selain itu juga memakan buah, bunga, jika bergerak di atas tanah akan
minum dan memakan binatang-binatang kecil seperti Insekta. Di Gembira Loka diberi pakan
berupa buah-buahan dan sayuran dengan kuantitas 10 % dari berat badannya.

10. A. Nama spesies


Nama lokal : Beruang Madu
Nama ilmiah : Helarctos malayanus
B. Nama Pengambil Data
1) Wahyu Sudrajat A 420080014
2) Hetik Wulansari A 420080016
3) Aditya Beni S A 420080017
4) Tri Yoga A 420080018

C. Gambar
D. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Sub Phyllum : Vertebrata
Classis : Mamalia
Ordo : Carnivora
Family : Ursidae
Genus : Helarctos
Species : Helarctos malayanus

E. Deskripsi
1) Habitat
Beruang madu (Helarctos malayanus) di hutan primer atau daerah perkebunan, hutan tropik
dan hutan kayu.
2) Morfologi
Beruang madu (Helarctos malayanus) mempunyai warna kulit hitam di bagian dorsal dan
ventral, dan muka berwarna abu-abu. Di bagian leher depan terdapat rambut seperti kalung
yang berwarna putih.
3) Ciri Spesifik
Beruang madu (Helarctos malayanus) merupakan anggota kelas Carnivora yang berukuran
besar, akan tetapi termasuk berukuran kecil jika dibandingkan dengan anggota kelompoknya.
tubuhnya tampak kokoh dan lebar, kepala panjang, leher pendek, telinga bulat dan mata relatif
kecil. Daya pembaunya tajam, kaki berotot dengan 5 jari yang berkuku meruncing. Tubuhnya
tertutup mantel rambut berwarna hitam, rambut lebat, bagian muka berwarna grey dan di
bagian leher depan nampak rambut-rambut membentuk seperti kalung berwarna putih.
4) Perilaku
Beruang madu (Helarctos malayanus) biasa hidup di atas pohon, mernbuat sarang dari potongan
ranting dan daun-daunan. Hidup soliter kadang berkelompok dalam jumlah kecil, mencari pakan
pada waktu malarn hari bergerak bersama pasangannya dan tidur pada siang hari. Beruang
madu adalah pemakan segala, gigi geraharn yang datar mernudahkan untuk mengunyah
tumbuh-tumbuhan dan taring yang runcing sebagai alat penyobek daging.
5) Reproduksi
Beruang madu (Helarctos malayanus) tidak mernpunyai musirn kawin tetapi perkawinan
dilakukan sewaktu-waktu terutama bila beruang madu betina telah siap kawin. Lama bunting 95
sampai 96 hari. Anak yang dilahirkan biasanya berjumlah 2 ekor. Anak-anak disusui selama 18
bulan.
6) Makanan
Beruang madu (Helarctos malayanus) di habitat aslinya beruang madu memakan buah-buahan
seperti kelapa, coklat, kopi dan ujung-ujung daun serta memakan daging mammalia, telur
burung, serangga, keong dan lain sebagainya. Di Kebun Binatang Gembira Loka beruang madu
diberi pakan berupa pepaya, nasi dan juga diberikan daging sebagai penambah kekuatan.

11. A. Nama spesies


Nama lokal : Gajah Asia
Nama ilmiah : Elephas maximus
B. Nama Pengambil Data
1) Wahyu Sudrajat A 420080014
2) Hetik Wulansari A 420080016
3) Aditya Beni S A 420080017
4) Tri Yoga A 420080018

C. Gambar
D. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Sub Phyllum : Vertebrata
Classis : Mamalia
Ordo : Proboscidae
Family : Elephantidae
Genus : Elephas
Species : Elephas maximus

E. Deskripsi
1) Habitat
Gajah asia (Elephas maximus) hidup bervariasi dari hutan tropika sampai perkebunan dataran
rendah.
2) Morfologi
Gajah asia (Elephas maximus) mempunyai pola warna di bagian dorsal dan ventral berwarna
kelabu sampai hitam kelam. Ukuran tubuhnya besar dan mempunyai glandula mammae di
bagian pectoral.
3) Ciri Spesifik
Gajah asia (Elephas maximus) merupakan spesies dari kelas mamalia yang berukuran sangat
besar, berat tubuhnya dapat mencapai 5400 kg. Gajah jantan dewasa terlihat sangat gagah
dengan belalai panjang dan sepasang gading yang memanjang ke depan. Kulitnya lidak banyak
ditumbuhi oleh rambut-rambut hanya terlihat di bagian-bagian tertentu seperti di atas kepala,
kuduk serta uiung ekor. Wama kulit gaiah adalah kelabu sampai hitam kelam, belalai yang
berfungsi sebagai tangan merupakan modifikasi bibir dan hidung. Sedangkan telinganya yang
lebar berfungsi untuk menghalau lalat yang mengganggu yang biasanya hinggap di bagian mata
dan mulut.
4) Perilaku
Gajah asia (Elephas maximus) hidup secara berkelompok antara 10 sampai 30 ekor yang
dipimpin oleh gajah betina yang paling tua. Hidupnya berpindah-pindah untuk mendapatkan
pakan. Gajah mempunyai naluri yang baik sehingga mudah untuk dilatih berbagai macam latihan
yang di manfaatkan oleh manusia dan juga sebagai hewan piaraan yang akan dapat membantu
aktivitas kehidupan manusia. Sering juga kita jumpai gajah sebagai hiburan misalnya dijadikan
hewan sirkus.
5) Reproduksi
Gajah asia (Elephas maximus) yang betina kawin setelah umur sekitar 9 sampai 12 tahun setelah
kawin gajah akan bunting selama 18 sampai 22 bulan dan akan melahirkan anak dengan berat
100 kg. Selang antara melahirkan anak selama 4 tahun.
6) Makanan
Gajah asia (Elephas maximus) di habitat aslinya gajah memakan bermacam pohon beserta daun-
daunnya seperti tanaman perdu, rumput-rumputan dan juga memakan buah dari berbagai jenis
dan kadang-kadang dijumpai menyerang tanaman perkebunan. Di Kebun Binatang Gembira
Loka gajah diberi pakan berupa rumput-rumputan, buah.buahan dan juga bekatul yang
dicampur sampai rata.
12. A. Nama spesies
Nama lokal : Rusa Tutul
Nama ilmiah : Axis axis
B. Nama Pengambil Data
1) Wahyu Sudrajat A 420080014
2) Hetik Wulansari A 420080016
3) Aditya Beni S A 420080017
4) Tri Yoga A 420080018

C. Gambar

D. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phyllum : Chordata
Sub Phyllum : Vertebrata
Classis : Mamalia
Ordo : Artiodactyla
Family : Cervidae
Genus : Axis
Species : Axis axis

E. Deskripsi
1) Habitat
Rusa tutul (Axis axis) hidup di hutan muda, hutan kayu, dan tepian sungai.
2) Morfologi
Rusa tutul (Axis axis) mempunyai warna kulit di bagian dorsal berwarna coklat kemerahan dan di
bagian ventral berwarna putih, serta mempunyai totol-totol putih di kulitnya. Ukuran tubuhnya
besar dan mempunyai glandula mammae di bagian pelvis.
3) Ciri Spesifik
Rusa tutul (Axis axis) berukuran lebih kecil dari pada ukuran tubuh rusa jawa dan nampak
langsing. Panjang tubuh 91 cm, paniang ekor 20 sampai 30 cm dengan berat badan kurang dari
45 kg, yang jantan mempunyai ronggah bercabang tiga. Satwa ini tubuhnya tertutup oleh mantel
rambut yang berwarna coklat kemerahan dengan totol-totol berwarna putih, hanya dibagian
tertentu seperti bagian dagu, bagian perut dan bagian kaki tidak bertotol. Warna totol-totol
tersusun tidak tersebar akan tetapi membentuk seperti garis.
4) Perilaku
Rusa tutul (Axis axis) hidup berkelompok, di dalam kelompoknya terdapat beberapa rusa jantan,
rusa betina dan anak-anak. Kelompok rusa dipimpin oleh rusa betina yang paling tua, yang
berperan memberikan informasi kepada kelompoknya seperti jika menangkap adanya bahaya
maka segera disusul dengan perintah menghindar. Jika dalam keadaan terpaksa karena
ancaman maka rusa iantan yang paling kuat yang menghadapinya.
5) Reproduksi
Rusa tutul (Axis axis) perkawinannya dilakukan pada bulan Juni sampai Juli, lama bunting 7
sampai 7,5 bulan, anak-anak yang dilahirkan biasanya 1 ekor dan anak rusa tersebut diasuh oleh
induknya hingga anak tersebut mampu mandiri.
6) Makanan
Rusa tutul (Axis axis) di habitat aslinya rusa tutul memakan berbagai bagian tanaman seperti
daun, bunga, biji dari jenis-jenis tumbuhan tertentu. Di Kebun Binatang Gembira Loka diberi
pakan berupa rumput kolonjono dan daun-daunan dengan kuantitas berat pakan 10% dari berat
badanya setiap diberikan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Sistematika hewan vertebrata merupakan salah satu mata kuliah sekaligus mata praktikum yang
diwajibkan ditempuh mahasiswa pendidikan biologi. Mata praktikum ini mempelajari Classis
Pisces sampai Mamalia sehingga mahasiswa mampu mengenal morfologi, habitat, ciri-ciri
spesifik, cara makan, cara hidup dan tingkah laku dari masing-masing spesies
Sistematika merupakan salah satu cabang Biologi yang membahas tentang Klasifikasi atau
penggolongan makhluk-makhluk hidup. Kecuali istilah sistematik, dalam Biologi kita jumpai juga
istilah Taksonomi (Yunani: takson = jenjang + nomor = hukum, atau aturan) yang dalam arti
umum sering juga dipakai sebagai pengganti istilah Sistematik. Sehubungan dengan terbaginya
makhluk hidup menjadi tanaman dan hewan, maka dikenal juga istilah Sistematik tanaman dan
Sistematik hewan.
Hewan vertebrata merupakan kelompok hewan yang memiliki tulang belakang (vertebrae).
Hewan vertebrata terbagi dalam beberapa classis yaitu Pisces, Amphibi, Reptil, Aves dan
Mamalia. Mereka diklasifikasikan berdasarkan ciri morfologi, fisiologi dan anatominya sehingga
dapat dikelompokkan dari tingkatan klasifikasi paling rendah sampai klasifikasi yang paling
tinggi.
Menurut pengelompokkan lama berdasarkan pmilihan nama vertebrae (ruas tulang belakang),
hewan dibagi atas : kelompok invertebrata (in = tidak + vertebrae = ruas tulang belakang) dan
kelompok vertebrata (beruas tulang belakang)
Aves merupakan vertebrata yang memiliki ekskremitas superior dan ekskremitas inferior yang
dilengkapi oleh bulu, sebagian spesies dari aves dapat terbang karena mempunyai sayap yang
merupakan modifikasi anggota gerak superior. Dalam praktek kerja lapangan ini ciri- ciri
morfologi aves yang perlu untuk kita amati adalah bulu, bentuk paruh, sayap, jari, cakar, kaki,
dan ekor. Dengan mempelajari ciri-ciri morfologi setiap spesies maka kita dapat menentukan
tingkat kekerabatannya.
Aves adalah hewan yang paling banyak dikenal orang, karena dapat dilihat dimana-mana , aktif
dalam siang hari dan unik dalam hal memiliki bulu sebagai penutup tubuh. Dengan bulu ini
tubuh dapat mengatur suhu dan terbang. Dengan kemampuan terbang itu Aves mendiami
semua habitat. Warna dan suara beberapa Aves merupakan daya tarik mata dan telinga
manusia.
Mamalia merupakan kelompok tertinggi derajatnya dalam dunia hewan. Termasuk didalam
kelas ini adalah : tikus, kelelawar, kera, kucing, ikan paus, kuda, kijan, manusia, dan lain-lain.
Hampir semua tubuhnya tertutup dengan kulit yang berambut banyak atau sedikit dan berdarah
panas (homoiotherm). Sebutan mamalia berdasarkan adanya kelenjar mamae pada hewan
betina untuk menyusui. Mamalia merupakan hewan menyusui yang mempunyai glandula
mammae, dan merupakan kelompok vertebrata yang memiliki cirri-ciri umum antara lain :
1) Kulit tertutup oleh rambut-rambut
2) Terdapat glandula sudorivera dan glandula sebacea.
3) Jari-jari pada kaki atau tangan biasanya 5 atau kurang bersifat plantigrade, diigitigrade, atau
urguligrade (kecuali yang hidup di air).
4) Mempunyai glandula mammae.
5) Mempunyai daun telinga (kecuali monotremata).
6) Melahirkan anak kecuali monotremata.
Praktek kerja lapang kali ini dimaksudkan agar praktikan lebih mengenal jenis-jenis aves dan
mamalia, tempat yang digunakan sebagai obyek adalah kebun binatang gembiraloka di
Yogyakarta. Praktek ini dilaksanakan pada tanggal 28 nopember 2010 pukul 11:00 sampai
selesai. Adapun yang diamati adalah hewan yang termasuk kedalam golongan mamalia dan
aves. Di kebun binatang gembiraloka Yogyakarta terdapat berbagai spesies, baik hewan yang
termasuk kelas pisces, amphibi, reptil, aves dan mamalia. Dari praktek kerja lapang kali ini
praktikan dapat mengelompokkan jenis-jenis hewan yang tergolong aves dan mamalia. Dari
pengelompokkan tersebut, kita dapat mengetahui perbedaan morfologi, habitat, pola mencari
makan, jenis makanan,cara perkembang biakan, perilaku hewan.
Dalam praktikum kerja lapangan ini, kami mengamati beberapa jenis spesies diantaranya :
Kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea), Mambruk (Goura victoria), Macau merah (Ara
macau), Bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus), dan Pelikan kaca mata (Pelecanus
conspicillatus), dari Aves sedang dari mammalia Kuda nil (Hipopotamus amphibious), Banteng
(Bos sondaicus), Tapir brazil (Tapirus terrastris), Babi hutan (Sus scrofa), Nilgae (Boselapus
trogocamelus), Zebra (Equus zebra), Wau-wau Sumatra (Hylobatas agilis), Unta punuk satu
(Camelus dromedaries), Lutung (Presbytis cristata), Beruang madu (Helarctos malayanus), Gajah
asia (Elephast maximus), dan Rusa tutul (Axis axis) dimana semua spesies tersebut masuk dalam
ordo dan family yang berbeda, tetapi ada beberapa diantaranya memiliki persamaan dalam
ordo dan family sehingga mereka memiliki beberapa persamaan, berikut ini akan dibahas
spesies tersebut dalam ordo dan familinya.
Berikut ini akan dibahas clasis Aves berdasarkan ordo yang dimilikinya serta ciri-ciri yang
terdapat pada spesies tersebut :

A. Ordo Psittaciformes
Dalam ordo Psittaciformes memiliki 2 jenis spesies berdasarkan pengamatan kami, yaitu Cacatua
sulphurea dan Ara macau . burung dalam ordo ini memiliki cirri-ciri sebagai berikut : bulu-bulu
berwarna hijau,biru kuning , atau hijau, paruh pendek, sempit, tepinya tajam, ujungnya berkait,
paruh bagian atas bersendi dengan tengkorak sehingga dapat bergerak, kaki bertipe zygodactil
( dua jari kedepan dua jari kebelakang), jari keluar tidak reversible. Ordo ini mencakup family
Psittacidae. Burung ini memiliki paruh yang berkait, hal ini sesuai dengan fungsinya dalam
mengambil makanan, makanan utama mereka adalah biji-bijian sehingga morfologi paruhnya
disesuaikan dengan makanan utamanya. Memiliki jari 2 di depan dan 2 di belakang hal ini sesuai
dengan tipe kaki untuk bertengger sehingga dapat menggenggam erat ranting pohon yang
ditumpanginya.
B. Ordo Pelecaniformes
Dalam ordo ini contoh spesies yang mewakili adalah pelikan kaca mata (Plecanus conspicilatus),
mencakup burung-burung air dengan ciri-ciri sebagai berikut : lubang hidung sangat mereduksi
atau tidak ada sama sekali, mempunyai kantung leher, kaki berjari 4 dan berselaput, paruh
panjang dapat membuka lebar untuk menangkap dan menelan ikan, hidup berkoloni. Ordo ini
mencakup 6 famili, beberapa diantaranya ialah Plecanidae, Anhiningdae, dan
Phalocrocoracidae. Sementara itu burung pelican termasuk dalam ordo plecanidae. Pelikan
memiliki paruh yang panjang, lurus, dan berkantong hal ini disesuaikan dengan makanan
utamanya yaitu ikan yang berukuran kecil atau sedang sehingga paruh burung ini berkantung
lebar agar mangsanya cukup untuk masuk ke dalam paruh. Memiliki jari 3 di depan berselaput
hal ini digunakan untuk adaptasi dilingkungan berair, serta di belakang rata untuk memudahkan
berjalan. Hal ini sesuai dengan tipe kakinya yaitu perenang.
C. Ordo Columbiformes
Dalam ordo ini contoh spesies yang mewakili adalah Mambruk (Goura victoria), mencakup
burung-burung sebangsa merpati dengan ciri-ciri sebagai berikut : paruh pendek dan langsing,
tarsus biasanya lebih pendek daripada jari-jari, kulit tebal dan halus, tembolok besar dan
menghasilkan cairan seperti susu (pigeon susu) untuk anaknya, pemakan biji-bijian dan buah-
buahan (fragivor) sehingga memiliki bentuk paruh yang pendek runcing. Memiliki jari 3 di depan
dan 1 di belakang posisi ini sesuai dengan fungsinya untuk bertengger.
D. Ordo Ciconiiformes
Dalam ordo ini contoh spesies yang mewakili adalah bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus),
mencakup burung-burung air dengan ciri-ciri sebagai berikut : leher dan tungkai panjang, paruh
besar lurus atau berombak tajam, jari-jari tanpa selaput, bulu-bulu dekoratif, burung yang baru
menetas tidak berbulu, makanannya ikan, atua hewan-hewan air yang lainya. Contoh family
dalam ordo ini adalah Ardeidae dan Ciconiidae. Burung ini memiliki paruh yang panjang dan
runcing hal ini sesuai dengan makanannya yaitu ikan air tawar, paruhnya yang lancip digunakan
untuk mematuk ikan dalam air sehingga dapat tertangkap. Memiliki jari yang 3 di depan
berselaput hal ini sesuai dengan fungsinya jika berada di air untuk menjaga keseimbangan, serta
1 di belakang rata berselaput pendek.
Selain clasis Aves, pada praktikum kerja lapangan di Gembiro Loka juga mengamati clasis
Mamalia. Berikut ini akan dibahas clasis Mamalia berdasarkan ordo yang dimilikinya serta ciri-
ciri yang terdapat pada spesies tersebut :
1. Ordo Artiodactyla
Ordo Artiodactyla merupakan golongan Mammalia bertelapak genap, kaki panjang yang
beradaptasi untuk pergerakan yang cepat, jari kaki unguligrade, jari no 3 dan 4 selalu
berkembang sama panjang, jari kaki pinggir telah tereduksi, mempunyai perut yang besar dan
kompleks dengan 2 atau 4 ruangan, mempunyai sepasang tanduk. Tersebar luas kecuali di
Australia dan Selandia Baru, namun sekarang mulai diintroduksikan. Ordo Artiodactyla terbagi
menjadi beberapa Famili antara lain: Famili Cervidae contohnya Rusa Tutul (Axis axis), Banteng
(Bos sondaicus), Babi Hutan (Sus scrofa),; Famili Camelidae contohnya Unta Punuk Satu
(Camelus aromedarius); dan Famili Bovidae contohnya Tapir Brazil (Tapirus terrastris) dan Nilgae
( Boselaphus trogocamellus), family Hippotamidae contohnya Kuda nil (Hypopotamus
amphibius).
2. Ordo Primata
Yang termasuk Ordo Primata ini adalah Wau Wau Sumatra (Hylobates agilis) dan Lutung
(Presbytis cristata) . Ordo ini mempunyai ciri-ciri yaitu hampir semua jenis primata adalah
omnivora dan aboreal dan hanya sedikit yang terrestrial dan insektivora. Anggota badannnya
mudah digerakkan, berjalan dengan merapatkan seluruh telapak kakinya. Jari-jari tangan dan
kaki berjumlah 5 buah dan diakhiri dengan kuku dan ibu jarinya dapat digerakkan ke belakang.
Otak dan mata berkembang baik, penyebaran ordo ini terutama di daerah tropis. Wau Wau
Sumatra (Hylobates agilis) termasuk dalam Famili Hylobatidae karena merupakan jenis kera tak
berekor, lengannya panjang khusus untuk gerak mengayun, rambutnya sangat halus,
penyebaran di Asia Tenggara. Lutung (Presbytis cristata) termasuk dalam familia
Cercophithecidae karena tubuh tertutup mantel rambut berwarna hitam, di bagian muka ,
bawah leher dan belakang paha berwarna abu- abu, anggota tubuh dan ekor yang panjang
menunjukkan satwa ini sangat lihai bila bergerak di atas pohon, cara pengambilan makanannya
dengan cara dipetik.
3. Ordo Carnivora
Beruang Madu (Helarctos malayanus) termasuk dalam Ordo Carnivora. Ordo ini mempunyai ciri-
ciri merupakan hewan pemakan daging yang hidup terrestrial, kakinya berjari 5, kadang-kadang
4 dan bercakar. Taringnya kuat dan tajam, gerahamnya runcing, hewan ini beradaptasi radial, di
seluruh dunia kecuali pulau-pulau tertentu yang terletak di tengah samudera. Termasuk dalam
Famili Ursidae yang mempunyai ciri-ciri pendek, kebanyakan dapat memanjat pohon.
4. Ordo Proboscidae
Ordo ini memiliki 3 gigi seri bagian atas yang tunggal, jika tumbuh terus disebut gading yang
berfungsi untuk senjata dan menggali akar serta umbi-umbian. Di setiap belahan rahang
memiliki 2 geraham yang besar dengan puncak berlipat-lipat. Belalai (proboscis) merupakan
perkembangan dari hidung dan bibir sebelah atas. Kaki berbentuk seperti pilar, herbivore, hidup
berkelompok (10-100), berat badan sekitar 300-350 kg dan hidup mencapai 50 tahun. Dari ordo
ini hanya diwakili oleh satu Famili yaitu Famili Elephantidae, contohnya Gajah Asia (Elephast
maximus).
5. Ordo Perissodactyla
Nama ordo ini berasal dari kata Perisso/ganjil; dactylus/jari; sehingga hewan ini memiliki telapak
dengan jari-jari berjumlah ganjil. Berjalan dengan ujung jari (unguligrade), bersifat herbivore,
tidak memiliki kantung empedu, kepala umunya bertanduk, kulit berambut jarang dan tebal,
penyebarannnya terdapat di Amerika Selatan dan Tengah, Afrika dan Asia Selatan. Yang
termasuk dalam ordo ini adalah Zebra (Equus zebra), dan Tapir Brazil (Tapirus terrastris).

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Sistematika merupakan salah satu cabang Biologi yang membahas tentang Klasifikasi atau
penggolongan makhluk-makhluk hidup.
2. Taksonomi (Yunani: takson = jenjang+nomor = hukum, atau aturan) yang dalam arti umum
sering juga dipakai sebagai pengganti istilah Sistematik.
3. Hewan vertebrata merupakan kelompok hewan yang memiliki tulang belakang (vertebrae).
4. Pengamatan yang kami lakukan dikebun binatang gembiraloka Yogyakarta bertujuan untuk
mempelajari bagian-bagian luar tubuh aves yang penting untuk diidentifikasi dan mengenal ciri-
ciri mamalia yang penting untuk diidentifikasi.
5. Dalam mengidentifikasi klasis aves dan mamalia dapat dilkukan dengan mempelajari
morfologinya.
6. Pada pengamatan aves yang diidentifikasi meliputi bulu, paruh, sayap, jari, cakar, kaki, dan
ekor.
7. Pada pengamatan mamalia yang diidentifikasi adalah pola warne bagian dorsal dan ventral,
ukuran tubuhnya, dan letak glandula mamae.
8. Spesies aves yang kita temukan dikebun binatang gembiraloka Yogyakarta antara lain :
a) Kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea)
b) Mambruk (Goura victoria)
c) Macau merah (Ara macau)
d) Bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus)
e) Pelikan kaca mata (Pelecanus conspicillatus)

9. Spesies mamalia yang kita temukan dikebun binatang Gembira Loka Yogyakarta antara lain:
a) Banteng (Bos sondaicus),
b) Tapir brazil (Tapirus terrastris)
c) Babi hutan (Sus scrofa)
d) Nilgae (Boselapus trogocamelus)
e) Zebra (Equus zebra)
f) Wau-wau sumatra (Hylobatas agilis)
g) Unta punuk satu (Camelus dromedaries)
h) Lutung (Presbytis cristata)
i) Beruang madu (Helarctos malayanus)
j) Gajah asia (Elephast maximus)
k) Rusa tutul (Axis axis)

B. SARAN
Pada saat pengamatan spesies di Gembiro Loka sebaiknya praktikan diberi waktu yang cukup
untuk mengamati secara detail cirri-ciri morfologis dari spesies tersebut, kerna waktu yang
diberikan kurang sehingga pengamatan kurang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Iqbal. 2008. Aves, Bulu Burung . http://Iqbalali.com.2010/04/06/Aves-Bulu-Burung.html.
Diakses tanggal : 07 Desember 2010.
Andrean. 2010. Keanekaragaman Mammalia Di Indonesia.
http://aadrean.wordpress.com/2010/06/10/keanekaragaman-mammalia-di-indonesia/. Diakses
tanggal : 07 Desember 2010.
Anonim. 2010. Mamalia. http://www.gudangmateri.com/2010/03/mamalia.html. Diakses
tanggal : 07 Desember 2010
Campbell. 2003 . Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Jumani, Muhammad. 2009 .Zoologi Vertebrata.
http://mjumani.blogspot.com/2010/05/23/Zoologi-Vertebrata.html. Diakses tanggal : 07
Desember 2010
Kant, G. C., R. K. Carr.2001. Comparative of the Anatomy Vertebrates Ninth Edition. New York:
Mc Graw Hill Companies Inc.
Kardong, K.V. 2002. Vertebrates Comparative Anatomy, Function, Evolution. North America:
McGraw Hill.
Lytle,Charles,John R. Meyer. 2005.General Zoology Laboratory 14th edition. New York: Mc Graw
Hill Higher Education.
Maryati, Sri. 2000. Penuntun Biologi SMA. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Pratiwi. D. A. 2004. Buku Penuntun Biologi Untuk SMA kelas IX. Jakarta : Penerbit Erlangga
Sofa. 2008. Reproduksi Pada Mamalia dan Unggas. Jakarta : UII press. Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah Swt, karena hanya dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya
kelompok kami bisa menyelesaikan tugas Laporan Praktek Lapangan di dua tempat yaitu
di Museum Biologi dan Rumah Jamur Yogjakarta dengan baik.

Dalam penulisan laporan ini banyak pihak yang ikut memberikan bantuan baik spiritual
maupun material. Oleh karena itu kami tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih
kepada :

1. Bapak Ir. Elfien Herryanto, M.P selaku Kepala Jurusan Biologi FKIP Bio Unmuh
Jember, penanggung jawab dan dosen pendamping PKL Yogjakarta.

2. Bapak Ir. Arief Noor Akhmadi, M.P selaku dosen pendamping PKL Yogjakarta
3. Seluruh panitia praktek lapangan yang telah bekerja dengan baik.
4. Pihak travel “Alfita Jaya” yang telah memberikan transportasi selama praktek
lapangan berlangsung.
5. Seluruh teman-teman Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas
Muhammadiyah Jember khusunya yang menempuh mata kuliah PKL yang tidak
dapat kami sebutkan satu per satu.

Kami sadari sepenuhnya bahwa penulisan laporan praktek lapangan ini tidak secara
otomatis sempurna, oleh karena itu masukan, kritik dan saran sangat diharapkan demi
kesempurnaan laporan ini. Akhirnya semoga hasil penulisan laporan ini bermanfaat dan
dapat memperkaya perbendaharaan pengetahuan kita, khususnya mahasiswa biologi,
mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jember dan para pembaca yang lain.

Jember, Mei 2012

Penulis
 

DAFTAR ISI

Halaman Judul………………………………………………………………i

KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………….. ii

DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………………….. iii

BAB I      PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………… 1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………. 1

1.3 Tujuan Praktek Pengalaman Lapangan……………………………….. 2

1.3 Manfaat Praktek Pengalaman Lapangan……………………………… 3

1.4 Tahapan-tahapan Praktek Pengalaman Lapangan…………………. 3

BAB II   TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah dan Deskripsi Museum Biologi Yogjakarta……………… 4

2.2 Deskripsi Rumah Jamur Sleman Yogjakarta………………………… 6

BAB III   MATERI DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Praktek Lapangan………………………………… 23

3.2 Materi  Praktek………………………………………………………………… 23

3.2.1 Alat…………………………………………………………………………. 23

3.2.3 Bahan……………………………………………………………………… 23

BAB IV   HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan…………………………………………………………….. 24

4.2 Pembahasan…………………………………………………………………….. 30
BAB V    PENUTU

HALAMAN PENGESAHAN

Kelompok : I
Anggota :

1. Faruq Najedi ( A 420 080 010 )


2. Norma Wika J ( A 420 080 011 )
3. Devi Ranita Sari ( A 420 080 012 )
4. Yulia Ayu Suzana ( A 420 080 013 )
5. Wahyu Sudrajat ( A 420 080 014 )
6. Hetik Wulansari ( A 420 080 016 )
7. Aditya Beny S ( A 420 080 017 )
8. Tri yoga w ( A 420 080 018 )
Telah melakukan PKL di Gembira Loka Clasis Aves untuk latihan IV dan Clasis
Mamalia untuk latihan V pada mata praktikum sistematika hewan vertebrata,
dengan nilai………..

Surakarta,……..
Dosen Praktikum / Asisten

(………………………………..)
BAB I  PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Penerapan teori tanpa diadakan praktek langsung ke lapangan, tentu sangat menyimpang
dari konsep pembelajaran Contekstual Teacher Learning dan pendekatan Lingkungan.
Dengan di adakan praktek  langsung ke lapangan diharapkan dapat membuat mahasiswa/
peserta didik memperoleh pengalaman langsung mengenai objek belajar IPA.Sehingga
pembelajaran IPA di MI khususnya dapat menjadi bermakna.

Adapun objek kajian field trip atau karya wisata adalah Museum Biologi Yogjakarta dan
Kebun Binatang Gembira Loka. Di Museum Biologi Yogjakarta mahasiswa ditugaskan
untuk mengamati awetan koleksi hewan dan tumbuhan yang terdapat disana.Selain itu
mahasiswa juga menyimak penjelasan dari nara sumber di Museum Biologi
Yogjakarta.Kegiatan serupa juga dilakukan di Kebun Binatang Gembira Loka

1.2   Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut:

1)        Koleksi apa saja yang terdapat di Museum Biologi dan bagaimana
pengelolaannya?

2)        Bagaimana teknik budidaya dan pengolahan produk pasca panen dari jamur?

3)

1.3  Tujuan Praktek Kerja Lapangan

1. Tujuan Umum

-       Untuk mengetahui secara langsung bermacam-macam marga dan jenis serta suku-
suku flora dan fauna awetan  yang menjadi koleksi  di Museum Biologi Yogjakarta dan
teknik pengelolahannya.

-       Untuk mengetahui secara langsung bermacam-macam jamur  yang dibudidayakan ,


teknik budidaya, dan  pengolahan produk pasca panen dari jamur di Rumah jamur
Sleman- Yogjakarta.

-       Untuk mengetahui manfaat dari jamur khususnya bagi kesejahteraan manusia.

1. Tujuan Khusus
-       Sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek Kerja
Lapangan (PKL).

1.4     Manfaat Praktek Kerja  Lapangan

Berdasarkan tujuan yang tertulis di atas maka manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan
Praktek Kerja Lapangan ini adalah sebagai berikut :

1. Mahasiswa dapat mengetahui secara langsung bermacam-macam marga dan jenis


serta suku-suku flora dan fauna awetan  yang menjadi koleksi  di Museum Biologi
Yogjakarta dan teknik pengelolahannya.
2. Mahasiswa dapat mengetahui secara langsung bermacam-macam jamur  yang
dibudidayakan , teknik budidaya, dan  pengolahan produk pasca panen dari jamur
di Rumah jamur Sleman- Yogjakarta.
3. Mahasiswa dapat mengetahui manfaat dari jamur khususnya bagi kesejahteraan
manusia.

1.5    Tahapan-tahapan Praktek Kerja Lapangan

BAB II   TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah singkat dan deskripsi Museum Biologi Yogjakarta

Museum merupakan sebuah wahana ilmu pengetahuan dan pendidikan. Sejalan dengan
semangat itu, maka pendirian Museum Biologi sangat tepat sebagai sarana edukasi bagi
para pelajar, mahasiswa, maupun masyarakat umum untuk mempelajari Biologi,
khususnya keanekaragaman hayati.  Sejak tahun 1956, kedua museum ini bersama-sama
berada di bawah Fakultas Biologi, UGM, Yogyakarta yang kala itu masih bertempat di
Ndalem Mangkubumen, Ngasem. kondang dengan sebutan Fakultas “Kompleks
Ngasem”.

Pada perkembangan selanjutnya, atas prakarsa Dekan Fakultas Biologi Ir. Suryo
Adisewoyo (Alm.), bertepatan dengan Dies Natalis Fakultas Biologi UGM, pada tanggal
20 September 1969, diresmikanlah Museum Biologi yang terletak di Jalan Sultan Agung
No. 22 Kecamatan Mergangsan, Kotamadya Yogyakarta, Yogyakarta.
Peresmian dilakukan oleh Rektor Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Soeroso H.
Prawirohardjo, M.A. (Alm.). Museum Biologi UGM mulai dibuka untuk umum sejak 1
Januari 1970. Tahun 1969 – 2001, pengelolaan Museum Biologi ini berada di bawah
tanggungjawab Drs. Anthon Sukahar sebagai ketua tim pelaksana sekaligus Direktur
Museum yang pertama. Berturut-turut merupakan pengganti Drs. Anthon Sukahar yaitu :

 Prof. Dr. Mammed Sagi (2001 – 2003)


 Dr. RC. Hidayat Soesilohadi, MS (2003 – 2004)
 Dr. L. Hartanto Nugroho, M.Agr. (2004 – 2008)
 Drs. Trijoko, M.Si. (2008 – 2010)
 Ludmilla Fitri Untari, S.Si., M.Si. (2010 – 2011)
 Donan Satria Yudha, S.Si., M.Sc. (2012 – sekarang)
 Koleksi Museum Biologi UGM ini mengkhususkan pada koleksi flora (70%) dan
fauna (30%) = 3.752 spesimen.
 Koleksi herbarium : herbarium kering (1672 spesies dari 180 familia), herbarium
basah (350 buah), dan fosil kayu; meliputi koleksi tumbuhan rendah
(Cryptogamae) sampai dengan koleksi tumbuhan tinggi (Spermatophyta).
 Koleksi hewan (1125 spesimen) : beberapa koleksi merupakan binatang langka
dan wajib dilindungi, misalnya komodo, harimau, beruang madu, trenggiling,
burung cendrawasih, dan buaya putih.

Di Museum Biologi dapat dijumpai pula beberapa kotak Diorama.

 Di dalam setiap Diorama, terdapat satu jenis atau sekelompok hewan yang
berlatar belakang habitat mereka yang diilustrasikan pada gambar tiga dimensi.
 Dengan menyaksikan Diorama ini, maka dapat dibayangkan kehidupan nyata dan
habitat hewan-hewan tersebut.

Peranan Museum Biologi sebagai Wahana Pendidikan

 Sebagai sebuah museum mengkhususkan dalam bidang ilmu pengetahuan dan


pendidikan serta merupakan salah satu tujuan wisata, maka Museum Biologi
UGM bertujuan untuk:
 Menyimpan koleksi hayati untuk keperluan pendidikan.
 Menyelenggarakan peragaan ilmiah.
 Mengadakan pameran untuk umum sebagai sarana pengabdian masyarakat.
 Museum Biologi sebagai sumber informasi keanekaragaman hayati.
 Museum Biologi sebagai media pembelajaran keanekaragaman hayati dan
konservasi.

Jam buka Museum Biologi Yogjakarta

Senin – Kamis jam 07.30 – 13.30 WIB

Jum’at             jam 07.30 – 11.00 WIB

Sabtu               jam 07.30 – 12.00 WIB

Minggu                        jam 08.00 – 12.00 WIB

Hari Libur Nasional Tutup (Hand Out Presentasi Kunjungan Museum Biologi
Yogjakarta)

BAB VI  HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Hasil Pengamatan

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan di Museum Biologi Yogjakarta ada beberapa
jenis flora dan fauna awetan yang dapat diidentifikasi antara lain adalah sebagai berikut:

No Gambar Keterangan
1 Koleksi kucing hutan

Klasifikasi

Kingdom: animalia

Filum: cordata

Kelas: mamalia

Ordo: karnivora

Family: fellidae

Genus: Fellis

Spesies: Fellis bengalensis

2
 Koleksi kijang

Klasifikasi

Kingdom: animalia

Filum: cordata

Kelas: mamalia

Ordo: artiodactyla

Family: cervidae

Genus: muntiacus

Spesies: Muntiacus muntjak

 Koleksi kangguru

Klasifikasi

Kingdom: animalia

Filum: cordata

Kelas: mamalia

Ordo: marsupialia

Family: macropodidae

Genus: macropus

Spesies: Macropus agilis4 Klasifikasi Kancil/Pelanduk

Kingdom: animalia

Filum: cordata
Kelas: mamalia

Ordo: Artiodactyla

Family: Tragulidae

Genus: Trugulus

Spesies: Trugulus javanicus5 Klasifikasi Garangan Jawa

Kingdom: animalia

Filum: cordata

Kelas: mamalia

Ordo: Artiodactyla

Family: Herpestidae

Genus: Herpestes

Spesies: Herpestes javanicus6 Klasifikasi Beruang madu

Kingdom: animalia

Filum: cordata

Kelas: mamalia

Ordo: Carnivora

Family: Ursidae

Genus: Helaictos

Spesies:Helaictos malayanus7 Koleksi insekta Musem Bio UGM Yogjakarta8 Koleksi


biji-bijian Museum Biologi UGM9 Koleksi spermatophyta

Museum Biologi UGM10  Koleksi tanaman toga

Museum Biologi UGM

1. Laos (Alpinia galanga.SW)


2. Pegagan (Centella asiantica Urb.)
3. Secang (Caesalpinia sappan.L)
4. Temu ireng (Curcuma Aeruginusa.Roxb)
5. Kunyit putih (Curcuma zedoaria(Berg)Roscoe)
6. Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb)
7. Tapak liman (Elephantopus scaber.L)
8. Daun encok (Plumbago zeylanica.L)
9. Jahe (Zingiber officinale.Rosc)

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan di Rumah Jamur Sleman- Yogjakarta ada
beberapa jenis jamur budidaya yang dapat diidentifikasi antara lain adalah sebagai
berikut:

No Gambar Keterangan
1

Jamur Lingzhi siap panen

 Jamur tiram siap panen

 Proses pengepakan serbuk kayu yang telah di campur nutrisi4 Pemadatan media agar
menyerupai kayu lapuk5 Penyimpanan back log pada rak6 Inokulasi back log7 Ruang
sterilisasi media8 Alat pengatur kelembaban dan suhu dalam sterilisasi9 Peletakan bibit
jamur dengan media yang telah steril pada lahan budidaya

4.2 Pembahasan

4.2.1 Cara pengelolaan koleksi flora dan fauna di Museum Biologi Yogjakarta

Pengelolaan koleksi flora meliputi:

1. Pembuatan herbarium basah

Bahan yang dipersiapkan


1. Tanaman lengkap (ada akar, batang, daun, bunga, buah)
2. Botol museum
3. Aquades
4. Formalin
5. Asam asetat
6. Cuprisulfat (cuso4)
7. Lem kaca/parafin

Langkah-langkah  pembuatannya

 Pengambilan tanaman, lengkap (ada akar, batang, daun, bunga dan buah jika ada).
 Pembuatan larutan dengan perbandingan.
 1000 cc aquades
 25 cc      formalin 40%
 1    cc     asam asetat
 15 gram cuso4
 Tanaman dimasukkan kedalam botol museum terus diisi dengan larutan bahan
kimia tersebut sampai tanaman terendam.
 Botol museum yang sudah berisi tanaman dan larutan bahan kimia terus ditutup
dengan lem kaca/parafin.
 Pemberian label atau etiket tempel pada botol museum yang berisi tentang
identitas tanaman.

Pembuatan herbarium kering

 Alat dan bahan yang disiapkan


 Tanaman
 Kertas koran
 Kertas karton
 Tali
 Sublimat
 Alkohol
 Langkah-langkah  pembuatannya
1. Pengambilan tanaman, lengkap (ada akar, batang, daun, bunga dan buah jika ada).
2. Tanaman di bungkus kertas koran dan dipres dengan sasak/pengepres dari kayu
3. Pengeringan dengan sinar matahari langsung atau pengeringan dengan oven listrik
4. Pemberian larutan sublimat + alkohol (setiap 1000 cc alkohol 70 % + 40 gram
sublimat).
5. Pengeringan kembali dengan sinar matahari langsung atau pengeringan dengan
listrik
6. Penempelan  herbarium pada kertas herbarium dan diberi etiket tempel yang
berisi catatan-catatan penting

PENGAWETAN KULIT

Pesiapan Bahan Dan Alat

Burung /tupai

Tawas 450 gr, boric acit 400 gr, 1 batang detergen, alkohol 40 %, secukupnya, formalin
40% secukupnya.

Catatan :sublimat bahan berbahaya koleksi harus tertutup rapat.

Langkah kerja

1. Pembiusan

Tujuan pembiusan adalah cara terbaik agar binatang mati dalam keadaan tidak terluka,
jadi tidak memperbanyak jahitan

1. Membuat catatan

Sesudah kita mendapatkan binatang yang telah mati maka tindakan pertama kita adalah
membuat catatan yang meliputi :

 Nama dan jenis kelamin binatang


 Tanggal diperoleh
 Nama yang mendapatkan
 Ukuran tubuh panjang dan seluruh ukuran , ekor,kaki, jari dan berat badan
 Warna mata dan warna iris paruh kaki serta bagian tubuh lainnya yang tertutup
bulu pada burung dan binatang menyusui pada moncong serta bibirnya
 Ukuran mata
3. Menguliti

Membuat torehan di median perut mulai dari perut pada titik di depan alat kelamin luar.
Pelepasan kulit diteruskan ke bagian belakang potong pangkal kaki belakang tetapi
upayakan kulit jangan sampai terpotong. Setelah kedua kaki belakang terlepas teruskan
pengulitan ke belakang keluarkan kulit ekor pegang dengan ibu jari. Selanjutnya
pengulitanditeruskan ke depan setelah sampai pada kaki depan keluarkan kaki depan
seperti perlakuan pada kaki belakang

Lanjutkan pengulitan sampai bagian kepalahati hati setalah sampai pada pangkal telinga.
potong pangkal telinga jangan sampai merusak dain telinga Lanjutkan pengulitan sampai
hidung dan bibir hati hati saat melepas kulit dari tulang rawan hidung dan rahang bawah
Jika kulit sudah terlepas semua taburi kulit dari sebelah dalam dengan boraks sampai
merata hilangkan lemak dan sisa sisa jaringan pengikat dengan menggunakan pinset
scapel Buat gulungan kapas sebesar tubuh binatang yang sudah dikuliti sebagai pengganti
bagian yang dikeluarkan Jahit mulut pada mamalia dua lubang di bibir bawah dan satu
dilubang hidung  Masuk kan kawat yang sudah dibalut kapas ke dalam ekor

PENGAWETAN SERANGGA

 Dalam membuat koleksi serangga maka pekerjaan yang dilakukan adalah:


 Menangkap.
 Mematikan.
 Memasang dalam spanblok.
 Mengeringkan.
 Determinasi
 Khusus untuk kupu-kupu
 dengan hati-hati torax dipijit sehingga mati, dimasukkan kedalam kertas papilot
yaitu kertas halus yang bentuk segi empat. Yang ujung-ujungnya dilipat seperti
contoh gambar.
 Dibawah satu kertas papilot hanya satu kupu-kupu. Apabila kupu- kupu yang
dimasukkan kertas papilot belum mati sehingga dipasang dalam spanblok harus
dimatikan dulu dalam chloroform

Memasang Dalam Spanblok

 Pekerjaan ini sering disebut denga istilah OPSETTEN. Syarat-syarat untuk dapat
diopset. Ialah stadium imago dengan syarat atena, sayap, warna bulu semua
kakinya harus masih utuh. Semua bagian tersebut merupakan bagian yang penting
untuk indentifikasi
 Menusukkan Dengan Jarum Insecta
Penusukan dimaksudkan untuk mempermudah dipegang dan dipelajari. Serangga yang
besar dan sedang harus ditusuk vertical melalui badannya. Sedang yang kecil dengan cara
carding atau staging

ATURAN UMUM

 Kira-kira dari sepertiga jarum, harus terletak diatas badan serangga.


 Untuk ordo Coleoptera (kumbang) harus ditusuk melalui pangkal sayap (clytero),
kanan sehingga sedemikian rupa jarum keluar pada bagian bawah pasangan kaki
tengah.
 Sebagai patokan itu, jarum terletak sama jauh dari pangkal sayap

Proses pengeringan

 Dengan panas matahari dalam wadah ( Drogkist) dari seng


 Dengan lampu listrik dalam wadah (Drogkist) dari seng atau almari khusus
 Dengan alat khusus yang diberi zat absortbens untuk mengisap
 Penyimpanan

Serangga yang telah dideterminasi  diberi etequete lalu disimpan didalam doos, doos
penyimpan koleksi harus diberi pencegah supaya tidak busuk atau dimakan semut, yaitu
diberi kanfer diletakkan di almari almari yang diberi lampu listrik. BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan koleksi museum biologi di kategorikan
sebagai berikut :

 Koleksi Museum Biologi UGM ini mengkhususkan pada koleksi flora (70%) dan
fauna (30%) = 3.752 spesimen.
 Koleksi herbarium : herbarium kering (1672 spesies dari 180 familia), herbarium
basah (350 buah), dan fosil kayu; meliputi koleksi tumbuhan rendah
(Cryptogamae) sampai dengan koleksi tumbuhan tinggi (Spermatophyta).
 Koleksi hewan (1125 spesimen) : beberapa koleksi merupakan binatang langka
dan wajib dilindungi, misalnya komodo, harimau, beruang madu, trenggiling,
burung cendrawasih, dan buaya putih.
 Di dalam setiap Diorama, terdapat satu jenis atau sekelompok hewan yang
berlatar belakang habitat mereka yang diilustrasikan pada gambar tiga dimensi.
 Dengan menyaksikan Diorama ini, maka dapat dibayangkan kehidupan nyata dan
habitat hewan-hewan tersebut.
Untuk setiap kategori koleksi tersebut memiliki teknik penanganan perawatan yang
berbeda.

LAPORAN OBSERVASI BIOLOGI

SPESIES MAMALIA, AVES DAN REPTILIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Biologi di SD

Dosen Pengampu : Subuh Anggoro, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh Kelas II A :

1.         Nur Laeli                                  ( 0901100006 )

2.         Fahmi Prabawati                       ( 0901100025 )

3.         Riza Milawati                            ( 0901100028 )

4.         Erna Yanti                                ( 0901100030 )

5.         Sri Purnama Sari                       ( 0901100031 )

6.         Astrie Primanintyas A. P.          ( 0901100049 )

7.         Yuli Fitriyana                            ( 0901100105 )

PROGRAM STUDI PGSD S1

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

2010

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-
Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas laporan observasi ini tanpa halangan dan tepat
pada waktunya. Untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Subuh Anggoro, S.Pd, M.Pd selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Biologi
di SD yang telah membantu dalam penyusunan laporan observasi ini.
2. Orang Tua yang telah mendukung penyusunan laporan observasi ini dari segi
materi maupun non materi.
3. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu segala sesuatunya sehingga
laporan observasi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penyusun berharap semoga laporan observasi ini dapat bermanfaat guna menambah
wawasan dan pengetahuan baik bagi penyusun khususnya maupun pembaca pada
umumnya.

Penyusun menyadari bahwa laporan observasi ini jauh dari sempurna, penyusun mohon
maaf apabila di dalam penyusunan laporan observasi ini terdapat kesalahan yang
sekiranya kurang berkenan di hati pembaca.

Purwokerto,         Juli 2010

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata
Pengantar……………………………………………………………………………………
…. ii

Daftar
Isi……………………………………………………………………………………………
…… iii

BAB I
PENDAHULUAN…………………………………………………………………………
…… 1

1. Latar
Belakang……………………………………………………………………………
….. 1
2. Tujuan………………………………………………………………………………
….. 1
3. Jenis dan
Waktu………………………………………………………………………………
….. 2
4. Objek /
Sasaran……………………………………………………………………………
……. 2
BAB II
PEMBAHASAN……………………………………………………………………………
….. 3

1. Spesies
Mamalia……………………………………………………………………………
….. 3
2. Spesies
Aves………………………………………………………………………………
……. 14
3. Spesies
Reptilia……………………………………………………………………………
…. 24

BAB III
PENUTUP…………………………………………………………………………………
…… 34

1. Kesimpulan…………………………………………………………………………
.. 34
2. Saran………………………………………………………………………………
….. 34

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………
…. 36

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Untuk memenuhi tugas Biologi SD mengenai Spesies Hewan, penyusun melakukan


pengamatan dan penelitian terhadap berbagai jenis hewan sesuai dengan spesiesnya.
Penyusun melakukan pengamatan dan penelitian tersebut di Kebun Binatang
Gembiraloka, Yogyakarta.

Di Kebun Binatang Gembiraloka terdapat banyak sekali spesies hewan, termasuk hewan-
hewan langka yang dilindungi. Namun yang penyusun amati hanyalah tiga spesies saja,
yakni spesies Mamalia, Aves dan Reptilia. Penyusun mengamati bentuk dan ciri-ciri
hewan yang ada, lalu penyusun buat menjadi sebuah laporan.

Untuk melengkapi laporan tersebut, penyusun juga mengamati hewan-hewan yang sudah
dalam pengawetan di Museum Biologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Keterangan-keterangan yang belum penyusun peroleh di Kebun Binatang, penyusun cari
di Museum Biologi tersebut. Semua materi tentang hewan-hewan yang penyusun amati
akan disajikan secara lengkap dalam laporan ini. Semoga bermanfaat.

1. TUJUAN

Tujuan disusunnya laporan ini antara lain adalah sebagai berikut :

1.
1. Untuk mengetahui jenis jenis hewan dari spesies Mamalia, Aves dan
Reptilia beserta ciri-ciri fisik yang dimilikinya,
2. Untuk mengetahui cara hidup dan habitat dari jenis-jenis hewan Mamalia,
Aves dan Reptilia,
3. Untuk mengetahui perbedaan dan ciri utama yang dimiliki dari masing-
masing hewan Mamalia, Aves dan Reptilia.

1. JENIS DAN WAKTU

Jenis observasi yang penyusun lakukan adalah observasi lingkungan hidup dunia
binatang khususnya mengenai “Spesies Mamalia, Aves dan Reptilia”.

Waktu pelaksanaan observasi “Spesies Mamalia, Aves dan Reptilia” yang telah penyusun
laksanakan adalah sebagai berikut :

Hari         : Sabtu

Tanggal   : 17 Juli 2010

1. OBJEK / SASARAN

Objek lokasi / sasaran pelaksanaan observasi yang telah penyusun laksanakan ada 2 (dua)
tempat, yakni di Kebun Binatang dan di Museum.

 Di Kebun Binatang :

Kebun Binatang Gembiraloka, Yogyakarta.

 Di Museum :

Museum Biologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

BAB II

PEMBAHASAN

1. SPESIES MAMALIA
Spesies Mamalia yang kelompok kami amati di Kebun Binatang “Gembira Loka” adalah
sebagai berikut :

1.
1. Gajah Asia

Gambar :

Phylum : Animalia

Sub phylum      : Chordata

Classis              : Mammalia

Ordo                : Proboscidea

Familia : Elephantidae

Genus               : Elephas

Species            : Elephas Maximus

Nama Lokal     : Gajah Asia

Keterangan :

Gajah asia berbeda daripada Gajah afrika. Gajah asia memiliki telinga lebih kecil sedikit
daripada Gajah afrika, mempunyai dahi yang rata, dan dua bonggol di kepalanya
merupakan puncak tertinggi gajah, dibandingkan dengan Gajah afrika yang mempunyai
hanya satu bonggol di atas kepala. Selain itu, ujung belalai Gajah Asia hanya mempunyai
1 bibir, sementara Gajah Afrika mempunyai 2 bibir di ujung belalai. Kedua jenis kelamin
Gajah Afrika mempunyai gading, sedangkan Gajah Asia hanya jantan yang mempunyai
gading yang terlihat jelas.

Persebaran gajah di Asia meliputi India, Asia Tenggara termasuk Indonesia bagian barat
dan Sabah (Malaysia Timur). Di Indonesia, gajah terdapat di Sumatera (Gajah sumatera)
dan di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur (Gajah borneo).

Gajah termasuk dalam kategori hewan herbivora. Ia menghabiskan 16 jam sehari untuk
mengumpulkan makanan. Makanannya terdiri atas sedikitnya 50% rumput, ditambah
dengan dedaunan, ranting, akar, dan sedikit buah, benih dan bunga. Karena gajah hanya
mencerna 40% dari yang dimakannya, mereka harus mengkonsumsi makanan dalam
jumlah besar. Gajah dewasa dapat mengkonsumsi 300 hingga 600 pon (140-270 kg)
makanan per hari. Enam puluh persen dari makanan tersebut tertinggal dalam tubuh gajah
dan tidak dicerna.

Sebagai anggota dari kelas mammalia, gajah berkembangbiak dengan cara melahirkan
dari masa kehamilan kurang lebih 22 bulan. Pada saat lahir, bayi gajah memiliki berat
sekitar 120kg dengan tinggi 90cm, dan bayi gajah adalah salah satu bayi mammalia
terbesar di dunia.

Gajah hidup di dalam urutan sosial yang terstruktur. Kehidupan sosial dari jantan dan
betina sangat berbeda. Betina menghabiskan hampir seluruh hidupnya di dalam satu
kelompok keluarga yang terdiri atas ibu, anak perempuan, saudara perempuan, dan bibi.
Kelompok ini dipimpin oleh gajah betina tertua dan ketika seekor gajah betina sedang
mengandung, maka 2 – 3 gajah betina lainnya akan menemani hingga si ibu gajah
melahirkan. Sedangkan jantan dewasa menghabiskan waktunya dalam kehidupan sendiri
(tidak berkelompok).

1.
1. Unta

Gambar :

Phylum : Animalia

Sub phylum      : Chordata

Classis              : Mammalia

Ordo                : Artiodactyla

Familia : Camelidae

Genus               : Camelus

Species            : Camelus dromedarius

Nama Lokal     : Unta atau Onta

Keterangan :

Unta atau Onta adalah dua spesies hewan berkuku genap dari genus Camelus (satu
berpunuk tunggal – Camelus dromedarius, satu lagi berpunuk ganda – Camelus
bactrianus) yang hidup ditemukan di wilayah kering dan gurun di Asia dan Afrika Utara.
Rata-rata umur harapan hidup unta adalah antara 30 sampai 50 tahun.
Domestikasi unta oleh manusia telah dimulai sejak kurang lebih 5.000 tahun yang lalu.
Pemanfaatan unta antara lain untuk diambil susu (yang memiliki nilai nutrisi lebih tinggi
dari pada susu sapi) serta dagingnya, dan juga digunakan sebagai hewan pekerja.

Mereka memiliki range temperatur udara yang mampu membunuh mayoritas makhluk
hidup. Selain itu, mereka mampu untuk tidak makan dan minum selama beberapa hari.

Ada banyak hal yang membuat mereka mampu beradaptasi. Salah satunya adalah
punuknya. Banyak orang mengira punuknya menyimpan air, tapi sebenarnya tidak.
Punuk unta menyimpan lemak khusus, yang pada suatu saat bisa diubah menjadi air
dengan bantuan oksigen hasil respirasi. Satu gram lemak yang ada pada punuk unta bisa
diubah menjadi satu gram air.

Kemampuan adaptasi lainnya yang luar biasa adalah, sistem respirasinya meninggalkan
sedikit sekali jejak uap air. uap air yang keluar dari paru-paru diserap kembali oleh
tubuhnya melalui sel khusus yang terdapat di hidung bagian dalam, membentuk kristal
dan suatu saat dapat diambil.

Tubuh unta dapat bertahan hingga pada suhu 41 derajat celcius. Lebih dari itu, unta mulai
berkeringat. Penguapan dari keringat yang terjadi hanya pada kulitnya, bukan pada
rambutnya. Dengan cara pendinginan yang efisien itu, unta mampu menghemat air cukup
banyak.

Unta mampu bertahan dengan kehilangan massa sekitar 20%-25% selama berkeringat.
Mayoritas makhluk hidup hanya mampu bertahan hingga kehilangan massa sekitar 3%-
4% sebelum terjadi gagal jantung akibat mengentalnya darah. Meski unta kehilangan
banyak cairan tubuh, darahnya tetap terhidrasi, hingga batas 25% tercapai.

Ada banyak hal mengapa darah unta tidak mengental pada kondisi di mana darah
mayoritas makhluk hidup sudah mengental. Sel darah merah unta berbentuk oval, bukan
bulat seperti makhluk hidup lainnya. Unta juga memiliki sistem imunitas yang cukup
unik. Semua mamalia memiliki antibodi berbentuk Y dengan dua rantai panjang
sepanjang Y itu dengan dua rantai pendek di setiap ujung dari Y tersebut, tapi unta hanya
memiliki dua rantai panjang yang menjadikannya berbentuk lebih kecil sehingga
mengurangi kemungkinan darah akan mengental.

Ginjal dan usus mereka sangat efisien dalam menyaring air. Bentuk urin mereka sangat
kental dan kotoran mereka sangat kering sehingga bisa langsung dibakar ketika
dikeluarkan.

1.
1. Rusa Tutul
Gambar :

Phylum : Animalia

Sub phylum      : Chordata

Classis              : Mammalia

Ordo                : Artiodactyla

Familia : Cervidae

Genus               : Axis

Species            : Axis axis

Nama Lokal     : Rusa Tutul

Keterangan :

Rusa jenis tutul berasal dari daerah India dan Ceylon. Bulunya halus berwarna
coklat sawo matang dan bermotif totol putih, berat badan dewasa 75 – 100 kg. Berat
lahir 3 – 3,5 kg, panjang badan 150 cm, tinggi badan 110 – 140 cm.

Hidup berkelompok (2-6 ekor/kelompok) dan aktif pada siang hari, habitatnya
padang rumput, semak, pada batas hutan yang ada sumber air minum Pakannya
adalah rumput dan daun-daunan, ia dapat ditemukan pada ketinggian 1000 – 1200
meter diatas permukaan laut.

Siklus hidup : dewasa kelamin 1,5 – 2 tahun. Masa kehamilannya 7 – 7,5 bulan,
jumlah anak per kelahiran 1 ekor. Interval kelahirannya 1 tahun, ranggah hanya
dimiliki oleh rusa jantan, yang mempunyai tingkat pertumbuhan sebagai berikut :

} Pedicle (tempat tumbuhnya tunas ranggah)

} Velvet (ranggah muda yang diselimuti oleh bulu halus )

} Ranggah keras sampai lepas (casting)

Rataan setiap tahap pertumbuhan ranggah masing-masing adalah :

} Ranggah velvet 148,8+ 11,44 hari

} Ranggah keras 208,8 = 3,44 hari

} Tanpa ranggah 373, 6 + 11,52 hari


Dari tahap pertumbuhan tersebut dapat disimpulkan bahwa periode terlama dari
tahap pertumbuhan ranggah dalam satu siklus berada pada tahap ranggah keras
dimana pada periode ini rusa jantan berada pada masa aktif reproduksi dengan
kisaran pada bulan JUNI-FEBRUARI.

1.
1. Beruang Madu

Gambar :

Phylum : Animalia

Sub phylum      : Chordata

Classis              : Mammalia

Ordo                : Carnivora

Familia : Ursidae

Genus               : Helarctos

Species            : Helarctos malayanus

Nama Lokal     : Beruang Madu

Keterangan :

Beruang madu termasuk famili ursidae dan merupakan jenis paling kecil dari kedelapan
jenis beruang yang ada di dunia. Beruang ini adalah fauna khas provinsi Bengkulu
sekaligus dipakai sebagai simbol dari provinsi tersebut. Beruang madu juga merupakan
maskot dari kota Balikpapan. Beruang madu di Balikpapan dikonservasi di sebuah hutan
lindung bernama Hutan Lindung Sungai Wain.

Panjang tubuhnya 1,40 m, tinggi punggungnya 70 cm dengan berat berkisar 50 – 65 kg.


Bulu beruang madu cenderung pendek, berkilau dan pada umumnya hitam, matanya
berwarna cokelat atau biru,selain itu hidungnya relatif lebar tetapi tidak terlalu
moncong..Jenis bulu beruang madu adalah yang paling pendek dan halus dibandingkan
beruang lainnya, berwarna hitam kelam atau hitam kecoklatan, di bawah bulu lehernya
terdapat tanda yang unik berwarna oranye yang dipercaya menggambarkan matahari
terbit. Berbeda dengan beruang madu dewasa, bayi beruang madu yang baru lahir
memiliki bulu yang lebih lembut, tipis dan bersinar. Karena hidupnya di pepohonan maka
telapak kaki beruang ini tidak berbulu sehingga ia dapat bergerak dengan kecepatan
hingga 48 kilometer per jam dan memiliki tenaga yang sangat kuat.

Kepala beruang madu relatif besar sehingga menyerupai anjing yakni memiliki telinga
kecil dan berbentuk bundar. Beruang jenis ini memiliki lidah yang sangat panjang dan
dapat dipanjangkan sesuai dengan kondisi alam untuk menyarikan madu dari sarang
lebah di pepohonan. Selain itu, lidah yang panjangnya dapat melebihi 25 cm itu juga
digunakan untuk menangkap serangga kecil di batang pohon. Beruang madu memiliki
penciuaman yang sangat tajam dan memiliki kuku yang panjang di keempat lengannya
yang digunakan untuk mempermudah mencari makanan.

Beruang madu lebih sering berjalan dengan empat kaki, dan sangat jarang berjalan
dengan dua kaki seperti manusia. Lengan beruang jenis ini cukup lebar dan memiliki
kuku melengkung serta berlubang yang memudahkannya memanjat pohon. Kuku tangan
yang melengkung digunakan oleh beruang ini untuk menggali rayap, semut dan sarang
lebah dan beruang yang sedang mencari madu akan segera menghancurkan kayu yang
masih hidup dan segar dan bahkan berusaha untuk menggaruk pohon yang kayunya
keras. Rahang beruang madu tidak proporsional karena terlalu besar sehingga tidak dapat
memecahkan buah-buah besar seperti kelapa.

Gigi beruang ini lebih datar dan merata dibandingkan dengan jenis beruang lain, gigi
taringnya cukup panjang sehingga menonjol keluar dari mulut. Ukuran tulang tengkorak
kepala beruang madu pada umunya memiliki panjang tengkorak 264,5 mm, panjang
condylobasal 241,3 mm, lebar zygomatic 214,6 mm, lebar mastoid 170,2 mm, lebar
interorbital 70,5 mm, lebar maxilla 76,2 mm.

Beruang madu hidup di hutan-hutan primer, hutan sekunder dan sering juga di lahan-
lahan pertanian, mereka biasanya berada di pohon pada ketinggian 2 – 7 meter dari tanah,
dan suka mematahkan cabang-cabang pohon atau membuatnya melengkung untuk
membuat sarang. Mereka memakan aneka buah-buahan dan tanaman hutan hujan tropis,
termasuk juga tunas tanaman jenis palem. Mereka juga memakan serangga, madu,
burung, dan binatang kecil lainnya.

1.
1. Kuda

Gambar :

Phylum : Animalia

Sub phylum      : Chordata

Classis              : Mammalia
Ordo                : Perissodactyla

Familia : Equidae

Genus               : Equus

Species            : Equus caballus

Nama Lokal     : Kuda

Keterangan :

Kuda (Equus caballus) adalah salah satu dari sepuluh spesies modern mamalia dari genus
Equus. Hewan ini telah lama merupakan salah satu hewan ternak yang penting secara
ekonomis, dan telah memegang peranan penting dalam pengangkutan orang dan barang
selama ribuan tahun. Kuda dapat ditunggangi oleh manusia dengan menggunakan sadel
dan dapat pula digunakan untuk menarik sesuatu, seperti kendaraan beroda, atau bajak.
Pada beberapa daerah, kuda juga digunakan sebagai sumber makanan. Walaupun
peternakan kuda diperkirakan telah dimulai sejak tahun 4500 SM, bukti-bukti
penggunaan kuda untuk keperluan manusia baru ditemukan terjadi sejak 2000 SM.

Kuda-kuda yang ringan, seperti kuda Arab, Morgan, Quarter Horse, Paint dan
Thoroughbred beratnya bisa mencapai sekitar 590 kg. Kuda yang “berat” atau kuda
beban, seperti misalnya Clydesdale, Draft, Percheron, dan Shire beratnya dapat mencapai
hingga 907 kg.

1. SPESIES AVES

Spesies Aves yang kelompok kami amati di Kebun Binatang “Gembira Loka” adalah
sebagai berikut :

1.
1.

Kakak Tua Jambul Kuning

Gambar :

Phylum : Animalia

Sub phylum      : Chordata

Classis              : Aves
Ordo                : Psittaciformes

Familia : Cacatuidae

Genus               : Cacatua

Species            : Cacatua sulphurea

Nama Lokal     : Kakaktua-Kecil Jambul-Kuning

Keterangan :

Kakatua-kecil Jambul-kuning atau dalam nama ilmiahnya Cacatua sulphurea adalah


burung berukuran sedang, dengan panjang sekitar 35 cm, dari marga Cacatua. Burung ini
hampir semua bulunya berwarna putih. Di kepalanya terdapat jambul berwarna kuning
yang dapat ditegakkan. Kakatua-kecil jambul-kuning berparuh hitam, kulit di sekitar
matanya berwarna kebiruan dan kakinya berwarna abu-abu. Bulu-bulu terbang dan
ekornya juga berwarna kuning. Burung betina serupa dengan burung jantan.

Daerah sebaran kakatua-kecil jambul-kuning adalah Kepulauan Sunda Kecil, Sulawesi,


Bali, dan Timor, di tempat yang masih terdapat hutan-hutan primer dan sekunder. Pakan
unggas cerdas dan gemar berkawanan ini terdiri dari biji-bijian, kacang, dan aneka buah-
buahan. Burung betina menetaskan antara dua sampai tiga telur dalam sarangnya di
lubang pohon.

Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut untuk
perdagangan, serta daerah dan populasi dimana burung ini ditemukan sangat terbatas,
kakatua-kecil jambul-kuning dievaluasikan sebagai kritis di dalam IUCN Red List.
Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix I.

1.
1. Kasuari Gelambir Dua

Gambar :

Phylum : Animalia

Sub phylum      : Chordata

Classis              : Aves

Ordo                : Struthioniformes
Familia : Casuariidae

Genus               : Casuarius

Species            : Casuarius casuarius

Nama Lokal     : Kasuari Gelambir Dua

Keterangan :

Kasuari Gelambir Dua atau dalam nama ilmiahnya Casuarius casuarius adalah salah satu
burung dari tiga spesies Kasuari. Burung dewasa berukuran besar, dengan ketinggian
mencapai 170cm, dan memiliki bulu berwarna hitam yang keras dan kaku. Kulit lehernya
berwarna biru dan terdapat dua buah gelambir berwarna merah pada lehernya. Di atas
kepalanya terdapat tanduk yang tinggi berwarna kecoklatan. Burung betina serupa
dengan burung jantan, dan biasanya berukuran lebih besar dan lebih dominan.

Burung Kasuari mempunyai kaki yang besar dan kuat dengan tiga buah jari pada masing-
masing kakinya. Jari-jari kaki burung ini sangat berbahaya karena diperlengkapi dengan
cakar yang sangat tajam. Seperti umumnya spesies burung-burung yang berukuran besar,
burung Kasuari Gelambir Dua tidak dapat terbang.

Populasi Kasuari Gelambir Dua tersebar di hutan dataran rendah di Australia, pulau Irian
dan pulau Seram di provinsi Maluku. Spesies ini merupakan satu-satunya burung di
marga Casuarius yang terdapat di benua Australia. Pakan burung Kasuari Gelambir Dua
terdiri dari aneka buah-buahan yang terjatuh di dasar hutan.

Burung Kasuari biasanya hidup sendiri, berpasangan hanya pada waktu musim berbiak.
Anak burung dierami dan dibesarkan oleh burung jantan.

1.
1. Merak Hijau

Gambar :

Phylum : Animalia

Sub phylum      : Chordata

Classis              : Aves

Ordo                : Galliformes
Familia : Phasianidae

Genus               : Pavo

Species            : Pavo muticus

Nama Lokal     : Merak Hijau

Keterangan :

Merak Hijau atau dalam nama ilmiahnya Pavo muticus adalah salah satu burung dari tiga
spesies merak. Seperti burung-burung lainnya yang ditemukan di suku Phasianidae,
Merak Hijau mempunyai bulu yang indah. Bulu-bulunya berwarna hijau keemasan.
Burung jantan dewasa berukuran sangat besar, panjangnya dapat mencapai 300cm,
dengan penutup ekor yang sangat panjang. Di atas kepalanya terdapat jambul tegak.
Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan. Bulu-bulunya kurang mengilap,
berwarna hijau keabu-abuan dan tanpa dihiasi bulu penutup ekor.

Populasi Merak Hijau tersebar di hutan terbuka dengan padang rumput di Republik
Rakyat Cina, Indocina dan Jawa, Indonesia. Sebelumnya Merak Hijau ditemukan juga di
India, Bangladesh dan Malaysia, namun sekarang telah punah di sana. Walaupun
berukuran sangat besar, Merak Hijau adalah burung yang pandai terbang.

Pada musim berbiak, burung jantan memamerkan bulu ekornya di depan burung betina.
Bulu-bulu penutup ekor dibuka membentuk kipas dengan bintik berbentuk mata. Burung
betina menetaskan tiga sampai enam telur.

Pakan burung Merak Hijau terdiri dari aneka biji-bijian, pucuk rumput dan dedaunan,
aneka serangga, serta berbagai jenis hewan kecil seperti laba-laba, cacing dan kadal kecil.

1.
1. Burung Hantu

Gambar :

Phylum : Animalia

Sub phylum      : Chordata

Classis              : Aves

Ordo                : Strigiformes
Familia : Strigidae

Genus               : Ketupa

Species            : Ketupa ketupu

Nama Lokal     : Burung Hantu

Keterangan :

Burung hantu dikenal karena matanya besar dan menghadap ke depan, tak seperti
umumnya jenis burung lain yang matanya menghadap ke samping. Bersama paruh yang
bengkok tajam seperti paruh elang dan susunan bulu di kepala yang membentuk
lingkaran wajah, tampilan “wajah” burung hantu ini demikian mengesankan dan
terkadang menyeramkan. Apalagi leher burung ini demikian lentur sehingga wajahnya
dapat berputar 180 derajat ke belakang.

Umumnya burung hantu berbulu burik, kecoklatan atau abu-abu dengan bercak-bercak
hitam dan putih. Dipadukan dengan perilakunya yang kerap mematung dan tidak banyak
bergerak, menjadikan burung ini tidak mudah kelihatan; begitu pun ketika tidur di siang
hari di bawah lindungan daun-daun.

Ekor burung hantu umumnya pendek, namun sayapnya besar dan lebar. Rentang
sayapnya mencapai sekitar tiga kali panjang tubuhnya.

Kebanyakan jenis burung hantu berburu di malam hari, meski sebagiannya berburu ketika
hari remang-remang di waktu subuh dan sore (krepuskular) dan ada pula beberapa yang
berburu di siang hari.

Mata yang menghadap ke depan, sehingga memungkinkan mengukur jarak dengan tepat;
paruh yang kuat dan tajam; kaki yang cekatan dan mampu mencengkeram dengan kuat;
dan kemampuan terbang tanpa berisik, merupakan modal dasar bagi kemampuan berburu
dalam gelapnya malam. Beberapa jenis bahkan dapat memperkirakan jarak dan posisi
mangsa dalam kegelapan total, hanya berdasarkan indera pendengaran dibantu oleh bulu-
bulu wajahnya untuk mengarahkan suara.

Burung hantu berburu aneka binatang seperti serangga, kodok, tikus, dan lain-lain.

Sarang terutama dibuat di lubang-lubang pohon, atau di antara pelepah daun bangsa
palem. Beberapa jenis juga kerap memanfaatkan ruang-ruang pada bangunan, seperti di
bawah atap atau lubang-lubang yang kosong. Bergantung pada jenisnya, bertelur antara
satu hingga empat butir, kebanyakan berwarna putih atau putih berbercak.

1.
1. Julang Emas
Gambar :

Phylum : Animalia

Sub phylum      : Chordata

Classis              : Aves

Ordo                : Coraciiformes

Familia : Bucerotidae

Genus               : Aceros

Species            : Aceros undulatus

Nama Lokal     : Julang Emas

Keterangan :

Tubuh Julang Emas berukuran besar (100 cm). Punggung, sayap dan perutnya berwarna
hitam. Ekornya putih.  Pada burung jantan, kepala berwarna krem. Bulu harus kemerahan
bergantung dari tengkuk. Kantung leher kuning tidak berbulu dengan setrip hitam.

Pada burung betina, kepala dan leher berwarna hitam. Kantung leher biru. Iris merah,
paruh kuning dengan tanduk kecil kerenyut, kaki hitam. Terbang dengan kepakan sayap
yang berat dan suara keras. Terbang berpasangan atau dalam kelompok kecil.

Makanan burung ini adalah buah-buahan, Ficus, kepiting, kodok. Sarang berupa lubang
pohon yang ditutupi kotoran, dengan betina terkurung didalamnya. Telurnya berwarna
putih berbintik merah dan coklat, jumlah 1-2 butir. Berbiak pada bulan Juli-September.

Habitat burung ini adalah di hutan dataran rendah, perbukitan.


Tersebar sampai ketinggian 2.000 m dpl. Persebaran burung ini antara lain ada di daerah
India Timur, Cina Barat daya, Asia tenggara, Semenanjung Malaysia. Sumatera,
Kalimantan, Jawa, Bali.

1. SPESIES REPTILIA

Spesies Reptilia yang kelompok kami amati di Kebun Binatang “Gembira Loka” adalah
sebagai berikut :

1.
1. Komodo

Gambar :

Phylum : Animalia

Sub phylum      : Chordata

Classis              : Reptilia

Ordo                : Squamata

Familia : Varanidae

Genus               : Varanus

Species            : Varanus komodoensis

Nama Lokal     : Komodo

Keterangan :

Komodo merupakan kadal terbesar di dunia, dengan rata-rata panjang 2-3 m. Ukurannya
yang besar ini berhubungan dengan gejala gigantisme pulau, yakni kecenderungan
meraksasanya tubuh hewan-hewan tertentu yang hidup di pulau kecil terkait dengan tidak
adanya mamalia karnivora di pulau tempat hidup komodo, dan laju metabolisme komodo
yang kecil. Karena besar tubuhnya, kadal ini menduduki posisi predator puncak yang
mendominasi ekosistem tempatnya hidup.

Komodo ditemukan oleh peneliti barat tahun 1910. Tubuhnya yang besar dan reputasinya
yang mengerikan membuat mereka populer di kebun binatang. Habitat komodo di alam
bebas telah menyusut akibat aktivitas manusia dan karenanya IUCN memasukkan
komodo sebagai spesies yang rentan terhadap kepunahan. Biawak besar ini kini
dilindungi di bawah peraturan pemerintah Indonesia dan sebuah taman nasional, yaitu
Taman Nasional Komodo, didirikan untuk melindungi mereka.

Di alam bebas, komodo dewasa biasanya memiliki massa sekitar 70 kilogram, namun
komodo yang dipelihara di penangkaran sering memiliki bobot tubuh yang lebih besar.
Komodo tidak memiliki indera pendengaran, meski memiliki lubang telinga. Biawak ini
mampu melihat hingga sejauh 300 m, namun karena retinanya hanya memiliki sel
kerucut, hewan ini agaknya tak begitu baik melihat di kegelapan malam. Komodo mampu
membedakan warna namun tidak seberapa mampu membedakan obyek yang tak
bergerak. Komodo menggunakan lidahnya untuk mendeteksi rasa dan mencium stimuli,
seperti reptil lainnya, dengan indera vomeronasal memanfaatkan organ Jacobson, suatu
kemampuan yang dapat membantu navigasi pada saat gelap.

Komodo adalah hewan karnivora. Walaupun mereka kebanyakan makan daging bangkai,
penelitian menunjukkan bahwa mereka juga berburu mangsa hidup dengan cara
mengendap-endap diikuti dengan serangan tiba-tiba terhadap korbannya.

1.
1. Biawak

Gambar :

Phylum : Animalia

Sub phylum      : Chordata

Classis              : Reptilia

Ordo                : Squamata

Familia : Varanidae

Genus               : Varanus

Species            : Varanus salvatori

Nama Lokal     : Biawak

Keterangan :

Biawak sangat menyerupai ular, dengan badan yang ramping, leher serta ekor yang
panjang dan lidah bercabang. Kepalanya besar, ujung meruncing dan dapat
ditegakkan/diangkat ke atas. Otaknya dilapisi tulang yang keras yang berguna untuk
melindungi otak dari tekanan ketika menelan mangsanya yang besar. Hewan ini
mempunyai gigi yang panjang. berujung tunggal, agak melengkung dan kadang-kadang
bergerigi pada sisi belakangnya. Kulitnya mempunyai warna coklat tua dan terdapat
bentukan melingkar seperti cincin berwarna kuning, dari dada sampai ekor. Hewan ini
disebut juga biawak papua, dengan panjang tubuh bisa mencapai 4 m.

Perilaku : Hewan ini mampu memanjat  pohon dengan cekatan, karena dilengkapi dengan
jari-jari yang amat  kuat, tetapi juga perenang yang bagus. Ekornya digunakan untuk
menjaga keseimbangan pada saat hewan berenang dan untuk mempertahankan diri dari
musuh-musuhnya. Ekornya tidak dapat di tanggalkan seperti pada kadal-kadal lainnya.
Biawak mampu menelan mangsa yang besar seperti yang dilakukan oleh ular.

Reproduksi : Berkembang biak dengan cara bertelur. Telur-telurnya akan dimasukkan di


sebuah lubang, ditimbun dengan pasir dan daun-daunan. Penetasan terjadi dengan adanya
pemanasan dari sinar matahari. Setelah menetas anaknya akan keluar sendiri dari
cangkangnya.

Pakan : Biawak bersifat predator, senang memangsa hewan lain apapun dapat
dikalahkannya. Hewan yang masih kecil akan memakan serangga sedang yang dewasa
memakan Mamalia, burung, Reptilia  lain dan juga telur. Di KRKB Gembira Loka,
hewan ini diberi pakan daging sapi, daging kuda.

Habitat : Biawak hidup di tepi-tepi sungai dan di kolam. Daerah penyebaran Biawak
yaitu di Asia Tenggara.

1.
1. Sanca Bodo

Gambar :

Phylum : Animalia

Sub phylum      : Chordata

Classis              : Reptilia

Ordo                : Squamata

Familia : Pythonidae

Genus               : Python

Species            : Python molurus

Nama Lokal     : Sanca Bodo

Keterangan :

Sanca bodo (Python molurus) adalah sejenis ular anggota keluarga (familia) ular besar
(Boidae) dan termasuk anak suku ular sanca. Ada dua anak jenis yang diakui: Python
molurus molurus yang dijumpai di anakbenua India dan P. m. bivittatus Kuhl (1920)
yang hidup secara alami di Indocina, Jawa, Bali, Sumbawa, dan sebagian Sulawesi.
Anakjenis bivittatus ada yang mencapai panjang lebih dari lima meter. Rentang habitat
mencakup sebagian besar daerah tropis dan subtropis. Wilayah jelajahnya mencakup
berbagai habitat hutan namun selalu tidak terlalu jauh dari air dan kadang-kadang, daerah
pemukiman manusia. Dalam beberapa dekade terakhir, ular ini juga menjadi penghuni
liar hutan di Florida, Amerika Serikat, sebagai hewan invasif akibat para pemeliharanya
melepaskan hewan ini begitu saja ke alam liar.

Ular ini memangsa berbagai vertebrata, namun paling besar adalah babi atau rusa tutul.
Sebagaimana jenis sanca lainnya, sanca bodo bertelur dan betinanya “mengerami”.
Akibat perburuan dan perusakan habitat, sanca bodo oleh IUCN dimasukkan sebagai
spesies “hampir terancam”.

1.
1.

Sanca Jaring

Gambar :

Phylum : Animalia

Sub phylum      : Chordata

Classis              : Reptilia

Ordo                : Squamata

Familia : Pythonidae

Genus               : Python

Species            : Python reticulatus

Nama Lokal     : Sanca Jaring

Keterangan :

Species ini merupakan hewan terbesar dalam genusnya. Kepala besar, sehingga tetap
kelihatan apabila dibenamkan dalam tubuhnya. Tubuhnya mempunyai sisik dengan pola
warna tertentu yang sangat spesifik dan mencolok, menyerupai warna tinta sehingga
sangat menarik. Polanya membentuk gambaran seperti jaring-jaring maka disebut juga
ular sanca jaring. Tubuhnya dapat menjadi panjang 7,5 m. Hewan ini mempunyai taji
yang terletak didekat kloaka.
Perilaku : Selama hidupnya hewan ini mengalami beberapa kali pergantian kulit. Ular
sanca jaring akan merendam seluruh tubuhnya di dalam air dan tidak .makan, setiap kali
akan mengalami pergantian kulit. Pengelupasan kulit dimulai dari kepala menuju ke
daerah ekor. Apabila pergantian kulit sudah selesai, ular ini baru mau makan lagi. Reptil
ini termasuk jenis reptil yang agresif apabila merasa terganggu oleh makhluk hidup
sekitarnya. Belitannya sangat mematikan.

Reproduksi : Ular sanca jaring berkembang biak dengan cara bertelur. Fertilisasi terjadi
di dalam. Hewan betina akan mengeluarkan telurnya 3-4 bulan setelah terjadi
perkawinan. Sekali masa bertelur, hewan ini mengeluarkan 8-100 butir telur, dan
dieramiselama 2-3 bulan.

Pakan : Ular sanca jaring lebih suka memakan mamalia yang kecil-kecil, tetapi burung,
katak, Reptil dan ikan juga dimangsanya. Hewan ini membunuh mangsanya bukan
dengan patukannya tetapj dengan cara membelit. Di KRKB  Gembira Loka, hewan ini di
beri pakan bebek hidup. Pemberian pakan dilakukan ‘tiap dua minggu sekali dengan
jumlah dua ekor.

Habitat : Ular ini lebih suka hidup didekat tempat pemukiman manusia dari pada dihutan
atau di tempat terbuka. Daerah penyebarannya : Burma sampai kepulauan

1.
1. Kura-kura Darat

Gambar :

Phylum : Animalia

Sub phylum      : Chordata

Classis              : Reptilia

Ordo                : Testudinata

Familia : Ernydidae

Genus               : Land

Species            : Land tortoises

Nama Lokal     : Kura-kura Darat

Keterangan :
Kura-kura adalah hewan bersisik berkaki empat yang termasuk golongan reptil. Bangsa
hewan yang disebut (ordo) Testudinata (atau Chelonians) ini khas dan mudah dikenali
dengan adanya ‘rumah’ atau batok (bony shell) yang keras dan kaku.

Batok kura-kura ini terdiri dari dua bagian. Bagian atas yang menutupi punggung disebut
karapaks (carapace) dan bagian bawah (ventral, perut) disebut plastron. Kemudian setiap
bagiannya ini terdiri dari dua lapis. Lapis luar umumnya berupa sisik-sisik besar dan
keras, dan tersusun seperti genting; sementara lapis bagian dalam berupa lempeng-
lempeng tulang yang tersusun rapat seperti tempurung. Perkecualian terdapat pada
kelompok labi-labi (Trionychoidea) dan jenis penyu belimbing, yang lapis luarnya tiada
bersisik dan digantikan lapisan kulit di bagian luar tempurung tulangnya.

Dalam bahasa Indonesia, kita mengenal tiga kelompok hewan yang termasuk bangsa ini,
ialah penyu (bahasa Inggris: sea turtles), labi-labi atau bulus (freshwater turtles), dan
kura-kura (tortoises). Dalam bahasa Inggris, dibedakan lagi antara kura-kura darat (land
tortoises) dan kura-kura air tawar (freshwater tortoises atau terrapins).

BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Setelah penyusun mengamati berbagai jenis hewan dari spesies yang berbeda-beda,
penyusun menjadi tahu apa saja ciri-ciri dan juga jenis-jenis hewan dari spesies mamalia,
aves dan reptilia. Penyusun menjadi tahu akan banyak hal.

Lalu dari uraian materi yang telah dipaparkan di atas, penyusun menyimpulkan bahwa
Mamalia adalah spesies yang hidup dengan ciri utama melahirkan dan menyusui
anaknya. Aves adalah classis hewan yang mempunyai sayap, ia bisa terbang dengan
sayap tersebut. Namun ada beberapa jenis aves yang tidak bisa terbang karena sayap yang
dimiliki tidak bisa menopang berat tubuh mereka. Kemudian reptil. Reptil adalah classis
hewan yang dapat hidup dalam dua lingkungan yang berbeda, yaitu lingkungan air dan
lingkungan daratan

Masing-masing classis mempunya ciri-ciri tersendiri sesuai dengan lingkungan hidup


mereka. Ciri tersebut adalah bentuk tubuh, cara bertingkah laku atau adaptasi, habitat
maupun jenis makanan. Ciri-ciri tersebut adalah bertujuan untuk mempertahankan hidup
mereka.

1. SARAN

Demikian yang dapat penyusun paparkan, semoga apa  yang ada dapat bermanfaat untuk
penyusun khususnya, dan pembaca pada umumnya.
Sedikit saran dari penyusun, sebagai calon seorang pendidik, hendaknya kita mengetahui
tentang apa yang ada di sekitar kita. Seperti hewan-hewan misalnya. Setidaknya kita
mengetahui apa saja jenis hewan disekitar kita, hewan yang dilindungi, hewan yang
sudah punah atau hampir punah, hewan yang ada di darat maupun di laut dan sebagainya
supaya mudah dalam mengajar. Supaya anak didik juga lebih termotivasi untuk belajar,
mencari dan menemukan sesuatu yang bermanfaat untuk kehidupan mereka, Dan untuk
menambah pengetahuan mereka.

Lebih diharapkan lagi, kita hafal klasifikasi dari hewan-hewan tersebut, sehingga
nantinya kita akan lebih mudah mengajarkan pada anak didik kita kelak. Semoga anak
didik kita akan termotivasi untuk dapat hafal dan faham akan  klasifikasi hewan juga
kelak.

DAFTAR PUSTAKA

AB I PENDAHULUANA.
 
Latar Belakang
M
useum Biologi di Jl. Sultan Agung, Yogyakarta. Museum ini berdirisejak tahun1964,
sebagai museum khusus milik Fakultas BiologiUniversitas Gajah Mada Yogyakartayang
berisikoleksiberbagaimacamherbariumbasahdankering,berbagaijenisbinatangdankerangkanya,aquarium,danbuku-bukubidangBiologi.
Sebagiandiantaranyadiperagakandalambentuk dioramayangmemperlihatkankehidupanbinatangdantumbuh-tumbuhan.Keberadaan
museuminitidak lepas daripenyediaan sarana pendidikan tentang flora dan fauna
diIndonesia,yangdiberikan oleh salah satu perguruan tinggi tertua di Indonesia.Dirintis
sejak terbentuknyaMuseumZooligicumpadatahun1964,yangmenempatisalahsaturuangdiSekip,Sleman,DIY,
didalamKampus UGM, yang dipimpin oleh Prof. drg. R.G. Indrojono dan koleksiherbariumyang
menempati sebagian gedung di Jalan Sultan Agung 22Yogyakarta, yang dipimpin olehProf.
Ir.MoesoSuryowinoto.PengelolaankeduanyaditanganiolehFakultasBiologi,yangpadawaktuitubertempat di nDalem
Mangkubumen, Ngasem, Yogyakarta,yang lebih dikenal dengan namafakultas-fakultas
"Kompleks Ngasem".Koleksi hewan dan tumbuhan pada waktu itu berasaldari Seksi
Zoologidan Anatomi Fakultas Kedokteran UGM, dan Seksi BotaniFakultasPertanian
UGM.Atas prakarsa Dekan Fakultas Biologi, yang pada waktu itudijabatolehIr.SoerjoSodo
Adisewoyo,padatanggal20September1969,yaitupadapenringatanDiesNatalis Fakultas Biologi, Museum
Biologi.Museum Biologi UGM Yogyakarta merupakan museum khusus atau
museumpendidikan yang memamerkan benda-benda hayati dan benda-benda lain yang
berhubungandengan lingkungan hidup. Benda-benda koleksi daribinatang dan tumbuhan
yang adaberjumlah lebih kurang 3.752 buah,dalam bentuk awetan kering, awetan basah,
kerangka(tulang), fosil danlain-lain yang sebagian besar berasal dari Indonesia, dan
beberapa dariluarnegeri.DiMuseuminipengunjungdapatmelihatberanekaragamhewan,tentunyayangsudahmatidansudah
diawetkan, baik denganpengawetan basah (dimasukkan dalam cairan
formalin)maupunpengawetan kering. Ada juga tumbuhan atau buah-buahan yang
sudahdiawetkan(herbarium).Adaberanekaragamkaranglaut,tengkorakataukerangkahewandanjugamanusia.Selain
ituadajugakoleksitulangyangsudahmenjadifosil.KoleksiInsecta(kupu-kupudankumbang).Pada koleksi yang
dipamerkan dilengkapi dengan keterangan sepertiketerangan nama,bahkandibeberapaitemketeranganyang
menyertailebihlengkap,sepertimisalnyajenishewanXmakanannya apa, hidupnya dimana, siklus hidupnya,
dan sebagainyaPrses pengawetan hewan menjadi hewan awetan memiliki beberapa cara
tergantunghewan yang akan diawetkan dan memerlukan tenaga ahli untuk melakukan
pengawetan mulaidari pemilihan hewan sampai proses pengawetannya.Maka penulis
tertarik untuk membahas proses pengawetan hewan menjadi hewanawetan , dengan
tujuan untuk menambah wawasan para pembaca mengenai hewan awe

 
dalam kehidupan tersebutdiperlukan suatu cara atau metode.Pengawetantumbuhan dan hewan
sangat diperlukan terutama untuk memenuhikebutuhan pada masa yang a k a n
d a t a n g , " d a l a m m e m b a n t u " perkembangan ilmu.
Awetanrangka dan anatomi tumbuhan maupun hewan
seringd i p e r l u k a n s e b a g a i a l a t p e r a g a
dalamkegiatan belajar mengajar biologi di
kelas.A d a n y a a w e t a n y a n g d i b u a t
s e n d i r i s a n g a t m e m b a n t u p e n g a d a a n
a l a t p e r a g a d a n k o l e k s i . T a n p a
a d a n y a p e n g a w e t a n y a n g
b a i k , t u m b u h a n d a n hewan yang ditemukan
dan dikoleksikan maka akan
m e n g a l a m i kerusakan,misalnya pengerutan atau pembusukan

1.

H e r b a r i u m

Herbarium adalah tumbuhan yang dikeringkan dan direkatkan pada kertasmanila,diberi


nama dan keterangan secara lengkap, atau dapat pula diartikan sebagailembaga
atautempat menyimpan herbarium spesimen. Pada awalnya herbariummerupakan
tempatmenyimpan tanaman atau tumbuhan yang memiliki khasiat obat.Herbarium
berfungsisebagai:1.Tempat koleksi tumbuhan2.Tempat pemeliharaan fosiltumbuhan3.Tempat
aktivitas ilmuan sistematika4.Tempat penelitiansistematika tumbuhan.5.Pemeliharaan data
vegetasi ,6.Tempatsarana membelajaran botani phansrogamae.7.Bahan identifikasi
dandeterminasi.8.Bukti kekayaan tumbuhan dari suatu daerah.9.Bahan tukarmenukar kekayaan
alam tumbuhan dari berbagai daerah.Untuk membuat suat u herbarium sederhana diperlukan
beberapa peralatan yang terdiridari:1. Cangkul atau sekop.2.Gunting tanaman kecil.3.
Pisau saku atau pisau silet.4. Sabit panjang.5.Vasculum/tromol/kantong plastik ukuran 55
cm x 80 cm.6. Sasag untuk mengepres ukuran 55c m x 4 0 c m . 7 . B i n o k u l e r
l a p a n g a n . 8 . K e r t a s k o r a n . 9 . P i t a m e t e r a n . 1 0 . A l t i m e t e r . 1 1 . Label, note
book, pinsil, kertas koleksi, dan lem.12. Kamera (tustel).13. Bahan pengawet(sublimat,
alkohol, formalin).

2.

Insektarium

Salah satu cara yang baik untuk mempelajari serangga diantaranya ialahpergike lapangan dan
kemudian kita mengadakan koleksi terhadapserangga-seranggatersebut. Akan tetapi
mempelajari serangga tidak mungkin dilakukandi lapangan setiap jam pelajaran. Hal ini
disebabkan karena terbatasnyawaktu jam pelajaran. Untuk mengatasi hal tersebut dapat
dilakukandengan cara mengadakan koleksi terhadapserangga tersebut dan
selanjutnyamengawetkannya.Mempelajari serangga dengan menggunakan koleksi
seranggayang telahdiawetakan akan lebih menarik dibandingkan dengan hanya
mempelajariserangga dari buku saja maupun mengamati gambar serangga yang ada pada
buku.Tanpadiawetkan serangga-serangga tersebut mungkin hanya dapat dipakai satu kali
praktikumtetapi jika diawetkan dapat dipergunakan selama mungkin. Denganmengawetkan
serangga yang telah dikoleksi kita ti dak perlu sering mengadakan koleksiyang mungkin
akan mengganggu keseimbangan alam.

B.

Museum Biologi UGM Yogyakarta1.

Sekilas Tentang Museum Biologi

Museum Biologi UGM mulai dibuka untuk umum sejak 1 Januari 1970. Tahun 1969-
2001, pengelolaan Museum Biologi ini berada di bawah tanggung jawab Drs.
AnthonSukahar sebagai ketua tim pelaksana sekaligus Direktur Museum yang
pertama.Koleksi Museum Biologi UGM ini adalah berbagai macam flora dan fauna yang
diawetkan.Koleksi tersebut adalah sebagai berikut :

3.752 buah koleksi herbarium (awetan) dalam bentuk herbarium kering, herbarium
basah,kerangka, serta fosil.

70% merupakan preparat tanaman

30% lainnya berupa preparat hewan.Koleksi yang didapat museum ini sebagian besar
berasal dari Indonesia, sedangkan sisanya berasaldari luar negeri yang merupakan
sumbangan dari para peneliti, dosen, maupun masyarakat. Beberapakoleksi merupakan
koleksi binatang langka yang wajib dilindungi, misalnya komodo, harimau,beruang
madu, trenggiling, burung cendrawasih, dan buaya putih. Untuk koleksi
tumbuhannyameliputi koleksi tumbuhan rendah (Cryptogamae) sampai dengan koleksi
tumbuhan tinggi(Spermatophyta) yang diawetkan dalam bentuk herbarium kering (1672
species dari 180 familia) danherbarium basah (350 buah).Perawatan yang dilakukan
terhadap koleksi museum ini, khususnya untuk koleksi fauna, adalahdengan memasukkan
awetan fauna-fauna tersebut ke dalam freezer selama dua kali dalam satu kaliperawatan.
Tujuannya adalah untuk membunuh telur serangga yang kemungkinan menempel
padaawetan tersebut. Bisa juga perawatan tersebut dilakukan dengan melakukan radiasi
terhadap awetantersebut untuk membunuh telur serangga yang menempel pada awetan.
Perawatan ini biasanyadilakukan satu kali dalam setahun. Di museum Biologi tersebut
dapat dijumpai pula beberapa kotak Diorama. Di dalam setiap kotak Diorama terdapat
satu jenis atau sekelompok hewan yang berlatarbelakang habitat mereka yang
diilustrasikan pada gambar tiga dimensi. Dengan melihat diorama inimaka dapat
dibayangkan kehidupan nyata dan habitat hewan-hewan tersebut.Selain koleksi awetan
hewan dan tumbuhan, terdapat pula ruang display untuk pengamatan
 

mikroskopis.Sebagai sebuah museum yang mengkhususkan dalam bidang ilmu


pengetahuan dan pendidikan, sertamerupakan salah satu tujuan wisata, maka Museum
Biologi UGM bertujuan untuk :

menyimpan koleksi hayati untuk keperluan pendidikan


 

menyelenggarakan peragaan ilmiah

mengadakan pameran untuk umum sebagai sarana pengabdian masyaraka

Cara Membuat Taksidermi (Awetan Kering Hewan)


Agustus 7, 2009 suhadinet Tinggalkan Komentar Go to comments
 
 
 
 
 
 
 
6 Votes

Taksidermi adalah hewan hasil pengawetan, biasanya golongan vertebrata yang dapat
dikuliti. Pada pembuatan taksidermi, hewan dikuliti, organ-organ dalam dibuang, untuk
selanjutnya dibentuk kembali seperti bentuk aslinya. Ewan-hewan vertebrata yang sering
dibuat taksidermi misalnya berbagai jenis mamalia, kadal atau reptil, dsb. Taksidermi
seringkali dipergunakan sebagai bahan referensi untuk identifikasi hewan vertebrata, juga
menunjukkan berbagai macam ras yang dimiliki suatu spesies. Selain itu, tentu saja
taksidermi dapat dijadikan sebagai media pembelajaran biologi.
Alat dan bahan yang diperlukan antara lain: (1) bak bedah; (2) alat-alat bedah seperti
gunting dan pinset; (3) alat-alat dan bahan pembius misal kloroform dan sungkup; (4)
kawat, benang, kapas, dan jarum jahit; (5) zat pengawet seperti boraks atau tepung tawas,
formalin; (6) air.
Cara pembuatan taksidermi adalah sebagai berikut.
Pertama:
Potong otot-otot paha dan pisahkan tulang paha dari persendian dan pangkal paha,
keluarkan bagian ini.
Kedua:
Potonglah otot-otot pada tumit, keluarkan jaringan lunak pada telapak kaki dengan jalan
mengirisnya. Keluarkan semua bagian kaki lainnya yang masih tertinggal di dalam kulit.
Ketiga:
Ulangi langkah pertama dan kedua di atas untuk bagian tangan, dan ekor.
Keempat:
Untuk bagian kepala, lepaskan kulit secara hati-hati, sertakan telinga, kelopak mata pada
kulit. Jaga jangan sampai robek. Potonglah tulang rawan hidung dan biarkan melekat
pada kulit. Potonglah bagian kepala dan leher, bersihkan bekas-bekas otak dengan cara
menyemprotkan air.
Kelima:
Balikkan kulit dan bersihkan dari sisa daging dan lemak.
Keenam:
Basuh bagian permukaan dalam kulit tubuh dengan boraks, demikian pula untuk ekor,
kaki, tangan dan tengkorak kepala.
Ketujuh:
Sebagai pengganti mata, gunakan bola mata tiruan. Bentuk tubuh hewan kembali dengan
menggunakan kapuk dan kawat, lalu jahit dengan rapi.
Kedelapan:
Atur posisi hewan sebagaimana kebiasan hewan sewaktu masih hidup.
Kesembilan:
Pajang taksidermi pada tempat-tempat yang aman dan terhindar dari serangan serangga,
bersih dan kering. Insektisida, atau kamper (naftalen) dapat ditambahkan untuk mencegah
serangan jamur. Ada baiknya taksidermi disimpan dalam boks kaca.

Pembuatan awetan spesimen diperlukan untuk tujuan pengamatan spesimen


secara praktis tanpa harus mencari bahan segar yang baru. Terutama untuk spesimen-
spesimen yang sulit di temukan di alam. Awetan spesimen dapat berupa awetan basah
atau kering. untuk awetan kering, tanaman diawetkan dalam bentuk herbarium,
sedangkan untuk mengawetkan hewan dengan sebelumnya mengeluarkan organ-organ
dalamnya. Awetan basah, baik untuk hewan maupun tumbuhan biasanya dibuat dengan
merendam seluruh spesimen dalam larutan formalin 4%.
A.    Cara Pembuatan Awetan Kering
1.      Awetan pada tumbuhan
a. Membuat Herbarium
Awetan kering tumbuhan disebut herbarium, alat dan bahan yang digunakan yaitu:
1)      karton/duplek
2)      kertas Koran
3)      sasak dari bambu/tripleks
4)      sampel tanaman
5)      alat tulis

Cara pembuat herbarium yaitu sebagai berikut:


1)      Jika memungkinkan, kumpulkan tumbuhan secara lengkap, yaitu akar, batang, daun dan
bunga. Tubuhan berukuran kecil dapat diambil seluruhnya secara lengkap. Tumbuhan
beukuran besar cukup diambil sebagian saja, terutama ranting, daun, dan jika ada,
bunganya.
2)      Semprotlah dengan alcohol 70% untuk mencegah pembusukan oleh bakteri dan jamur.
3)      Sediakan beberapa kertas Koran ukuran misalnya 32× 48 cm.
4)      Atur dan letakkan bagian tumbuhan diatas Koran. Daun hendaknya menghadap ke atas
dan sebagian menghadap ke bawah terhadap kertas Koran tersebut. Agar posisinya
baik,dapat dibantu dengan mengikat tangkai/ranting dengan benang yang dijahitkan ke
kertas membentuk ikatan.
5)      Tutup lagi dengan Koran. Deikian seterusnya hingga kalian dapat membuat beberapa
lembar.
6)      Terakhir tutup lagi dengan Koran, lalu jepit kuat-kuat dengan kayu/bamboo, ikat dengan
tali. Hasil ini disebut specimen.
7)      Simpan selama 1-2 minggu ditempat kering dan tidak lembab.

Catatan:
a) Di udara lembab, specimen dijemur dibawah terik matahari atau didekat api.
b) Secara periodic gantilah kertas Koran yang lembab/basah dengan yang kering beberapa
kali. Kertas yang lembab dapat dijemur untuk digunakan beberapa kali.
c) Jangan menjemur dengan membuka kertas Koran yang menutupinya. Menjemur
specimen tidak boleh terlalu lama sebab proses pengeringan yang terlalu cepat hasilnya
kurang baik.
d) Jika telah kering, ambil specimen tumbuhan dan tempelkan di atas kertas karton
ukuran32 × 48 cm. Caranya harus pelan-pelan dan hati-hati. Bagian-bagian tertentu
dapat diisolasi agar dapat melekat pada kertas herbarium.
e) Buatlah tabel yang memuat: nama kolektor, nomor koleksi (jika banyak), tanggal,nama
specimen (ilmiah, daerah), nama suku/famili dan catatan khusus tentang bunga, buah atau
ciri lainnya.
f) Tutup herbarium dengan plastic. g) Jika disimpan, tumpukan herbarium harus diberi
kapur barus (kamfer)
Awetan yang telah dibuat kemudian dimasukkan dalam daftar inventaris koleksi.
Pencatatan dilakukan kedalam field book/collector book. sedangkan pada herbarium
keterangan tentang tumbuhan dicantumkan dalam etiket. Dalam herbarium ada dua
macam etiket, yaitu etiket gantung yang berisi tentang; nomer koleksi, inisial nama
kolektor, tanggal pengambilan spesimen dan daeran tingkat II tempat pengambilan (untuk
bagian depan) dan nama ilmian spesimen (untuk bagian belakang).
Pada etiket tempel yang harus dicantumkan antara lain; kop( kepala surat) sebagai
pengenal indentitas kolektor/lembaga yang menaungi, (No)nomer koleksi,(dd)tanggal
ambil, familia, genus, spesies, Nom. Indig(nama lokal), (dd) tanggal menempel,
(determinasi)nama orang yang mengidentifikasi spesimen itu, (insula) pulau tempat
mengambil, (m. alt) ketinggian tempat pengambilan dari permukaan air laut, (loc)
kabupaten tempat pengambilan, dan (annotatione) deskripsi spesimen tersebut.

2.      Awetan pada hewan

Taksidermi adalah hewan hasil pengawetan, biasanya golongan vertebrata yang dapat
dikuliti. Pada pembuatan taksidermi, hewan dikuliti, organ-organ dalam dibuang, untuk
selanjutnya dibentuk kembali seperti bentuk aslinya. Ewan-hewan vertebrata yang sering
dibuat taksidermi misalnya berbagai jenis mamalia, kadal atau reptil, dsb. Taksidermi
seringkali dipergunakan sebagai bahan referensi untuk identifikasi hewan vertebrata, juga
menunjukkan berbagai macam ras yang dimiliki suatu spesies. Selain itu, tentu saja
taksidermi dapat dijadikan sebagai media pembelajaran biologi.
Alat dan bahan yang diperlukan antara lain: (1) bak bedah; (2) alat-alat bedah seperti
gunting dan pinset; (3) alat-alat dan bahan pembius misal kloroform dan sungkup; (4)
kawat, benang, kapas, dan jarum jahit; (5) zat pengawet seperti boraks atau tepung tawas,
formalin; (6) air.

Cara pembuatan taksidermi adalah sebagai berikut.


a.       Potong otot-otot paha dan pisahkan tulang paha dari persendian dan pangkal paha,
keluarkan bagian ini.
b.      Potonglah otot-otot pada tumit, keluarkan jaringan lunak pada telapak kaki dengan jalan
mengirisnya. Keluarkan semua bagian kaki lainnya yang masih tertinggal di dalam kulit.
c.       Ulangi langkah pertama dan kedua di atas untuk bagian tangan, dan ekor.
d.      Untuk bagian kepala, lepaskan kulit secara hati-hati, sertakan telinga, kelopak mata pada
kulit. Jaga jangan sampai robek. Potonglah tulang rawan hidung dan biarkan melekat
pada kulit.
e.       Potonglah bagian kepala dan leher, bersihkan bekas-bekas otak dengan cara
menyemprotkan air.
f.       Balikkan kulit dan bersihkan dari sisa daging dan lemak.
g.      Basuh bagian permukaan dalam kulit tubuh dengan boraks, demikian pula untuk ekor,
kaki, tangan dan tengkorak kepala.
h.      Sebagai pengganti mata, gunakan bola mata tiruan. Bentuk tubuh hewan kembali dengan
menggunakan kapuk dan kawat, lalu jahit dengan rapi.
i.        Atur posisi hewan sebagaimana kebiasan hewan sewaktu masih hidup.
Pajang taksidermi pada tempat-tempat yang aman dan terhindar dari serangan serangga,
bersih dan kering. Insektisida, atau kamper (naftalen) dapat ditambahkan untuk mencegah
serangan jamur. Ada baiknya taksidermi disimpan dalam boks kaca.

Kerangka katak yang diawetkan dapat digunakan untuk media pembelajaran macam-
macam bentuk tulang. Cara membuat awetan rkering angka katak adalah sebagai berikut:
a.       Lepaskan semua kulit dan daging dari tulang secara hati-hati. Jangan sampai persendian
terputus. Upayakan sebersih mungkin, sampai daging yang melekat pada rangka
seminimal mungkin.
b.      Rendam rangka katak dalam bubur kapur. Bubur kapur dapat dibuat dengan melarutkan
CaO ke dalam air, dengan menambahkan sedikit KOH.
c.       Bila tulang telah bersih, cucilah bubur kapur dari rangka.
d.      Keringkan rangka dan atur posisinya pada suatu landasan yang telah disediakan terlebih
dahulu.
e.       Pernis rangka katak tersebut, sehingga tampak lebih menarik dan membuat tulang-tulang
menjadi lebih awet.
f.       Beri label atau keterangan pada awetan yang sudah jadi tersebut
Membuat insektarium
      Insectarium adalah sampel jenis serangga hidup yang ada di kebun binatang, atau
museum atau pameran tinggal serangga. Insectariums sering menampilkan berbagai jenis
serangga dan arthropoda yang mirip, seperti laba-laba, kumbang, kecoa, semut, lebah,
kaki seribu, kelabang, jangkrik, belalang, serangga tongkat, kalajengking dan Belalang
sembah alat2 dan bahan2nya mungkin belum tercantum, tetapi mungkin ini sangat
membantu.
a.       Tangkaplah serangga dengan menggunakan jaring serangga. Hati-hati terhadap serangga
yang berbahaya.
b.      Matikan serangga dengan jalan memasukkannya ke dalam kantong plastik yang telah
diberi kapas yang dibasahi kloroform.
c.        Serangga yang sudah mati dimasukkan ke dalam kantong atau stoples tersendiri. Kupu2
dan capung dimasukkan ke dalam amplop dengan hati2 agar sayapnya tidak patah.
d.      Suntiklah badan bagian belakang serangga dengan formalin 5%. Sapulah  (dengan kuas)
bagian tubuh luar dengan formalin 5%.
e.       Sebelum mengering, tusuk bagian dada serangga dengan jarum pentul.
f.       Pengeringan cukup dilakukan di dalam ruangan pada suhu kamar. Tancapkan jarum
pentul pada plastik atau karet busa.
g.      Untuk belalang, rentangkan salah satu sayap ke arah luar. Untuk kupu-kupu, sayapnya
direntangkan pada papan perentang atau kertas tebal sehingga tampak indah. Begitu juga
capung.
h.      Setelah kering, serangga dimasukkan ke dalam kotak insektarium (dari karton atau kayu).
Di dalamnya juga dimasukkan kapur barus (kamper).
i.        Beri label (di sisi luar kotak) yang memuat catatan khusus lainnya.

B.     Cara Pembuatan Awetan Basah


1.      Awetan pada tumbuhan
Berikut ini adalah langkah-langkah untuk membuat media pembelajaran berupa awetan
basah tumbuhan lumut.
a.       Bersihkan kotoran dan tanah dari tumbuhan lumut yang ingin diawetkan.
b.      Siapkan larutan fiksatif dengan komposisi: (1) asam asetat glasial sebanyak 5 ml; (2)
formalin sebanyak 10 ml; (3) etil alkohol sebanyak 50 ml. Selanjutnya untuk
mempertahankan warna hijau lumut, dapat pula ditambahkan ke dalam larutan fiksatif
tadi larutan tembaga sulfat dengan komposisi: (1) tembaga sulfat 0,2 gram; dan (2)
aquades sebanyak 35 ml.
c.       Matikan lumut dengan merendamnya ke dalam larutan fiksatif yang telah ditambahkan
larutan tembaga sulfat tadi. Biasanya diperlukan 48 jam perendaman.
d.      Siapkan tempat berupa botol penyimpanan yang bersih, kemudian isi dengan alkohol
70% sebagai pengawetnya.
e.      Masukkan lumut yang telah siap tadi dalam botol penyimpanan, atur posisinya sehingga
mudah diamati.
f.        Buatkan label berupa nama spesies lumut tanpa mengganggu pengamatan.
g.       Awetan basah tumbuhan lumut siap digunakan. Secara berkala atau bila perlu, misalnya
larutan menjadi keruh atau berkurang, gantilah dengan larutan pengawet yang baru secara
hati-hati.

2.      Awetan pada hewan


Berikut ini langkah-langkah membuat awetan basah.
a.       Siapkan spesimen yang akan diawetkan.

b.      Sediakan formalin yang telah diencerkan sesuai dengan keinginan.


c.       Masukkan spesimen pada larutan formalin yang telah ada dalam botol jam dan telah
diencerkan.
d.      Tutup rapat botol dan kemudian diberi label yang berisi nama spesimen tersebut dan
familinya.
Casuarius casuarius
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Struthioniformes
Famili: Casuariidae
Genus: Casuarius
Brisson, 1760
spesies
lihat teks

Casuarius adalah salah satu dari dua genus burung di dalam suku Casuariidae. Genus ini
terdiri dari tiga spesies kasuari yang berukuran sangat besar dan tidak dapat terbang.

Daerah sebaran ketiga spesies ini adalah di hutan tropis dan pegunungan di pulau Irian.
Kasuari Gelambir-ganda adalah satu-satunya spesies burung kasuari yang terdapat di
Australia.

Kasuari diperlengkapi tanduk di atas kepalanya, yang membantu burung ini sewaktu
berjalan di habitatnya di hutan yang lebat. Selain tanduk dikepalanya, kasuari mempunyai
kaki yang sangat kuat dan berkuku tajam. Burung kasuari betina biasanya berukuran
lebih besar dan berwarna lebih terang daripada jantan.

Kuda nil (Latin: Hippopotamus amphibius) atau hippo (bahasa Yunani: ἱπποπόταμος,
hippopotamos, dari ἵππος, hippos, "kuda", dan ποταμός, potamos, "sungai") adalah
mamalia dari keluarga Hippopotamidae yang berukuran besar, omnivora, dan berasal dari
Afrika sub-Sahara. Kuda nil adalah hewan darat terbesar ketiga setelah gajah dan badak
putih

Daftar isi
 [sembunyikan] 
 1 Keadaan fisik
 2 Habitat

 3 Kehidupan
 4 Referensi

 5 Pranala luar

Keadaan fisik[sunting]
Kuda nil memiliki tubuh yang besar dan berat, serta kulit kelabu gelap. Mereka juga
memiliki gading besar yang biasa mereka gunakan untuk mempertahankan diri dari
predator. Kuda nil memiriki ciri khas tubuh yang besar, mulut dan gigi yang sangat besar,
empat kaki yang pendek dan gemuk, serta badan yang hampir tidak berambut. Kuda nil
dewasa memiliki berat 1.5 sampai 3 ton. Meskipun bertubuh besar dan berkaki pendek,
kuda nil mampu berlari dengan cepat. Untuk jarak pendek, mereka mampu berlari secepat
30 km/jam, lebih cepat dari kecepatan lari manusia pada umumnya. Kuda nil memiliki
watak agresif dan dianggap salah satu hewan paling berbahaya di Afrika.

Kerabat kuda nil yang paling dekat adalah kelompok Cetacea, seperti paus, lumba-lumba
dan pesut. Selain itu kuda nil juga berkerabat dengan babi dan hewan-hewan berkuku
genap lainnya.

Habitat[sunting]
Kuda nil tinggal di Afrika subsahara. Mereka tinggal di dan dekat air tawar, seperti danau
dan sungai. Kira-kira terdapat 125 ribu hingga 150 ribu kudanil di Afrika, dan yang
terbanyak berada di Zambia dan Tanzania. Kuda nil juga merupakan hewan yang populer
di kebun binatang.

Ancaman terhadap kuda nil diantaranya hilangnya habitat, dan perburuan liar. Kuda nil
diburu untuk diambil daging dan gigi taringnya.

Kehidupan[sunting]
Kuda nil adalah hewan herbivora. Pada siang hari, kuda nil berada air atau di lumpur
untuk tetap dingin. Di air, kuda nil hidup secara berkelompok, dan menguasai wilayah
tertentu. Kuda nil juga tidur, bereproduksi dan melahirkan di air. Pada petang dan malam
hari, kuda nil keluar dari air dan memakan rumput. Di darat, kuda nil tidak berkelompok dan
tidak memiliki wilayah teritorial

Hippopotamus
Common hippopotamus, Hippopotamus
amphibius
Status konservasi

Rentan (IUCN 3.1)[1]
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Superordo: Cetartiodactyla
Ordo: Artiodactyla
Famili: Hippopotamidae
Genus: Hippopotamus
Linnaeus, 1758
Spesies: H. amphibius
Nama binomial
Hippopotamus amphibius
Linnaeus, 1758[2]

Range map[1]
Kuda nil (Latin: Hippopotamus amphibius) atau hippo (bahasa Yunani: ἱπποπόταμος,
hippopotamos, dari ἵππος, hippos, "kuda", dan ποταμός, potamos, "sungai") adalah
mamalia dari keluarga Hippopotamidae yang berukuran besar, omnivora, dan berasal dari
Afrika sub-Sahara. Kuda nil adalah hewan darat terbesar ketiga setelah gajah dan badak
putih

Daftar isi
 [sembunyikan] 
 1 Keadaan fisik
 2 Habitat

 3 Kehidupan
 4 Referensi

 5 Pranala luar

Keadaan fisik
Tapir Asia (Tapirus indicus) adalah salah satu jenis tapir. Tapir Asia merupakan jenis
yang terbesar dari keempat jenis tapir dan satu-satunya yang berasal dari Asia. Nama
ilmiahnya indicus merujuk pada Hindia Timur, yaitu habitat alami jenis ini. Di Sumatra
tapir umumnya disebut tenuk or seladang, gindol, babi alu, kuda ayer, kuda rimbu, kuda
arau, marba, cipan, dan sipan.[1]

Daftar isi
 [sembunyikan] 
 1 Deskripsi
 2 Siklus Hidup

 3 Perilaku
 4 Habitat, Pemangsa dan Kerentanan
 5 Variasi brevetianus
 6 Catatan

 7 Pranala luar

Deskripsi[sunting]
Tapir Asia mudah dikenali dari cirinya berupa "pelana" berwarna terang dari bahu hingga
pantat. Bulu-bulu di bagian lain tubuhnya berwarna hitam kecuali ujung telinganya yang
berwarna putih seperti jenis tapir lain. Pola warna ini berguna untuk kamuflase: warna
yang membuat kacau membuatnya tidak nampak seperti tapir, binatang lain mungkin
mengiranya batu besar dan bukannya mangsa saat tapir ini berbaring atau tidur.[2]

Kerangka

Tapir Asia tumbuh hingga sepanjang 1,8 sampai 2,4 mdan 8 kaki), tinggi 90 sampai 107
cm (3 sampai 3,5 kaki), dengan biasanya 250 sampai 320 kg (550 dan 700 pon),
meskipun berat mereka dapat mencapai 500 kg (1.100 pon).[3] Tapir betina biasanya lebih
besar daripada tapir jantan. Seperti jenis tapir lain ekornya pendek gemuk serta belalai
yang panjang dan lentur.Di tiap kaki depanya terdapat empat kuku dan di tiap kaki
belakangnya ada tiga kuku. Indera penglihatan tapir Asia agak buruk namun indera
pendengarannya dan penciuman tajam.

Siklus Hidup[sunting]

Tapir muda, masih dengan pola bergaris-garisnya, tidur di belakang induknya

Masa hamil tapir Asia sekitar 400 hari, dimana setelahnya seekor anak lahir dengan berat
6,8 kg (15 pon). Tapir Asia merupakan yang terbesar saat lahir dibanding jenis-jenis tapir
lainnya dan tumbuh lebih cepat dari jenis tapir lain.[4] tapir muda dari semua jenis berbulu
cokelat dengan garis-garis dan bintik-bintik putih, pola yang memungkinkannya
bersembunyi dengan efektif di dalam bayangan-bayangan hutan. Pola pada bayi ini
berubah menjadi pola warna tapir dewasa antara empat hingga tujuh bulan setelah
kelahiran. Anak tapir disapih antara umur 6 dan 8 bulan dan binatang ini menjadi dewasa
pada umur tiga tahun. perkembangbiakan basanya terjadi pada bulan April, Mei Atau
Juni. Tapir betina biasanya melahirkan satu anak tiap dua tahun. Tapir Asia dapat hidup
hingga 30 tahun baik di alam liar maupun di kurungan.
Ketertarikan baru-baru ini mendorong para perekayasa biologi mencoba menciptakan
versi kerdil dari tapir. Mereka percaya bahwa ada pasar untuk tapir kerdil sebagai
binatang peliharaan di Amerika Serikat.

Perilaku[sunting]

Seekor tapir dengan belalai di rentangkan, Woodland Park Zoo, Seattle

Tapir Asia terutama merupakan hewan penyendiri, menandai jalur-jalur besar di darat
sebagai teritori atau daerah kekuasaannya, meski daerah ini biasanya bertumpang tindih
dengan daerah kekuasaan individu lain. Tapir menandai teritorinya dengan mengencingi
tetumbuhan dan mereka sering mengikuti jalur lain dari yang telah mereka buat yang
telah ditumbuhi tumbuhan.

Binatang ini herbivora, ia mencari makan berupa umbi empuk dan daun-daunan dari
lebih dari 115 jenis tumbuhan (ada kira-kira 30 yang terutama disukainya), bergerak
lambat di hutan dan berhenti untuk makan dan memperhatikan bau yang ditinggalkan
tapir lain di daerah itu.[5] Akan tetapi, bila merasa terancam, tapir dapat lari dengan cepat
meskipun bertubuh besar, dan mereka juga dapat membela diri dengan rahang kuat serta
gigi tajamnya. Tapir-tapir Asia berkomunikasi satu sama lain dengan cicitan dan siulan
bernada tinggi. Mereka suka tinggal di dekat air dan sering mandi dan berenang. Mereka
juga bisa memanjat tempat yang curam. Tapir aktif terutama malam hari, walaupun
mereka tidak benar-benar nokturnal. Mereka cenderung makan begitu matahari terbenam
dan sebelum matahari terbit, mereka juga sering tidur siang sebentar. Tingkah laku ini
menandai mereka sebagai satwa krepuskular.

Habitat, Pemangsa dan Kerentanan[sunting]


Peta penyebaran tapir di alam liar, data sekitar tahun 2003

Dahulu, tapir Asia dapat ditemukan diseluruh hutan hujan dataran rendah di Asia
Tenggara termasuk Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar Burma, Thailand, dan
Vietnam. Namun populasinya menurun tahun-tahun belakangan ini, dan seperti jenis-
jenis tapir lainnya juga terancam kepunahan.[6] Karena ukurannya, tapir memiliki sedikit
pemangsa alami, bahkan tapir jarang dimangsa oleh harimau. [7]Ancaman utama bagi
tapir Asia adalah kegiatan manusiatermasuk penebangan hutan untuk pertanian, banjir
akibat dibendungnya sungai untuk membuat pembangkit listrik tenaga air, dan
perdagangan ilegal.[8]. Di Thailand, sebagai contoh, penangkapan dan penjualan seekor
tapir muda dapat bernilai US$5500.[9] Di daerah seperti Sumatra, dimana populasinya
kebanyakan Muslim , tapir jarang diburu untuk dimakan karena kemiripan tubuhnya
dengan babi membuat daging tapir tabu, namun di beberapa daerah mereka diburu untuk
olahraga atau tidak sengaja tertembak karena dikira binatang lain.[10] Status dilindungi di
Thailand, Malaysia dan Indonesia, yang ditujukan pada pembunuhan tapir dengan
sengaja tapi tidak ditujukan pada isu hilangnya habitat, telah membatasi pemulihan atau
menjaga polulasi tapir.

Variasi brevetianus[sunting]
sejumlah kecil tapir Asia melanistik (serba-hitam) telah diamati. Tahun 1942, seekor tapir
serba-hitam dikirim ke kebun binatang Rotterdam dan diklasifikasikan sebagai subspesies
yang disebut Tapirus indicus brevetianus yang dinamai berdasarkan penemunya Kapten
K. Brevet.[11] Pada tahun 2000, dua ekor tapir melanistik diamati selama studi harimau di
Suaka Hutan Jerangau di Malaysia Semenanjung. [12] Penyebab variasi ini mungkin
ketidaknormalan genetis yang mirip dengan macan kumbang yang muncul pada populasi
macan tutul, Akan tetapi, kecuali kalau dan hingga individu brevetianus dapat dipelajari,
penjelasan yang tepat untuk sifat tersebut tetap tidak diketahui.

apir Asia
Tapir Asia di Kebun Binatang London
Status konservasi
Terancam
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Ordo: Perissodactyla
Famili: Tapiridae
Genus: Tapirus
Spesies: T. indicus
Nama binomial Tapirus indicus

Orang utan (atau orangutan, nama lainnya adalah mawas) adalah sejenis kera besar
dengan lengan panjang dan berbulu kemerahan atau cokelat, yang hidup di hutan tropika
Indonesia dan Malaysia, khususnya di Pulau Kalimantan dan Sumatera.[2] [3]

Daftar isi
 [sembunyikan] 

 1 Deskripsi
 2 Ciri-Ciri

 3 Klasifikasi

o 3.1 Spesies dan Subspesies

 4 Lokasi dan habitat


 5 Makanan

 6 Predator

 7 Cara melindungi diri

 8 Reproduksi

 9 Cara bergerak

 10 Cara Hidup

 11 Beberapa fakta menarik

 12 Populasi

 13 Ancaman

o 13.1 Pembukaan Lahan dan Konversi Perkebunan

o 13.2 Perdagangan Ilegal

 14 Status Konservasi Orang Utan

 15 Catatan kaki

 16 Pranala luar

 17 Galeri

Deskripsi[sunting]
Istilah "orang utan" diambil dari kata dalam bahasa melayu, yaitu 'orang' yang berarti
manusia dan 'utan' yang berarti hutan. Orang utan mencakup dua sub-spesies, yaitu orang
utan sumatera (Pongo abelii) dan orang utan kalimantan (borneo) (Pongo pygmaeus). [4]
Yang unik adalah orang utan memiliki kekerabatan dekat dengan manusia pada tingkat
kingdom animalia, dimana orang utan memiliki tingkat kesamaan DNA sebesar 96.4%.[5]

Ciri-Ciri[sunting]
Mereka memiliki tubuh yang gemuk dan besar, berleher besar, lengan yang panjang dan
kuat, kaki yang pendek dan tertunduk, dan tidak mempunyai ekor.[6]

Orangutan memiliki tinggi sekitar 1.25-1.5 meter.[7]

Tubuh orangutan diselimuti rambut merah kecoklatan.[3] Mereka mempunyai kepala yang
besar dengan posisi mulut yang tinggi.[6]
Saat mencapai tingkat kematangan seksual, orangutan jantan memiliki pelipis yang
gemuk pada kedua sisi, ubun-ubun yang besar, rambut menjadi panjang dan tumbuh
janggut disekitar wajah.[8] Mereka mempunyai indera yang sama seperti manusia, yaitu
pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecap, dan peraba.[6]

Berat orangutan jantan sekitar 50-90 kg, sedangkan orangutan betina beratnya sekitar 30-
50 kg.[7]

Telapak tangan mereka mempunyai 4 jari-jari panjang ditambah 1 ibu jari.[6] Telapak kaki
mereka juga memiliki susunan jari-jemari yang sangat mirip dengan manusia.[6]

Orangutan masih termasuk dalam spesies kera besar seperti gorila dan simpanse.[4]
Golongan kera besar masuk dalam klasifikasi mammalia, memiliki ukuran otak yang
besar, mata yang mengarah kedepan, dan tangan yang dapat melakukan genggaman.[4]

Klasifikasi[sunting]
Orangutan termasuk hewan vertebrata, yang berarti bahwa mereka memiliki tulang
belakang.[rujukan?] Orangutan juga termasuk hewan mamalia dan primata.[rujukan?]

Spesies dan Subspesies[sunting]

1. Ada 2 jenis spesies orangutan, yaitu Orangutan Kalimantan / Borneo (Pongo


pygmaeus) dan Orangutan Sumatra (Pongo abelii).[9]

2. Keturunan Orangutan Sumatra dan Kalimantan berbeda sejak 1.1 sampai 2.3 juta tahun
yang lalu. [9]

3. Subspecies

 Pembelajaran genetik telah mengidentifikasi 3 subspesies Orangutan Borneo :


P.p.pygmaeus, P.p.wurmbii, P.p.morio.[9] Masing-masing subspesies berdiferensiasi
sesuai dengan daerah sebaran geografisnya dan meliputi ukuran tubuh. [9]
 Orangutan Kalimantan Tengah (P.p.wurmbii) mendiami daerah Kalimantan Barat dan
Kalimantan Tengah.[9] Mereka merupakan subspesies Borneo yang terbesar. [9]

 Orangutan Kalimantan daerah Timur Laut (P.p.morio) mendiami daerah Sabah dan
daerah Kalimantan Timur.[9] Mereka merupakan subspesies yang terkecil. [9]

 Saat ini tidak ada subspecies orangutan Kalimantan yang berhasil dikenali. [9]

Lokasi dan habitat[sunting]


Orang utan di Taman Nasional Kutai

Orangutan ditemukan di wilayah hutan hujan tropis Asia Tenggara, yaitu di pulau Borneo
dan Sumatra di wilayah bagian negara Indonesia dan Malaysia.[rujukan?] Mereka biasa
tinggal di pepohonan lebat dan membuat sarangnya dari dedaunan.[rujukan?] Orangutan
dapat hidup pada berbagai tipe hutan, mulai dari hutan keruing, perbukitan dan dataran
rendah, daerah aliran sungai, hutan rawa air tawar, rawa gambut, tanah kering di atas
rawa bakau dan nipah, sampai ke hutan pegunungan.[rujukan?]

Di Borneo, orangutan dapat ditemukan pada ketinggian 500 m di atas permukaan laut
(dpl), sedangkan kerabatnya di Sumatra dilaporkan dapat mencapai hutan pegunungan
pada ketinggian 1.000 m dpl.[rujukan?] Orangutan Sumatra merupakan salah satu hewan
endemis yang hanya ada di Sumatra.[rujukan?] Orangutan di Sumatra hanya menempati
bagian utara pulau itu, mulai dari Timang Gajah, Aceh Tengah sampai Sitinjak di
Tapanuli Selatan.[rujukan?]Keberadaan hewan mamalia ini dilindungi Undang-Undang 5
tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan
digolongkan sebagai Critically Endangered oleh IUCN.[10]

Di Sumatra, salah satu populasi orangutan terdapat di daerah aliran sungai (DAS) Batang
Toru, Sumatera Utara.[rujukan?] Populasi orangutan liar di Sumatra diperkirakan sejumlah
7.300[11]. Di DAS Batang Toru 380 ekor dengan kepadatan pupulasi sekitar 0,47 sampai
0,82 ekor per kilometer persegi. Populasi orangutan Sumatra (Pongo abelii lesson) kini
diperkirakan 7.500 ekor.[rujukan?] Padahal pada era 1990 an, diperkirakan 200.000 ekor.
[rujukan?]
Populasi mereka terdapat di 13 daerah terpisah secara geografis.[rujukan?] Kondisi ini
menyebabkan kelangsungan hidup mereka semakin terancam punah. [1]

Saat ini hampir semua Orangutan Sumatra hanya ditemukan di Provinsi Sumatera Utara
dan Provinsi Aceh, dengan Danau Toba sebagai batas paling selatan sebarannya.[rujukan?]
Hanya 2 populasi yang relatif kecil berada di sebelah barat daya danau, yaitu Sarulla
Timur dan hutan-hutan di Batang Toru Barat.[10] Populasi orangutan terbesar di Sumatra
dijumpai di Leuser Barat (2.508 individu) dan Leuser Timur (1.052 individu), serta Rawa
Singkil (1.500 individu).[rujukan?]Populasi lain yang diperkirakan potensial untuk bertahan
dalam jangka panjang (viable) terdapat di Batang Toru,Sumatera Utara, dengan ukuran
sekitar 400 individu.[rujukan?]

Orangutan di Borneo yang dikategorikan sebagai endangered oleh IUCN terbagi dalam
tiga subspesies: Orangutan di Borneo dikelompokkan ke dalam tiga anak jenis, yaitu
Pongo pygmaeus pygmaeus yang berada di bagian utara Sungai Kapuas sampai ke timur
laut Sarawak; Pongo pygmaeus wurmbii yang ditemukan mulai dari selatan Sungai
Kapuas hingga bagian barat Sungai Barito; dan Pongo pygmaeus morio.[rujukan?] Di
Borneo, orangutan dapat ditemukan di Sabah, Sarawak, dan hampir seluruh hutan dataran
rendah Kalimantan, kecuali Kalimantan Selatan dan Brunei Darussalam.[12]

Makanan[sunting]
Meskipun orangutan termasuk hewan omnivora, sebagian besar dari mereka hanya
memakan tumbuhan.[6] 90% dari makanannya berupa buah-buahan.[4] Makanannya antara
lain adalah kulit pohon, dedaunan, bunga, beberapa jenis serangga, dan sekitar 300 jenis
buah-buahan[13]

Selain itu mereka juga memakan nektar,madu dan jamur.[4] Mereka juga gemar makan
durian, walaupun aromanya tajam, tetapi mereka menyukainya. [4]

Orangutan bahkan tidak perlu meninggalkan pohon mereka jika ingin minum. Mereka
biasanya meminum air yang telah terkumpul di lubang-lubang di antara cabang pohon.[6]

Biasanya induk orangutan mengajarkan bagaimana cara mendapatkan makanan,


bagaimana cara mendapatkan minuman, dan berbagai jenis pohon pada musim yang
berbeda-beda.[13] Melalui ini, dapat terlihat bahwa orangutan ternyata memiliki peta
lokasi hutan yang kompleks di otak mereka, sehingga mereka tidak menyia-nyiakan
tenaga pada saat mencari makanan.[13] Dan anaknya juga dapat mengetahui beragam jenis
pohon dan tanaman, yang mana yang bisa dimakan dan bagaimana cara memproses
makanan yang terlindungi oleh cangkang dan duri yang tajam. [13]

Predator[sunting]
Predator terbesar orangutan dewasa ini adalah manusia.[6] Selain manusia, predator
orangutan adalah macan tutul, babi, buaya, ular phyton, dan elang hitam.[6]

Cara melindungi diri[sunting]


Orangutan termasuk makhluk pemalu. Mereka jarang memperlihatkan dirinya kepada
orang atau makhluk lain yang tak dikenalnya.[rujukan?]
Reproduksi[sunting]
Orangutan betina biasanya melahirkan pada usia 7-10 tahun dengan lama kandungan
berkisar antara 8,5 hingga 9 bulan; hampir sama dengan manusia. Jumlah bayi yang
dilahirkan seorang betina biasanya hanya satu. Bayi orangutan dapat hidup mandiri pada
usia 6-7 tahun. Kebergantungan orangutan pada induknya merupakan yang terlama dari
semua hewan, karena ada banyak hal yang harus dipelajari untuk bisa bertahan hidup,
mereka biasanya dipelihara hingga berusia 6 tahun. [8]

Orangutan berkembangbiak lebih lama dibandingkan hewan primata lainnya, orangutan


betina hanya melahirkan seekor anak setiap 7-8 tahun sekali.[5] Umur orangutan di alam
liar sekitar 45 tahun, dan sepanjang gidupnya orangutan betina hanya memiliki 3
keturunan seumur hidupnya.[5] Dimana itu berarti reproduksi orangutan sangat lambat.[5]

Cara bergerak[sunting]
Orangutan dapat bergerak cepat dari pohon ke pohon dengan cara berayun pada cabang-
cabang pohon, atau yang biasa dipanggil brachiating.[6] Mereka juga dapat berjalan
dengan kedua kakinya, namun jarang sekali ditemukan. Orang utan tidak dapat berenang.
[6]

Cara Hidup[sunting]
Tidak seperti gorila dan simpanse, orangutan tidak hidup dalam sekawanan yang besar.[4]
Mereka merupakan hewan yang semi-soliter.[4] Orangutan jantan biasanya ditemukan
sendirian dan orangutan betina biasanya ditemani oleh beberapa anaknya.[4] Walaupun
oranutan sering memanjat dan membangun tempat tidur dipohon, mereka pada intinya
merupakan hewan terrestrial(menghabiskan hidup ditanah).[14]

Beberapa fakta menarik[sunting]


 Orangutan dapat menggunakan tongkat sebagai alat bantu untuk mengambil makanan,
dan menggunakan daun sebagai pelindung sinar matahari. [15] Orangutan Sumatera usia 6
tahun yang hidup di rawa barat Sungai Alas Sumatera menggunakan tongkat untuk
mendeteksi madu tapi perilaku tersebut tidak pernah ditemukan di antara orangutan di
wilayah pesisir timur. Hal ini menunjukkan keragaman perilaku dalam adaptasi
lingkungan.[16]
 Orangutan jantan terbesar memiliki rentangan lengan (panjang dari satu ujung tangan
ke ujung tangan yang lain apabila kedua tangan direntangkan) mencapai 2.3 m. [8]

 Orangutan jantan dapat membuat panggilan jarak jauh yang dapat didengar dalam
radius 1 km.[8] Digunakan untuk menandai/mengawasi arealnya, memanggil sang betina,
mencegah orang utan jantan lainnya yang mengganggu. Mereka mempunyai kantung
tenggorokan yang besar yang membuat mereka mampu melakukannya. [8]
Populasi[sunting]
Orangutan saat ini hanya terdapat di Sumatra dan Kalimantan, di wilayah Asia Tenggara.
[17]
Karena tempat tinggalnya merupakan hutan yang lebat, maka sulit untuk
memperkirakan jumlah populasi yang tepat.[17] Di Borneo, populasi orangutan
diperkirakan sekitar 55.000 individu.[17] Di Sumatra, jumlahnya diperkirakan sekitar 200
individu. Hal ini terjadi akibat pembukaan lahan yang berlebihan.[17]

Orangutan[1]
Status konservasi
Status konservasi: Terancam
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mamalia
Ordo: Primata
Famili: Hominidae
Upafamili: Ponginae
Elliot, 1912
Genus: Pongo
Lacépède, 1799
Tipe spesies Simia pygmaeus
Linnaeus, 1760

Tikus adalah mamalia yang termasuk dalam suku Muridae. Spesies tikus yang paling
dikenal adalah mencit (Mus spp.) serta tikus got (Rattus norvegicus) yang ditemukan
hampir di semua negara dan merupakan suatu organisme model yang penting dalam
biologi; juga merupakan hewan peliharaan yang populer.
Daftar isi
 [sembunyikan] 
 1 Jenis-jenis
 2 Tikus got

 3 Tikus sawah
 4 Pengendalian
 5 Referensi

 6 Lihat pula

Jenis-jenis[sunting]
 Mencit (Mus sp.)
 Tikus rumah (Rattus rattus)
 Tikus got (Rattus norvegicus)
 Tikus sawah (Rattus argentiventer)
 Tikus Wirok (Bandicota sp.)
 Celurut (shrew), yang sering disebut sebagai "tikus", sesungguhnya bukanlah
termasuk golongan hewan pengerat, melainkan hewan pemangsa serangga
(insektivora).

Tikus got[sunting]
Merupakan jenis tikus yang tinggal di gorong-gorong dan di got-got di daerah
permukiman manusia. Tikus jenis ini makan dari sisa makanan manusia dan dari sampah-
sampah yang berasal dari mana saja. Tikus got juga sering diklaim sebagai pembawa
penyakit, terutama penyakit tipes. Selain itu, seringkali tikus mengotori makanan
manusia pada saat manusia tidur.

Tikus sawah[sunting]
Tikus sawah (Rattus argentiventer) adalah hama penting pada tanaman padi. Serangan
berat pada fase generatif tanaman padi dapat menyebabkan gagal panen. Serangan tikus
di sawah sudah dimulai sejak benih disemai di pesemaian. Di sini tikus memakan biji-biji
yang sedang berkecambah, akibatnya petani terpaksa menyemai ulang. Serangan kedua
terjadi pada saat tanaman padi dalam fase anakan (vegetatif). Pada saat ini tikus mengerat
anakan pada bagian pangkalnya untuk memakan bagian dalam (titik tumbuh). Serangan
ketiga terjadi pada fase generatif, saat mana pembentukan anakan sudah berhenti dan
dimulainya pembentukan bakal biji sampai panen. Tikus menyerang padi malam hari.
Pada siang hari tikus bersembunyi di dalam lubang pada tanggul-tanggul irigasi, jalan
sawah, pematang, dan daerah perkampunagn dekat sawah. Pada periode sawah bera,
sebagian besar tikus bermigrasi ke daerah perkampungan dekat sawah dan akan kembali
lagi ke sawah setelah pertanaman padi menjelang generatif. [1]

Sebagai hewan pengerat (rodent) tikus sawah sering merusak tanaman padi dalam jumlah
yang jauh melebihi kebutuhan makannya. Hal itu disebabkan tikus perlu "mengasah" gigi
serinya yang selalu tumbuh agar senantiasa dalam ukuran yang pas.

Tikus

Rentang fosil: Miosen Akhir - Sekarang


Mencit Mus musculus
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Ordo: Rodentia
Superfamili: Muroidea
Famili: Muridae
Linnaeus, 1758

usang adalah nama umum bagi sekelompok mamalia pemangsa (bangsa karnivora) dari
suku Viverridae. Hewan ini kebanyakan merupakan hewan malam (nokturnal) dan
pemanjat yang baik.

Yang paling dikenal dari berbagai jenisnya adalah musang luwak (Paradoxurus
hermaphroditus). Musang ini biasa hidup di dekat pemukiman, termasuk perkotaan, dan
sering pula didapati memangsa ayam peliharaan di malam hari.

Jenis-jenisnya[sunting]
Ada banyak jenis musang. Beberapa contoh di antaranya:

 Musang air (Cynogale bennettii), di Semenanjung Thai-Malaya, Sumatera, dan


Kalimantan
 Musang rase (Viverricula malaccensis sin. Viverricula indica), di Sumatra, Jawa
dan Bali
 Musang tenggalung (Viverra tangalunga), di Semenanjung Malaya dan
Kalimantan
 Musang luwak (Paradoxurus hermaphroditus)
 Musang akar (Arctogalidia trivirgata)
 Musang galing (Paguma larvata)
 Binturung (Arctictis binturong)
 Lingsang (Prionodon linsang)

dan lain-lain.

Musang
Musang luwak
(Paradoxurus hermaphroditus)
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Ordo: Carnivora
Famili: Viverridae
Upafamili: Paradoxurinae
Genus: Paradoxurus
F.Cuvier, 1821
Spesies
 Paradoxurus hermaphroditus
 Paradoxurus zeylonensis
 Paradoxurus jerdoni
 Kelelawar

Rentang fosil: Paleosen Akhir - sekarang


 Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Infrakelas: Eutheria
Superordo: Laurasiatheria
Ordo: Chiroptera
Blumenbach, 1779
 Subordo
 Megachiroptera
Microchiroptera

Harimau adalah hewan yang tergolong dalam filum kordata (mempunyai saraf tulang
belakang), sub-filum vertebrata (bertulang belakang), kelas mamalia (berdarah panas,
berbulu dengan kelenjar susu), pemakan daging (karnivora), keluarga felidae (kucing),
genus panthera, dan tergolong dalam spesies tigris.

Harimau adalah jenis kucing terbesar dari spesiesnya, lebih besar dari sang raja hutan
singa. Harimau juga adalah kucing tercepat kedua dalam hal berlari, setelah cheetah.
Dalam keseluruhan karnivora, harimau adalah kucing karnivora terbesar dan karnivora
terbesar ketiga keseluruhan, hanya setelah beruang kutub dan beruang coklat.

Harimau biasanya memburu mangsa yang agak besar seperti rusa sambar, kijang, babi,
kancil, tetapi akan memburu hewan kecil seperti landak apabila mangsa yang agak besar itu
tidak ada. Meskipun berasal dari keluarga yang sama, harimau berbeda dengan kucing biasa
yang kecil, harimau sangat suka berenang, dan pada dasarnya kucing takut dengan air.

Daftar isi
 [sembunyikan] 
 1 Taksonomi dan etimologi
 2 Fisik
 3 Subspesies
o 3.1 Subspesies yang masih hidup

o 3.2 Subspesies yang punah

 4 Harimau sebagai hewan nasional


 5 Galeri
 6 Referensi

 7 Pranala luar

Taksonomi dan etimologi[sunting]


Fisik[sunting]
Harimau dikenal sebagai kucing terbesar, harimau berukuran seperti singa tapi sedikit
lebih berat. Beda subspesies harimau memiliki karakteristik yang berbeda juga, pada
umumnya harimau jantan memiliki berat antara 180 dan 320 kg dan betina berbobot
antara 120 dan 180 kg. Panjang jantan antara 2,6 dan 3,3 meter, sedangkan betina antara
2,3 dan 2,75 meter. Di antara subspesies yang masih hidup, Harimau Sumatera adalah
yang paling kecil dan Harimau Siberia yang paling besar.

Loreng pada kebanyakan harimau bervariasi dari coklat ke hitam. Bentuk dan kepadatan
lorengnya berbeda-beda subspesies satu dengan yang lain, tapi hampir semua harimau
memiliki lebih dari 100 loreng. Harimau Jawa yang sekarang sudah punah kemungkinan
memiliki loreng yang lebih banyak lagi. Pola loreng unik setiap harimau, dan dapat
digunakan untuk membedakan satu sama lain, mirip dengan fungsi sidik jari yang
digunakan untuk mengindentifikasi orang. Ini bukan, bagaimanapun juga, metode
pengidentifikasian yang disarankan, terkait kesulitan untuk merekam pola loreng pada
harimau liar. Sepertinya fungsi loreng adalah untuk kamuflase, untuk menyembunyikan
mereka dari mangsanya.

Subspesies[sunting]
Ada sembilan subspesies harimau dalam genus Panthera. Enam di antaranya masih hidup
sampai sekarang. Tiga subspesies harimau selebihnya telah dianggap punah secara resmi.

Harimau adalah hewan yang tergolong dalam filum kordata (mempunyai saraf tulang
belakang), sub-filum vertebrata (bertulang belakang), kelas mamalia (berdarah panas,
berbulu dengan kelenjar susu), pemakan daging (karnivora), keluarga felidae (kucing),
genus panthera, dan tergolong dalam spesies tigris.
Harimau adalah jenis kucing terbesar dari spesiesnya, lebih besar dari sang raja hutan
singa. Harimau juga adalah kucing tercepat kedua dalam hal berlari, setelah cheetah.
Dalam keseluruhan karnivora, harimau adalah kucing karnivora terbesar dan karnivora
terbesar ketiga keseluruhan, hanya setelah beruang kutub dan beruang coklat.

Harimau biasanya memburu mangsa yang agak besar seperti rusa sambar, kijang, babi,
kancil, tetapi akan memburu hewan kecil seperti landak apabila mangsa yang agak besar itu
tidak ada. Meskipun berasal dari keluarga yang sama, harimau berbeda dengan kucing biasa
yang kecil, harimau sangat suka berenang, dan pada dasarnya kucing takut dengan air.

Daftar isi
 [sembunyikan] 
 1 Taksonomi dan etimologi
 2 Fisik

 3 Subspesies
o 3.1 Subspesies yang masih hidup

o 3.2 Subspesies yang punah

 4 Harimau sebagai hewan nasional


 5 Galeri
 6 Referensi

 7 Pranala luar

Taksonomi dan etimologi[sunting]


Fisik[sunting]
Harimau dikenal sebagai kucing terbesar, harimau berukuran seperti singa tapi sedikit
lebih berat. Beda subspesies harimau memiliki karakteristik yang berbeda juga, pada
umumnya harimau jantan memiliki berat antara 180 dan 320 kg dan betina berbobot
antara 120 dan 180 kg. Panjang jantan antara 2,6 dan 3,3 meter, sedangkan betina antara
2,3 dan 2,75 meter. Di antara subspesies yang masih hidup, Harimau Sumatera adalah
yang paling kecil dan Harimau Siberia yang paling besar.

Loreng pada kebanyakan harimau bervariasi dari coklat ke hitam. Bentuk dan kepadatan
lorengnya berbeda-beda subspesies satu dengan yang lain, tapi hampir semua harimau
memiliki lebih dari 100 loreng. Harimau Jawa yang sekarang sudah punah kemungkinan
memiliki loreng yang lebih banyak lagi. Pola loreng unik setiap harimau, dan dapat
digunakan untuk membedakan satu sama lain, mirip dengan fungsi sidik jari yang
digunakan untuk mengindentifikasi orang. Ini bukan, bagaimanapun juga, metode
pengidentifikasian yang disarankan, terkait kesulitan untuk merekam pola loreng pada
harimau liar. Sepertinya fungsi loreng adalah untuk kamuflase, untuk menyembunyikan
mereka dari mangsanya.

Subspesies[sunting]
Ada sembilan subspesies harimau dalam genus Panthera. Enam di antaranya masih hidup
sampai sekarang. Tiga subspesies harimau selebihnya telah dianggap punah secara resmi.

Harimau
Harimau Benggala (P. tigris tigris)
Status konservasi
Terancam[1]
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Ordo: Carnivora
Famili: Felidae
Genus: Panthera
Spesies: P. tigris
Nama binomial Panthera tigris

(Linnaeus, 1758)
Sejarah penyebaran harimau (kuning pucat) dan pada tahun 2006 (hijau).[2]
Sinonim
Felis tigris Linnaeus, 1758
Tigris striatus Severtzov, 1858

Tigris regalis Gray, 1867

Nama lokal          :    Alap-Alap Sulawesi

Nama Ilmiah        :    Microhierax fringillarius

Gambar:

Klasifikasi:

Kerajaan     :      Animalia

Filum          :      Chordata

Kelas          :      Aves

Ordo          :      Falconiformes

Familia       :      Falconidae

Genus         :      Microhierax


Spesies       :      Microhierax fringillarius

Deskripsi:

Burung ini termasuk carnivora atau pemakan daging. Salah satu jenis dari alap-alap ini
yang populer adalah alap-alap capung. Dia dikenal karena tubuhnya yang kecil. Burung
alap-alap capung berparuh kecil, berdarah panas, dan seperti burung pada umumnya, dia
membiak dengan cara bertelur. Dikenal sebagai burung karnivora terkecil di dunia, alap-
alap capung dapat ditemukan di kawasan Asia Tenggara dengan ukuran rata-rata
sepanjang 15 cm dengan berat badan 35 gram. Menurut wikipedia, klasifikasi ilmiah
alap-alap capung yang masih berkerabat dengan elang dan rajawali.

Elang alap sulawesi (Accipiter griseiceps) termasuk raptor atau burung pemangsa
berukuran sedang. panjang tubuhku 33-38 cm. warna kepalaku abu abu. sementara itu,
warna bagian atas tubuhku berwarna cokelat kemerahan dan bagian bawah berwana putih
bergaris cokelat. aku juga burung endemik sulawesi. aku bisa ditemukan di pulau togian
(sulawesi tengah), di pulau muna dan pulau buton (sulawesi tenggara). aku hidup di hutan
primer dataran rendah sampai gunung dengan ketinggian 2.200 meter dpl. daerah
terbangku luas, sehingga aku sulit sekali ditemukan. ketika sedang menunggu mangsa,
aku bersembunyi di balik daun yang rimbun. aku memangsa serangga, kadal, burung dan
mamalia kecil.

Hiu martil dari genus Sphyrna adalah anggota dari famili Sphyrnidae. Satu-satunya
genus selain Sphyrnidae, Eusphyra, terdiri dari hanya satu spesies, Esphyra blochii,
winghead shark.

Sembilan spesies hiu martil yang sudah diketahui memiliki panjang antara 2 hingga 6
meter (6,5 hingga 20 kaki), dan semua spesies memiliki proyeksi kepala menyerupai
martil gepeng bila dilihat dari salah satu sisi. Mata dan lubang hidup ada di ujung kepala.

Mereka adalah predator agresif yang memakan ikan, ikan pari, cumi-cumi, dan udang-
udangan. Mereka ditemukan di perairan hangat sepanjang garis pantai, dan paparan
benua.

Bentuk kepalanya yang seperti martil menyebabkan mereka mampu berbelok dengan
benar. Seperti semua hiu, hiu martil memiliki pori sensor electrolocation yang disembut
ampullae of Lorenzini. Dengan menyebarkan reseptor di berbagai area, hiu martil dapat
mencari mangsa dengan lebih efektif. Hiu ini mampu mendeteksi sinyal listrik setengah
miliar Volt. Kepala yang berbentuk seperti martil juga memberikan keuntungan berupa
area penciuman yang lebih luas, meningkatkan potensi menemukan partikel di air
sedikitnya 10 kali dibandingkan dengan hiu 'klasik' lainnya.

Bentuk kepala aneh hiu ini dapat dianalogikan dengan antena seekor serangga.
Hiu martil memiliki mulut yang kecil dan sepertinya melakukan banyak bottom-hunting.
Mereka suka membentuk gerombolan di siang hari, kadang-kadang dalam kelompok
lebih dari 100. Pada sore hari, seperti hiu lain, mereka menjadi pemburu solo.

Reproduksi[sunting]
Reproduksi hiu martil terjadi setahun sekali. Hiu martil sekali melahirkan berkisar antara
20 hingga 40 anak. Perkawinan hiu martil merupakan hubungan yang kasar. Jantan akan
menggigit betina sampai betina tenang, membiarkan perkawinan terjadi. Tidak seperti
kebanyakan spesies hiu lain, reproduksi hiu martil terjadi secara fertilisasi internal di
mana membuat lingkungan aman agar sperma bisa melebur dengan sel telur. Embrio
berkembang di dalam plasenta betina dan diberi makan melalui tali pusar, sama seperti
mammalia. Masa kehamilan 10 sampai 12 bulan. Setelah anak hiu dilahirkan, induk
mereka tidak tinggal bersama dan mereka ditinggalkan untuk mengurus diri mereka
sendiri. Rekor dunia hiu martil betina yang sedang hamil ditangkap di Boca Grande,
Florida pada 23 Mei, 2006 berbobot 1280 pon (580 kg). Hiu ini mengandung 55 anak

Hiu martil dari genus Sphyrna adalah anggota dari famili Sphyrnidae. Satu-satunya
genus selain Sphyrnidae, Eusphyra, terdiri dari hanya satu spesies, Esphyra blochii,
winghead shark.

Sembilan spesies hiu martil yang sudah diketahui memiliki panjang antara 2 hingga 6
meter (6,5 hingga 20 kaki), dan semua spesies memiliki proyeksi kepala menyerupai
martil gepeng bila dilihat dari salah satu sisi. Mata dan lubang hidup ada di ujung kepala.

Mereka adalah predator agresif yang memakan ikan, ikan pari, cumi-cumi, dan udang-
udangan. Mereka ditemukan di perairan hangat sepanjang garis pantai, dan paparan
benua.

Bentuk kepalanya yang seperti martil menyebabkan mereka mampu berbelok dengan
benar. Seperti semua hiu, hiu martil memiliki pori sensor electrolocation yang disembut
ampullae of Lorenzini. Dengan menyebarkan reseptor di berbagai area, hiu martil dapat
mencari mangsa dengan lebih efektif. Hiu ini mampu mendeteksi sinyal listrik setengah
miliar Volt. Kepala yang berbentuk seperti martil juga memberikan keuntungan berupa
area penciuman yang lebih luas, meningkatkan potensi menemukan partikel di air
sedikitnya 10 kali dibandingkan dengan hiu 'klasik' lainnya.

Bentuk kepala aneh hiu ini dapat dianalogikan dengan antena seekor serangga.

Hiu martil memiliki mulut yang kecil dan sepertinya melakukan banyak bottom-hunting.
Mereka suka membentuk gerombolan di siang hari, kadang-kadang dalam kelompok
lebih dari 100. Pada sore hari, seperti hiu lain, mereka menjadi pemburu solo.

Reproduksi[sunting]
Reproduksi hiu martil terjadi setahun sekali. Hiu martil sekali melahirkan berkisar antara
20 hingga 40 anak. Perkawinan hiu martil merupakan hubungan yang kasar. Jantan akan
menggigit betina sampai betina tenang, membiarkan perkawinan terjadi. Tidak seperti
kebanyakan spesies hiu lain, reproduksi hiu martil terjadi secara fertilisasi internal di
mana membuat lingkungan aman agar sperma bisa melebur dengan sel telur. Embrio
berkembang di dalam plasenta betina dan diberi makan melalui tali pusar, sama seperti
mammalia. Masa kehamilan 10 sampai 12 bulan. Setelah anak hiu dilahirkan, induk
mereka tidak tinggal bersama dan mereka ditinggalkan untuk mengurus diri mereka
sendiri. Rekor dunia hiu martil betina yang sedang hamil ditangkap di Boca Grande,
Florida pada 23 Mei, 2006 berbobot 1280 pon (580 kg). Hiu ini mengandung 55 anak

Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Chondrichthyes
Upakelas: Elasmobranchii
Ordo: Carcharhiniformes
Famili: Sphyrnidae
Genus: Sphyrna

Lepu adalah sekelompok spesies ikan laut yang beracun yang tergabung dalam genus
Pterois, Parapterois, Brachypterois, Ebosia atau Dendrochirus dari keluarga
Scorpaenidae. Lepu merupakan spesies predator. Ketika berburu, mereka akan
menyudutkan buruannya dengan sirip besarnya dan dengan refleks cepatnya mereka
menekan buruannya sekaligus. Lepu dikenal karena durinya yang panjang dan memiliki
warna merah, coklat, oranye, kuning, hitam atau putih berselang-seling. Kelompok ikan
ini diklasifikasikan sebagai sebuah subfamili (Pteroinae) atau sebuah suku di bawah
Scorpaeninae (Pteroini).

Habitat Lepu berada di bebatuan karang wilayah Indo-Pasifik. Beberapa spesies juga
ditemukan di pantai timur Atlantik dari Long Island sampai Florida.

kan lopis merupakan jenis ikan sungai yang tergolong dalam suku Notopteridae (ikan
berpunggung pisau). Ikan ini lebih populer dengan nama ikan belida/belido, yang
diambil dari nama salah satu sungai di Sumatera Selatan yang menjadi habitatnya. Orang
Banjar menyebutnya ikan pipih. Jenis ini dapat ditemui di Sumatra, Kalimantan, Jawa,
dan Semenanjung Malaya, meskipun sekarang sudah sulit ditangkap karena rusaknya
mutu sungai dan penangkapan. Ikan ini merupakan bahan baku untuk sejenis kerupuk
khas dari Palembang yang dikenal sebagai kemplang. Dulu lopis juga dipakai untuk
pembuatan pempek namun sekarang diganti dengan tenggiri. Tampilannya yang unik
juga membuatnya dipelihara di akuarium sebagai ikan hias.

Karena berpotensi ekonomi dan terancam punah, lembaga penelitian berusaha menyusun
teknologi budidayanya. Hingga 2005, Balai Budidaya Air Tawar Mandiangin, di
Kalimantan Selatan telah mencoba membudidayakan, menangkarkan serta
memperbanyak benih ikan belida.

kan lopis merupakan jenis ikan sungai yang tergolong dalam suku Notopteridae (ikan
berpunggung pisau). Ikan ini lebih populer dengan nama ikan belida/belido, yang
diambil dari nama salah satu sungai di Sumatera Selatan yang menjadi habitatnya. Orang
Banjar menyebutnya ikan pipih. Jenis ini dapat ditemui di Sumatra, Kalimantan, Jawa,
dan Semenanjung Malaya, meskipun sekarang sudah sulit ditangkap karena rusaknya
mutu sungai dan penangkapan. Ikan ini merupakan bahan baku untuk sejenis kerupuk
khas dari Palembang yang dikenal sebagai kemplang. Dulu lopis juga dipakai untuk
pembuatan pempek namun sekarang diganti dengan tenggiri. Tampilannya yang unik
juga membuatnya dipelihara di akuarium sebagai ikan hias.

Karena berpotensi ekonomi dan terancam punah, lembaga penelitian berusaha menyusun
teknologi budidayanya. Hingga 2005, Balai Budidaya Air Tawar Mandiangin, di
Kalimantan Selatan telah mencoba membudidayakan, menangkarkan serta
memperbanyak benih ikan belida.

erajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Osteoglossiformes
Famili: Notopteridae
Genus: Chitala
Spesies: C. lopiserajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Osteoglossiformes
Famili: Notopteridae
Genus: Chitala
Spesies: C. lopis

Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Perciformes
Famili: Anabantidae
Genus: Anabas
Spesies: A. testudineus

Kom-pet-i-tives adalah binatang anggota krustasea berkaki sepuluh dari upabangsa


(infraordo) Brachyura, yang dikenal mempunyai "ekor" yang sangat pendek (bahasa
Yunani: brachy = pendek, ura = ekor), atau yang perutnya (abdomen) sama sekali
tersembunyi di bawah dada (thorax). Tubuh kepiting dilindungi oleh kerangka luar yang
sangat keras, tersusun dari kitin, dan dipersenjatai dengan sepasang capit. Ketam adalah
nama lain bagi kepiting.

Kepiting terdapat di semua samudra dunia. Ada pula kepiting air tawar dan darat,
khususnya di wilayah-wilayah tropis. Rajungan adalah kepiting yang hidup di perairan
laut dan jarang naik ke pantai, sedangkan yuyu adalah ketam penghuni perairan tawar
(sungai dan danau).

Kepiting beraneka ragam ukurannya, dari ketam kacang, yang lebarnya hanya beberapa
milimeter, hingga kepiting laba-laba Jepang, dengan rentangan kaki hingga 4 m [1].

Anatomi[sunting]
Kepiting sejati mempunyai lima pasang kaki; sepasang kaki yang pertama dimodifikasi
menjadi sepasang capit dan tidak digunakan untuk bergerak. Di hampir semua jenis
kepiting, kecuali beberapa saja (misalnya, Raninoida), perutnya terlipat di bawah
cephalothorax. Bagian mulut kepiting ditutupi oleh maxilliped yang rata, dan bagian
depan dari carapace tidak membentuk sebuah rostrum yang panjang [2]. Insang kepiting
terbentuk dari pelat-pelat yang pipih ("phyllobranchiate"), mirip dengan insang udang,
namun dengan struktur yang berbeda

Kom-pet-i-tives adalah binatang anggota krustasea berkaki sepuluh dari upabangsa


(infraordo) Brachyura, yang dikenal mempunyai "ekor" yang sangat pendek (bahasa
Yunani: brachy = pendek, ura = ekor), atau yang perutnya (abdomen) sama sekali
tersembunyi di bawah dada (thorax). Tubuh kepiting dilindungi oleh kerangka luar yang
sangat keras, tersusun dari kitin, dan dipersenjatai dengan sepasang capit. Ketam adalah
nama lain bagi kepiting.

Kepiting terdapat di semua samudra dunia. Ada pula kepiting air tawar dan darat,
khususnya di wilayah-wilayah tropis. Rajungan adalah kepiting yang hidup di perairan
laut dan jarang naik ke pantai, sedangkan yuyu adalah ketam penghuni perairan tawar
(sungai dan danau).

Kepiting beraneka ragam ukurannya, dari ketam kacang, yang lebarnya hanya beberapa
milimeter, hingga kepiting laba-laba Jepang, dengan rentangan kaki hingga 4 m [1].

Anatomi[sunting]
Kepiting sejati mempunyai lima pasang kaki; sepasang kaki yang pertama dimodifikasi
menjadi sepasang capit dan tidak digunakan untuk bergerak. Di hampir semua jenis
kepiting, kecuali beberapa saja (misalnya, Raninoida), perutnya terlipat di bawah
cephalothorax. Bagian mulut kepiting ditutupi oleh maxilliped yang rata, dan bagian
depan dari carapace tidak membentuk sebuah rostrum yang panjang [2]. Insang kepiting
terbentuk dari pelat-pelat yang pipih ("phyllobranchiate"), mirip dengan insang udang,
namun dengan struktur yang berbeda

Kom-pet-i-tives adalah binatang anggota krustasea berkaki sepuluh dari upabangsa


(infraordo) Brachyura, yang dikenal mempunyai "ekor" yang sangat pendek (bahasa
Yunani: brachy = pendek, ura = ekor), atau yang perutnya (abdomen) sama sekali
tersembunyi di bawah dada (thorax). Tubuh kepiting dilindungi oleh kerangka luar yang
sangat keras, tersusun dari kitin, dan dipersenjatai dengan sepasang capit. Ketam adalah
nama lain bagi kepiting.

Kepiting terdapat di semua samudra dunia. Ada pula kepiting air tawar dan darat,
khususnya di wilayah-wilayah tropis. Rajungan adalah kepiting yang hidup di perairan
laut dan jarang naik ke pantai, sedangkan yuyu adalah ketam penghuni perairan tawar
(sungai dan danau).
Kepiting beraneka ragam ukurannya, dari ketam kacang, yang lebarnya hanya beberapa
milimeter, hingga kepiting laba-laba Jepang, dengan rentangan kaki hingga 4 m [1].

Anatomi[sunting]
Kepiting sejati mempunyai lima pasang kaki; sepasang kaki yang pertama dimodifikasi
menjadi sepasang capit dan tidak digunakan untuk bergerak. Di hampir semua jenis
kepiting, kecuali beberapa saja (misalnya, Raninoida), perutnya terlipat di bawah
cephalothorax. Bagian mulut kepiting ditutupi oleh maxilliped yang rata, dan bagian
depan dari carapace tidak membentuk sebuah rostrum yang panjang [2]. Insang kepiting
terbentuk dari pelat-pelat yang pipih ("phyllobranchiate"), mirip dengan insang udang,
namun dengan struktur yang berbeda

Kom-pet-i-tives adalah binatang anggota krustasea berkaki sepuluh dari upabangsa


(infraordo) Brachyura, yang dikenal mempunyai "ekor" yang sangat pendek (bahasa
Yunani: brachy = pendek, ura = ekor), atau yang perutnya (abdomen) sama sekali
tersembunyi di bawah dada (thorax). Tubuh kepiting dilindungi oleh kerangka luar yang
sangat keras, tersusun dari kitin, dan dipersenjatai dengan sepasang capit. Ketam adalah
nama lain bagi kepiting.

Kepiting terdapat di semua samudra dunia. Ada pula kepiting air tawar dan darat,
khususnya di wilayah-wilayah tropis. Rajungan adalah kepiting yang hidup di perairan
laut dan jarang naik ke pantai, sedangkan yuyu adalah ketam penghuni perairan tawar
(sungai dan danau).

Kepiting beraneka ragam ukurannya, dari ketam kacang, yang lebarnya hanya beberapa
milimeter, hingga kepiting laba-laba Jepang, dengan rentangan kaki hingga 4 m [1].

Anatomi[sunting]
Kepiting sejati mempunyai lima pasang kaki; sepasang kaki yang pertama dimodifikasi
menjadi sepasang capit dan tidak digunakan untuk bergerak. Di hampir semua jenis
kepiting, kecuali beberapa saja (misalnya, Raninoida), perutnya terlipat di bawah
cephalothorax. Bagian mulut kepiting ditutupi oleh maxilliped yang rata, dan bagian
depan dari carapace tidak membentuk sebuah rostrum yang panjang [2]. Insang kepiting
terbentuk dari pelat-pelat yang pipih ("phyllobranchiate"), mirip dengan insang udang,
namun dengan struktur yang berbeda
Rajungan Callinectes sapidus
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Upafilum: Crustacea
Kelas: Malacostraca
Ordo: Decapoda
Upaordo: Pleocyemata
Infraordo: Brachyura
Linnaeus, 1758
Superfamilies
 Dromiacea

Rajungan Callinectes sapidus


Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Upafilum: Crustacea
Kelas: Malacostraca
Ordo: Decapoda
Upaordo: Pleocyemata
Infraordo: Brachyura
Linnaeus, 1758
Superfamilies
 Dromiacea

Crustacea (baca: krustasea) adalah suatu kelompok besar dari arthropoda, terdiri dari
kurang lebih 52.000 spesies yang terdeskripsikan, dan biasanya dianggap sebagai suatu
subfilum.[1] Kelompok ini mencakup hewan-hewan yang cukup dikenal seperti lobster,
kepiting, udang, udang karang, serta teritip[1]. Mayoritas merupakan hewan air, baik air
tawar maupun laut, walaupun beberapa kelompok telah beradaptasi dengan kehidupan
darat, seperti kepiting darat.[1] Kebanyakan anggotanya dapat bebas bergerak, walaupun
beberapa takson bersifat parasit dan hidup dengan menumpang pada inangnya.[1]

Daftar isi
 [sembunyikan] 
 1 Struktur dan fungsi tubuh
 2 Klasifikasi

 3 Hubungan Crustacea dengan manusia


 4 Referensi

 5 Pranala luar

Struktur dan fungsi tubuh[sunting]


Tubuh Crustacea terdiri atas dua bagian, yaitu kepala dada yang menyatu (sefalotoraks)
dan perut atau badan belakang (abdomen).[2] Bagian sefalotoraks dilindungi oleh kulit
keras yang disebut karapas dan 5 pasang kaki yang terdiri dari 1 pasang kaki capit
(keliped) dan 4 pasang kaki jalan.[2] Selain itu, di sefalotoraks juga terdapat sepasang
antena, rahang atas, dan rahang bawah.[2] Sementara pada bagian abdomen terdapat 5
pasang kaki renang dan di bagian ujungnya terdapat ekor.[2] Pada udang betina, kaki di
bagian abdomen juga berfungsi untuk menyimpan telurnya. Sistem pencernaan
Crustacea dimulai dari mulut, kerongkong, lambung, usus, dan anus[2]. Sisa metabolisme
akan diekskresikan melalui sel api. Sistem saraf Crustacea disebut sebagai sistem saraf
tangga tali, dimana ganglion kepala (otak) terhubung dengan antena (indra peraba), mata
(indra penglihatan), dan statosista (indra keseimbangan).[3] Hewan-hewan Crustacea
bernapas dengan insang yang melekat pada anggota tubuhnya dan sistem peredaran darah
yang dimilikinya adalah sistem peredaran darah terbuka[4]. O2 masuk dari air ke
pembuluh insang, sedangkan CO2 berdifusi dengan arah berlawanan. O2 ini akan
diedarkan ke seluruh tumbuh tanpa melalui pembuluh darah.[4] Golongan hewan ini
bersifat diesis (ada jantan dan betina) dan pembuahan berlangsung di dalam tubuh betina
(fertilisasi internal). Untuk dapat menjadi dewasa, larva hewan akan mengalami
pergantian kulit (ekdisis) berkali-kali.

Klasifikasi[sunting]
Crustacea dibagi menjadi 2 sub-kelas, yaitu Entomostraca (udang-udangan rendah) dan
Malacostrata (udang-udangan besar).[2] Entomostraca umumnya berukuran kecil dan
merupakan zooplankton yang banyak ditemukan di perairan laut atau air tawar[2].
Golongan hewan ini biasanya digunakan sebagai makanan ikan, contohnya adalah ordo
Copepoda, Cladocera, Ostracoda, dan Amphipoda[2]. Sedangkan, Malacostrata umumnya
hidup di laut dan pantai. Yang termasuk ke dalam Malacostrata adalah ordo Decapoda
dan Isopoda[5]. Contoh dari spesiesnya adalah udang windu (Panaeus), udang galah
(Macrobanchium rosenbergi), rajungan (Neptunus pelagicus), dan kepiting (Portunus
sexdentalus).

Crustacea (baca: krustasea) adalah suatu kelompok besar dari arthropoda, terdiri dari
kurang lebih 52.000 spesies yang terdeskripsikan, dan biasanya dianggap sebagai suatu
subfilum.[1] Kelompok ini mencakup hewan-hewan yang cukup dikenal seperti lobster,
kepiting, udang, udang karang, serta teritip[1]. Mayoritas merupakan hewan air, baik air
tawar maupun laut, walaupun beberapa kelompok telah beradaptasi dengan kehidupan
darat, seperti kepiting darat.[1] Kebanyakan anggotanya dapat bebas bergerak, walaupun
beberapa takson bersifat parasit dan hidup dengan menumpang pada inangnya.[1]

Daftar isi
 [sembunyikan] 
 1 Struktur dan fungsi tubuh
 2 Klasifikasi

 3 Hubungan Crustacea dengan manusia


 4 Referensi

 5 Pranala luar

Struktur dan fungsi tubuh[sunting]


Tubuh Crustacea terdiri atas dua bagian, yaitu kepala dada yang menyatu (sefalotoraks)
dan perut atau badan belakang (abdomen).[2] Bagian sefalotoraks dilindungi oleh kulit
keras yang disebut karapas dan 5 pasang kaki yang terdiri dari 1 pasang kaki capit
(keliped) dan 4 pasang kaki jalan.[2] Selain itu, di sefalotoraks juga terdapat sepasang
antena, rahang atas, dan rahang bawah.[2] Sementara pada bagian abdomen terdapat 5
pasang kaki renang dan di bagian ujungnya terdapat ekor.[2] Pada udang betina, kaki di
bagian abdomen juga berfungsi untuk menyimpan telurnya. Sistem pencernaan
Crustacea dimulai dari mulut, kerongkong, lambung, usus, dan anus[2]. Sisa metabolisme
akan diekskresikan melalui sel api. Sistem saraf Crustacea disebut sebagai sistem saraf
tangga tali, dimana ganglion kepala (otak) terhubung dengan antena (indra peraba), mata
(indra penglihatan), dan statosista (indra keseimbangan).[3] Hewan-hewan Crustacea
bernapas dengan insang yang melekat pada anggota tubuhnya dan sistem peredaran darah
yang dimilikinya adalah sistem peredaran darah terbuka[4]. O2 masuk dari air ke
pembuluh insang, sedangkan CO2 berdifusi dengan arah berlawanan. O2 ini akan
diedarkan ke seluruh tumbuh tanpa melalui pembuluh darah.[4] Golongan hewan ini
bersifat diesis (ada jantan dan betina) dan pembuahan berlangsung di dalam tubuh betina
(fertilisasi internal). Untuk dapat menjadi dewasa, larva hewan akan mengalami
pergantian kulit (ekdisis) berkali-kali.

Klasifikasi[sunting]
Crustacea dibagi menjadi 2 sub-kelas, yaitu Entomostraca (udang-udangan rendah) dan
Malacostrata (udang-udangan besar).[2] Entomostraca umumnya berukuran kecil dan
merupakan zooplankton yang banyak ditemukan di perairan laut atau air tawar[2].
Golongan hewan ini biasanya digunakan sebagai makanan ikan, contohnya adalah ordo
Copepoda, Cladocera, Ostracoda, dan Amphipoda[2]. Sedangkan, Malacostrata umumnya
hidup di laut dan pantai. Yang termasuk ke dalam Malacostrata adalah ordo Decapoda
dan Isopoda[5]. Contoh dari spesiesnya adalah udang windu (Panaeus), udang galah
(Macrobanchium rosenbergi), rajungan (Neptunus pelagicus), dan kepiting (Portunus
sexdentalus).

kan kepe-kepe umumnya berukuran kecil, kebanyakan panjangnya 12 sampai 22 cm.


Spesies terbesar, kepe-kepe bergaris dan kepe-kepe pelana, C. ephippium, tumbuh hingga
30 cm. Namanya merujuk pada tubuh yang berwarna terang dan berpola mencolok pada
banyak spesies, dengan sentuhan warna hitam, putih, biru, merah, jingga, dan kuning.
Namun beberapa spesies berwarna biasa saja. Banyak kepe-kepe yang 'bintik mata' di sisi
tubuhnya serta pita gelap yang melewati mata mereka, mirip pola yang terlihat di sayap
kupu-kupu.[3] Tubuhnya yang bulat pipih mudah dikenali di melimpahnya kehidupan
terumbu karang, sehingga orang mengira bahwa warna mencolok itu dimaksudkan untuk
komunikasi antarspesies. Ikan kepe kepe sirip punggung tidak terbagi-bagi, sirip ekornya
membulat atau nampak terpotong tapi tidak bercabang.

Umumnya aktif di siang hari dan sering berada di air dangkal berkedalaman kurang dari
18 m (meskipun beberapa spesies turun hingga 180 m), kepe-kepe umumnya terikat pada
rentang habitat tertentu. Kepe-kepe pemakan koral umumnya bersifat teritorial,
membentuk pasangan-pasangan kawin dan mengklaim kepemilikan sendiri atas koral.
Berlawanan dengan itu, pemakan zooplankton membentuk kelompok satu spesies
berjumlah besar. Pada malam hari, kepe-kepe bersembunyi di antara celah-celah karang
dan dan memperlihatkan warna tubuh yang berbeda dari warnanya di siang hari.

Warna mereka juga menjadikan ikan kepe-kepe ikan hias akuarium yang populer. Akan
tetapi, banyak spesiesnya memakan koral, polip dan anemon. Ini menimbulkan masalah
pada kebanyakan akuarium terumbu karang dimana keseimbangan yang rapuh harus
dijaga. Oleh karena itu, spesies yang dipelihara pada hobi merupakan spesies yang
makanannya umum ataupun spesialis pemakan zooplankton.

Ikan kepe-kepe merupakan ikan yang bertelur pelagis, yaitu mereka menghasilkan
banyak telur yang mengapung yang kemudian menjadi bagian plankton, melayang-layang
terbawa arus hingga menetas. Anaknya melalui tahap yang disebut tholichthys, dimana
tubuh dari ikan pascalarva tertutup lempengan tulang besar yang meluas dari kepala.
Lempengan tulang itu menghilang saat mereka beranjak dewasa.[3] Tahap yang dilindungi
lempengan semacam itu hanya terlihat pada satu famili ikan lain, scat (Scatophagidae).

Taksonomi, sistematika dan evolusi[sunting]


Nama familia ikan kepe-kepe berasal dari kata bahasa Yunani Kuno chaite ("rambut")
dan odontos ("gigi"). Hal ini merujuk pada barisan gigi mirip sikat yang ada di mulutnya
yang dapat dimonyongkan.

Chaetodontidae dapat dibagi menjadi dua garis keturunan yang mungkin dapat dianggap
sebagai subfamilia. Namun hal ini tidaklah selesai, dan nama subfamili Chaetodontinae
tidak dipakai karena ia adalah peninggalan dari masa saat Pomacanthidae dan
Chaetodontidae digabungkan dalam Chaetodontidae sebagai satu famili. Oleh karena itu,
Chaetodontinae sekarang dianggap sinonim junior dari Chaetodontidae. Dalam hal
apapun, satu garis keturunan Chaetodontidae (dalam pengertian modern) terdiri dari
kepe-kepe "khas" di sekitar Chaetodon, sedangkan yang lain menggabungkan genus ikan
bendera dan ikan koral. Karena "Perciformes" sangat parafiletik, hubungan yang tepat
dari Chaetodontidae secara keseluruhan kurang diketahui.[4]

Catatan fosil kelompok ikan ini sedikit. Hal ini dikarenakan terutama oleh fakta bahwa
mereka terbatas tinggal di terumbu karang dimana bangkai binatang mudah dimakan oleh
pemakan bangkai, tertutupi oleh tumbuh berlebihnya koral, bahkan jika mereka memfosil
mungkin sekali cepat atau lambat erosi akan menghancurkan fosil mereka. Namun, ada
Pygaeus, fosil yang sangat basal dari epoch Eosen akhir-tengah dari Eropa, berasal dari
masa Bartonian 40-37 juta-tahun yang lalu. Sehingga Chaetodontidae mungkin berasal
dari Eosen tengah-awal. Jam molekuler dikombinasikan dengan bukti yang diberikan
Pygaeus memungkinkan penempatan pemisahan awal antara dua garis keturunan utama
hingga Eosen akhir-tengah, bersama dengan beberapa fosil lain, memungkinkan untuk
menyimpulkan bahwa kebanyakan genus yang hidup sekarang mungkin sudah berbeda
pada akhir Paleogene 23 juta tahun lalu.[5]

Genera[sunting]

Garis ikan bendera-ikan koral lebih jauh dapat dibagi menjadi dua kelompok; hal ini
mungkin dianggap tribus namun belum dinamai secara resmi. Genera terdaftar berurutan
atau berdasarkan filogenetik yang diperhitungkan, dari yang paling purba hingga yang
termuda:[4]

Ikan bendera/ikan koral garis 1:

 Amphichaetodon
 Coradion

 Chelmon

 Chelmonops

Ikan bendera/ikan koral garis 2:

 Forcipiger
 Hemitaurichthys
 Heniochus

 Johnrandallia Nalbant 1974 (termasuk Pseudochaetodon)

kan kepe-kepe umumnya berukuran kecil, kebanyakan panjangnya 12 sampai 22 cm.


Spesies terbesar, kepe-kepe bergaris dan kepe-kepe pelana, C. ephippium, tumbuh hingga
30 cm. Namanya merujuk pada tubuh yang berwarna terang dan berpola mencolok pada
banyak spesies, dengan sentuhan warna hitam, putih, biru, merah, jingga, dan kuning.
Namun beberapa spesies berwarna biasa saja. Banyak kepe-kepe yang 'bintik mata' di sisi
tubuhnya serta pita gelap yang melewati mata mereka, mirip pola yang terlihat di sayap
kupu-kupu.[3] Tubuhnya yang bulat pipih mudah dikenali di melimpahnya kehidupan
terumbu karang, sehingga orang mengira bahwa warna mencolok itu dimaksudkan untuk
komunikasi antarspesies. Ikan kepe kepe sirip punggung tidak terbagi-bagi, sirip ekornya
membulat atau nampak terpotong tapi tidak bercabang.

Umumnya aktif di siang hari dan sering berada di air dangkal berkedalaman kurang dari
18 m (meskipun beberapa spesies turun hingga 180 m), kepe-kepe umumnya terikat pada
rentang habitat tertentu. Kepe-kepe pemakan koral umumnya bersifat teritorial,
membentuk pasangan-pasangan kawin dan mengklaim kepemilikan sendiri atas koral.
Berlawanan dengan itu, pemakan zooplankton membentuk kelompok satu spesies
berjumlah besar. Pada malam hari, kepe-kepe bersembunyi di antara celah-celah karang
dan dan memperlihatkan warna tubuh yang berbeda dari warnanya di siang hari.

Warna mereka juga menjadikan ikan kepe-kepe ikan hias akuarium yang populer. Akan
tetapi, banyak spesiesnya memakan koral, polip dan anemon. Ini menimbulkan masalah
pada kebanyakan akuarium terumbu karang dimana keseimbangan yang rapuh harus
dijaga. Oleh karena itu, spesies yang dipelihara pada hobi merupakan spesies yang
makanannya umum ataupun spesialis pemakan zooplankton.

Ikan kepe-kepe merupakan ikan yang bertelur pelagis, yaitu mereka menghasilkan
banyak telur yang mengapung yang kemudian menjadi bagian plankton, melayang-layang
terbawa arus hingga menetas. Anaknya melalui tahap yang disebut tholichthys, dimana
tubuh dari ikan pascalarva tertutup lempengan tulang besar yang meluas dari kepala.
Lempengan tulang itu menghilang saat mereka beranjak dewasa.[3] Tahap yang dilindungi
lempengan semacam itu hanya terlihat pada satu famili ikan lain, scat (Scatophagidae).

Taksonomi, sistematika dan evolusi[sunting]


Nama familia ikan kepe-kepe berasal dari kata bahasa Yunani Kuno chaite ("rambut")
dan odontos ("gigi"). Hal ini merujuk pada barisan gigi mirip sikat yang ada di mulutnya
yang dapat dimonyongkan.

Chaetodontidae dapat dibagi menjadi dua garis keturunan yang mungkin dapat dianggap
sebagai subfamilia. Namun hal ini tidaklah selesai, dan nama subfamili Chaetodontinae
tidak dipakai karena ia adalah peninggalan dari masa saat Pomacanthidae dan
Chaetodontidae digabungkan dalam Chaetodontidae sebagai satu famili. Oleh karena itu,
Chaetodontinae sekarang dianggap sinonim junior dari Chaetodontidae. Dalam hal
apapun, satu garis keturunan Chaetodontidae (dalam pengertian modern) terdiri dari
kepe-kepe "khas" di sekitar Chaetodon, sedangkan yang lain menggabungkan genus ikan
bendera dan ikan koral. Karena "Perciformes" sangat parafiletik, hubungan yang tepat
dari Chaetodontidae secara keseluruhan kurang diketahui.[4]

Catatan fosil kelompok ikan ini sedikit. Hal ini dikarenakan terutama oleh fakta bahwa
mereka terbatas tinggal di terumbu karang dimana bangkai binatang mudah dimakan oleh
pemakan bangkai, tertutupi oleh tumbuh berlebihnya koral, bahkan jika mereka memfosil
mungkin sekali cepat atau lambat erosi akan menghancurkan fosil mereka. Namun, ada
Pygaeus, fosil yang sangat basal dari epoch Eosen akhir-tengah dari Eropa, berasal dari
masa Bartonian 40-37 juta-tahun yang lalu. Sehingga Chaetodontidae mungkin berasal
dari Eosen tengah-awal. Jam molekuler dikombinasikan dengan bukti yang diberikan
Pygaeus memungkinkan penempatan pemisahan awal antara dua garis keturunan utama
hingga Eosen akhir-tengah, bersama dengan beberapa fosil lain, memungkinkan untuk
menyimpulkan bahwa kebanyakan genus yang hidup sekarang mungkin sudah berbeda
pada akhir Paleogene 23 juta tahun lalu.[5]

Genera[sunting]

Garis ikan bendera-ikan koral lebih jauh dapat dibagi menjadi dua kelompok; hal ini
mungkin dianggap tribus namun belum dinamai secara resmi. Genera terdaftar berurutan
atau berdasarkan filogenetik yang diperhitungkan, dari yang paling purba hingga yang
termuda:[4]

Ikan bendera/ikan koral garis 1:

 Amphichaetodon
 Coradion

 Chelmon

 Chelmonops

Ikan bendera/ikan koral garis 2:


 Forcipiger
 Hemitaurichthys

 Heniochus diphreutes

 Johnrandallia Nalbant 1974 (termasuk Pseudochaetodon)

Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Superkelas: Osteichthyes
Kelas: Actinopterygii
Ordo: Perciformes
Upaordo: Percoidei
Superfamili: Percoidea
Famili: Chaetodontidae

Anda mungkin juga menyukai