Inflamasi Akut Dan Kronis
Inflamasi Akut Dan Kronis
1. PENDAHULUAN ................................................................................................................
1
1.1 Definisi Dan Terminologi .............................................................................................. 1
1.2 Etiologi ......................................................................................................................... 1
1.3 Sel-Sel Yang Berperan Dalam Inflamasi ..................................................................... 2
1.4 Klasifikasi ...................................................................................................................... 2
1. PENDAHULUAN
Kemampuan tubuh untuk mempertahankan cedera, melawan serangan mikroba agen, dan
perbaikan jaringan yang rusak tergantung pada reaksi inflamasi, respons sistem kekebalan,
perbaikan jaringan dan penyembuhan luka. Walaupun efek inflamasi kadang merupakan reaksi yang
tidak diinginkan oleh karena menyebabkan sakit dan ketidaknyamanan, pada dasarnya proses
inflamasi merupakan proses fisiologis yang menguntungkan. Tanpa respons inflamasi, luka tak bisa
sembuh, dan infeksi minor akan menjadil akan berkembang menjadi lebih luas. Namun, inflamasi
juga menghasilkan efek yang tidak diinginkan. Sebagai contoh, terjadinya efek melumpuhkan dari
penyakit rheumatoid arthritis sebagai akibat inflamasi kronik.1
Makalah ini akan membahas mengenai definisi, etiologi, dan klasifikasi inflamasi secara
umum, termasuk karakteristik, mekanisme dan gambaran histopatologis.
1.2 Etiologi
Banyak etiologi sebagai penyebab inflamasi. Etiologi terbanyak yaitu infeksi mikroorganisme
(seperti bakteri, virus dan jamur), selain itu dapat juga diakibatkan trauma mekanis, pembedahan,
kaustik kimia, suhu (panas atau dingin yang ekstrim), dan radiasi.4
Halaman 1
Inflamasi Akut Dan Kronis
Gambar 1. Komponen respons radang akut dan kronik: (1) sel dan protein dalam sirkulasi, (2) sel dinding pembuluh
darah,dan (3) sel serta elemen pada jaringan ikat ekstravaskular.Sel dan protein tidak tergambar. 2
1.4 Klasifikasi
Inflamasi terbagi menjadi dua pola dasar yaitu inflamasi akut dan inflamasi kronik. Inflamasi
akut adalah radang yang berlangsung relatif singkat dari beberapa menit sampai beberapa hari, dan
ditandai dengan eksudasi cairan dan protein plasma serta akumulasi leukosit neutrofilik yang
menonjol. Inflamasi kronik berlangsung lebih lama (berhari-hari sampai bertahun-tahun) dan ditandai
khas dengan influks limfosit dan makrofag disertai dengan proliferasi pembuluh darah dan
pembentukan jaringan parut. Namun demikian, seperti yang kita lihat, kedua bentuk dasar inflamasi
Halaman 2
Inflamasi Akut Dan Kronis
ini dapat tumpang tindih, dan banyak faktor mengubah perjalanan dan gambaran histologisnya
(Gambar 2).2
Injuri
Injuri Selular
Selular
Inflamasi
Inflamasi Akut
Akut
Sembuh
Sembuh (Healing)
(Healing)
Inflamasi
Inflamasi Kronik
Kronik
AKUT KRONIK
AGEN PENYEBAB Patogen, injuri pada jaringan Inflamasi akut yang persisten
menyebabkan patogen tidak dapat
Sembuh
Sembuh didegradasi, benda asing yang
persisten, atau reaksi autoimun
SEL-SEL UTAMA YANG TERLIBAT Neutrofil, sel mononuklear (monosit, Sel mononuklear (monosit, makrofag,
makrofag) limfosit, plasma sel), fibroblas
MEDIATOR PRIMER Amin vasoaktif, eicosanoid IFN-γ and sitokin lainnya, growth
factors, reactive oxygen species,
enzim hydrolytic
ONSET Segera (immediate) Respon lambat (delayed)
LAMANYA Beberapa jam hingga hari Beberapa bulan hingga tahun
HASIL Pembentukan abses, inflamasi kronik Kerusakan jaringan, fibrosis
2. INFLAMASI AKUT
Inflamasi akut merupakan respons segera terhadap jejas yang dirancang untuk mengirim
leukosit ke tempat jejas. Sesampainya di tempat jejas, leukosit membersihkan setiap mikroba yang
menginvasi dan memulai proses penguraian jaringan nekrotik. Proses ini memiliki dua komponen
utama (Gambar 3):
(1) Perubahan vaskular : perubahan dalam kaliber pembuluh darah yang mengakibatkan
peningkatan aliran darah (vasodilatasi) dan perubahan struktural yang memungkinkan protein
plasma untuk meninggalkan sirkulasi (peningkatan/permeabilitas vaskular).
(2) Berbagai kejadian yang terjadi pada sel : emigrasi leukosit dari mikrosirkulasi dan akumulasinya
di fokus jejas (rekrutmen dan aktivasi selular)
Halaman 3
Inflamasi Akut Dan Kronis
Rentetan bertingkat (kaskade) kejadian pada inflamasi akut diintegrasikan oleh pelepasan
lokal mediator kimiawi. Perubahan vaskular dan rekrutmen sel menentukan tiga dari lima tanda lokal
klasik inflamasi akut: panas (kalor), merah (rubor), dan pembengkakan (tumor). Dua gambaran
kardinal tambahan pada inflamasi akut, yaitu nyeri (dolor) dan hilangnya fungsi (function laesa),
terjadi akibat perluasan mediator dan kerusakan yang diperantarai leukosit. 2
Gambar 3. Mekanisme terjadinya inflamasi akut akibat adanya injuri (tusukan) pada kulit..2
Halaman 4
Inflamasi Akut Dan Kronis
AB
Gambar 4. Perubahan vaskular pada inflamasi akut. A. Kondisi vaskular normal. B. Kondisi vaskular pada inflamasi akut.2
A B
Gambar 5. Tekanan darah dan tekanan osmotik koloid plasma pada mikrosirkulasi normal dan yang meradang. A.
Tekanan hidrostatik normal (panah merah) sekitar 32 mmHg pada ujung arterial kapiler dan 12 mmHg pada
ujung vena; tekanan osmotik koloid jaringan rata-rata sekitar 25 mmHg (panah hijau), yang setara dengan
tekanan kapiler rata-rata. Walaupun cenderung meninggalkan arteriol prakapiler,cairan akan kembali dalam
jumlah yang sama melalui venula pascakapiler, sehingga aliran netto masuk atau keluar (panah hitam)
adalah nol. B. Inflamasi akut. Tekanan arteriol meningkat menjad 50 mm Hg, tekanan kapiler rata-rata
meningkat karena dilatasi arteriol dan tekanan vena meningkat sampai mendekati 30 mmHg. Pada saat
yang sama, tekanan osmotic menurun (rata-rata 20 mmHg) karena kebocoran protein yang menembus
venula. Hasil nettonya adalah berlebihnya cairan yang mengalami ekstravasasi. 2
Halaman 5
Inflamasi Akut Dan Kronis
1. Respon segera yang sementara, didatangkan oleh mediator kimia (misalnya histamin dan
brakinin) dan jejas ringan. Terjadi akibat kontraksi sel endotelial venula yang menyebabkan
adanya jarak di antara sel-sel endotelial.
2. Reaksi segera yang terus menerus, disebabkan oleh jejas berat yang mengakibatkan nekrosis
endotelial dan merusak venula, kapiler serta arterial.
3. kebocoran terus menerus yang terlambat, terjadi setelah jejas ringan sampai sedang yang
berlangsung mengenai endotelium dan menyebabkan jarak interselular.
Halaman 6
Inflamasi Akut Dan Kronis
Gambar 6. Sekuen skematik dan histologik peristiwa setelah jejas akut. Secara sederhana edema diperlihatkan
sebagai respon transien akut, meskipun gelombang sekunder respon tertunda dapat juga terjadi.
Fotomikrograf menggambarkanin filtrat selular awal (neutrofilik (A) dan lanjut mononuklear (B) pada
miokardium yang mengalami infark. Fotomikrograf dengan pembesaran lebih tinggi untuk
memperlihatkan infiltrasi sel polimorfonuklear multilobus. 2
Tahapan pengeluaran leukosit dari lumen ke jaringan interstitial yang disebut ekstravasasi
meliputi peristiwa sebagai berikut : (a) marginasi dan rolling, (b) adhsesi dan transmigrasi, (c) migrasi
pada jaringan interstitial terhadap suatu rangsangan kemotaktik (gambar 7). 2
Gambar 7. Urutan kejadian emigrasi leukosit pada inflamasi.Aliran darah laminardan adanya sel darah merah cenderung
mendorong leukosit melawan dinding venula sehingga meningkatkan kontaknya dengan sel endotel (lihat cabang
kapiler di sisi alas dengan sel yang memasuki aliran venula). Leukosit (1) berguling, (2) berhenti dan melekat pada
(a) Marginasi
endotel, dan Rolling
(3) berpindah melaluintercellularjunction dan menembus membran basalis, dan (4) bermigrasi ke arah
kemoatraklan yang dilepaskan dari sumber cedera. Juga terlihat peran selektin,agen pengaktivasi, dan integrin.
Karena terjadi vasodilatasi setelah timbulnya jejas, darah mengalir lambat dan leukosit
banyak berkumpul di tepi pembuluh dekat dengan sel endotel. Proses ini disebut penepian, dimana
sebelumnya leukosit berada di bagian tengah dalam aliran darah. Leukosit berputar perlahan-lahan
sepanjang endotel dan menempel sementara (proses ini disebut rolling) dan akhirnya sel-sel tersebut
akan melekat dan melapisi permukaan endotel.
Halaman 7
Inflamasi Akut Dan Kronis
2. Imunoglobulin dalam kelompok ini meliputi 2 molekul perlekatan terhadap endothelium, yaitu:
ICAM-1 (intercellular adhesion molecule 1)
VCAM-1 (vascular cell adhesion molecule 1)
Kedua molekul ini akan berinteraksi dengan integrins dan ditemukan pada leukosit
3. Integrin adalah perlekatan antar membrane glikoprotein yang heterodimerik, dibentuk dari rantai
alfa dan beta dan berfungsi sebagai reseptor dari matriks ekstraseluler. Reseptor integrin untuk
ICAM-1 : integrin beta LFA-1 dan MAC-1 (CD11a/CD18 dan CD11b/CD18). Reseptor integrin
untuk VCAM-1 adalah integrin alfa 4 beta 1 (VLA-4) dan alfa 4 beta 7
4. Mucin seperti glikoprotein, adalah sialylated dari oligosakarida, yang termasuk disini adalah
GLyCAM-1, PSGL-1, ESL-1 dan CD34.
Molekul-molekul perekat ini bekerja jika terjadi proses peradangan, mempunyai mekanisme
tertentu tergantung kepada lamanya peradangan, macam rangsangan dari radang dan keadaan dari
aliran darah. Tahapannya diantaranya:
1. Pendistribusian kembali molekul perekat pada permukaan sel. Sebagai contoh, P-selektin secara
normal berada pada permukaan membrane dari granula endothelial intrasitoplasmik yang
spesifik yang disebut badan Weibel-Palade. Pada perangsangan oleh mediator seperti
histamine, trombin dan PAF. P-selektin akan didistribusikan ke permukaan sel dengan cepat
dimana ia akan mengikat leukosit. Proses ini terjadi dalam beberapa menit.
2. Masuknya molekul perekat ke endothelium yang terjadi dalam 1-2 jam, dimana untuk proses ini
dibutuhkan sintesa protein yang baru.
3. Peningkatan kemampuan mengikat dari integrin, dimana dalam proses ini terjadi interaksi antara
LFA-1 atau ICAM-1, yang menyebabkan perlekatan yang kuat dengan endothelial.
(c) Migrasi pada jaringan interstitial terhadap suatu rangsangan kemotaktik (emigrasi)
Emigrasi adalah proses perpindahan leukosit yang bergerak keluar dari pembuluh darah.
Meskipun semua sel darah putih dapat bergerak, tetapi yang paling aktif adalah neutrofil dan
monosit, dan paling lambat ialah limfosit. Tipe dari perpindahan leukosit bervariasi tergantung usia
dari lesi yang mengalami peradangan dan tipe dari rangsangannya. Pada peradangan akut, neutrofil
ditemukan pada infiltrate radang selama 6 sampai 24 jam dan kemudian digantikan oleh monosit
dalam 24 jam sampai 48 jam.
Setelah ketiga peristiwa ekstravasasi leukosit di atas maka akan dilanjutkan dengan
beberapa peristiwa antara lain : (a) kemotaksis dan aktivasi, (b) fagositosis dan degranulasi (c)
pelepasan mediator
Halaman 8
Inflamasi Akut Dan Kronis
(b) Fagositosis
Fagositosis dan pelepasan enzim oleh neutrofil dan makrofag adalah merupakan manfaat
yang didapatkan dari akumulasi leukosit pada pusat peradangan. Fagositosis (Gambar 9) meliputi
tahapan-tahapan:
a. Pengenalan dan perlekatan
Halaman 9
Inflamasi Akut Dan Kronis
Pada keadaan ini, neutrofil dan makrofag mengenal dan menelan bakteri atau benda-benda
asing, yang sebelumnya telah diselubungi atau diopsinisasi oleh protein plasma yang disebut
opsonin. Dalam keadaan ini untuk mempertinggi efisiensi dari fagositosis. Opsonin-opsonin yang
utama adalah:
1. Fragmen Fc dari imunologlobulin G (IgG)
2. C3b, disebut juga fragmen opsonin dari C3 (stabil dalam bentuk C3bi)
3. Ikatan protein-karbohidrat (lektin) dari plasma yang disebut kolektin, yang akan
terikat pada dinding sel mikroba
b. Penelanan
Ikatan dari partikel opsonin ke FcyR cukup untuk memicu penelanan dimana terjadi perubahan
karena adanya komplemen reseptor. Saat penelanan terjadi pergerakkan dari sitoplasma
mengalir mengelilingi objek untuk ditelan. Batas membran dari vakuola fagosit bersatu dengan
batas membrane dari granula lisosom, lalu granula-granula ini masuk ke fagolisosom. Pada
bagian ini, neutrofil dan monosit mengalami degranulasi secara prograsif.
c. Pembunuhan atau degradasi
Tahapan terakhir dari fagositosis dari bakteri adalah pembunuhan dan degradasi. Pembunuhan
bakteri sebagaian besar dikerjakan oleh mekanisme yang tergantung pada oksigen. Fagositosis
distimulasi oleh konsumsi oksigen, glikogenolisis, peningkatan oksidasi glukosa melalui heksose-
monofosfat dan pengaktifan kembali metabolit oksigen. Pembunuhan bakteri yang tidak
tergantung iksigen, dimana aksi dari subtansi ini terjadi pada granula leukosit. Pembunuhan
bakteri dengan enzim lisosom mungkin tidak efisien dan relative tidak penting dibandingkan
dengan mekanisme yang bergantung oksigen, tetapi enzim lisosom penting untuk mendegradasi
mikroorganisme yang mati. Beberapa subtansi bakterisidal ini adalah asam hidrolase,
bactericidal permeability protein (BPI), lisozim, laktoferin, defensin, mayor basic protein (MBP).
A B
Halaman
10
Inflamasi Akut Dan Kronis
Gambar 9. A. Fagositosis suatu padikel (misalnya, bakteri) terjadi melalui (1) perlekatan dan pengikatan opsonin
(misalnya, kolektin, atau C3b dan bagian Fc imunoglobulin) pada reseptor di permukaaan leukosit, diikuti
oleh (2) penelanan(engulfment) dan (3) fusi vakuola fagositik dengan granula (lisosom), dan degranulasi.
Perhatikan bahwa selama fagositosis, isigranula dapat dilepaskan secara ekstraselular. B. Ringkasan
mekanisme bakterisidal yangtergantung oksigen dalam fagolisosom. MPO,mieloperoksidase, NADP', dan
NADPH, secara berurutan merupakan bentuk teroksidasi dan tereduksi dari nicotinamide adenine
dinucleotidephosphate..2
- Protease plasma
Variasi dari fenomena dalam respon radang dimediasi oleh 3 faktor plasma yang mempengaruhi
yaitu : komplemen, kinin dan sistem pembekuan. Sistem komplemen berisi 20 komponen protein
yang ditemukan sebagai konsentrasi terbesar dalam plasma. Sistem ini berfungsi sebagai
Halaman
11
Inflamasi Akut Dan Kronis
pembawa dan adaptasi imunitas terhadap agen mikroba, sebagai titik puncak dari proses lisis
mikroba dengan cara disebut membrane attack complex (MAC). Komponen komplemen ada
dalam bentuk tidak aktif di dalam plasma dan diberi angka C1 sampai C9. Umumnya tahapan
kritis dari perluasan dari fungsi biologi dari komplemen adalah aktifasi dari komponen ketiga, C3.
Pembelahan dari C3 dapat terjadi melalui sesuatu yang disebut jalur klasik, dimana dipicu oleh
perlekatan dari C1 ke antibody (Ig M atau Ig G) yang dikombinasikan dengan antigen atau
langsung ke jalur alternative dimana hal ini dipicu oleh permukaan mikroba (misalnya
endotoksin), kumpulan dari Ig S, polisakarida kompleks, cobra venom dan seterusnya.
Sistem kinin adalah menyebabkan vasoaktif dari peptide yang berasal dari protein plasma
yang diebut kininogens oleh protease spesifik yang disebut kallikreins. Sistem kini dihasilkan dar
proses akhir pelepasan vasoaktif nonpeptida yaitu bradikinin, sebagai agen yang kuat terhadap
peningkatan permeabilitas pembuluh darah. Bradikinin juga menyebabkan peningkatan
konsentrasi dari otot halus, dilatasi dari pembuluh darah dan sakit jika dimasukkan ke kulit.
Sistem ini dipicu oleh pengaktifan dari factor Hageman (Faktor ke XII dari jalur pembekuan
instrinsik). Aksi bradikinin berlangsing singkat karena cepat diinaktivasi oleh suatu enzin yang
disebut kininase.
Sistem pembekuan dan radang adalah proses hubungan yang erat. System pembekuan
terbagai menjadi 2 jalur yang saling bertemu. Puncaknya pada pengaktifan trombin dan
pembentukan fibrin. Jalur pembekuan instrinsik adalah rangkaian plasma protein yang dapat
diaktifkan oleh factor Hageman. Faktor XII berubah menjadi factor XIIa. Dua komponen spesifik
dari pengaktifan system pembekuan:
1. Trombin, pengaktifan dari system pembekuan yaitu trombin (factor IIa) yang berasal dari
precursor protombin (factor II). Selama proses perubahan ini, dibentuk fibrinopeptida yang
akan merangsang peningkatan permeabillitas pembuluh darah aktifitas kemotaksis terhadap
leukosit. Trombin berperan dalam peningkatan perlekatan leukosit dan proliferasi fibroblast.
2. Faktor Xa, jalur instrinsik dan ekstrinsik dari pembekuan bertemu pada titik dimana factor
X berubah menjadi factor Xa. Terjadi di sini koagulasi dari protease oleh ikatan terhadap
efektor reseptor-1 sel protease, berfungsi sebagai mediator dari inflamasi akut penyebab
peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan eksudasi leukosit.
Pada saat factor XIIa menyebabkan pembekuan, juga mengaktifkan system fibrinolitik.
System ini berperan pada fenomena vaskuler dari radang pada beberapa jalur.
Halaman
12
Inflamasi Akut Dan Kronis
Produk yang berasal dari metabolisme asam arachidonat mempengaruhi berbagai variasi dari
proses biologi, termasuk radang dan hemostasis. Metabolisme asam arachidonat biasa disebut
juga eikosanoid disintesa dari 2 kelas utama dari enzim yaitu siklooksigenase (prostaglandin dan
tromboksin) dan lipoksigenase (leuotriene dan lipoksin). Eicosanoids dapat nampak pada setiap
tahap dari peradangan. Mereka dapat ditemukan dalam eksudat radang dan disintesa secara
berlebih pada daerah radang.
Vasodilatasi
Prostaglandin
Nitrit oksida
Halaman
13
Inflamasi Akut Dan Kronis
Demam
lL-1, lL-6, faktor nekrosis tumor
Prostaglandin
Nyeri
Prostaglandin
Bradikinin
Kerusakan Jaringan
Enzim lisosom neutrofil dan makrofag
Metabolit oksigen
Nitrit oksida
3. INFLAMASI KRONIK
Halaman
14
Inflamasi Akut Dan Kronis
3.2 Etiologi
Beberapa etiologi infeksi kronik adalah sebagai berikut :
(a) Infeksi virus.
(b) Infeksi mikroba persisten, sebagian besar ditandai dengan adanya serangkaian
mikroorganisme terpilih. Organisme ini memiliki patogenisitaslangsung yang lemah, tetapi
secara khusus dapat menimbulkan respons imun yang disebut hipersensitivitas lambat yang
bisa berpuncak pada suatu reaksi granulomatosa
(c) Pajanan terhadap agen yang berpotensi toksik.
(d) Penyakit autoimun
Gambar 10. Maturasi monosit dalam sirkulasi menjadi makrofag jaringan yang teraktivasi. Makrofag dapat diaktivasi
oleh sitokin (terutama interferon- y [FN-y]) dari sel T yang teraktivasi-imun atau oleh.- rangsang
nonimunologik, seperti endotoksin. Tampak produk yang dibuat oleh makrofag teraktivasi yang
memerantarai cedera dan fibrosis jaringan. AAAsam arakhidonat; FG F, fibroblast growth factor, PDGF,
platelet derived growth factor, TGFB, transforming growth factor β. 2
Halaman
15
Inflamasi Akut Dan Kronis
monosit darah adalah sekitar 1 hari, tetapi dalam jaringan dapat sampai beberapa bulan. Perjalanan
dari sel stem sumsum tulang ke jaringan makrofag, diatur oleh beberapa faktor pertumbuhan dan
diferensiasi, sitokin dan perlekatan molekul dan interaksi seluler.
Halaman
16
Inflamasi Akut Dan Kronis
akan mencapai target melalui proses yang tergantung dari eotaksin yang merupakan bagian
dari keluarga C-C dari kemokin.
Gambar 11. Inflamasi kronik pada paru, memperlihatkan tiga gambaran histologis khas: (1) pengumpulan sel radang
(*); (2) perusakan parenkim (alveoli normal digantikan oleh ruang yang dilapisioleh epitel kuboid (anak
panah ke atasl; dan (3) penggantian oleh jaringan ikat (fibrosis) (anak panah). 2
Halaman
17
Inflamasi Akut Dan Kronis
DAFTAR PUSTAKA
1. Porth CM. Essentials of pathophysiology, 2 ed., Lippincott Williams & Wilkins, 2006; 150-67.
2. Robbins dkk. Buku ajar patologi Volume 1, Edisi ke-7, Alih bahasa : Prasetyo , dkk, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, hal: 35-64.
3. Gurenlian JR. The relationship beetween oral health and systemic disease, 2006.
Halaman
18