Anda di halaman 1dari 19

DAFTAR ISI

1. PENDAHULUAN ................................................................................................................
1
1.1 Definisi Dan Terminologi .............................................................................................. 1
1.2 Etiologi ......................................................................................................................... 1
1.3 Sel-Sel Yang Berperan Dalam Inflamasi ..................................................................... 2
1.4 Klasifikasi ...................................................................................................................... 2

2. INFLAMASI AKUT ........................................................................................... 4


2.1 Mekanisme Inflamasi Akut ........................................................................................... 4
2.2 Akibat Inflamasi Akut ................................................................................. 14

3. INFLAMASI KRONIK ...................................................................................... 15


3.1 Definisi Dan Karakteristik ............................................................................................. 15
3.2 Etiologi ...................................................................................................................... 15
3.3 Mekanisme Inflamasi Kronik ....................................................................................... 17
3.4 Gambaran Histopatologis Inflamasi Kronik ................................................................. 17
3.5 Akibat Inflamasi Kronik ............................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 18


Inflamasi Akut Dan Kronis

1. PENDAHULUAN
Kemampuan tubuh untuk mempertahankan cedera, melawan serangan mikroba agen, dan
perbaikan jaringan yang rusak tergantung pada reaksi inflamasi, respons sistem kekebalan,
perbaikan jaringan dan penyembuhan luka. Walaupun efek inflamasi kadang merupakan reaksi yang
tidak diinginkan oleh karena menyebabkan sakit dan ketidaknyamanan, pada dasarnya proses
inflamasi merupakan proses fisiologis yang menguntungkan. Tanpa respons inflamasi, luka tak bisa
sembuh, dan infeksi minor akan menjadil akan berkembang menjadi lebih luas. Namun, inflamasi
juga menghasilkan efek yang tidak diinginkan. Sebagai contoh, terjadinya efek melumpuhkan dari
penyakit rheumatoid arthritis sebagai akibat inflamasi kronik.1
Makalah ini akan membahas mengenai definisi, etiologi, dan klasifikasi inflamasi secara
umum, termasuk karakteristik, mekanisme dan gambaran histopatologis.

1.1 Definisi Dan Terminologi


Inflamasi berasal dari bahasa Latin, bahasa Latin, inflammare, yaitu dibakar. Secara
sederhana, inflamasi didefinisikan sebagai suatu respons protektif yang ditujukan untuk
menghilangkan penyebab awal jejas sel serta membuang sel dan jaringan nekrotik yang diakibatkan
oleh kerusakan asal.2,3 Inflamasi juga merupakan reaksi jaringan vaskularisasi terhadap suatu injuri
lokal, yaitu berupa upaya perlindungan organisme terhadap suatu rangsangan merugikan untuk
menghapus rangsangan tersebut serta memulai proses penyembuhan jaringan. Tetapi, inflamasi
bukan sinonim untuk infeksi. Walaupun sebagian besar inflamasi disebabkan oleh infeksi, keduanya
tidak sama, di mana infeksi adalah disebabkan oleh patogen eksogen, sedangkan inflamasi adalah
salah satu tanggapan dari organisme patogen. 1
Kondisi inflamasi diberi nama dengan menambahkan akhiran “-itis” ke organ atau sistem.
Misalnya, appendicitis mengacu pada terjadinya inflamasi pada apendiks, perikarditis merupakan
inflamasi dari perikardium, dan neuritis adalah inflamasi pada saraf. Di rongga mulut kita mengenal
pulpitis yaitu inflamasi pulpa, gingivitis yang merupakan inflamasi pada gingiva, maupun periodontitis
yang merupakan inflamasi pada jaringan periodontal, yang umumnya sebagai kelanjutan dari
gingivitis. Lebih lanjut, penamaan ini juga dapat menunjukkan ekspresi dari proses inflamasi, apakah
proses itu akut atau kronik dan apa jenis eksudat dibentuk, misalnya, akut fibrinous perikarditis,
gingivitis nekrosis, dan periodontitis kronik. 1

1.2 Etiologi
Banyak etiologi sebagai penyebab inflamasi. Etiologi terbanyak yaitu infeksi mikroorganisme
(seperti bakteri, virus dan jamur), selain itu dapat juga diakibatkan trauma mekanis, pembedahan,
kaustik kimia, suhu (panas atau dingin yang ekstrim), dan radiasi.4

Halaman 1
Inflamasi Akut Dan Kronis

1.3 Sel-Sel Yang Berperan Dalam Inflamasi


Respons inflamasi memiliki banyak sel yang berperan penting yaitu sel dan protein plasma
dalam sirkulasi, sel dinding pembuluh darah, dan sel serta matriks ekstraselular jaringan ikat di
sekitarnya (Gambar 1). Sel dalam sirkulasi adalah leukosit polimorfonuklear (PMN) yang berasal dari
sumsum tulang (neutrofil), eosinofil, dnn basofil; limfosit dan monosit; serta trombosit; protein dalam
sirkulasi, meliputi faktor pembekuan, kininogen, dan komponen komplemen, sebagian besar
disintesis oleh hati. Sel dinding pembuluh darah meliputi sel endotel yang berkontak langsung
dengan darah, dan sel otot polos yang mendasarinya yang memberikan tonus pada pembuluh darah.
Sel jaringan ikat meliputi sentinel untuk menginvasi, misalnya sel mast, makrofag, dan limfosit, serta
fibroblas yang menyintesis matriks ekstraselular dan dapat berproliferasi untuk proses jaringan baru
pada luka. Matriks ekstraselular (ECM) terdiri atas protein penyusun fibrosa (misalnya, kolagen dan
elasttn) , proteoglikan yang membentuk gel, dan glikoprotein adhesif (misalnya, fibronektin) yang
merupakan penghubung sel-ECM dan ECM-ECM. Keseluruhan sel akan berinteraksi untuk
mengatasi secara ideal suatu cedera lokal dan memulihkan fungsi jaringan normal. 2,5

Gambar 1. Komponen respons radang akut dan kronik: (1) sel dan protein dalam sirkulasi, (2) sel dinding pembuluh
darah,dan (3) sel serta elemen pada jaringan ikat ekstravaskular.Sel dan protein tidak tergambar. 2

1.4 Klasifikasi
Inflamasi terbagi menjadi dua pola dasar yaitu inflamasi akut dan inflamasi kronik. Inflamasi
akut adalah radang yang berlangsung relatif singkat dari beberapa menit sampai beberapa hari, dan
ditandai dengan eksudasi cairan dan protein plasma serta akumulasi leukosit neutrofilik yang
menonjol. Inflamasi kronik berlangsung lebih lama (berhari-hari sampai bertahun-tahun) dan ditandai
khas dengan influks limfosit dan makrofag disertai dengan proliferasi pembuluh darah dan
pembentukan jaringan parut. Namun demikian, seperti yang kita lihat, kedua bentuk dasar inflamasi

Halaman 2
Inflamasi Akut Dan Kronis

ini dapat tumpang tindih, dan banyak faktor mengubah perjalanan dan gambaran histologisnya
(Gambar 2).2

Injuri
Injuri Selular
Selular

Inflamasi
Inflamasi Akut
Akut

Sembuh
Sembuh (Healing)
(Healing)

Inflamasi
Inflamasi Kronik
Kronik

Gambar 2. Skema perjalanan inflamasi akut dan kronik. 2(Healing)


Sembuh
Sembuh (Healing)

Perbedaan antara inflamasi akut dan kronik ditunjukkan pada Tabel 1.


Pembentukan Granuloma

AKUT KRONIK
AGEN PENYEBAB Patogen, injuri pada jaringan Inflamasi akut yang persisten
menyebabkan patogen tidak dapat
Sembuh
Sembuh didegradasi, benda asing yang
persisten, atau reaksi autoimun
SEL-SEL UTAMA YANG TERLIBAT Neutrofil, sel mononuklear (monosit, Sel mononuklear (monosit, makrofag,
makrofag) limfosit, plasma sel), fibroblas
MEDIATOR PRIMER Amin vasoaktif, eicosanoid IFN-γ and sitokin lainnya, growth
factors, reactive oxygen species,
enzim hydrolytic
ONSET Segera (immediate) Respon lambat (delayed)
LAMANYA Beberapa jam hingga hari Beberapa bulan hingga tahun
HASIL Pembentukan abses, inflamasi kronik Kerusakan jaringan, fibrosis

2. INFLAMASI AKUT

Inflamasi akut merupakan respons segera terhadap jejas yang dirancang untuk mengirim
leukosit ke tempat jejas. Sesampainya di tempat jejas, leukosit membersihkan setiap mikroba yang
menginvasi dan memulai proses penguraian jaringan nekrotik. Proses ini memiliki dua komponen
utama (Gambar 3):
(1) Perubahan vaskular : perubahan dalam kaliber pembuluh darah yang mengakibatkan
peningkatan aliran darah (vasodilatasi) dan perubahan struktural yang memungkinkan protein
plasma untuk meninggalkan sirkulasi (peningkatan/permeabilitas vaskular).
(2) Berbagai kejadian yang terjadi pada sel : emigrasi leukosit dari mikrosirkulasi dan akumulasinya
di fokus jejas (rekrutmen dan aktivasi selular)

Halaman 3
Inflamasi Akut Dan Kronis

Rentetan bertingkat (kaskade) kejadian pada inflamasi akut diintegrasikan oleh pelepasan
lokal mediator kimiawi. Perubahan vaskular dan rekrutmen sel menentukan tiga dari lima tanda lokal
klasik inflamasi akut: panas (kalor), merah (rubor), dan pembengkakan (tumor). Dua gambaran
kardinal tambahan pada inflamasi akut, yaitu nyeri (dolor) dan hilangnya fungsi (function laesa),
terjadi akibat perluasan mediator dan kerusakan yang diperantarai leukosit. 2

Gambar 3. Mekanisme terjadinya inflamasi akut akibat adanya injuri (tusukan) pada kulit..2

2.1 Mekanisme Inflamasi Akut


(1) Perubahan Vaskular (Perubahan Pada Kaliber Dan Aliran
Pembuluh Darah)
Perubahan ini dimulai relatif lebih cepat setelah jejas terjadi, tetapi dapat berkembang
dengan kecepatan yang beragam, bergantung pada sifat dan keparahan jejas asalnya. Mekanisme
ini terjadi sebagai berikut :
(1) Setelah vasokonstriksi sementara (beberapa detik), terjadi vasodilatasi arteriol, yang
mengakibatkan peningkatan aliran darah dan penyumbatan lokal (hiperemia) pada aliran darah
kapiler selanjutnya. Pelebaran pembuluh darah ini merupakan penyebab timbulnya warna
merah (eritema) dan hangat, yang secara khas terlihat pada inflamasi akut (Gambar 4).
(2) Selanjutnya, mikrovaskulatur menjadi lebih permeabel, mengakibatkan masuknya cairan kaya
protein ke dalam jaringan ekstravaskular. Hal ini menyebabkan sel darah merah menjadi lebih
terkonsentrasi dengan baik sehingga meningkatkan viskositas darah dan memperlambat
sirkulasi. Secara mikroskopik perubahan ini digambarkan oleh dilatasi pada sejumlah pembuluh
darah kecil yang dipadati oleh eritrosit. Proses tersebut dinamakan stasis.
(3) Saat terjadi stasis, leukosit (terutama neutrofil) mulai keluar dari aliran darah dan berakumulasi
disepanjang permukaan endotel pembuluh darah. Proses ini disebut dengan marginasi. Setelah
melekat pada sel endotel, leukosit menyelip di antara sel endotel tersebut dan bermigrasi
melewati dinding pembuluh darah menuju jaringan interstisial.

Halaman 4
Inflamasi Akut Dan Kronis

AB
Gambar 4. Perubahan vaskular pada inflamasi akut. A. Kondisi vaskular normal. B. Kondisi vaskular pada inflamasi akut.2

(2) Peningkatan Permeabilitas Vaskular


Pada tahap paling awal inflamasi, vasodilatasi arteriol dan aliran darah yang bertambah
meningkatkan tekanan hidrostatik intravaskular dan pergerakan cairan dari kapiler. Cairan ini, yang
dinamakan trannsudat, pada dasamya merupakan ultrafiltrat plasma darah dan mengandung sedikit
protein. Namun demikian, transudasi segera menghilang dengan meningkatnya permeabilitas
vaskular yang memungkinkan pergerakan cairan kaya protein, bahkan sel ke dalam interstisium
(disebut eksudat). Hilangnya cairan kaya protein ke dalam ruang perivaskular menurunkan tekanan
osmotik intravaskular dan meningkatkan tekanan osmotik cairan interstisial. Hasilnya adalah
mengalimya air dan ion ke dalam jaringan ekstravaskular; akumulasi cairan ini dinamakan edema
(Gambar 5).

A B
Gambar 5. Tekanan darah dan tekanan osmotik koloid plasma pada mikrosirkulasi normal dan yang meradang. A.
Tekanan hidrostatik normal (panah merah) sekitar 32 mmHg pada ujung arterial kapiler dan 12 mmHg pada
ujung vena; tekanan osmotik koloid jaringan rata-rata sekitar 25 mmHg (panah hijau), yang setara dengan
tekanan kapiler rata-rata. Walaupun cenderung meninggalkan arteriol prakapiler,cairan akan kembali dalam
jumlah yang sama melalui venula pascakapiler, sehingga aliran netto masuk atau keluar (panah hitam)
adalah nol. B. Inflamasi akut. Tekanan arteriol meningkat menjad 50 mm Hg, tekanan kapiler rata-rata
meningkat karena dilatasi arteriol dan tekanan vena meningkat sampai mendekati 30 mmHg. Pada saat
yang sama, tekanan osmotic menurun (rata-rata 20 mmHg) karena kebocoran protein yang menembus
venula. Hasil nettonya adalah berlebihnya cairan yang mengalami ekstravasasi. 2

Pada peradangan ada tiga pola peningkatan permeabilitas vaskuler, yaitu :

Halaman 5
Inflamasi Akut Dan Kronis

1. Respon segera yang sementara, didatangkan oleh mediator kimia (misalnya histamin dan
brakinin) dan jejas ringan. Terjadi akibat kontraksi sel endotelial venula yang menyebabkan
adanya jarak di antara sel-sel endotelial.
2. Reaksi segera yang terus menerus, disebabkan oleh jejas berat yang mengakibatkan nekrosis
endotelial dan merusak venula, kapiler serta arterial.
3. kebocoran terus menerus yang terlambat, terjadi setelah jejas ringan sampai sedang yang
berlangsung mengenai endotelium dan menyebabkan jarak interselular.

(3) Respon Selular


Stadium seluler peradangan dimulai setelah peningkatan aliran darah ke tempat jejas. Sel-
sel darah putih terutama neutrofil dan monosit serta trombosit tertarik ke daerah tersebut dan
bermigrasi melalui kapiler yang bocor untuk mengelilingi sel-sel yang rusak. Sel-sel ini
memfagositosis sel yang mati dan mikroorganisme serta merangsang pembekuan untuk mengisolasi
infeksi dan mengontrol perdarahan. Sel-sel yang tertarik ke daerah jejas akhirnya akan berperan
melakukan penyembuhan (Gambar 6).

Halaman 6
Inflamasi Akut Dan Kronis

Gambar 6. Sekuen skematik dan histologik peristiwa setelah jejas akut. Secara sederhana edema diperlihatkan
sebagai respon transien akut, meskipun gelombang sekunder respon tertunda dapat juga terjadi.
Fotomikrograf menggambarkanin filtrat selular awal (neutrofilik (A) dan lanjut mononuklear (B) pada
miokardium yang mengalami infark. Fotomikrograf dengan pembesaran lebih tinggi untuk
memperlihatkan infiltrasi sel polimorfonuklear multilobus. 2
Tahapan pengeluaran leukosit dari lumen ke jaringan interstitial yang disebut ekstravasasi
meliputi peristiwa sebagai berikut : (a) marginasi dan rolling, (b) adhsesi dan transmigrasi, (c) migrasi
pada jaringan interstitial terhadap suatu rangsangan kemotaktik (gambar 7). 2

Gambar 7. Urutan kejadian emigrasi leukosit pada inflamasi.Aliran darah laminardan adanya sel darah merah cenderung
mendorong leukosit melawan dinding venula sehingga meningkatkan kontaknya dengan sel endotel (lihat cabang
kapiler di sisi alas dengan sel yang memasuki aliran venula). Leukosit (1) berguling, (2) berhenti dan melekat pada
(a) Marginasi
endotel, dan Rolling
(3) berpindah melaluintercellularjunction dan menembus membran basalis, dan (4) bermigrasi ke arah
kemoatraklan yang dilepaskan dari sumber cedera. Juga terlihat peran selektin,agen pengaktivasi, dan integrin.
Karena terjadi vasodilatasi setelah timbulnya jejas, darah mengalir lambat dan leukosit
banyak berkumpul di tepi pembuluh dekat dengan sel endotel. Proses ini disebut penepian, dimana
sebelumnya leukosit berada di bagian tengah dalam aliran darah. Leukosit berputar perlahan-lahan
sepanjang endotel dan menempel sementara (proses ini disebut rolling) dan akhirnya sel-sel tersebut
akan melekat dan melapisi permukaan endotel.

(b) Adhesi dan transmigrasi


Leukosit akhirnya melekat kuat pada permukaan endotel (adhesi) sebelum merayap di
antara sel endotel dan melewati membran basalis masuk ke ruangan ekstravaskular (diapedesis).
Perlekatan leukosit dengan sel endotel diperantarai oleh molekul perekat. Molekul-molekul ini
berperan penting dalam interaksi sel antara leukosit dan endotel pada radang akut dan koagulasi
1. Selektin, molekul ini terdapat pada permukaan sel endotel, leukosit dan trombosit, yang
merangsang perlekatan leukosit pada endotel bila terjadi proses peradangan . Tiga molekul
selektin yang penting adalah:
 E-selektin (CD62E: khususnya ELAM-1) yang ditemukan pada endothelium
 P-selektin (CD62P: khususnya GMP-140 atau PADGEM) yang ditemukan pada
endothelium dan platelet
 L-selektin (CD62L: khususnya LAM-1) yang ditemukan pada leukosit secara umum

Halaman 7
Inflamasi Akut Dan Kronis

2. Imunoglobulin dalam kelompok ini meliputi 2 molekul perlekatan terhadap endothelium, yaitu:
 ICAM-1 (intercellular adhesion molecule 1)
 VCAM-1 (vascular cell adhesion molecule 1)
Kedua molekul ini akan berinteraksi dengan integrins dan ditemukan pada leukosit
3. Integrin adalah perlekatan antar membrane glikoprotein yang heterodimerik, dibentuk dari rantai
alfa dan beta dan berfungsi sebagai reseptor dari matriks ekstraseluler. Reseptor integrin untuk
ICAM-1 : integrin beta LFA-1 dan MAC-1 (CD11a/CD18 dan CD11b/CD18). Reseptor integrin
untuk VCAM-1 adalah integrin alfa 4 beta 1 (VLA-4) dan alfa 4 beta 7
4. Mucin seperti glikoprotein, adalah sialylated dari oligosakarida, yang termasuk disini adalah
GLyCAM-1, PSGL-1, ESL-1 dan CD34.
Molekul-molekul perekat ini bekerja jika terjadi proses peradangan, mempunyai mekanisme
tertentu tergantung kepada lamanya peradangan, macam rangsangan dari radang dan keadaan dari
aliran darah. Tahapannya diantaranya:
1. Pendistribusian kembali molekul perekat pada permukaan sel. Sebagai contoh, P-selektin secara
normal berada pada permukaan membrane dari granula endothelial intrasitoplasmik yang
spesifik yang disebut badan Weibel-Palade. Pada perangsangan oleh mediator seperti
histamine, trombin dan PAF. P-selektin akan didistribusikan ke permukaan sel dengan cepat
dimana ia akan mengikat leukosit. Proses ini terjadi dalam beberapa menit.
2. Masuknya molekul perekat ke endothelium yang terjadi dalam 1-2 jam, dimana untuk proses ini
dibutuhkan sintesa protein yang baru.
3. Peningkatan kemampuan mengikat dari integrin, dimana dalam proses ini terjadi interaksi antara
LFA-1 atau ICAM-1, yang menyebabkan perlekatan yang kuat dengan endothelial.

(c) Migrasi pada jaringan interstitial terhadap suatu rangsangan kemotaktik (emigrasi)
Emigrasi adalah proses perpindahan leukosit yang bergerak keluar dari pembuluh darah.
Meskipun semua sel darah putih dapat bergerak, tetapi yang paling aktif adalah neutrofil dan
monosit, dan paling lambat ialah limfosit. Tipe dari perpindahan leukosit bervariasi tergantung usia
dari lesi yang mengalami peradangan dan tipe dari rangsangannya. Pada peradangan akut, neutrofil
ditemukan pada infiltrate radang selama 6 sampai 24 jam dan kemudian digantikan oleh monosit
dalam 24 jam sampai 48 jam.

Setelah ketiga peristiwa ekstravasasi leukosit di atas maka akan dilanjutkan dengan
beberapa peristiwa antara lain : (a) kemotaksis dan aktivasi, (b) fagositosis dan degranulasi (c)
pelepasan mediator

Halaman 8
Inflamasi Akut Dan Kronis

(a) Kemotaksis dan Aktivasi


Setelah meninggalkan pembuluh darah, leukosit berpindah ke jaringan sekitar jejas melalui
suatu proses yang disebut kemotaksis (Gambar 8). Hampir semua sel darah merah dipengaruhi oleh
faktor-faktor kemotaksis ini dalam derajat yang berbeda-beda. Neutrofil dan monosit yang paling
reaktif terhadap rangsang kemotaksis, sebaliknya limfosit bereaksi lemah. Faktor-faktor kemotaksis
dapat endogen berasal dari protein plasma (kompenen komplemen), atau bersifat eksogen seperti
produk-produk bakteri berupa peptide yang memiliki N-formil-methionin sebagai turunan dari asam
amino. Faktor kemotaksis endogen, meliputi:
1. Kompenen dari sistem komplemen, terutama C5a
2. Produk dari jalur hipoksigenase yang merupakan hasil metabolisme asam arakidonat, sebagian
besar adalah leukotrin B4 (LTB4)
3. sitokin terutama kelompok kemokin
Selain merangsang pergerakan, faktor kemotaksis juga menginduksi respons leukosit
lainnya, yang umumnya disebut sebagai aktivasi leukosit, antara lain :
- Degranulasi dan sekresi enzim lisosom, dan terjadi pembakaran oksidatif melalui aktivasi
protein kinase C yang diinduksi oleh DAG
- Produksi metabolit AA melalui aktivasi fosfolipase A2 yangdiinduksi oleh kalsium dan DAG
- Modulasi molekul adhesi leukosit melalui peningkatan kalsium intrasel, termasuk
peningkatan (atau penurunan) jumlah dan peningkatan (atau penurunan) afinitas.

Gambar 8. Proses kemotaksis.leukosit.2

(b) Fagositosis
Fagositosis dan pelepasan enzim oleh neutrofil dan makrofag adalah merupakan manfaat
yang didapatkan dari akumulasi leukosit pada pusat peradangan. Fagositosis (Gambar 9) meliputi
tahapan-tahapan:
a. Pengenalan dan perlekatan

Halaman 9
Inflamasi Akut Dan Kronis

Pada keadaan ini, neutrofil dan makrofag mengenal dan menelan bakteri atau benda-benda
asing, yang sebelumnya telah diselubungi atau diopsinisasi oleh protein plasma yang disebut
opsonin. Dalam keadaan ini untuk mempertinggi efisiensi dari fagositosis. Opsonin-opsonin yang
utama adalah:
1. Fragmen Fc dari imunologlobulin G (IgG)
2. C3b, disebut juga fragmen opsonin dari C3 (stabil dalam bentuk C3bi)
3. Ikatan protein-karbohidrat (lektin) dari plasma yang disebut kolektin, yang akan
terikat pada dinding sel mikroba
b. Penelanan
Ikatan dari partikel opsonin ke FcyR cukup untuk memicu penelanan dimana terjadi perubahan
karena adanya komplemen reseptor. Saat penelanan terjadi pergerakkan dari sitoplasma
mengalir mengelilingi objek untuk ditelan. Batas membran dari vakuola fagosit bersatu dengan
batas membrane dari granula lisosom, lalu granula-granula ini masuk ke fagolisosom. Pada
bagian ini, neutrofil dan monosit mengalami degranulasi secara prograsif.
c. Pembunuhan atau degradasi
Tahapan terakhir dari fagositosis dari bakteri adalah pembunuhan dan degradasi. Pembunuhan
bakteri sebagaian besar dikerjakan oleh mekanisme yang tergantung pada oksigen. Fagositosis
distimulasi oleh konsumsi oksigen, glikogenolisis, peningkatan oksidasi glukosa melalui heksose-
monofosfat dan pengaktifan kembali metabolit oksigen. Pembunuhan bakteri yang tidak
tergantung iksigen, dimana aksi dari subtansi ini terjadi pada granula leukosit. Pembunuhan
bakteri dengan enzim lisosom mungkin tidak efisien dan relative tidak penting dibandingkan
dengan mekanisme yang bergantung oksigen, tetapi enzim lisosom penting untuk mendegradasi
mikroorganisme yang mati. Beberapa subtansi bakterisidal ini adalah asam hidrolase,
bactericidal permeability protein (BPI), lisozim, laktoferin, defensin, mayor basic protein (MBP).

A B

Halaman
10
Inflamasi Akut Dan Kronis

Gambar 9. A. Fagositosis suatu padikel (misalnya, bakteri) terjadi melalui (1) perlekatan dan pengikatan opsonin
(misalnya, kolektin, atau C3b dan bagian Fc imunoglobulin) pada reseptor di permukaaan leukosit, diikuti
oleh (2) penelanan(engulfment) dan (3) fusi vakuola fagositik dengan granula (lisosom), dan degranulasi.
Perhatikan bahwa selama fagositosis, isigranula dapat dilepaskan secara ekstraselular. B. Ringkasan
mekanisme bakterisidal yangtergantung oksigen dalam fagolisosom. MPO,mieloperoksidase, NADP', dan
NADPH, secara berurutan merupakan bentuk teroksidasi dan tereduksi dari nicotinamide adenine
dinucleotidephosphate..2

(c) Pelepasan Mediator


Respon vaskuler dan seluler pada radang akut dan kronik diperantarai oleh mediator-
mediator kimia yang berasal dari sel maupun protein yang berasal dari sel maupun protein plasma
yang dicetuskan oleh stimulus radang. Daftar mediator radang cukup panjang dan kompleks, tetapi
mediator yang lebih dikenal, dapat digolongkan ke dalam kelompok berikut:
- Amina vasoaktif
Dalam kelompok ini, terdapat 2 amina yang penting sebagai mediator utama dalam peradangan,
yaitu histamin dan serotonin. Sejumlah besar histamin disimpan dalam granula sel jaringan
penyambung yang dikenal dengan nama sel mast, yang tersebar dalam tubuh (histamin juga
terdapat dalam sel basofil dan trombosit). Histamin yang tersimpan tidak aktif dan baru
menampilkan efek vaskulernya bila terlepas. Rangsangan yang menyebabkan degranulasi dari
histamin diantaranya:
1. Kejas fisik seperti trauma, dingin atau panas
2. Reaksi imun yang melibatkan ikatan antibodi dan sel mast
3. Fragmen komplemen yang disebut anafilaktoksin (C3a dan C5a)
4. Protein pelepas histamin yang berasal dari leukosit
5. Neuropeptida (misalnya subtansi P)
6. Sitokin (IL-1, IL-8)
Pada manusia histamin menyebabkan dilatasi dari arteri dan meningkatkan permeabilitas
pembuluh vena. Hal ini bekerja pada sirkulasi mikro melalui reseptor H1.
Serotonin (5-hidroksitriptamin) mempunyai aksi yang mirip dengan histamin. Turunan asam
amino triptofan ini dikeluarkan oleh trombosit jika distimulasi oleh PAF atau setelah kontak
agregat trombosit dengan kolagen, trombin dan ADP serta kompleks antiogen-antibodi. Agregasi
platelet dan pelepasan juga distimulasi oleh PAF (Platelet activating factor) yang dihasilkan oleh
sel mast selama rekasi pelepasan Ig E.

- Protease plasma
Variasi dari fenomena dalam respon radang dimediasi oleh 3 faktor plasma yang mempengaruhi
yaitu : komplemen, kinin dan sistem pembekuan. Sistem komplemen berisi 20 komponen protein
yang ditemukan sebagai konsentrasi terbesar dalam plasma. Sistem ini berfungsi sebagai

Halaman
11
Inflamasi Akut Dan Kronis

pembawa dan adaptasi imunitas terhadap agen mikroba, sebagai titik puncak dari proses lisis
mikroba dengan cara disebut membrane attack complex (MAC). Komponen komplemen ada
dalam bentuk tidak aktif di dalam plasma dan diberi angka C1 sampai C9. Umumnya tahapan
kritis dari perluasan dari fungsi biologi dari komplemen adalah aktifasi dari komponen ketiga, C3.
Pembelahan dari C3 dapat terjadi melalui sesuatu yang disebut jalur klasik, dimana dipicu oleh
perlekatan dari C1 ke antibody (Ig M atau Ig G) yang dikombinasikan dengan antigen atau
langsung ke jalur alternative dimana hal ini dipicu oleh permukaan mikroba (misalnya
endotoksin), kumpulan dari Ig S, polisakarida kompleks, cobra venom dan seterusnya.
Sistem kinin adalah menyebabkan vasoaktif dari peptide yang berasal dari protein plasma
yang diebut kininogens oleh protease spesifik yang disebut kallikreins. Sistem kini dihasilkan dar
proses akhir pelepasan vasoaktif nonpeptida yaitu bradikinin, sebagai agen yang kuat terhadap
peningkatan permeabilitas pembuluh darah. Bradikinin juga menyebabkan peningkatan
konsentrasi dari otot halus, dilatasi dari pembuluh darah dan sakit jika dimasukkan ke kulit.
Sistem ini dipicu oleh pengaktifan dari factor Hageman (Faktor ke XII dari jalur pembekuan
instrinsik). Aksi bradikinin berlangsing singkat karena cepat diinaktivasi oleh suatu enzin yang
disebut kininase.
Sistem pembekuan dan radang adalah proses hubungan yang erat. System pembekuan
terbagai menjadi 2 jalur yang saling bertemu. Puncaknya pada pengaktifan trombin dan
pembentukan fibrin. Jalur pembekuan instrinsik adalah rangkaian plasma protein yang dapat
diaktifkan oleh factor Hageman. Faktor XII berubah menjadi factor XIIa. Dua komponen spesifik
dari pengaktifan system pembekuan:
1. Trombin, pengaktifan dari system pembekuan yaitu trombin (factor IIa) yang berasal dari
precursor protombin (factor II). Selama proses perubahan ini, dibentuk fibrinopeptida yang
akan merangsang peningkatan permeabillitas pembuluh darah aktifitas kemotaksis terhadap
leukosit. Trombin berperan dalam peningkatan perlekatan leukosit dan proliferasi fibroblast.
2. Faktor Xa, jalur instrinsik dan ekstrinsik dari pembekuan bertemu pada titik dimana factor
X berubah menjadi factor Xa. Terjadi di sini koagulasi dari protease oleh ikatan terhadap
efektor reseptor-1 sel protease, berfungsi sebagai mediator dari inflamasi akut penyebab
peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan eksudasi leukosit.
Pada saat factor XIIa menyebabkan pembekuan, juga mengaktifkan system fibrinolitik.
System ini berperan pada fenomena vaskuler dari radang pada beberapa jalur.

- Metabolit Asam Arachidonat

Halaman
12
Inflamasi Akut Dan Kronis

Produk yang berasal dari metabolisme asam arachidonat mempengaruhi berbagai variasi dari
proses biologi, termasuk radang dan hemostasis. Metabolisme asam arachidonat biasa disebut
juga eikosanoid disintesa dari 2 kelas utama dari enzim yaitu siklooksigenase (prostaglandin dan
tromboksin) dan lipoksigenase (leuotriene dan lipoksin). Eicosanoids dapat nampak pada setiap
tahap dari peradangan. Mereka dapat ditemukan dalam eksudat radang dan disintesa secara
berlebih pada daerah radang.

- Platelet Activating Factor (PAF)


PAF adalah mediator yang lain dari turunan fosfolipid bioaktif. PAF dapat menyebabkan
vasokonstriksi dan bronchokonstriksi dan pada keadaaan konsentrasi yang sangat rendah dapat
menginduksi vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas venular 100 sampai 10.000 kali lebih
besar dibandingkan dengan histamin. PAF juga menyebabkan peningkatan perlekatan leukosit
pada endothelium, kemotaksis dan degranulasi.

- Sitokin dan Kemokin


diturunkan dari fagosit mononuclear yang biasa disebut monokin. Monosit dan makrofag
menghasilkan sitokin, sperti colony stimulating factors (CSFs). Dimana dirangsang oleh
pertumbuhan leukosit yang immature pada sumsum tulang. Interleukin adalah keluarga besar
dari sitokin dan berasal dari sel sel hematopoetik dan mempunyai efek pada leukosit . Kemokin
adalah sitokin yang berperan untuk merangsang pergerakan dari leukosit (kemokinesis) dan
pergerakkan langsung atau kemotaksis dan sebagian penting dalam peradangan.
- Mediator radang yang lain seperti nitrit oksida (NO), lisosomal pengganti dari leukosit, oksigen
turunan radikal bebas dan neuropeptida.
Beberapa efek mediator terhadap gambaran klinis inflamasi dapat dilihat pada Tabel 2. 2
Tabel 2. Efek inflamasi dan mediator utamanya.2

Vasodilatasi
Prostaglandin
Nitrit oksida

Peningkatan Permeabilitas Vaskular


Amin vasoaktif (histamin, serotonin)
C3a dan C5a (dengan menginduksi pelepasan amin vasoaktif)
Bradikinin
Leukotrien C4, D4, E4
Faktor penga ktivasi trombosist (PAF, platelet-activating factor)

Kemotaksis, Aktivasi Leukosit


C5a
Leukotrien B,
Produk bakteri

Halaman
13
Inflamasi Akut Dan Kronis

Kemokin (misalnya, interleukin 8 flL-81)

Demam
lL-1, lL-6, faktor nekrosis tumor
Prostaglandin

Nyeri
Prostaglandin
Bradikinin

Kerusakan Jaringan
Enzim lisosom neutrofil dan makrofag
Metabolit oksigen
Nitrit oksida

2.2 Akibat Inflamasi Akut


1. Resolusi , semua reaksi adalah upaya untuk menetralkan rangsangan jejas dan berakhir
dengan perbaikkan dari peradangan akut ke keadaan normal. Resolusi meliputi netralisasi atau
perbaikan spontan dari melalui mediator kimia, kembalinya permeabilitas pembuluh darah ke
keadaan normal, penghentian infiltrasi dari leukosit, kematian (sebagian besar melalui apoptosis)
dari neutrofil dan terakhir pengeluaran cairan edema dn protein, leukosit , benda-beda asing dan
debris dari jejas.
2. Pembentukan abses, sebagian besar infeksi ini disebabkan oleh mikroorganisme pyogen
3. Penyembuhan dengan membentuk jaringan konektif (fibrosis). Hal ini terjadi setelah
perusakan dari jaringan substansial, saat jejas peradangan terjadi kemudian tidak terjadi
regenerasi atau eksudasi fibrin berlebihan. Ketika fibrinous dikeluarkan ke jaringan atau rongga
serous (pleura, peritoneum) tidak diresorbsi secara baik, jaringan konektif berkembang pada
daerah eksudat.
4. Berkembang menjadi radang kronik.

3. INFLAMASI KRONIK

3.1 Definisi Dan Karakteristik


Inflamasi kronik dapat dianggap sebagai inflamasi memanjang (berminggu-minggu hingga
(berminggu-minggu hingga berbulan, bahkan bertahun-tahun), dan terjadi inflamasi aktif, jejas
jaringan, dan penyembuhan secara serentak. Berlawanan dengan inflamasi akut, yang dibedakan
dengan perubahan vaskular, edema, dan infiltrat neutrofilik yang sangat banyak, inflamasi kronik
ditandai dengran hal-hal berikut :
- InfiItrasi sel mononuklear ("radang kronik” ), mencakup makrofag, limfosit, dan sel plasma
- Destruksi jaringan, sebagian besar diatur radang
- Repair (perbaikan), melibatkan proliferasi pembuluh darah baru ( angiogenesis) dan fibrosis

Halaman
14
Inflamasi Akut Dan Kronis

3.2 Etiologi
Beberapa etiologi infeksi kronik adalah sebagai berikut :
(a) Infeksi virus.
(b) Infeksi mikroba persisten, sebagian besar ditandai dengan adanya serangkaian
mikroorganisme terpilih. Organisme ini memiliki patogenisitaslangsung yang lemah, tetapi
secara khusus dapat menimbulkan respons imun yang disebut hipersensitivitas lambat yang
bisa berpuncak pada suatu reaksi granulomatosa
(c) Pajanan terhadap agen yang berpotensi toksik.
(d) Penyakit autoimun

3.3 Mekanisme Inflamasi Kronik


Mekanisme inflamasi kronik menjalani beberapa fase sebagai berikut (Gambar 10) :

Gambar 10. Maturasi monosit dalam sirkulasi menjadi makrofag jaringan yang teraktivasi. Makrofag dapat diaktivasi
oleh sitokin (terutama interferon- y [FN-y]) dari sel T yang teraktivasi-imun atau oleh.- rangsang
nonimunologik, seperti endotoksin. Tampak produk yang dibuat oleh makrofag teraktivasi yang
memerantarai cedera dan fibrosis jaringan. AAAsam arakhidonat; FG F, fibroblast growth factor, PDGF,
platelet derived growth factor, TGFB, transforming growth factor β. 2

(1) Maturasi monosit dalam sirkulasi


Makrofag adalah salah satu komponen dari sistem fagosit mononuklear yang utama dalam
inflamasi kronik. Makrofag merupakan sel jaringan yang berasal dari monosit. Dari pembuluh darah,
monosit bermigrasi ke jaringan yang berbeda-beda dan berubah bentuk menjadi makrofag. Usia dari

Halaman
15
Inflamasi Akut Dan Kronis

monosit darah adalah sekitar 1 hari, tetapi dalam jaringan dapat sampai beberapa bulan. Perjalanan
dari sel stem sumsum tulang ke jaringan makrofag, diatur oleh beberapa faktor pertumbuhan dan
diferensiasi, sitokin dan perlekatan molekul dan interaksi seluler.

(2) Adhesi dan Emigrasi Monosit


Monosit mulai bergerak relatif lebih awal pada peradangan akut dan dalam 48 jam menjadi
tipe sel yang perdominan. Di bawah pengaruh molekul adhesi dan faktor khemotaksis, monosit
beremigrasi bersama-sama dengan neutrofil (merupakan kemotaksis dan bahan akivator) ke tempat
jejas. Jika monosit telah banyak terkumpul di jaringan ekstravasasi, selanjutnya mampu melakukan
fagositosis yang besar. Selanjutnya, monosit akan berproliferasi menjadi makrofag di dalam jaringan.

(3) Proliferasi Monosit Menjadi Makrofag


Makrofag adalah gambaran utama dari radang kronik, sebab sebagian besar dari substansi
yang diaktikan oleh makrofag, dapat menghasilkan beberapa darinya merupakan racun terhadap sel
(misalnya oksigen dan metabolit NO) atau matriks ekstraseluler (protease), beberapa makrofag dapat
menyebabkan masuknya tipe sel lain (misalnya sitokin, faktor kemotaksis) dan sebab-sebab lain
yang menyebabkan proliferasi dari fibroblast, deposisi dari kolagen dan angiogenesis (faktor
pertumbuhan). Beberapa dari makrofag dapat menyebabkan kerusakan dari jaringan, jika tidak
diaktifkan secara tepat. Kerusakan dari jaringan ini merupakan suatu tanda dari radang kronik.

(4) Aktivasi sel-sel radang kronik lainnya


Selain makrofag, terdapat beberapa sel radang kronik lainnya antara lain limfosit, sel plasma,
eosionofil, dan sel mast.
- Limfosit, terbagi menjadi 2 tipe, yaitu limfosit T dan limfosit B. Limfosit diaktifkan melalui
kontak dengan antigen. Pengaktifan limfosit ini menghasilkan limfokinase dan salah satunya
adalah IFN-y, yang merupakan stimulator utama dari monosit dan makrofag.
- Sel mast, terdapat pada jaringan konektif, pada permukaan reseptor yang terikat pada
bagian Fc dari antibody Ig E. Sel ini merupakan respon yang terjadi pada reaksi anafilaktik
terhadap makanan, gigitan serangga dan obat-obatan. Sel-sel ini berperan dalam radang yang
persisten melalui respon dari perluasan sitokin seperti TNF-alfa.
- Eosinofil, merupakan jaringan yang berperan dalam reaksi imun yang diperantarai oleh Ig E
dan infeksi parasit. Eosinofil diambil dari ekstravasasi yang berasal dari pembuluh darah dan
menetap pada jaringan melalui proses yang sama dengan leukosit yang lain. Jika telah siap, ia

Halaman
16
Inflamasi Akut Dan Kronis

akan mencapai target melalui proses yang tergantung dari eotaksin yang merupakan bagian
dari keluarga C-C dari kemokin.

(5) Aktivasi makrofag yang menyebabkan cedera jaringan atau fibrosis


Di tempat inflamasi akut-tempat iritan dibersihkan dan proses inflamasi tersebut diperbaiki
makrofag akhirnya mati atau masuk ke dalam pembuluh limfe. Namun dernikian, di tempat
peradangan kronik,akumulasi makrofag menetap, dan makrofag dapat berproliferasi. Pelepasan
terus-menerus faktor yang berasal dari limfosit merupakan mekanisme penting yang merekrut atau
mengimobilisasi makrofag di tempat radang IL-4 atau IFN-y juga dapat menginduksi fusi makrofag
menjadi sel besar berinti banyak, dinamakan sel raksasa (giant cell). 2

3.4 Gambaran Histopatologis Inflamasi Kronik


Gambaran histologis yang terlihat pada inflamasi kronik dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Inflamasi kronik pada paru, memperlihatkan tiga gambaran histologis khas: (1) pengumpulan sel radang
(*); (2) perusakan parenkim (alveoli normal digantikan oleh ruang yang dilapisioleh epitel kuboid (anak
panah ke atasl; dan (3) penggantian oleh jaringan ikat (fibrosis) (anak panah). 2

3.5 Akibat Inflamasi Kronik


1. Regenerasi, meliputi pembersihan rangsang penyebab cedera, pembersihan mediator dan sel-
sel radang kronikk, regenerasi dan remodeling jaringan yang rusak, fungsi kembali normal.
2. Jaringan parut, berupa fibrosis yang padat dan hilangnya fungsi

Halaman
17
Inflamasi Akut Dan Kronis

DAFTAR PUSTAKA
1. Porth CM. Essentials of pathophysiology, 2 ed., Lippincott Williams & Wilkins, 2006; 150-67.
2. Robbins dkk. Buku ajar patologi Volume 1, Edisi ke-7, Alih bahasa : Prasetyo , dkk, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, hal: 35-64.
3. Gurenlian JR. The relationship beetween oral health and systemic disease, 2006.

Halaman
18

Anda mungkin juga menyukai