Anda di halaman 1dari 13

TOKSIKOLOGI INDUSTRI

KLORIN

Dosen:
Mirta Dwi Rahmah Rusdy

Rara Eka Filiyanti (20170301105)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Klorin merupakan zat kimia yang biasanya ditemui dalam bentuk gas beracun. Klorin
dapat diubah menjadi bentuk cair sehingga dapat ditransportasikan maupun disimpan. Ketika
cairan klorin terlepas, maka cairan tersebut akan segera berubah menjadi gas yang akan tetap
bertahan di lantai dan menyebar dengan cepat. Klorin dapat dikenali dari baunya yang
menyengat, yang mirip bau zat pemutih. Bau yang kuat ini dapat menjadi penanda bahwa
seseorang sedang terpapar gas beracun (CDC, 2013).

Menurut adwisastra (1989) klorin, klor (cl) adalah unsur halogen yang berat atomnya
35,46. Warnanya hijau kekuning-kuningan, titik didihnya -34,7˚c, titk bekunya 0,102˚c,
kepadatan 2,488 atau 2 kali berat udara. Klor pada tekanan dan suhu biasa bersifat gas dan dalam
tekanan rendah mudah mencair. Klor tidak terdapat bebas di alam tetapi terdapat dalam senyawa
terutama terdapat dalam logam natrium, magnesium,yang terdapat banyak ialah pada natrium
chloride (NaCl). Klorin merupakan hasil tambahan yang dibuat dari sodium hydroxide dengan
jalan mengelektrolisasikan sodium hydroxide .

Klor (berasal dari bahasa yunani chloros, yang berarti “hijau pucat”) adalah unsur kima
dengan unsur nomor atom 17 dan simbol Cl. Termasuk dalam golongan halogen. Sebagai ion
klorida, yang merupakan garam dan senyawa lain, secara normal ia banyak dan sangat
diperlukan dalam banyak bentuk kehidupan, termasuk manusia. Dalam wujud gas klor berwarna
kuning kehijauan, baunya sangat menyesakkan dan sangat beracun. Dalam bentuk cair dan padat,
merupakan agen pengoksidasi, peluncuran yang sangat efektif. Ciri-ciri utama unsur klor
merupakan unsur murni , mempunyai keadaan fisik berbentuk gas berwarna kuning kehijauan,
cl2 . Klor adalah gas kuning kehijauan yang dapat bergabung dengan hamper seluruh unsure lain
karena merupakan unsure bukan logam yang sangat elektronegaif (annurunnisa, 2002).

Sejak pertama kali diperkenalkan pada awal abad ke-20, klorin menjadi suatu zat kimia
yang sering digunakan di masyarakat sebagai desinfektan air, karena kemampuannya untuk
mengikat dan menghancurkan permukaan luar bakteri dan virus, mudah didapat, dan sangat
ekonomis. Selain untuk desinfektan air, derivat klorin juga digunakan untuk mengolah limbah
industri dan sebagai pemutih peralatan industri dan rumah tangga. Senyawa klorin yang sering
digunakan bisa berupa: gas klorin, bubuk pemutih, natrium hipoklorit, dan kalsium hipoklorit.
Klorin dalam bentuk gas sangat berbahaya bagi manusia, karena merupakan suatu direct acting
irritant pada saluran pernapasan, kulit, dan mata. Khususnya pada saluran napas, gas klorin
merupakan iritan yang sangat kuat (D’ Alessandro et al., 1996)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kasus Keracunan Gas Klorin
KOMPAS.com - Belasan warga Kampung Ciajag III, Desa Sirnagalih, Kecamatan
Cilaku, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, harus dilarikan ke klinik dan rumah sakit akibat
keracunan udara Peristiwa yang terjadi Senin (30/9/2019) pukul 02.00 WIB itu diduga akibat
kebocoran tabung gas klorin dari bak penampungan air milik Perumdam Tirta Mukti Cianjur.
Para korban mengalami gejala sesak nafas, tenggorokan kering, dan mata berair karena iritasi.
Menanggapi perihal kasus tersebut, Pakar Toksikologi Dr Budiawan menyatakan bahwa gas
klorin merupakan gas racun yang memiliki efek buruk bagi tubuh manusia. "Jika seseorang
terpapar atau ada kontak dengan zat klor (klorin) tersebut, pada dosis atau kadar yang melebihi
batasnya, pastinya ada efeknya," ujar Budi kepada Kompas.com, Rabu (1/10/2019).

Ia mencontohkan penggunaan air yang mengandung zat klorin. "Contohnya air kolam
renang yang mengandung banyak klorin (zat klor) jika mata kita terkena atau terpapar pasti perih
atau teriritasi, atau air minum yg mengandung zat klor tersebut," katanya. Gas klorin akan
bercampur atau terlarut dengan dalam batas tertentu, termasuk senyawa atau zat yang ada di
klorin tersebut menjadi satu dengan zat air. Namun, jika kandungan klorin melibih batas larutan
yang sesuai terhadap volume airnya, maka efek samping buruk sangat mungkin dialami oleh
penggunanya. Perihal penggunaan zat klorin yang sudah dijadikan pembasmi bakteri air sejak
lama, atau berpuluh-puluh tahun seperti yang dialami warga Cianjur tersebut. Budi menjelaskan
ada kategori untuk melihat efek jangka panjang dari penggunaan zat klorin itu. "Untuk melihat
efek jangka panjang, zat kimia tertentu ada parameternya, misalnya ADI (acceptable daily
intake) atau nilai ambang batas (NAB) yang telah ditetapkan oleh lembaga dunia seperti WHO
atau FDA, maka zat seperti gas klorin atau zat klorin terpapar pada seseorang melebihi nilai
batas tersebut, dan pasti akan ada pengaruh bagi kesehatannya," tuturnya. Kelebihan gas klorin
pada umumnya akan menyerang sistem syaraf, pernafasan, mata, dan kulit. "Gas klor (klorin)
umumnya mengakibatkan gangguan pernafasan, pusing, iritasi mata," ucapnya. Bahkan, kalau
kadar racun zat klorin tersebut sudah tinggi sekali, bisa menyebabkan kematian.

Alternatif lain daripada klorin Menurut Dr Budiawan, saat ini ketersediaan air minum
dari PAM menggunakan menggunakan ozon. Hal ini dikatakan lebih baik daripada penggunaan
air dengan larutan zat klorin sebagai pembasmi bakteri di dalam air yang akan digunakan.
Pembunuhan bakteri dengan Ozon (03), atau Sodium Hypochlorite (Naocl), diakui efektif
membunuh kuman atau bakteri tanpa mengubah rasa dari air itu. "Secara metoda fisik juga bisa
gunakan lampu UV," ujarnya. Maksudnya ialah air yang akan digunakan dipaparkan dengan
sinar lampu UV. Lampu UV ini sendiri dikatakan sangat efektif untuk mendeaktifasi bakteri,
kista, jamur dan virus. Metoda lampu UV ini menjadi jenis pembunuh bakteri yang banyak
digunakan untuk proses desinfeksi bakteri, terutama di pabrik-pabrik air minum.
2.2 Sifat Fisik dan Kimia

Klorin (Cl2) merupakan salah satu unsur yang ada di bumi dan jarang dijumpai dalam
bentuk bebas. Pada umumnya klorin dijumpai dalam bentuk terikat dengan unsur atau senyawa
lain membentuk garam natrium klorida (NaCl) atau dalam bentuk ion klorida di air laut (Hasan,
2006). Klor atau turunannya di perairan berasal dari limbah industri yang menggunakan klor
misalnya sebagai desinfektan atau pelarut yang di buang ke perairan (Enjarlis et al., 2006).

Klorin pertama kali diidentifikasi oleh seorang ahli farmasi dari Swedia, Carl Wilhem
Scheele, pada tahun 1774 dengan meneteskan sedikit larutan asam klorida (HCl) pada lempeng
mangan oksida (MnO2) yang menghasilkan gas berwarna kuning kehijauan. Reaksi dari
percobaan tersebut adalah sebagai berikut (Keenan et al., 1993):

4HCl(ag)+MnO2(s) ————-> Cl2(g)+MnCl2(ag)+2H2O(l)

Pada saat itu, Scheele belum dapat memastikan kandungan gas tersebut. Pada tahun 1810
Sir Humprey Davy, seorang ahli kimia  Inggris menyatakan bahwa gas kuning kehijauan pada
percobaan Scheele adalah sebuah unsur dan menamakannya  chlorine, yang
berarti khloros dalam bahasa Yunani atau hijau. Menurut Scott (1994) dan Hasan (2006)
menyatakan bahwa klorin dalam suhu kamar berbentuk gas halogen (Golongan VII), bersifat
sangat reaktif dan merupakan jenis oksidator kuat yang mudah bereaksi dengan berbagai unsur
lain. Pada suhu -340C, klorin berbentuk cair dan pada suhu -1030C berbentuk padatan kristal
kekuningan.

Secara alami, klorin terdapat dalam bentuk ion klorida dengan jumlah relatif jauh lebih
besar dibandingkan ion-ion halogen lainnya. Klorin dalam bentuk garam (misal NaCl)
merupakan bentuk paling aman, sedangkan dalam bentuk gas, klorin dapat diperoleh dengan
mengekstraksi larutan garam NaCl dengan cara elektrolisis. Klorin disamping mempunyai fungsi
yang berarti dalam kehidupan manusia, juga berdampak negatif bagi lingkungan. Untuk
mencegah terjadinya kerusakan lingkungan akibat pembuangan limbah, termasuk limbah klorin
maka suatu industry diwajibkan mengelola limbahnya terlebih dahulu sebelum dibuang ke
lingkungan, dimana hal ini sesuai dengan pasal 16 ayat (1) Undang-Undang No.23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Selain itu untuk mencegah terjadinya pencemaran pada
badan air, Pemerintah melalui Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep-
51/MenLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri menetapkan
parameter dan batasan konsentrasi yang diizinkan untuk dibuang, salah satunya yakni klorin
dengan batasan 1 mg/L dalam bentuk klorin bebas (Cl2) (Hasan, 2006).

Pemanfaatan Klorin. Dalam kehidupan manusia, klorin memegang peranan penting yaitu
banyak benda-benda yang kita gunakan sehari-hari mengandung klorin seperti peralatan rumah
tangga, alat-alat kesehatan, kertas, obat dan produk farmasi, pendingin, semprotan, pembersih,
pelarut, dan berbagai produk lainnya (Hasan, 2006; Retnowati, 2008).
Klor tergolong dalam grup unsur halogen (pembentuk garam)dan diperoleh dari garam
klorida dengan mereaksikan zat oksidator atau lebih sering dengan proses elektrolisis.
Merupakan gas berwarna kuning kehijauan dan dapat bersenyawa dengan hampir semua unsur.
Pada suhu 10oC, satu volume air dapat melarutkan 3.10 volume klor, sedangkan pada suhu 30oC
hanya 1.77 volume.
Gas klorin berwarna kuning-kehijauan, dapat larut dalam air, mudah bereaksi dengan
unsur lain.
Klorin dapat mengganggu pernapasan, merusak selaput lendir dan dalam wujud cairnya
dapat membakar kulit. Klorin tergolong dalam grup unsur halogen (pembentuk garam) dan
diperoleh dari garam klorida dengan mereaksikan zat oksidator atau lebih sering dengan proses
elektrolisis. Merupakan gas berwarna kuning kehijauan dan dapat bersenyawa dengan hampir
semua unsur. Pada suhu 10oC, satu volume air dapat melarutkan

Titik leleh dan titik didih bertambah jika nomor atom bertambah. Hal ini karena molekul
yang lebih besar mempunyai gaya tarik menarik Van der Waals yang lebih besar. Energi ikatan
X2 (kalor disosiasi) berkurang jika atom bertambah besar. Kecenderungan ini hanya dapat
diamati untuk Cl2, Br, dan I2.

Sifat kimia klorin yaitu gas berwarna kehijauan pada suhu kamar, mempunyai titik lebur
-101oC dan titik didih -34oC.Seperti halnya unsur kimia lain, sifat kimia klorin ini sangat
ditentukan oleh konfigurasi electron pada kulit terluarnya. Terdapat tujuh elekton pada kulit
terluar pada klorin, sehingga sifat klorin tidak stabil dan sangat reaktif agar klorin bisa
mendapatkan stuktur seperti gas mulia. Selain itu, klorin juga bersifat oksidator.

Hal ini terlihat dari kemampuannya untuk mengoksidasi atom-atom besi dan mangan.
Seperti oksigen, klorin juga membantu reaksi pembakaran dengan menghasilkan panas dan
cahaya. Dalam air laut maupun sungai, klorin akan terhidrolisis membentuk asam hipoklorit.
(Edward 1990).

2.3 Sifat Toksisitas dan Batas Paparan (NAB)

Klor merupakan bahan yang penting dalam industry tetapi harus diperhatikan pula
bahaya-bahayanya, karena klor bersifat racun/toksis terutama bila terisap pernapasan. Gas klor
yang mudah dikenal karena baunya yang khas itu, bersifat merangsang (iritasi terhadap selaput
lender pada mata/conjunctiva), selaput lender hidung, selaput lender tenggorok, tali suara dan
paru-paru. Menghisap gas klor dalam konsentasi 1000 ppm dapat mengakIbatkan kematian
mendadak ditempat. Orang yang menghirup gas klor akan merasakan sakit dan rasa panas/pedih
pada tenggorokan, hal ini disebabkan pengaruh rangsangan/iritasi terhadap selaput lender
(mucuc membrance) yang menimbulkan batuk-batuk kering (kosong) yang terasa pedih panas,
waktu menarik napas terasa sakit dan sukar bernapas, waktu bernapas terdengar suara desing
seperti penderita asma/bronchitis (Adiwisastra, 1989).

Menurut EPA Chemical emergency preparedness & prevention advisory (1990), Klorin
termasuk kedalam extremely hazardous substance (EHS) karena dampaknya yang dapat
mengakibatkan luka atau kematian pada seseorang apabila terpajan dalam jumlah yang cukup.
Lethal Concentration (LC 50) pada tikus adalah 293 ppm/1 jam secara inhalasi. NFPA
memberikan hazard symbol untuk gas klorin yaitu merah (0) non flammable, biru (4) sangat
berbahaya bagi kesehatan jika memajan dalam bentuk cair atau gas, kuning (0) stabil, putih (OX)
oxidizer. Untuk klorin dioksida nilai NAB nya sebesar 0,28 mg/m3

2.4 Route of Entry

Ada beberapa jalur pemajanan klorin pada tubuh yang bersifat akut, yaitu (u.s. departmen of
health and human services, 2007) :

1. Pernafasan

Pemajanan klorin pada konsentrasi rendah (1-10 ppm) dapat menyebabkan iritasi mata dan
hidung, sakit tenggorongan dan batuk. Menghirup gas klorin dalam konsentrasi yang lebih tinggi
(>15 ppm) dapat dengan cepat membahayakan saluran pernafasan dengan rasa sesak di dada dan
terjadinya akumulasi cairan di paru-paru (edema paru-paru). Pasien yang dengan serangan tiba-
tiba akan bernafas dengan cepat, terjadi perubahan warna biru pada kulit, batuk mengik, dan
hemoptisis. Pasien memperlihatkan gejala, yaitu luka pada paru-paru dapat berkembang setelah
beberapa jam. Pengempisan paru-paru dapat terjadi.konsentrasi terendah yang mematikan selama
pemajanan 30 menit diperkirakan sekitar 430 ppm.

2. Kardiovaskular

Tachycardia dan pada awlnya hipertensi diikuti dengan hipotensi dapat terjadi. Setelah
pemajanan yang berat, maka jantung akan mengalami penyempitan akibat kekurangan oksigen.

3. Metabolosme

Asidosi terjadi akibat kadar oksigen yang tidak mencukupi dalam jaringan. Komplikasi berat
akibat menghirup klorin dalam kadar yang besar adalah mengakibatkan terjadinya kelebihan ion
klorida di dalam darah, menyebabkan kesetimbangan asam. Anak-anak akan lebih mudah
diserang oleh zat toksik yang tentunya dapat mengganggu proses metabolism dalam tubuh.

4. Kulit

Iritasi klorin pada kulit dapat menyebabkan rasa terbakar, peradangan dan melepuh. Pemajanan
cairan klorin dapat menyebabkan peradangan akibat suhu dingin.
5. Mata

Konsentrasi rendah diudara dapat menyebabkan rasa terbakar, mata berkedip tidak teratur atau
kelopak mata menutup tanpa sengaja/diluar kemauan, konjungtivitis. Kornea mata terbakar dapat
terjadi pada konsentrasi tinggi.

6. Jalur pencernaan

Larutan klorin yang dihasilkan dalam bentuk larutan sodium hipoklorit dapat menyebabkan luka
yang korosif apabila tertelan.

2.5 Organ Sasaran


Jika klorin terhirup: Jika klorin di udara terhirup dalam jumlah kecil, akan menyebabkan
iritasi mata atau kulit dan ditandai dengan sakit tenggorokan dan batuk. Bau klorin dapat
memberikan peringatan dini sehingga Kamu mengenali keberadaannya. Sayangnya, bau klorin
menyebabkan organ penciuman kita cepat beradaptasi sehingga mengurangi kesadaran akan
paparan yang lama pada konsentrasi yang rendah. Pada paparan yang lebih tinggi, gejala yang
muncul adalah rasa sesak dada, mengi, henti  napas, dan penyempitan bronkus atau
bronkospasme. Paparan yang sangat berat dapat menyebabkan edema pulmonal
nonkardiogenik.
 
Jika klorin tertelan: Karena klorin adalah gas pada suhu kamar, maka kemungkinan tertelan
agak sulit. Namun, klorin yang terlarut dalam air (misalnya dalam bentuk natrium hipoklorit
atau pemutih rumah tangga) bisa saja tertelan dan menyebabkan kerusakan jaringan pada
saluran pencernaan.
 
Jika klorin terkena mata atau kulit: Paparan rendah gas klorin akan menyebabkan iritasi
mata dan kulit. Paparan yang lebih tinggi dapat menyebabkan luka bakar atau ulserasi kimia
yang parah. Paparan klorin cair terkompresi dapat menyebabkan radang dingin pada kulit dan
mata.
 
Anak-anak dapat terpapar dosis yang lebih besar daripada orang dewasa karena mereka
lebih pendek dari orang dewasa, sehingga mungkin menghirup gas klorin yang memiliki
konsentrasi tertinggi sedikit di atas permukaan tanah.
 

2.6 Karsinogenesis
Dalam penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan dari Centre of Research in Environmental
Epidemiology and Research Institute Hospital del Mar, Spanyol, diketahui bahwa gas yang
berada di indoor yang diberi klorin bisa menyebabkan mutasi DNA secara permanen
(mutagenicity). Penelitian tersebut dilakukan terhadap 49 orang perenang.
Para ilmuwan mengaitkan risiko kanker ini dengan efek klorin terhadap sistem
pernapasan para perenang. Beberapa waktu lalu juga dipublikasikan penelitian mengenai efek
klorin terhadap penyakit asma pada anak. Menurut para ahli, kalau klorin bersenyawa dengan zat
organik, seperti air seni atau keringat, maka akan menghasilkan senyawa sejenis nitrogen
triklorin yang dapat mengakibatkan iritasi hebat. Senyawa organik tersebut, lanjutnya, dapat
bereaksi menjadi gas di kolam tertutup dan membawa dampak terhadap sel-sel tubuh yang
melindungiparu-paru.

2.7 Tanda dan Gejala Pemajanan

Jika klorin masuk ke sistem pencernaan, beberapa gejala yang biasanya muncul seperti:

 Mulut panas seperti terbakar


 Sakit tenggorokan
 Sakit perut
 Muntah
 Buang air besar (BAB) berdarah

Sementara itu, klorin juga akan berdampak pada sistem pernapasan dengan menimbulkan
berbagai gejala seperti:

 Sulit bernapas
 Tenggorokan bengkak
 Paru-paru terisi air (edema paru)

Selain memunculkan masalah di sistem pencernaan dan pernapasan, klorin juga bisa merusak
sistem sirkulasi dan menimbulkan berbagai gejala seperti:

 pH darah menjadi tidak seimbang


 Tekanan darah rendah

Selain itu, gejala lainnya juga bisa muncul pada mata dengan menimbulkan berbagai gejala dari
mulai penglihatan yang kabur, berair, terbakar, iritasi, hingga kebutaan. Kerusakan kulit seperti
cedera jaringan akibat luka bakar dan iritasi juga bisa muncul jika paparan zatnya langsung
mengenai kulit.
2.8 Penanganan P3K
Cara penanganan

1. Terhirup

Bila aman memasuki area, segera pindahkan dari area pemaparan. Bila perlu gunakan kantong
masker berkatup atau pernafasan penyelamatan. Jaga tetap hangat dan beristirahat. Segera bawa
ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.

2. Kontak dengan kulit

Segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang terkontaminasi. Cuci dengan sabun atau
detergen ringan dan air dalam jumlah yang banyak sampai dipastikan tidak ada bahan kimia yang
tertinggal (selama 15-20 menit). Untuk luka bakar, tutup area yang terluka dengan kain kassa
streril, kering, dan longgar. Bila perlu segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan
terdekat.

3. Kontak dengan mata

Segera cuci mata dengan air yang banyak atau dengan larutan garam normal (NaCl 0,9%),
selama 30 menit, atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata dan dengan sesekali membuka
kelopak mata atas dan bawah sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal.
Tutup dengan perban steril. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.

4. Tertelan

Segera hubungi Sentra Informasi Keracunan atau dokter setempat. Jika pasien dapat menelan,
segera berikan air untuk diminum untuk mengencerkan isi lambung. Jangan sekali-kali
merangsang muntah atau memberi minum bagi pasien yang tidak sadar/pingsan. Bila terjadi
muntah, jaga agar kepala lebih rendah daripada panggul untuk mencegah aspirasi. Bila korban
pingsan, miringkan kepala menghadap ke samping. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas
kesehatan terdekat.

2.9 Penanganan Biologis


Pengukuran gas klorin dalam darah atau urine dalam rangka menilai absorpsi dari
toksikan. Dengan adanya baseline level (biological exposure indices [BEI]), monitoring biologis
dapat memperlihatkan adanya metode control yang tidak/kurang tepat atau metode kerja yang
tidak kurang baik/kurang baik yang menyebabkan adanya absorpsi.

2.10 Pemantauan dan Pengukuran di Tempat Kerja


Pengukuran kadar klorin di udara ambien kolam renang menggunakan Midget Impinger
dengan metode metil orange yang mengacu pada Methods of Air Sampling and Analiysis. Titik
pengambilan sampel berada pada ketinggian 150 cm dari permukaan lantai dengan alasan titik
ini adalah breathing zone untuk mengukur efek paparan klorin pada pekerja kolam renang.
Penentuan kadar MDA dilakukan dengan pemeriksaan spektrofotometri dengan panjang
gelombang 532 nm dengan mengukur kadar Thio Barbituric Acid Reactive Substance (TBARS).
Langkah kerja adalah mengambil 0,5 ml sampel kemudian ditambah 4,5 ml larutan PBS dingin.
Setelah itu diambil 4 ml supernatan dan ditambahkan 1 ml larutan TCA 15%. Selanjutnya
diberikan 1 ml larutan TBA 0,37% dalam HCl 0,25 N dan dipanaskan dalam waterbath 80 o C
selama 15 menit. Langkah berikutnya dilakukan pendinginan pada suhu ruang selama 60 menit
selanjutnya disentrifuse dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Kemudian mengukur
absorbansi supernatan MDA sampel pada spektrofotometer dengan λ = 532 nm dan dilakukan
penghitungan kadar MDA dengan menggunakan persamaan garis regresi dari kurva standar
(baku) larutan MDA.
Berdasarkan karakteristik individu sebagian besar usia pekerja terpapar >40 tahun
(41,7%). Sedangkan pada kelompok tidak terpapar dengan persentase sebesar 50% berusia 20-
25 tahun. Kebiasaan konsumsi antioksidan pada kelompok terpapar maupun tidak terpapar 50%
respondennya mengkonsumsi antioksidan minimal 3 hari sekali. Sebesar 58,3% kelompok
terpapar mempunyai kategori normal. Begitu pula pada kelompok tidak terpapar, 75% responden
dalam ketegori normal. Kebiasaan merokok pada kelompok terpapar 66,7% responden adalah
perokok sedang. Begitu pula pada kelompok tidak terpapar didapatkan persentase 75%
responden yang mempunyai kebiasaan merokok dalam kategori sedang (tabel 2). Kadar MDA
rata- rata pada kelompok terpapar sebesar 7,42 nmol/ml dan kelompok tidak terpapar sebesar
4,47 nmol/ml. Sebagian besar (83,3%) kelompok terpapar mengeluhkan adanya gangguan
pernafasan selama bekerja di kolam renang.

2.11 Rekomendasi dan Pengendalian


Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, maka akan dapat diupayakan
untuk mencari alternatif pengganti klorin. Beberapa alternatif pengganti klorin telah
dilaksanakan, misalnya pada pengolahan air minum atau air bersih yaitu klorinasi air digantikan
dengan teknologi lain seperti ozonisasi, proses membran dan ultraviolet. Fungsi klorin pada
pembangkit listrik sebagai pengontrol biological fouling juga sedang dikembangakan alternatif
penggantinya. Sebuah konsorsium yang dibentuk oleh pemerintah Amerika Serikat
mengembangkan biocide menggunakan bakteri pseudomonas flourescens strain. Alternatif lain
yang sedang diteliti antara lain penggunaan enzim, minyak ikan dan unsure lainnya yang ramah
lingkungan. Penggunaan hydrogen peroksida atau sodium hydroshulpite mulai diterapkan pada
industri kertas dan pulp sebagai pengganti klorin.
Keberadan klorin dalam kehidupan memiliki dua sisi yang berbeda. Di satu sisi klorin
memberikan manfaat yang cukup penting, namun di sisi lain dapat membahayakan kehidupan
manusia. Upaya untuk mengembangkan alternatif penggati klorin merupakan upaya yang patut
didukung, namun dengan melihat begitu banyak dan luasnya pemakaian klorin dalam berbagai
produk, maka untuk menggantikan fungsi-fungsi klorin tersebut tidak dapat ditempuh dalam
waktu yang relative singkat, kecuali untuk senyawa-senyawa klorin yang bersifat sangat toksik
harus segera dihentikan pemakaiannya.
Upaya lain yang perlu dilakukan adalah dalam pemakaian dan penyimpanan klorin di
industri harus sesuai dengan prosedur sehingga tidak terjadi kebocoran maupun dampak yang
berakibat fatal bagilingkungan. Pengolahan limbah cair yang mengandung klorin juga perlu
ditingkatkan, misalnya dengan melakukan detoksifikasi (deklorinasi) sebelum dibuang ke
perairan, menghindari pembakaran sampah atau limbah padat yang mengandung senyawa
klorinat hidrokarbon yang dapat menyebabkan terbentuknya senyawa organoklorin yang
berbahaya seperti dioksin.

BAB III
KESIMPULAN
Klorin merupakan zat kimia yang biasanya ditemui dalam bentuk gas beracun. Klorin
dapat diubah menjadi bentuk cair sehingga dapat ditransportasikan maupun disimpan. Ketika
cairan klorin terlepas, maka cairan tersebut akan segera berubah menjadi gas yang akan tetap
bertahan di lantai dan menyebar dengan cepat. Klorin dapat dikenali dari baunya yang
menyengat, yang mirip bau zat pemutih. Bau yang kuat ini dapat menjadi penanda bahwa
seseorang sedang terpapar gas beracun.
Klorin (Cl2) merupakan salah satu unsur yang ada di bumi dan jarang dijumpai dalam
bentuk bebas. Pada umumnya klorin dijumpai dalam bentuk terikat dengan unsur atau senyawa
lain membentuk garam natrium klorida (NaCl) atau dalam bentuk ion klorida di air laut (Hasan,
2006). Klor atau turunannya di perairan berasal dari limbah industri yang menggunakan klor
misalnya sebagai desinfektan atau pelarut yang di buang ke perairan.
Keberadan klorin dalam kehidupan memiliki dua sisi yang berbeda. Di satu sisi klorin
memberikan manfaat yang cukup penting, namun di sisi lain dapat membahayakan kehidupan
manusia. Upaya untuk mengembangkan alternatif penggati klorin merupakan upaya yang patut
didukung, namun dengan melihat begitu banyak dan luasnya pemakaian klorin dalam berbagai
produk, maka untuk menggantikan fungsi-fungsi klorin tersebut tidak dapat ditempuh dalam
waktu yang relative singkat, kecuali untuk senyawa-senyawa klorin yang bersifat sangat toksik
harus segera dihentikan pemakaiannya.

DAFTAR PUSTAKA
Lestari, Fatma. 2007. Bahaya Kimia: Sampling dan Pengukuran Kontaminan Kimia di
Udara. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
https://www.amazine.co/27082/klorin-cl-fakta-sifat-kegunaan-efek-kesehatannya/

https://hellosehat.com/hidup-sehat/fakta-unik/gejala-dan-mengatasi-keracunan-klorin/

https://www.academia.edu/32582403/BAB_II_TINJAUAN_PUSTAKA_2.1._Bahan_Kimia_2.1.1._
Defenisi

http://www.kelair.bppt.go.id/Jtl/2006/vol7-1/10klorin.pdf

Anda mungkin juga menyukai