Individu ANALISIS - JURNAL - DENGAN - METODE - PICO
Individu ANALISIS - JURNAL - DENGAN - METODE - PICO
Disusun oleh :
JURUSAN KEPERAWATAN
Jalan Dewi Sartika No. 01, Debong Kulon, Tegal Selatan, Kota Tegal
2020/2021
BAB I
ANALISIS JURNAL
A. Judul Penelitian
“Analisis Jurnal dengan Metode Pico tentang Faktor-faktor Pengaruh Gangguan Kebutuhan
B. Peneliti
C. Ringkasan Jurnal
Istirahat dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang, dan
dapat mengalami perubahan. Perubahan ini tergantung pada status fisiologis, psikologis, dan
lingkungan fisik klien. Tindakan operasi adalah salah satu indikasi yang membuat seseorang
harus mengalami hospitalisasi, yakni klien yang sering mengalami peningkatan jumlah waktu
bangun, sering terbangun, dan berkurangnya tidur REM, serta total waktu tidur. Faktor – faktor
yang dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur antara lain penyakit, lingkungan,
kelelahan, gaya hidup, tingkat kecemasan, motivasi, dan obat – obatan (Tarwono, 2006).
Salah satu kondisi yang menyebabkan gangguan tidur pada pasien pre operasi adalah
perubahan fisik dan emosi selama menjalani proses pre operasi. Perubahan fisik seperti rasa sakit
pada otot dan tulang, sedangkan perubahan emosi meliputi kecemasan, rasa takut dan depresi.
Saat post operasi, klien mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan tidur yang memiliki
hubungan signifikan dengan penyakit dikarenakan merasakan nyeri. Gangguan pemenuhan
kebutuhan tidur juga berhubungan dengan lingkungan bila mana pasien merasa tidak nyaman di
ruang perawatan. Gaya hidup juga mempengaruhi gangguan kebutuhan tidur, dikarenakan klien
yang terbiasa pulang larut malam mengalami kesulitan tidur. Sedangkan perasaan cemas, pola
makan atau diet nutrisi, dan reaksi obat tidak mempengaruhi dan tidak memiliki hubungan yang
signifikan dengan gangguan pemenuhan kebutuhan tidur.
D. Tujuan penelitian
klien baik sebelum operasi atau pre operasi maupun setelah operasi atau post operasi, terutama
1. Kelebihan
a. Pengamatan mengenai kecemasan saat pre operasi benar adanya dikarenakan pasien
merasa gugup atau kurang informasi mengenai tindakan pembedahan atau operasi yang akan
dijalaninya. Adapun saat post operasi, meskipun klien sudah merasa nyaman karena tindakan
pembedahan sudah dilakukan, tetapi klien bisa juga mengalami depresi akibat penyakit yang
b. Pengamatan mengenai keadaan lingkungan yang bising dan tenang saat pre operasi dan
post operasi sangat mempengaruhi gangguan kebutuhan tidur klien. Lingkungan yang tenang
akan membuat klien merasa nyaman untuk beristirahat dan tidur, sedangkan lingkungan yang
bising akan membuat klien terganggu untuk tidur secara optimal yang mengakibatkan derajat
a. Analisa bivariat pada jurnal mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan
tidur ada perbedaan asumsi mengenai rasa cemas, diet nutrisi, gaya hidup, dan reaksi obat. Hal
PEMBAHASAN
A. Problem
Pada jurnal pertama tentang kecemasan klien pre operasi, metode penelitian ini adalah
deskriptif korelasional dengan rancangan cross sectional, yaitu studi epidemiologi yang
mempelajari prevalensi, distribusi, maupun hubungan penyakit dan paparan dengan mengamati
status paparan, penyakit atau outcome lain secara serentak pada individu- individu dari suatu
populasi pada suatu saat. Populasi penelitian adalah pasien yang ada di ruang Angsoka RSUD
Pada jurnal kedua tentang faktor-faktor gangguan tidur post operasi, rancangan penelitian
yang digunakan adalah kuantitatif dengan desain korelasi, yaitu metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan mengungkapkan kemungkinan adanya hubungan sebab akibat antar
variabel (Nursalam & Pariani, 2001). Pendekatan yang digunakan adalah cross-sectional , yaitu
pada penelitian ini, peneliti ingin mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan tidur pada pasien post operasi di RSD HM Ryacudu Kotabumi
tahun 2011. Penelitian dilakukan di Ruang Bedah RSD HM Ryacudu Kotabumi Lampung Utara.
Waktu penelitian dilaksanakan selama 1 bulan (November 2011). Populasi pada penelitian ini
adalah semua pasien post operasi yang dirawat di Ruang Bedah RSD HM Ryacudu Kotabumi.
Dalam jurnal pertama mengenai kecemasan klien saat pre operasi, data yang diperoleh
melalui pengambilan sampel dengan metode purposive sampling, yaitu dengan mengambil
sampel dari sebagian yang telah ditentukan dengan jumlah 53 orang. Instrumen penelitian
menggunakan kuesioner HARS dengan jumlah 14 pertanyaan dan kuesioner PSQI dengan
jumlah 7 komponen, yaitu kualitas tidur subyektif, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi tidur,
Adapun sumber data yang terkumpul, diperoleh dan dianalisis dengan teknik analisa
univariat (mean dan distribusi frekuensi) dan teknik analisa bivariat melalui uji chi square.
kebutuhan tidur klien saat post operasi, data penelitian yang diperoleh berasal dari teknik
pertimbangan tertentu yang tidak dirancang pertemuannya terlebih dahulu (Arikunto, 2006).
Sampel yang dilibatkan pada penelitian ini adalah pasien post operasi yang memenuhi kriteria
Adapun sumber data diperoleh dari wawancara, melalui kuesioner yang sudah dilakukan
pengujian terhadap validitas dan reliabilitas. Kuesioner A yang berisi pertanyaan tentang
gangguan pemenuhan kebutuhan tidur, kondisi penyakit, kenyamanan lingkungan, dan gaya
hidup (kelelahan). Kuesioner B berisi pertanyaan tentang kecemasan sesuai skala HARS
(Hamilton Anxiety Rating Scale), yang terdiri dari 14 kelompok gejala. Untuk pertanyaan tentang
penggunaan obat dan diet, digunakan lembar observasi yang didasarkan pada studi dokumentasi.
C. Comparation
SJAHRANIE SAMARINDA”
Hasil :
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa sebagian besar responden berada dalam
kelompok usia 45-55 tahun yaitu sebanyak 20 orang (37,7%). Pada penelitian ini, usia pasien
menunjukkan kategori lansia. Kualitas tidur berkurang sesuai dengan bertambahnya usia.
Seseorang yang mempunyai umur lebih tua ternyata lebih mudah mengalami gangguan akibat
Berdasarkan jenis kelamin, diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden berjenis
kelamin laki-laki yaitu sebanyak 33 orang (62,3%). Menurut Koentjaraningrat (2008), jenis
kelamin sangat berhubungan dengan gaya hidup, di mana gaya hidup yang salah seperti perokok
Berdasarkan variabel tingkat kecemasan, diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden
tidak cemas sebanyak 20 orang (37,7%), cemas sedang sebanyak 19 orang (35,8%), cemas
ringan 10 orang (18,9%) dan cemas berat sebanyak 4 orang (7,6%). Hal ini menunjukkan bahwa
para pasien yang dirawat inap di Ruang perawatan Angsoka RSUD Abdul Wahab Sjhranie
mengalami kecemasan ringan, yang disebabkan suasana ruang perawatan yang terlalu ramai
karena batas tempat tidur pasien tidak ada sekatnya. Selain itu juga karena memikirkan prognosis
penyakit yang akan dihabiskan, dan bertemu dengan kondisi lingkungan yang baru, hal tersebut
karena belum banyak informasi yang didapatkan mengenai operasi yang akan dijalani dan
sebagian lagi mengeluh karena perubahan kebiasaan tidur, dimana selama di rumah kebiasaan
pasien lebih sering mematikan lampu ketika tidur, sedangkan selama di rumah sakir lampu masih
menyala ketika tidur. Hal tersebut merupakan faktor yang menunjukkan reaksi kecemasan,
diantaranya yaitu lingkungan atau tempat tinggal sekitar mempengaruhi cara berpikir individu
RYACUDU KOTABUMI”
Hasil :
Berdasarkan analisis bivariat, diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara penyakit dan gangguan pemenuhan kebutuhan tidur pada pasien post operasi (nilai p-0,03,
pada α = 0,05). Variabel penyakit dinilai dari ada tidaknya keluhan nyeri atau gangguan
pernapasan yang dialami pasien.Rasa nyeri dapat mempengaruhi keinginan seseorang untuk
tidur. Kondisi respirasi juga mempengaruhi tidur seseorang. Napas yang pendek membuat
seseorang sulit tidur. Perubahan hormonal juga mempengaruhi pola tidur, seperti yang dialami
pasien hyperthyroid.
Berdasarkan analisa bivariat, ditemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
lingkungan dan gangguan pemenuhan kebutuhan tidur pasien post operasi (p = 0,03).
Lingkungan yang bising sangat mengganggu tidur. Tidak adanya rangsang dari luar akan
membuat seseorang tidur dengan nyenyak. Lingkungan baru akan mempengaruhi kebutuhan
tidur seseorang. Dengan berkurangnya stimulus lingkungan seperti suara dan kebisingan akan
memudahkan seseorang untuk tidur.
Berdasarkan analisa bivariat, ditemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara kecemasan dengan gangguan pemenuhan kebutuhan tidur pasien post operasi (nilai p =
1,00, pada α = 0,05). Hal ini tidak sesuai dengan pandangan mengenai kecemasan dan depresi
akan membuat tidur seseorang terganggu. Kecemasan akan meningkatkan kadar norepineprin
melalui perangsangan sistem saraf simpatis. Perubahan kimia ini akan mengakibatkan fase IV
NREM dan tidur REM berkurang, dan lebih sering terbangun. Ketegangan karena stress
psikologis akan membuat seseorang mengalami bangun cepat karena insomnia.
Berdasarkan hasil analisis bivariat, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara diet dengan gangguan pemenuhan kebutuhan tidur (nilai p= 0,4, pada α = 0,05).
Hal inijuga bertentangan dengan pandangan mengenai penurunan berat badan berhubungan
dengan berkurangnya waktu tidur, sedangkan kenaikan berat badan akan meningkatkan waktu
tidur, termasuk dalam hal ini kondisi puasa yang masih dialami pasien setelah operasi selesai
dilakukan menimbulkan rasa lapar yang dapat menyebabkan seseorang tidak dapat tidur.
Sebaliknya seseorang yang kebanyakan makan akan mengalami hal serupa.
Berdasarkan analisis bivariat, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara obat dan gangguan pemenuhan kebutuhan tidur pasien post operasi (nilai p =
1,0, pada α = 0,05). Hal ini tidak sesuai dengan pandangan bahwa obat-obatan khususnya
golongan hipnotis dan sedative akan mengganggu pola tidur. Obat-obat hipnotik dan barbiturate
akan menurunkan tidur REM secara abnormal. Kebutuhan tidur dapat terganggu karena
konsumsi obat-obatan yang mempermudah tidur. Selain itu, penggunaan alkohol juga dapat
membuat seseorang tidur lebih cepat.
Berdasarkan analisa bivariat, diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara
gaya hidup dan gangguan pemenuhan kebutuhan tidur pasien post operasi (nilai p = 0,006, pada
α = 0,05). Gaya hidup dinilai dengan melihat ada tidaknya kelelahan yang dialami pasien setelah
operasi. Seseorang yang lelah umumnya akan mudah untuk tertidur. Namun pada orang yang
terlalu kelelahan, pola tidur juga dapat terganggu.
Dengan demikian, berdasarkan penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara penyakit, lingkungan dan gaya hidup, dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan tidur pada pasien post operasi di RSD HM Ryacudu.
3. Komparasi pada jurnal ini yaitu rasa kecemasan pada gangguan tidur klien pre
Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan keluar untuk
perasaannya sendiri dalam hubungan personalnya, terutama jika dirinya menekan rasa marah
atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama, baik saat pre operasi maupun post operasi.
Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan timbulnya kecemasan.
Kecemasan mempengaruhi gejala-gejala fisik, terutama pada fungsi saraf akan terlihat gejala-
gejala yang akan ditimbulkan diantaranya tidak dapat tidur, jantung berdebar-debar, keluar
keringat berlebih, sering mual, gemetar , muka merah dan sukar bernafas.
Pada pasien pre operasi dapat mengalami berbagai ketakutan, takut terhadap anestesi,
takut terhadap nyeri atau kematian, takut tentang ketidaktauan atau takut tentang deformitas atau
ancaman lain terhadap citra tubuh dapat menyebabkan kecemasan atau ansietas. Kecemasan
tentang pembedahan dapat dengan mudah mengganggu kemampuan untuk tidur serta kondisi
penyakit yang membutuhkan tindakan pembedahan yang menimbulkan rasa nyeri yang hebat
Pada pasien post operasi menurut jurnal kedua mengenai faktor-faktor yang berhubungan
dengan gangguan kebutuhan tidur, rasa cemas tidak berhubungan dengan gangguan tidur saat
post operasi. Hal ini menimbulkan pertentangan asumsi bahwa seseorang bisa saja merasa cemas
saat dirinya merasa tidak nyaman, baik karena faktor lingkungan maupun karena perasaan yang
tidak terkontrol dengan baik. Dampak dari kecemasan dan depresi akan membuat tidur seseorang
terganggu. Oleh karena itu, semestinya rasa cemas berhubungan signifikan dengan gangguan
Dari hasil penelitian ini, terbukti bahwa rasa cemas, keadaan lingkungan sekitar klien
dirawat, penyakit yang menimbulkan rasa nyeri, reaksi obat yang mempengaruhi pola tidur
klien, gaya hidup dari aktivitas kebiasaan klien, dan diet nutrisi merupakan faktor-faktor yang
sangat mempengaruhi gangguan kebutuhan tidur klien, baik sebelum operasi atau pre operasi
Dari pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa klien membutuhkan informasi yang
menunjang rasa aman dan nyaman mengenai operasi sehinga rasa cemas klien dapat teratasi,.
Klien membutuhkan keadaan lingkungan yang tenang, aman, dan nyaman untuk beristirahat dan
tidur. Klien membutuhkan penanganan cepat dan tepat terhadap rasa nyeri akibat penyakit yang
diderita guna mempermudah klien beristirahat dan tidur. Obat yang diberikan pada klien
diharapkan sudah dikolaborasikan dengan tim dokter supaya sesuai dengan jenis penyakit dan
kondisi klien yang mengalami gangguan tidur. Gaya hidup dari aktivitas atau kebiasaan klien
yang buruk diharapkan dikurangi dan diperbaiki agar klien dapat tidur dan istirahat secara
maksimal, sehingga metabolisme tubuh pulih kembali. Diet nutrisi dianjurkan untuk disesuaikan
dengan jenis penyakit supaya klien tidak mengalami penurunan nutrisi yang mengakibatkan
Penelitian ini cocok di terapkan di tempat pelayanan kesehatan, karena dapat mempermudah
perawat dalam memberikan tindakan dan asuhan keperawatan mengenai gangguan kebutuhan
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Craven & Hirnle (2000). Fundamentals of Nursing. Philadelpia : Lippincott.
Hawari. (2008). Manajemen Stres, Cemas dan Depresi Edisi 2. Jakarta : Fakultas Ilmu
Kedokteran Universitas Indonesia.
Hidayat (2003). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep & Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Kozier et al. (2004). Fundamentals of Nursing Consepts, Proces, and Practice.
Lee, C.Y., Low, L.P.L., & Twinn, S. (2007). Older men’s experiences of sleep in the hospital.
Journal of Clinical Nursing, 16(2), 336-343.New Jersey : Pearson Prentise Hall.
Mosby.Reishtein, J.L. (2005). Critical Care Nursing of North America, Vol 17. No.3
Munardi. (2002). Faktor-faktor yang berhubungan dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan
Tidur Lansia di RS dr. Zainoel Abidin Aceh.
Notoatmodjo, (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Renika Cipta.
Nursalam.(2008). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta : EGC
Perry, (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses & Praktek. Vol.2.
Jakarta : EGC.
Rohma ningsih, (2013). Hubungan antara Kualitas Tidur dengan Tingkat Kecemasan.
Universitas Diponegoro : Semarang
Suliha.(2004). Identifikasi Kecemasan dan Penetalaksanaanya. Bandung : PT. Sinar Pustaka.
Y. M. Khair (2012). Faktor - Faktor yang berhubungan dengan Pemenuhan Kebutuhan Tidur
pada Pasien pre Operasi yang pertama kali dirawat Inap di Ruang Bedah RSUP Dr. M.
DJAMIL PADANG TAHUN 2012. Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.