IbyWbrdr:
r>
_ 4;
f
u-a,
pub m,
mbn pulm ialah tuturan ritual b w k tapo [IYwak tap]
d m ujung timur Pulau Flores. Kata (iewak'bdah', taPQ'kela~').
brdiri dari dua kata, yakni dari kata Ritualiewak tapo mempunyaituturan yang
m a dan w. lama disejaja- &ngan merupakan media komunikasi dengan Rera
wilayahtkawasan, sedangkan kata holot VVuian Tans Ekan [ryra wulan tiam &an]
dari kab &aria J antara f w e m 'Pencipta Langit dan Bumi', atau disebut juga
$7
i . '
F 8W pengajar FKlP Jwusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Nusa Cendana,
Vd. 21, No. 3 a@@:
11)61c'W -
K W E P tlrrUW RITUAL
Bedasarkan kontekspemkaiand& dibi
(piliRan kata), serta berbqai kompansripellc4ri
lahya, tampak bahwa Munn Pttual fbaham
ritual; ritual language menurut Wbh Fox) bet-
beda dengan MManbiasa. ~ e n u FOX ~ f(70&:
1a), bahasa ritual searia khas be- denpn
bahasa sehari-hari (&nary rangage). P&
bagian lain daii tukannya itu, Fux mngabkibn
bahwa bahasa ritual mendapatbn a b g i a n
r drl puitiknyadari penyhipangan-penyim
pagansbrnatls t M a p batma $ehaWd.
&&asa ritual merniliki bob& atau tsl si* K ~ S E P W O H ww
(cuftuml content) yang nrisstinla dljelalrkan M&na (msarrfngl) a h y a s 8 s d u
tekstual, kontekstual, dan kultural(1986: dinyatakandeh suatu kattnrzrt
13). 220). Djajasudarrna (1W3: 1
rnakna sebagai pertautan antara unsur-unsur merupakangambam budaya penutwnya.
dalam suatu bahasa. Makna merupakan esensi ini sejalan dengan Mbete (2004:25) yam m
dari studi bahasa. Jika demikian, pemakaian ngatakan bahwa linguistik kebudaymn men-
bahasa, termasuk tuturan ritual lewak tap0 jadikan makna pemakaian bahasa ssbagai
dipandang sebagai sebuah entitasyang merniliki objek materi kajiannya. Barker (2004:69) k r -
makna. Di samping makna, pemakaian bahasa pendapat bahwa mesrriahami kebudayaan bw-
ritual menyiratkan nilai budaya di balik makna arti mengeksplorasibagaimanamakna dihasil-
dimaksud. Nilai budaya bersifat abstrak yang kan seami simbolis rnelalui praktik-pWk pe-
rnenjadipedomanguyup tutur dan guyup budaya maknaan bahasa. Pendapat ini mempe
prinsip di dalam berperilaku. Nilai itu bukan hubungan antara bahaw dan kebudayaan,
berupabendaatau unsur dari benda, W n k a n sebagaimna behapa pendapat bedcut ini.
sifat dan kualitasyang dimiliki objek tettentuyang a. Leslie White dan Beth Dillingham d a b
diitakan "baik". bukunya 7 " ' Concept of Culturn (1973:31)
Nibiiilai yang dianut oleh suatu masyarakat mengatakan: "Bahasa merupakan bagian
menggambarkan kepribadiinnya,shagaimana dari kebudayaan; lingubk mrupakan
dikemukakan deh Nobusanto, sebagaimana bagian dari kulturobgi."
diiubp Bagus (1986: 12), "Wtidak bisa berbicara b. Sutan Takdir Pllisjahbm (1979:li) hr-
tentang kepribadian kalau kita tidak bertumpu pendapat: "Tak ada yang lebih jelas dan
pada nitai-nilaisebabyang m t u k a n kepribadii teliti mencerminkan kebudayaan suatu
an kita ialah nilai-nilaikita, yang menentukanke- bangsa daripada bahasanya....Bahasa
pribadiinseseomng adalah nibiiilaiyang dianut secara sempuma menjdmakankebudaya-
dibandingkan dengan nilai-nilai orang lain. an masyarakat penutumya.
Demikian pula nilai-nilaidari suatu masyarakat c. Edward Sapir dan Benyamin Lee Whorf
yang menentukankepribadianmasyarakat itu". (dalam Malmkjaer dan Anderson, 1991:
Tentang nilai, Kleden (1996:5) berpendapat 305--307) mengemukakan pandangan
bahwa nilai sama dengan makna. Nilai atau mereka yang disebut dengan Sapir-Whorf
makna dimaksud berhubungan dengan kebu- Hypothesis, 'Bahasa tidak hanya mnen-
dayaan, atau secara lebih khusus berhubungan tukan kebudayaantetapi juga menentukan
dengan dunia simbolik dalam kebudayaan. Me- jalan pikiran penutumya*.
nurut pandangan ini, nilaiterkait dengan penge-
tahuan, kepercayaan, simbd, dan rnakna. Koen- Foiey (1997: 1) rnenggunakanistilah anthro-
tjaraningrat (198426) mengatakan bahwa nilai pological linguistics 'linguistik antropologi'
budayaadalah lapisanpertamadari kebudayaan yang dapat disejajarkan dengan linguistik
yang ideal atau adat. Nilai-niW budaya tersebut kebudayaan. Menurutnya, linguistik antropologi
memberi konsep tentang hal-hat yem$ paling mengaji bahasa dari perspektif antropologi
bemilai dalam keseluruhan Midupan masya- untuk menemukandan menentukan makna di
rakat. Sebuah sistem nilai budaya kdri atas balik penggunaannya, Makna yang dimaksud-
konsepkonsep yang hidup clan tumbuh dalarn kan oleh Foley ialah makna budaya.
abm pikiran sebagai warga rnasyarakt yang
sangat m t dengan pri- EMATlAlJ MENURUT PANDANGAN
merekaanggapamat bemilaidalam hidup. TRADlSl LAMAHOLOT
Upamra ritual lewak tapo, sebagaimana
TEORl LlNGUlSTlK KEBUDAYAAN dipsnp~fkanterclahulu, dilaksanakan dengm
Teori yang melandasi penelitian ini ialah tujuan unW menemukan penyebab kmatian
teori Linguistik Kebudayaan. Teori ini mem- secara tidak wajw (bdk. Sanga, 11O), seperH
punyai prinsip dasar bahwa bahasatidak hanya mati karenadibunuh, jatuh dad pohon, dibbmk
ssbagai bagian dari budaya, tetapi bahasa mobil, tenggelam dan kematiansejds Kiy-a.
, Vd. 21, No. 3 cYdubr2069: 301 - 309
kdlibpzh.O M
dilaksarrakan untuk
antaramanusiadengandrfny%,dengan- Rem Wutan Tana Ekan agar ktmtati
nya, dengan lingkungan alamnya, dan antara tidak k ] a r itu tidak dialmi akh g
mnusia d m p n Sang Pend@anya.
Penglngakaran terhadap k d a bewjud
kwwlahan-kssalahanyand rneqebabkan dis-
t w i m h s i hubungansebagaimana
di atas. Pada Ungkatan tertentu (m
-arkan deqan "boborkesalahan), hukum
an yang d b n i n oleh Rera Wulan Tma Ekan
iatah kematian secara tidak wajar. Pandangan
dan keyakinan semacam ini mempenganthi
sjkap hidup orang Lamhalot. Dl satu sbi me-
d i h a r a tindakan dan tutur kata sejalan #*
man prinsip kOdhl, dan di sisi kin mcanumbuh-
n tidak W r
g 'b&d"-nya Lamahulat untuk
wbra nyawa. Pandangan dan sikap hidup
inktikemudin melahirkan sarana pemMhan pinang'. Nsmk moyang
berupa ritual l e w k tapo. belwnmengenalJoluotr~meng~
pria. Rokok, yang dalarn versi Larnaholot Minuman ini bukanfah r n i n u m khas m rpg
disebut koli-kebako [koli' kubako'] (koli 'daun Larnaholot karena penyadapan juga bisa
lontar', kebako 'ternbakau yang diiris') kinitidak dilakukan oleh etnik lain sepanjang mmka
menjadi sarana ritual untuk rnenyapa leluhur rnerniliki pohon lontar dan kelapa. Meskipun
yang dihormati ibarat menghormati tarnu. bukan rnerupakan rninurnan khas, namun
Sirih-pinangjuga sebenamya rnerupakan pemanfaatannya sebagai sarana ritual itulah
sirnboljenis kelarnin. Pinang (wua) merupakan yang menjadikan rninuman ini menjadi khas
simbol perernpuan, sedangkan sirih (malu) Jadi, dapat dikatakan bahwa rninuman tuak itu
rnerupakan sirnbol pria. Perpaduan sirih dan bukan rninumankhas produksiLamahold,tetapi
pinang rnerupakan sebuah proses sirnbolisasi ndnumankhasriW~~mkruman
yang rnengusung rnakna persekutuan atau khasritualLamahdot,~krituaflewakt9y~o,
kemenyatuan dalarn menyikapi danmelaksa- tuak juga menyandang dua rnakna, sebagai-
nakan sesuatu. rnana sirih pinang. Pertarna, secara religius,
Dalarnupacararituallewaktapo, sirih-pinang tuak rnerupakan samna untuk menyatakan
mengandung makna sirnbolik dari dua dimsi. bahwa segala sesuatuyang a b n dilaksanakan
Pertama, dirnensi sosial. Berdasarkandmi (termasuk hasibhashya),Q i i b a d a dalam
si ini, sirih-pinang menjadisarana pengikatantara naungan dan restu leluhur. Oleh karena itu,
semua orang yang tedibat di dalamupacararitual leluhur harm diberi tempat pertama dan utama
k w k tapo. Setiap orang yang hadir, baik yang dalarn penyelenggaraan upacara ritual bwak
krki maupunperempuan, masing-rnasingdengan tapo. Dalarn berbagai upacara ritual pada
ikhlas menerirnatugas dan berperan secara o p kelornpok etnik Lamaholot, t e m s u k ritual
bimaldi dalarnmenyukseskanupacaratituai lewak lewak tapo, ata molan (serirvg hanya disebut
tapo.Dimensiinijuga mernberikanpemahaman molan) 'dukun tradisi' selalu mmgucapkan Ina
m iperbedaanantarapria dan wanita tjdak ama koda kewot, gen molo menu molo, kan
karenajenii kelarnin, tetapi karenaperanrnasing- purek kenu dore (sambil menuangkan tuak ke
masing mereka di dalarn upacara ritual. Hal ini tanah, dan yang sisa dirninumnya), yang secara
menyiratkan relativitas peran sosial dalarn bebas ditejemahkan sebagai berikut: 'Leluhur-
kehidupan sehari-hari. Seseorang yang sehari- ku, silahkan rnakan dan rninum dahulu, saya
harinya tidak mempunyai peran sosial penting, kernudian'. Agar kelapa yang di-belah dalarn
&pat saja mernpunyai peran yang penting dan ritual lewak tap0 dapat mernberikan petunjuk
uhma dalarn upacararituallewaktap, ataupun rnengenai sebab-sebab kernatJan seseorang,
sebaliknya.
rnaka molan hams meminta bantuan leluhur.
Kedua, sirih-pinang dalarn dirnensi religi.
Molan hanyalah sebagai perantara rnanusia
Daridimensi ini, sini-pinang rnerupakan sarana
dengan leluhur, jadi kesuksesan penyeeng-
penyatu antara orang yang masih hidup de-
garaan upacara ritual bukanlah kesuksesan
wan kerabatnya yang sudah rneninggal; se-
molan semata, tetapi terutarna karena restu
bagai sarana pengikat antara manusia dengan
leluhur. Kedua, dari sisi sosial, tuakmerupakan
. roh leluhurnya. Dirnensi ini menjadisangat vital
Ij h dikaitkan dengan restu leluhurbagi sukses- sarana penguat sumpah antara mereka yang
F rrya pelaksanaan upacara ritual bwak tapo. merninurnnya.Mereka yang minurntuak itu me-
[ Untuk mendapatkannstu itu, para leluhur, baik miliki kornitrnenyang sangat kuat, setara surn-
k yang laki-laki maupun wanita, disapa dengan pah, untuk rnelakukan apa saja yang telah
I menyuguhi sirih-pinang. diputuskan atau disepakati bemama. Ha1 ini
diwujudkan melalui cam minum; wadah dari
ternpurung kelapa (disebut makj dilsi tuak
hingga penuh, kermudiran cffminurnkm secara
Tuak adalah sejenis rninumanyang disadap berglr. Sisa dari orang perZama d9mtnurn oleh
&ri pohon lontar ataupun pohon kelapa. orang kedua, sisanya diminum oleh orang
ikatan sosial d m ernisbnal yang
Edid VIII.
Koena@aningrat. 1984. Kabudqvan, Mentalitas dan