Anda di halaman 1dari 8

FARMAKOLOGI

“KEKURANGAN DAN KELEBIHAN OBAT BESERTA


FARMAKOKINETIKNYA”

https://www.academia.edu/12890147/FARMAKOKINETIK
https://id.scribd.com/doc/114351339/Kelebihan-Dan-Kekurangan-
Sedianan-Obat#download

Disusun Oleh :
SITI SALSA ANTIK MARETNA
1B

Program Studi D-3 Keperawatan


Akademi keperawatan PEMKAB Cianjur 2019/2020
KEKURANGAN SERTA KELEBIHAN OBAT

1. Tablet
a. Keuntungan
 Tablet dapat diproduksi dalam skala besar dan dengan kecepatan
produksi yang sangat tinggi sehingga lebih murah.
 Memiliki ketepatan dosis tiap tablet atau tiap unit pemakaian.
 Lebih stabil dan tidak mudah ditumbuhi mikroba karena dalam
bentuk kering dengan kadar air yang rendah.
 Dapat dibuat produk dengan berbagai profil pelepasan.
 Tablet bukan produk steril sehingga penanganan pada saat produksi
lebih mudah.
 Mudah dibawa kemana mana.
 Pemakaian dapat dilakukan sendiri tanpa bantuan tim medis.
 Bau, rasa serta warna dapat ditutupi dengan penyalutan.
 Mudah diidentifikasi dengan memberi tanda atau logo di punch.
 Dibandingan dengan kapsul tablet lebih sulit dipalsukan.
b. Kekurangan
 Bahan aktif dengan dosis yang besar dan tidak kompersible sulit
dibuat tablet.
 Sulit untuk memformulasikan zat aktif yang sulit dibasahi dan tidak
larut serta disolusinya rendah.
 Onsetnya lebih lama dibandingkan persediaan parental larutan oral
dan kapsul.
 Jumlah zat aktif dalam bentuk cairan yang dapat dijerat kedalam
tablet sangat kecil.
 Kesulitan menelan pada anak anak, orang sakit parah dan orang
lanjut usia.
 Pasien yang menjadi atau menjalankan radio terapi tidak dapat
menelan obat.
2. Kapsul
a. Kelebihan
 Bentuknya menarik dan praktis.
 Cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi obat yang
berasa dan berbau tidak sedap.
 Mudah ditelan dan cepat hancur atau larut dalam perut sehingga obat
cepat diabsorpsi.
 Dokter dapat mengkombinasikan beberapa macam obat dan dosis
yang berbeda sesuai dengan kebutuhan pasien.
 Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak meemrlukan bahan zat
tambahan atau penolong seperti pembuatan pil mauput tablet.
b. Kekurangan
 Tidak bisa untuk zat zat yang mudah menguap, karena pori pori
kapsul tidak dapat menahan penguapan.
 Tidak bisa untuk zat zat yang higriskopis (menyerap lembab).
 Tidak bisa untuk zat yang bereaksi dengan cangkang kapsul.
 Tidak bisa digunakan untuk balita.
 Tidak biga dibagi bagi.
3. Kaplet
a. Kelebihan
 Cukup stabil dalam penyimpanan dan transportasi.
 Dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak.
 Tepat untuk obat yang teroksidasi dan mempunyai bau dan rasa yang
tidak enak.
 Bentuk kaplet mudah ditelan.
 Bentuk kaplet lebih menarik.
 Bahan obat cepat hancur.
 Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari.
b. Kekurangan
 Bahan aktif dengan dosis yang besar dan tidak kompersible sulit
dibuat tablet.
 Sulit untuk memformulasikan zat aktif yang sulit dibasahi dan tidak
larut serta disolusinya rendah.
 Onsetnya lebih lama dibandingkan persediaan parental larutan oral
dan kapsul.
 Jumlah zat aktif dalam bentuk cairan yang dapat dijerat kedalam
tablet sangat kecil.
 Kesulitan menelan pada anak anak, orang sakit parah dan orang
lanjut usia.
 Pasien yang menjadi atau menjalankan radio terapi tidak dapat
menelan obat.
4. Cairanb
a. Kelebihan
 Dosisnya mudah divariasikan.
 Aksi obat terjadi cepat karena obat lebih mudah atau cepat diabsorpsi
dalam bentuk cair.
 Sediaan larutan mudah diberikan perasa, pemanis, dan pewarna.
 Keuntungan untuk anak anak atau pasien yang mengalami sukar
menelan obat kapsul atau tablet.
 Beberapa obat mengiritasi mukosa lambung ketika diberikan dalam
sediaan gtablet atau kapsul.
b. Kekurangan
 Kurang stabil dari segi mikrobiologi dan kimia daripada sediaan
padat.
 Beberapa obat untuk penggunaaan obat tidak cocok sebagai sediaan
larutan jika rasanya pahit.
 Harus menggunakan pengawet.
 Mudah pecah atau tidak efisien dan tidak mudah dibawa kemana
mana.
 Penggunaan tidak efisien.
5. Suppositoria
a. Kelebihan
 Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung.
 Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan dan asam
lambung.
 Obat dapat masuk langsung dalam saluran darah sehingga obat dapat.
berefek lebih cepat daripada penggunakaan obat peroral.
 Baik bagi pasien yang mudah muntah dan tidak sadar.
b. Kekurangan
 pengisapan menimbulkan efek tidak nyaman.
 bahan obat terabsorpsi secara lambat menghasilkan waktu aksi
trapeutik yang lama.
 penyimpanan dengan kelembaban yang tinggi dapat menyerap
kelembaban yang cenderung menjadi mengembang.
 penyimpanan pada kelembaban yang sangat kurang dapat
menyebabkan rapuh.
 jumlah obat yang akan diberikan dalam bentuk suppo tergantung
pada pembawa dan bentuk kimia serta fisik obat yang diberikan.
6. Spray atau inhaler
a. Kelebihan
 Sebagian obat dapat dengan mudah diambil dari wadah tanpa sisanya
menjadi tercemar dan terpapar.
 Berdasarkan pada wadah aerosol yang kedap udara, maka zat obat
terlindung dari pengaruh yang tidak diinginkan dari akibat O2 dan
kelembaban udara.
 Pengobatan topikal dapat diberikan secara merata, melapisi kulit
tanpa menyentuh daerah yang diobati.
 Dengan formula yang tepat dan pengontrolan katup, bentuk fisik dan
ukuran partikel produk yang dipancarkan dapatt diatur yang mungkin
mempunyai andil dalam efektifitas obat.
 Merupakan proses yang bersih dan tidak memerlukan pencucian oleh
pemakainya.
 Mudah digynakan dan sedikit kontak dengan tangan
 Bahaya kontaminasi tidak ada karena wadah kedap udara.
 Iritasi yang disebabkan oleh pemakaian topikal dapat dikurangi.
 Takaran yang dikehendaki dapat diatur.
 Bentuk semprotan dapat diatur.
b. Kekurangan
 MDI biasanya mengandung bahan obat terdispersi dan masalah yang
sering timbul ialah berkaitan dengan stabilitas fisiknya.
 Seringnya obat menjadi kurang efektif.
 Efikasi klinik biasanya tergantung pada kemampuan pasien
menggunakan MDI dengan baik dan benar.
7. Ekstrak
a. Kelebihan
 Relatif aman dari efek samping untuk dikonsumsi dalam jangka
waktu yang lama.
 Sesuai untuk gangguan kesehatan terutama penyakit kronik dan
degeneratif.
 Menggunakan unsur unsur obat yang lebih aman yang lebih alami
sehingga diharapkan tubuh bisa lebih mudah menerimanya.
 Bisa menyembuhkan beberapa penyakit tertentu yang tidak bisa
diobati dengan cara medis.
b. Kekurangan
 Membutuhkan waktu yang relatif lama untuk mendapatkan khasiat.
 Sulit mendapatkan bahan dasar obat yang dimaksud jika harus dalam
bentuk utuh.
 Tidak dianjurkan untuk pasien gawat darurat.
 Bahan baku belum standar.
 Mudah tercemar berbagai jenis organisme.
8. Salep
a. Kelebihan
 Dapat diatur daya penetrasi dengan memodifikasi basisnya.
 Kontak sediaan dengan kulit lebih lama.
 Lebih sedikit mengandung air sehingga sulit ditumbuhi bakteri.
 Lebih mudah diguakan tanpa alat bantu.
b. Kekurangan
 Terjadi tengik terutama untuk sediaan dengan basis lemak tak jenuh.
 Terbentuk kristal atau keluarnya fase padat dan basisnya.
 Terjadi perubahan warna.
9. Cara Kerja Obat Dalam Tubuh
a. Absorpsi obat
Proses absorpsi obat terjadi di tempat pemberian obat, secara lokal
misalnya dalam lambung (obat antasida penetral asam lambung), dalam kulit
(sediaan topikal), di dinding pembuluh darah kapiler di sekitar anus (obat
wasir) atau secara sistemik yakni di lambung atau usus (jika obat diberikan
secara oral atau melalui mulut). Untuk obat yang diberikan secara intravena
(masuk ke pembuluh darah vena secara langsung dengan suntikan atau infus)
maka obat tidak mengalami absorpsi, namun langsung terdistribusi ke darah.
Absorpsi obat tergantung sifat fisika dan kimia obat yang berbeda-beda tiap
senyawa, dan tempat absorpsi obat yang menentukan pH lingkungan absorpsi
.Selain itu ada pengaruh bentuk obat, yang berbentuk partikel kecil sangat
mudah/cepat absorpsinya. Juga tak bisa dilupakan bentuk obat yang tersedia
di lokasi absorpsi, apakah bentuk ion atau molekul. Hanya obat dalam bentuk
molekul yang akan mengalami absorpsi karena bentuk molekul yang larut
dalam lipid akan mudah menembus membran tubuh tempat absorpsi obat
(membran tubuh bersifat lipid bilayer).
Oleh karena itu, kita bisa memperkirakan di mana tempat absorpsi obat
tergantung pH obat. Obat bersifat asam seperti asetosal (aspirinR), ibuprofen
(prorisR), asam mefenamat (ponstanR) pasti akan mengalami absorpsi di
lambung bukan di usus. Sebabnya adalah dalam lambung yang bersuasana
asam obat-obat asam akan mengalami bentuk molekul yang lebih banyak
dibandingkan bentuk ionnya (bentuk ion larut air mudah diekskresikan,
bukan diabsorpsi). Selama proses absorpsi, obat mengalami penurunan
jumlah karena tak semua obat diabsorpsi. Selain itu selama proses absorpsi,
jika obat diberikan secara oral maka akan mengalami siklus enterohepatik
(perjalanan dari pembuluh darah di usus ke portal hepar di mana terdapat
enzim beta-glikosidase yang mengolah sebagian obat sebelum sampai di
reseptornya).
Berdasarkan proses absorpsi dan sifat asam-basa obat ini pula, kita dapat
memperkirakan apakah obat lebih baik jika dikonsumsi sebelum atau sesudah
makan. Obat bersifat asam yang diabsorpsi di lambung lebih baik dikonsumsi
sesudah makan karena saat makanan sudah sampai usus maka obat akan
tinggal lama di lambung, di tempat yang tepat untuk absorpsi jenis obat ini
sehingga efek/kerja obat lebih cepat dan maksimal. Adanya makanan dalam
lambung (sisa makanan) juga akan menurunkan asam lambung, hal ini
menguntungkan untuk obat yang bersifat asam karena sangat korosif bagi
lambung.
Dengan demikian, obat asam jika dikonsumsi sesudah makan selain efeknya
maksimal juga efek samping nyeri lambung akan tereduksi dengan nyata.
Sebaliknya obat seperti parasetamol yang bersifat kurang asam lebih baik
dikonsumsi sebelum makan, dengan harapan saat ada makanan masuk
lambung maka parasetamol akan terdorong ke usus di mana menjadi tempat
absorpsi yang maksimal bagi obat jenis kurang asam. Jadi perlu ditegaskan
kalau setiap obat memiliki sifat fisika kimia berbeda yang menyebabkan tak
semua obat harus dikonsumsi setelah makan. Masih banyak contoh obat yang
bisa dikonsumsi sebelum makan, bahkan adanya makanan di lambung.

b. Distribusi obat
Setelah obat mengalami absorpsi, maka obat akan berada di dalam darah,
siap mengalami proses selanjutnya yakni distribusi. Obat dari tempat
absorpsinya akan didistribusikan ke sirkulasi sistemik (sistem sirkulasi darah
di seluruh tubuh). Selain itu obat akan didistribusikan ke reseptor tempat
kerja obat (setiap obat memiliki reseptor tertentu yang menyebabkan
terjadinya efek farmakologi/khasiat obat, dapat berupa sel, jaringan, organ
atau enzim). Di reseptor terjadi ikatan obat dengan reseptor layaknya gembok
dan kunci yang saling pas sehingga obat mempengaruhi reseptor dan timbul
khasiat obat. Khasiat suatu obat tidak terjadi selamanya, artinya memiliki
waktu kerja obat yang tertentu dan terbatas (durasi kerja obat) yang
merupakan akibat adanya pengakhiran kerja suatu obat karena adanya proses
metabolisme dan ekskresi.
c. Metabolisme obat
Metabolisme obat utamanya terjadi di hati (hepar) dan ginjal.
Metabolisme adalah proses biotransformasi suatu struktur obat oleh enzim
hepar dan ginjal meliputi reaksi fase I dengan sitokrom P-450 berupa
oksidasi, reduksi atau hidrolisis obat. Selain itu obat pun bisa melalui reaksi
enzim fase II, yakni enzim glukoroniltransferase dan glutation-s-transferase.
Prinsip metabolisme fase I dan II adalah membentuk obat menjadi bentuk
yang mudah larut dalam air sehingga obat mudah untuk diekskresikan atau
dikeluarkan dari tubuh bersama urin atau feses. Bila suatu obat yang
mengalami reaksi fase I sudah cukup larut dalam air atau feses, obat tersebut
tak perlu lagi mengalami reaksi fase II. Namun, ada obat-obatan yang setelah
mengalami metabolisme fase I belum cukup mudah untuk dikeluarkan dari
dalam tubuh. Obat jenis ini akan mengalami reaksi lanjutan fase II. Bila suatu
obat dikonsumsi secara tunggal, proses metabolisme akan berlangsung seperi
uraian di atas. Namun bila obat dikonsumsi secara polifarmasi (lebih dari satu
obat dikonsumsi secara bersamaan), akan muncul beberapa akibat interaksi
obat dalam proses metabolisme.
Beberapa obat memiliki sifat sebagai penginduksi enzim pemetabolisme obat
baik itu fase I maupun II, misalnya obat-obat golongan barbiturat (seperti
fenobarbital) dan etanol (alkohol). Sebaliknya, ada pula obat yang mampu
menghambat enzim pemetabolisme obat, yakni golongan obat penghambat
histaminik-2 (simetidin). Adanya obat kombinasi yang bisa bersifat
menginduksi maupun menginhibisi enzim pemetabolisme obat tentu akan
mempengaruhi kerja obat lain yang akibatnya bisa jadi merugikan atau
menguntungkan. Oleh karena itu seminimal mungkin dilakukan pemberian
obat kombinasi, kecuali jika benar-benar menguntungkan bagi pasien.
d. Ekskresi obat
Setelah obat mengalami metabolisme akhirnya obat perlu dikeluarkan
dari dalam tubuh melalui proses ekskresi melalui ginjal (bersama urin), usus
besar (bersama feses), ASI, keringat bahkan air liur. Biasanya obat hasil
metabolisme yang bersifat larut air akan dikeluarkan bersama urin, keringat
dan air liur, sedangkan yang bersifat larut lemak akan keluar bersama feses
dan ASI. Itulah pentingnya pertimbangan kehati-hatian konsumsi obat pada
ibu menyusui karena obat dapat dikeluarkan melalui ASI dan memberikan
efek buruk pada bayi.
DAFTAR PUSTAKA

Anief. 2005. Farmasetika. [online]. https://duniapendidikan.co.id/farmakologi/ Diakses


tanggal 05 Mare 2020 pada pukul 16.35 WIB).
Redaksi 1000guru. 2019. Cara kerja Obat. [online].
https://majalah1000guru.net/2011/02/carakerjaobat/ Diakses tanggal 05 Maret 2020 pada
pukul 21.08 WIB).
Nurfazar Eti. 2019. Keuntungan kerugian kesediaan farmasi. [online].
https://www.slideshare.net/mobile/eti_nurfazar/keuntungan-kerugian-sediaan-farmasi/
Diakses tanggal 05 Maret 2020 pada pukul 16.20 WIB).

Anda mungkin juga menyukai