Anda di halaman 1dari 16

Pengertian Manajemen

Kata Manajemen berasal dari Bahasa perancis kuno yang memiliki arti “seni melaksanakan dan
mengatur”.Seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai
tujuan organisasi.
Gagasan forlet diformulasikan dalam tiga prinsip :
1. Fungsi-fungsi merupakan wilayah tugas tertentu dalam organisasi.Tingkatan wewenang
dan tanggungjawab harus dialokasikan kefungsi-fungsi yang ada sehingga tugas yang
diamanatkan tercapai.
2. Tanggung jawab dinyatakan dalam sebuah tugas empiris: Orang-orang harus mengelola
tanggung jawab mereka sendiri berdasarkan bukti dan hrus mengintegrasi bukti tersebut
secara efektif dengan fungsi yang lainnya.
3. Otoritas/wewenang berasal dari hak untuk menjalankan kekuasaan, yang didasarkan pada
otoritas yang sah.
Manajemen menurut Ricky W mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan
(Planning), Pengorganisasian (Organizing),Pengarahan (Leading),dan pengontrolan (controlling)
sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti tujuan dapat
dicapai sesuai dengan perencanaan. Efisien berarti tugas yang ada dilaksanakan secara
benar,terorganisir, dan sesuai jadwal.

Proses/Fungsi Manajemen
Proses manajemen terjadi didalam organisasi. Organisasi didefiniskan sebagai sekelompok orang
yang bekerja bersama dalam suatu pola yang terstruktur dan terkoordinasi untuk mencapai suatu
tujuan. Tujuannya bervariasi dan tergantung dari jenis perusahannya. Fungsi Manajemen
menurut Griffin yang diistilahkan oleh Robbins & Coulter dibagi 4 :
a. Planning & Decision Making
Perencanaan adalah menetapkan tujuan suatu organisasi dan mengambil keputusan
bagaimana cara yang terbaik untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satunya dengan
pengambilan keputusan,yaitu mencakup pemilihan suatu tindakan dari beberapa
alternative tindakan yang tersedia.Proses perencanaan dan pengambilan keputusan
membantu menjaga kefektifan manajerial karena memberikan arahan untuk masa yang
akan dating.
b. Organizing
Proses pengorganisasian bertujuan untuk menentukan bagaimana suatu organisasi bisa
menjalankan aktivitas-aktivitas yang sudah direncanakan berdasarkan sumber data yang
tersedia. Proses ini merupakan suatu cara pengaturan pekerjaan dan pengalokasian
pekerjaan diantara para anggota organisasi sehingga tujuan organisasi dapat dicapai
secara efisien.

c. Leading
Merupakan fungsi pengarahan, yaitu bagaimana membuat anggota organisasi melakukan apa
yang diinginkan dan harus dilakukan. Manajer harus memahami perilaku individu dan dapat
memotivasi untuk mencapai tujuan. Selain itu manajer harus mampu mengomunikasikan tujuan
yang telah direncanakan kepada masing-masing individu.

d. Controlling

Adalah fungsi yang mencakup pelaksanaan penilaian dan, bila perlu, mengadakan korksi
sehingga dapat meluruskan pekerjaan bawahan yang salah ke jalan yang benar sesuai dengan
tujuan awal. Controlling berkaitan dengan manajemen operasi, pengendalian mutu dan
peningkatan produktivitas.

Tingkat Manajemen dan Ruang Lingkupnya

Terbagi menjadi 3 tingkatan manajer, yaitu :

a. Top managers, merupakan jajaran direksi dan komisaris dan mengelola perusahaan
secara menyeluruh.
b. Middle managers, merupakan kepala divisi/departemen.
c. First-line managers bertugas untuk melakukan supervisi dan koordinasi sejumlah
aktivitas yang dilakukan oleh pegawai selaku pelaksana kerja.

Apa yang Dilakukan Manajer?

Yang dilakukan oleh manajer disebut manajemen. Manajemen melibatkan koordinasi dan
pengawasan kegiatan pekerjaan orang lain sehingga pekerjaan mereka selesai secara efektif
(tujuan dicapai sesuai rencana) dan efisien (benar, terorganisir, dan tepat waktu).

Mengapa Manajemen Perlu Dipelajari?

Menurut Robbins & Coulter (2012), ada tiga alasan mengapa manajemen perlu dipelajari :

1. Universitalitas manajemen

Manajemen berifat universal karena dibutuhkan semua organisasi, semua fungsi dalam
organisasi (seperti fungsi manufaktur, pemasaran, sdm, dll) juga membutuhkan manajemen.

2. Realitas pekerjaan
3. Peluang dan tantangan menjadi seorang manajer
Peluang :

1) Menciptakan lingkungan kerja yang dapat membuat pegawai mampu bekerja sesuai
dengan kemampuan terbaik
2) Memiliki peluang untuk berpikir kreatif dan memanfaatkan imajinasinya
3) Membantu pegawai lainnya menemukan makna dan kepuasan dalam pekerjaannya
4) Memberikan dukungan, pelatihan, dan asuhan kepada pegawai lainnya

Tantangan :

1) Harus bekerja keras


2) Tugas yang dilaksanakan lebih bersifat teknis dibandign manajerial
3) Harus berhubungan dengan beragam karakter orang
4) Harus sering melaksanakan tugas dengan sumber daya terbatas

Mengenal Pajak :

Pengertian :

 Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. (UU No. 28/ 2007 Pasal 1 angka 1)
 Pajak adalah semua jenis Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat, termasuk Bea
Masuk dan Cukai, dan Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah, berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. (UU No.14/ 2002 Pasal 1 Angka 2
 Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkanUndang-
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan Daerahbagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (UU No. 28 /2009 Pasal 1
Angka 10 tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah)
 Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh
yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan
tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan. (Adriani dalam Zain) ( Manajemen Pajak, hal 10-11)
 Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut
kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan
dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya
digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public
investment. (Soemitro dalam Zain (Manajemen Pajak, hal. 11)

Berdasarkan berbagai definisi tentang pajak, terdapat 6 karakteristik pajak:

1. Konstribusi wajib kepada Negara → Objek


2. Terutang oleh orang pribadi atau badan → Subjek
3. Bersifat memaksa → Sifat
4. Berdasarkan UU → Landasn hukum
5. Tidak mendapatkan imbalan secara langsung → Bentuk kontrapretasi
6. Diperlukan untuk kepentingan Negara bagi sebesar → Tujuan
-besarnya kemakmuran rakyat
Pembagin Pajak

No Lembaga
Instansi
. Pemungut Jenis Pajak
1 Pemerintah Pusat a. Dirgen pajak kementrian 1) PPh
keuangan 2) PPN
3) PPnBM
4) PBB pertambangan,
perkebunan
5) Bea materai
b. Dirgen bea & cukai kk 1) Bea masuk
2) Bea keluar
3) Cukai
2 Pemerintah a. Pemerintah provinsi 1) PKB
Daerah 2) BBNKB
3) PBBKB
4) Pajak air permukaan
5) pajak rokok
b. Pemerintahan kota/Kabupaten 1) Pajak hotel
2) Pajak restoran
3) Pajak hiburan
4) Pajak reklame
5) BPHTB
6) PBB Perdesaan dan Perkotaan

Pengertian Manajemen Perpajakan

Manajemen perpajakan dapat didefinisikan sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,


pengarahan, dan pengontrolan sumber daya untuk melakukan pembayaran pajak terutang secara efektif
dan efisien. Efektif dan efisien berarti sesuai dengan perencanaan yang tetap. Manajemen pajak dimulai
dengan tax planning, lalu tax organizing, tax leading, dan tax controlling. Prosesnya tidak berjalan secara
bertahap tetapi bisa saling berinteraksi dan bersinggungan.

Proses/Fungsi Manajemen Pajak

Tujuan manajemen
perpajakan adalah pembayaran pajak
dilaksanakan secara efisien dan efektif.
Proses manajemen dipengaruhi oleh masukan dari lingkungan seperti: sumber daya manusia, keuangan,
fisik, dan informasi. Sehingga menghasilkan kewajiban pajak yang dilaksanakan secara efektif dan
efisien.

dan sesuai dengan jadwal.

Fungsi Manajemen Pajak

1. Planning
Membuat tujuan berupa pelaksanaan kewajiban pajak yang efektif dan efisien, menetapkan
strategi, dan mengembangkan rencana untuk mengordinasikan kegiatan-kegiatan.
2. Organizing
Menentukan apa saja yang perlu dilakukan, bagaimana melakukannya, dan siapa yang harus
melakukannya.
3. Leading
Memotivasi, mengarahkan, dan melakukan kegiatan apapun yang berhubungan dengan interaksi
sesama manusia.
4. Controlling
Memonitor aktivitas untuk meyakinkan bahwa aktivitas tersebut mencapai tujuan sesuai rencana.

Tax Planning

Suandy (2011: Perencanaan Pajak, edisi 5, hal. 7) mengutip pengertian tax planning menurut
Susan (1996: International Tax Glossary, edisi ke-3, hal. 303) sebagai "...arrangements of a person's
business and/or private affairs in order to minimize tax liability". Pengertian ini hanya fokus pada utang
pajak yang minimal. Lebih lanjut, dinyatakan oleh Suandy (1996) bahwa di dalam tahap perencanaan
pajak ini, dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis
tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan.

Pada umumnya, perencanaan pajak itu didefinisikan sebagai suatu proses untuk merekayasa usaha
dan transaksi Wajib Pajak supaya utang pajak berada dalam jumlah yang minimal tetapi masih dalam
bingkai peraturan perpajakan. Perencanaan pajak juga dapat berkonotasi positif sebagai perencanaan
pemenuhan kewajiban perpajakan secara lengkap, benar, dan tepat waktu sehingga dapat menghindari
pemborosan sumber daya secara optimal.
Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak (sarana untuk memenuhi
kewajiban perpajakan dengan benar tetapi jumlah pajak yang dibayarkan dapat ditekan serendah mungkin
untuk memperoleh laba dan likuiditas yang diharapkan). Pada tahap perencanaan pajak ini dilakukan
pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan. Tujuannya agar dapat diseleksi jenis tindakan
penghematan pajak yang akan dilakukan, Pada umumnya penekanan perencanaan pajak (tax planning)
adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak.

Sesuai dengan Gambar 2.7 di atas, tax planning tidak hanya sebatas meminimalkan utang pajak
dengan cara pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar dapat diseleksi jenis tindakan
penghematan pajak yang akan dilakukan. Jika dikaitkan dengan pengertian manajemen, sebagaimana telah
diuraikan sebelumnya dan terlihat pada Gambar 2.7, tax planning berisi kegiatan membuat tujuan agar
pelaksanaan kewajiban pajak dilaksanakan secara efektif dan efisien, kegiatan menetapkan strategi, dan
kegiatan mengembangkan rencana untuk mengordinasikan kegiatan-kegiatan di perusahaan terkait dengan
pelaksanaan kewajiban perpajakan. Kata efektif dan efisien menjadi kunci utama di dalam setiap
perencanaan yang dibuat. Perencanaan itu sendiri harus diformulasikan dengan menerapkan manajemen
strategik. Hal ini sejalan dengan ruang lingkup manajemen menurut Griffin (2013), Daft (2010), dan
Robbins & Coulter (2012), seperti telah diuraikan sebelumnya.

Tax Organizing

Dengan mengacu pada c akupan proses/fungsi manajemen menurut Griffin (2013), Daft (2010),
dan Robbins & Coulter (2012), tax organizing ini meliputi proses untuk mendesain stuktur organisasi
yang terkait dengan fungsi perpajakan dan mengelola sumber daya manusia yang terkait dengan
pelaksanaan kewajiban perpajakan. Di dalam praktik, secara umum, fungsi perpajakan ini mencakup
pemotongan pajak, pemungutan pajak, penghitungan pajak, penyetoran pajak, dan pelaporan pajak. Semua
subfungsi tersebut bisa dipisah atau pun digabung di dalam suatu struktur organisasi sesuai dengan
keputusan manajemen.

Di dalam praktik, kadangkala fungsi yang terkait dengan perpajakan ini berada di bawah satu
tanggung jawab bersamaan dengan fungsi keuangan. Terkadang fungsi perpajakan ini menyatu dengan
fungsi akuntansi dan pelaporan. Jika organisasi semakin besar, fungsi perpajakan ini berdiri sendiri sejajar
dengan fungsi keuangan dan fungsi akuntansi dan pelaporan. Khusus untuk pemotongan PPh, terkadang
dijumpai pelaksanaannya menempel pada fungsi lainnya. Misalnya adalah penghitungan dan pemotongan
PPh Pasal 21 digabung dengan fungsi personalia atau fungsi manajemen sumber daya manusia. Contoh
lainnya adalah pemotongan PPh atas transaksi jasa dengan pemasok digabung dengan fungsi keuangan
serta pemungutan PPN digabung dengan fungsi penagihan.

Tax Leading

Fungsi pengarahan ini di antaranya adalah untuk membuat tim yang terkait dengan fungsi
perpajakan dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan perpajakan sehingga tujuan organisasi
untuk melakukan penghematan pajak dapat tercapai. Keberhasilan fungsi pengarahan ini tergantung dari
proses pengorganisasian. Dalam hal ini, manajer harus memotivasi anggotanya timnya untuk terus
memutakhirkan peraturan perpajakan dan meningkatkan keterampilannya.

Tax Controlling

Kontrol dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (sumber: http://bahasa.cs.ui.ac.id, diakses 18


September 2013) berarti pengawasan; pemeriksaan; pengendalian. Pengendalian perpajakan atau tax
controlling merupakan suatu proses untuk mengawasi, memeriksa, atau mengendalikan suatu aktivitas
yang terkait dengan pemenuhan kewajiban agar sesuai dengan rencana. Tax controlling dapat dilakukan
kapan saja. Kebanyakan Wajib Pajak melakukan kegiatan ini melalui proses telaah perpajakan.
Pelaksanaannya dapat dilakukan secara internal atau pun dengan cara mengundang konsultan pajak untuk
melakukan telaah perpajakan. Nama lazim yang sering muncul untuk istilah tax controlling adalah tax
diagnostic review atau pun tax due dilligence. Tujuan aktivitas ini adalah untuk memotret kewajiban
perpajakan yang telah dilakukan selama satu tahun pajak. Hasilnya biasanya berupa temuan potensi utang
pajak dan rekomendasi untuk perbaikan.

Tingkatan Manajemen Pajak dan Ruang Lingkupnya

Tingkatan manajemen secara umum, sebagaimana dijelaskan sebelumnya (lihat Gambar 2.2), juga
berlaku untuk manajemen pajak. Manajer tingkat atas (misalnya direktur keuangan) juga harus memiliki
kepedulian terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan yang telah dilakukan perusahaan yang dia pimpin.
Manajemen pajak bagi seorang direktur keuangan juga dapat digabungkan ke dalam bagian manajemen
strategik. Misalnya, jika perusahaan menerapkan balanced scorecard karya Kaplan & Norton (1996)
dalam manajemen strategik (strategic management), manajemen pajak dapat dikelompokkan ke dalam
perspektif finansial (financial perspective), perspektif proses bisnis internal (internal business process
perspective), dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth perspective). Perspektif
pelanggan (customer perspective) tidak terlalu menonjol untuk dibahas jika hal itu dikaitkan dengan pajak
yang lebih banyak merupakan biaya di perusahaan.

Untuk middle manager, misalnya manajer pajak, kepala divisi keuangan dan akuntansi, atau kepala
departemen pajak, mereka menerjemahkan strategic tax management yang sudah ditetapkan oleh direktur
keuangan ke dalam program, ukuran keberhasilan, dan action plan sehingga rencana-rencana tersebut bisa
dilaksanakan. Untuk first-line manager, misalnya supervisor pajak atau kepala seksi pajak di perusahaan,
tugas mereka adalah melakukan supervisi dan kordinasi sejumlah aktivitas yang dilakukan oleh pegawai
selaku pelaksana kerja dalam hal menghitung pajak, memotong/memungut pajak, menyetorkan pajak, dan
melaporkannya ke kantor pajak melalui sarana SPT (Surat Pemberitahuan).

Apa yang Dilakukan Manajer Terkait dengan Masalah Perpajakan?

Sebagaimana telah diuraikan di atas, direktur keuangan selaku top manager. manajer pajak selaku
middle manager, dan supervisor pajak selaku first-line manager memiliki tujuan sama, yaitu efisiensi dan
keefektifan pelaksanaan kewajiban pajak. Seluruh tingkatan manajer tersebut bekerja sama untuk
menggunakan sumber daya sedemikian rupa sehingga pemborosan dalam bentuk pengenaan sanksi
perpajakan yang seharusnya tidak perlu dapat diminimalkan seoptimal mungkin. Selain itu, penghematan
pajak dapat dioptimalkan.

Mengapa Manajemen Pajak Perlu Dipelajari?

Dengan mengacu pada tiga alasan mengapa perlu mempelajari manajemen menurut Robbins &
Coulter (2012), ternyata belajar manajemen pajak juga memiliki persamaan alasan. Perpajakan, khususnya
Pajak Penghasilan, selalu ada di setiap organisasi, baik yang bersifat laba maupun nirlaba. Organisasi ini
lebih dikenal dengan istilah badan. Secara sederhana, orang pribadi maupun badan merupakan subjek
pajak. Dalam hal ini kewajiban pajak subjektifnya sudah terpenuhi. Jika subjek pajak ini mendapatkan
penghasilan, ketentuan pajak akan menentukan apakah penghasilan tersebut merupakan objek pajak atau
bukan. Ditambah lagi, ketentuan perpajakan bersifat dinamis dan terus berubah. Untuk itu, manajemen
pajak perlu dipelajari terus agar subjek pajak tidak tertinggal dengan perkembangan aturan pajak yang
dinamis tersebut.

Realitas pekerjaan juga menunjukkan bahwa setiap transaksi yang terjadi mengandung unsur
pajak. Elemen pajak tersebut bisa berupa Pajak Penghasilan dan atau Pajak Pertambahan Nilai walaupun
transaksi tersebut tidak dilakukan oleh pegawai yang tugasnya terkait langsung dengan masalah
perpajakan. Misalnya, bagian pengadaan harus mempertimbangkan aspek pajak yang muncul ketika
melakukan kontrak pengadaan dengan pemasok; bagian personalia harus menghitung PPh Pasal 21
penghasilan yang akan dibayarkan kepada pegawai; serta bagian atas penjualan/pemasaran harus
mempertimbangkan unsur PPh Pasal 23 dan atau PPN ketika bernegosiasi dengan pelanggan/klien.

Setiap manajer yang terkait dengan masalah perpajakan, apa pun tingkatannya di dalam suatu
organisasi, pasti memiliki peluang dan tantangan untuk dapat menghemat pajak seoptimal mungkin.
Contoh di antaranya adalah direktur keuangan menciptakan lingkungan kerja yang dapat membuat staf
pajak mampu bekerja sesuai dengan kemampuan terbaiknya; manajer pajak juga memiliki peluang untuk
berpikir kreatif dalam mencari cara tepat untuk mengoptimalkan penghematan pajak; dan staf pajak harus
cermat dalam melaksanakan kewajiban perpajakan agar terhindar dari sanksi perpajakan.

Motivasi Perencanaa Pajak


Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi perilaku wajib pajak untuk meminimumkan kewajiban
pembayaran pajak mereka, baik secara legal maupun illegal.
1. Tingkat kerumitan suatu peraturan (Complexity of rule)
Makin rumit suatu peraturan perpajakan, mumcul kecenderungan wajib pajak untuk menghindar
karena biaya yang akan dibayar tinggi.
2. Besarnya pajak yang dibayar (Tax required to pay)
Makin besar jumlah pajak yang harus dibayar , maka makin besar kecenderungan wajib pajak
untuk melakukan kecurangan dengan memperkecil jumlah pembayarannya.
3. Biaya untuk negosiasi (Cost of bribe)
Kadang wajib pajak melakukan negosiasi dan memberikan uang sogokan kepada fiscus dalam
pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakannya.
4. Resiko deteksi (Probability of detection)
Resiko deteksi berhubungan dengan tingkat probabilitas apakah pelanggaran mudah diketahui atau
tidak. Semakin redah resiko deteksi, maka wajib pajak cenderung melakukan pelanggaran aturan
dan sebaliknya.
5. Besarnya denda (Size of penalty)
Makin besar sanksi yang diberlakukan maka wajib pajak akan memilih posisi konservatif dengan
tidak melanggar ketentuan perpajakan.
6. Moral masyarakat
Moral masyarakat akan menentukan kepatuhan dan kesadaran mereka dalam melaksanakan hak
dan kewajiban perpajakannya.
Motivasi perencaan pajak sendiri dilakukan untuk memaksimalkan laba setelah pajak (after tax return).
Karena pajak akan mempengaruhi pengambilan keputusan atas suatu tindakan dalam operasi perusahaan
untuk melakukan investasi melalui analisis yang cermat. Pemerintah memberikan perlakuan yang berbeda
atas objek secara ekonomi hakikatnya sama dengan memanfaatkan :
a. Perbedaan tarif pajak (tax rates)
b. Perbedaan perlakuan atas suatu objek pajak sebagai dasar pengenaan pajak (tax base)
c. Loopholes,shelters,havens.

Manfaat Perencanaan Pajak


Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh dari perencanaan pajak yang dilakukan secara cermat :
1. Penghematan kas keluar, kerena beban pajak dapat dikurangi
2. Mengatur aliran kas masuk dan keluar (cash flow), karena dengan perencaan pajak yang matang
perusahaan dapat menyusun anggaran secara akurat.
Tujuan Perencanaan Pajak
Tujuan pokok yang ingin dicapai dari manajemen pajak yang baik adalah:
1. Meminimalisasi beban pajak yang terutang.
Langkah yang harus dilakukan yaitu dengan cara mengefisienkan beban pajak yang masih dalam
ruang lingkup pemajakan dan tidak melanggar aturan perpajakan,
2. Memaksimalkan laba setelah pajak
3. Meminimalkan terjadinya kejutan pajak (tax surprise) jika terjadi pemeriksaan pajak oleh fiscus
4. Memenuhi kewajiban pajak secara benar, efektif, dan efisien yang sesuai dengan ketentuan
perpajakan, antara lain :
a. Mematuhi segala ketentuan administrative, sehingga terhindar dari pengenaan sanksi, baik
sanksi administrative maupun pidana.
b. Melaksanakan secara efektif segala ketentuan undang-undang perpajakan yang terkait dengan
pelaksanaan pemasaran, pembelian dan fungsi keuangan.
Persyaratan Tax Planning yang baik
Tax Management yang baik mensyaratkan beberapa hal :
1. Tidak melanggar ketentuan perpajakan
Rekayasa perpajakan yang didesain dan diimplementasikan bukan tax evasion
2. Secara bisnis masuk akan (Reasonable)
Kewajaran melakukan transaksi bisnis harus berpegang pada praktik perdagangan yang sehat dan
menggunakan standar arm’s length price, yakni tingkat harga antara pembeli dan penjual yang
independent, bebas melakukan transaksi.ah
3. Didukung oleh bukti-bukti pendukung yang memadai (Kontrak,Invoice,faktur pajak,PO dan DO)
Kebeneran formal dan materill suatu transaksi keuangan suatu perusahaan dapat dibuktikan
dengan adanya kontak perjanjian dengan pihak ketiga dari pelanggan, bukti penyerahan barang,
Invoice, faktur pajak sebagai bukti penagihannya serta pembukuannya.
Kapan Dilaksanakan Tax Planning

Pajak melihat subjek yang sudah terbebani sebagai wajib pajak orang pribadi atau badan sejak awal.

Sebagai contoh, apabila perusahaan baru berdiri, kemudian tidak lama bubar, maka pajaknya belum
selesai, jadi planningnya dilukakan sepanjang usia perusahaan

Resistensi Pajak

Adalah hambatan-hambatan dalam pemungutan pajak baik yang disebabkan oleh kondisi negara dan
rakyatnya maupun disebabkan oleh usaha-usaha wajib pajak yang disadari ataupun tidak disadari
mempersulit pemasukan pajak sebagai sumber penerimaan Negara

Dua bentuk resistensi pajak menurut R. Santoso Brotodiharjo (1993:12-14) :

1. Perlawanan Pasif terdiri dari hambatan-hambatan yang mempersukar pemungutan pajak yang erat
hubungannya dengan struktur ekonomi, perkembangan intelektual dan moral penduduk serta system
pemungutan pajak itu sendiri.
2. Perlawanan Aktif adalah meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan
terhadap fiskus dan bertujuan untuk menghindari pajak

Usaha perlawanan aktif dapat dibedakan menjadi 3 ( tiga ) cara, yaitu :

1) Tax Avoidance (penghindaran pajak), adalah upaya penghindaran pajak yang dilakukan secara
legal dan aman bagi wajib pajak karena tidak bertentangan dengan ketentuan perpajakan.
2) Tax Evasion (penggelapan atau penyendulupan pajak), adalah upaya wajib pajak unutk
menghindari pajak terutang secara ilegal dengan cara menyembunyikan keadaan yang sebenarnya.
3) Tax Saving (penghematan pajak), adalah upaya wajib pajak mengelak utang pajaknya dengan
jalan menahan diri untuk tidak membeli produk-produk yang ada pajak pertambahan nilainya.

Cara-Cara Pengelakan Pajak

Ada 6 cara pengelakan pajak yang biasa dilakukan, yaitu :

1) Penggeseran Pajak ( Tax Shifting )


2) Kapitalisasi ( capitalization )
3) Transformasi ( Transformation )
4) Penyelundupan Pajak ( Tax evasion )
5) Penghindaran Pajak ( Tax Avoidance )
6) Pengecualian Pajak ( tax exemption )

( Sophar, 1999 : 489)

 Penggeseran pajak ( Tax Shifting ), adalah pemindahan atau pentransferan beban pajak dari subjek
pajak kepada pihak lain, dengan melakukan ini maka orang atau beban yang dikenakan pajak
memungkinkan untuk tidak menanggung pajaknya. Ada dua jenis pengelakan pajak yang biasa
dilakukan, yaitu :
1) Penggeseran Pajak Kedepan (forward Shifting )

Penggeseran ini terjadi apabila pabrikan mentransfer beban pajaknya kepada penyalur utama,
pedagang besar, dan akhirnya kepada konsumen, misalnya PPN ( Pajak Pertambahan Nilai ) pada
penjualan rokok

2) Perggerseran pajak Kebelakang ( Backward Shifting )

Pergeseran ini terjadi bilamana beban pajak di transfer dari konsumen atau pembeli melalui
faktor distribusi kepada pabrikan.

 Kapitalisasi Pajak, adalah pengurangan harga objek pajak yang besarnya sama dengan jumlah pajak
yang akan dibayarkan kemudian kepada pembeli. Kapitalisasi biasa terjadi pada pembeli harga tetap
seperti tanah atau gedung dibebani pajak balik nama. Agar beban pajak tidak menjadi tanggungan
pembeli, maka beban pajak dialihkan kepada penjual. Dengan demikian harga beli tersebut menjadi
berkurang.
 Transformasi, adalah cara pengelakan pajak yang dilakukan oleh pabrikan dengan cara menanggung
beban pajak yang dikenakan kepadanya. Cara ini biasa dilakukan oleh produsen sehingga kenaikan
harga jual tidak menurunkan harga pasar.
 Tax Avoidance menunjukkan pada rekayasa tax affairs yang masih dalam bingkai ketentuan
perpajakan, sedangkan tax evasion berada di luar bingkai peraturan perpajakan.
 Pengecualian Pajak adalah pengecualian pengenaan pajak yang diberikan kepada perorangan atau
badan berdasarkan undang - undang pajak.

Ada beberapa pengecualian pengenaan pajak :

1) PPH Pasal 21 Ditanggung Pemerintah Atas Penghasilan Pekerja Pada Kategori Usaha Tertentu.
2) PP No.7 Tahun 2007 tentang Impor dan atau Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang
bersifat Strategis yang Dibebaskan dari PPN.
3) UU PBB No. 12 Tahun 1994 Tentang Objek Pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan
Bangunan
 Kelalaian wajib pajak menurut Oliver Oldman (Harnanto, 1994) :
1) Ketidaktahuan (ignorance), yaitu wajib pajak tidak sadar atau tidak tahu akan adanya ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan tersebut.
2) Kesalahan (error), yaitu wajib pajak paham dan mengerti mengenai ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, tetapi salah hitung datanya.
3) Kesalahpahaman (misunderstanding), yaitu wajib pajak salah menafsirkan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
4) Kealpaan (negligence), yaitu wajib pajak alpa untuk menyimpan buku beserta bukti-buktinya
secara lengkap.
Contoh tindakan yang termasuk kategori di atas adalah salah dalam oengisian SPT, tidak menyampaikan
SPT tepat waktu, tidak membayar pajak terutang tepat waktu, dan membayar dengan cek kosong utang
pajaknya.

Rambu-Rambu dalam Penyusunan Tax Planning

Dalam strategi perpajakan, kita mengenal tax avoidance dan tax evasion. Dali m praktik di
lapangan, kedua metode penghindaran pajak tersebut tipis perbedaannya, sehingga bisa terjadi bahwa apa
yang pada awalnya didesain untuk melakukan tax avoidance akhirnya terjebak melakukan tax evasion.
Untuk, menentukan legalitas tax management/tax planning yang: didesain, baik legal (tax avoidance) atau
ilegal (tax evasion), rambu- rambu yang dapat dipakai adalalh ketentuan pidana Pasal 38, 39, 41, 41A,
41B, dan 43 Undang-Undang KUP No. 6 Tahun 1983 sebagaimana telalh diubah dengan UU KUP No. 7
Tahun 2007.

Tahapan Pokok Tax Planning

Agar tax plan sesuai harapan, Barry Spitz (1983: 86) mengemukakan tahap-tahapan yang harus
ditempuh, yakni:

1. Analysis of the existing data base (Melakukan analisis data base yang ada)
2. Design of one or more possible tax plans (Membuat satu model atau lebih rencana besarnya
pajak)
3. Evaluating a tax plan (Melakukan evaluasi atas perencanaan pajak)
4. Debugging the tax plan (Mencari kelemalhan dan memperbaiki kembali rencana pajak)
5. Updating the tax plan (Memutakhirkan rencana pajak)

Tahapan pertama - merupakan tahap analisis terhadap komponen-komponen yang berbeda


pengakuannya antara komersial dan fiskal, dan menghitung seakurat mungkin beban pajak yang harus
ditanggung perusahaan. Analisis ini dilakukan dengan mempertimbangkan masing-masing elemen pajak,
baik secara sendiri-sendiri maupun secara total pajak yang nantinya akan dirumuskan sebagai perencanaan
pajak yang paling efisien.

Data base yang harus dianalisis antara lain meliputi:

- Apakah terdapat kejanggalan atau komponen-komnonen yang berbeda:


a. Dalam Pembayaran dan Pelaporan Pajak bulanan PPh Psl. 21, PPh Badan, dan PPN.
b. Dalam Pemotongan dan Pelaporan Pajak bulanan (PPh Psl. 23/26), PPh Psl. 4(2),
c. Dalam SPT Tahunan PPh Psl. 21 dan PPh Badan, dengan senantiasa mengkaitkannya atau
merekonsiliasikannya dengan pembukuan perusahaan.
- Analisis implikasi fiskal atas suatu proyek yang sedang ditangani atau yang akan datang.
Tahapan kedua - Setelah melakukan tahapan awal, harus dibuat beberapa model perencanaan pajak
yang akan dilakukan. Pembuatan model-model perencanaan pajak tersebut dimaksudkan sebagai alternatif
untuk menentukan tax plan mana yang applicable dan paling efisien dan efektif untuk diimplementasikan.
Sebagai bagian dari pemutakhiran tax plan tersebut, pengembangan rencana atau perangkat
tindakan dapat dilakukan, misalnya dengan mengadakan atau mengintegrasikan sistem informasi
(information system) yang memadai, dalam kaitannya dengan penyampaiannya tax plan kepada yang
petugas yang memonitor implementasi tax plan tersebut dan juga keefektifan pengendalian pajak
penghasilan dan pajak-pajak lainnya yang terkait dengan masalah-masalah perpajakan yang dicantumkan
dalam setiap kontrak bisnis, sehingga tidak terjadi pelanggaran ketentuan perpajakan.

Langkah-Langkah Praktis yang Dapat Dilakukan alam Perencanaan Pajak

a. Mengusahakan agar terdapat penghasilan yang stabil untuk penghindari pajak dari kelas
penghasilan yang tarifnya tinggi (top rate brakers).
b. Mempercepat atau menunda beberapa penghasilan/biaya untuk memperoleh keuntuk dari
kemungkinan perubahan tariff pajak yang tinggi atau rendah, seperti penangguhan tariff PPN, PPN
yang ditanggung pemerintah, dsb.
c. Menyebarkan penghasilan menjadi penghasilan dari beberapa wajib pajak, seperti pembentukan
kelompok perusahaan.
d. Menyebakan penghasilan menjadi penghasilan beberapa tahun untuk mencegah penghasilan
tersebut termasuk kedalam kelas penghasilan yang tariff tinggi dan tunda pembayaran pajaknya
dengan penjualan cicilan, kredit dsb.
e. Mentransformasikan penghasilan biasa menjadi capital gain jangka panjang.
f. Mengambil keuntungan sebesar-besarnya dari ketentuan mengenai pengecualian dari potongan-
potongan.
g. Menggunakan uang dari hasil pembebasan pengenaan pajak untuk keperluan perluasan perusahaan
yang mendapat kemudahan.
h. Memilih bentuk usaha yang baik untuk operasional usaha.
i. Mendirikan perusahaan dalam satu jalur usaha yang sedemikian rupa sehingga dapat diatur secara
keseluruhan menggunakan tariff pajak, potensi penghasilan, kerugian-kerugian, dan asset yang
dapat dihapus. (Hamanto, 1994)

Perangkat Tax Planning

a. Pemahaman ketentuan perpajakan


→ Mengetahui tentang Tax Treaty.
b. Pengadministrasian atau pendokumentasian yang baik
c. Menjaga hubungan dan komunikasi yang baik:
 Komunikasi dengan kepala divisi/bagian
 Komunikasi dengan top manajemen dan asosiasi
 Komunikasi dengan konsultan pajak
d. Implementasi perencanaan pajak

Strategi Tax Planning


1. Jurus Tax Planner
Ada 4 modus yang digunakan wajib pajak dalam menyusun perencanaan pembayaran pajak yang
sebagian dilakukan dengan cara ilegal :
a. Kalau bisa tidak membayar pajak sama sekali.
b. Mengurangi pembayaran pajak dengan memanfaatkan green area.
c. Kalau bisa digeser waktunya sehingga bunga uang bisa dinikmati.
d. Kalau ketiga-tiganya tidak bisa baru membayar pajak
2. Secara Umum Konsepsi Tentang Tax Planning Diberikan Paling Kurang Pada Tujuh Situasi :
a. Pada saat mempertimbangkan bentuk usaha sebelum usaha dimulai.
b. Mempertimbangkan kembali struktur usaha.
c. Apabila terjadi perubahan kepemilikan perusahaan (merger/akuisisi)
 Kalau terjadi merger, tax planner menggunakan nilai buku.
 Penjualan saham tidak lewat BEJ karena akan dikenai pajak 0,1%.
d. Apabila perusahaan mempertimbangkan suatu transaksi/proyek/perolehan asets dalam
rangka meminimalkan beban pajak.
 Transaksi impor akan sebisa mungkin tidak kena bea masuk, PPh ps 22, PPN, dsb.
 Transaksi penjualan tanah/bangunan akan sebisa mungkin memaksimalkan
NJOPTKP agar BPHTB nya tidak kena.
 Perolehan aktiva menyangkut fixed assests ada beberapa kemungkinan diantaranya
membangun sendiri, meminjam, membeli, atau leasing.
e. Apabila suatu perusahaan akan memperoleh PKP yang cukup besar dalam satu tahun, maka
akan mencari jalan untuk mengurangi beban pajak.
f. Apabila terjadi perubahan keadaan individu WP (pension, perkawinan, pisah)
g. Apabila perusahaan/orang pribadi akan menjual aktiva atau perusahaan akan bubar atau
orang meninggal dunia.
Jika sampai meninggal belum dibagi, maka tidak ada PTKP dan dikenakan tariff progresif.
3. Tax Planning yang Masih Berlaku
Beberapa trik yang perlu dipertimbangkan dalam membuat tax planning :
a. Memaksimalkan biaya-biaya yang dapat dikurangkan. Biasanya dengan mencatat biaya-
biaya dengan istilah yang kurang sesuai sehingga tidak dapat dikurangkan.
b. Merger antara perusahaan yang terus menerus rugi dengan perusahaan yang untung.
Setelah kompensasi kerugian akan dikenai PPh Final 10%.
c. Menunda penghasilan. Perusahaan sebisa mungkin menyerahkan barang pada awal bulan
Januari sehingga pembayaran pajak bisa ditunda satu tahun.
d. Percepat pembebanan biaya
e. Strategi efisien untuk menekan beban pajak perusahaan. Dilakukan dengan merekayasa
biaya-biaya yang berkaitan dengan pembayaran kepada karyawan.
 Jika dikenai PPh tidak final maka seminimal mungkin memberikan natura.
 Jika dikenal PPh final maka sebaiknya memberikan natura karena tidak termasuk
objek pajak pada PPh pasal 21 dan mempengaruhi besarnya PPh badan.

Hindari beban orang lain untuk tidak menjadi beban sendiri. Dengan cara memahami aspek perpajakan
internasional seperti Tax Treaty.

Referensi
Prianto Budi S.(2013). Manejemen Perpajakan:Sebuah Pendekatan Komprehensif,Empirik,dan
Praktis,Pratama Indomitra Konsultan.
Pohan,Chairil Anawar.(2013).Manajemen Perpajakan Strategis Perencanaan Pajak dan Bisnis.Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai