Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Mengelola Lingkungan Global

Mata Kuliah : Pengantar Manajemen

Dosen Pengampu : Hemmy Fauzan S. E., M. M.

Oleh :

Almira Ayu Vania Adyagarini


11190810000047

PRODI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020/1442H
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT yang mana telah memberikan rahmat dan kasih
sayang-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.  Sholawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi penghujung alam yakni Nabi Muhammad
SAW, tak lupa kepada keluarga-Nya, sahabat-Nya dan semoga sampailah  kepada kita.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu mengenai Mengelola
Lingkungan Global yang saya sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber
informasi dan referensi. Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetauan bagi
pembaca.

    Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 26 Maret 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang


Globalisasi membuka pintu gerbang menuju modernisasi dalam segala
kehidupan, termasuk dalam lingkup perusahaan, khusunya manajemen. Globalisasi
membawa berbagai dampak positif dan negatif bagi perusahaan.
Dewasa ini, banyak dampak positif  yang dapat kita temukan dari adanya
globalisasi, salah satunya adalah suatu perusahaan dapat dengan mudah memasuki pasar
global untuk bersaing dengan perusahaan lain, baik dari dalam negeri maupun luar
negeri.
Namun untuk memasuki pasar global diperlukan pengetahuan dan kemampuan
yang cukup. Seorang manajer harus mampu melihat kondisi dan mengambil keputusan
yang tepat agar perusahaan yang ditanganinya dapat berhasil dalam pasar global.
Sebelum memasuki global, kita harus mengubah sudut pandang kita menjadi
sudut pandang global, kita juga harus memahami lingkungan global, serta mengetahui
cara mengelola lingkungan global.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana penjelasan mengenai lingkungan bisnis internasional?
2. Bagaimana tahapan lingkungan bisnis global (domestik, internasional, multinasional,
global)?
3. Bagaimana penjelasan mengenai isu-isu lingkungan bisnis global?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Menjelaskan mengenai lingkungan bisnis internasional.
2. Menjelaskan tentang tahapan lingkungan bisnis global (domestik, internasional,
multinasional, global).
3. Menjelaskan bagaimana mengenai isu-isu lingkungan bisnis global.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Lingkungan Bisnis Internasional


Terdapat beberapa cara bagi organisasi untuk dapat memulai bersaing di kancah
internasional, seperti dimulai pada tahapan ekspor, offshoring atau outsourcing, lisensi, dan
investasi langsung.

A. Ekspor
Dalam melakukan ekspor, perusahaan tetap mempertahankan fasilitas produksinya di
dalam negeri namun, juga menjual produksinya ke luar negeri. Ekspor memungkinkan
perusahaan menawarkan barangnya ke luar negeri dengan biaya yang rendah dan dengan
resiko yang terbatas. Meskupun dalam ekspor terdapat beberapa masalah seperti terikat
dengan peraturan pemerintah, biaya pengiriman, mata uang asing, dan perbedaan budaya
tetapi, lebih murah dibandingkan harus memindahkan modal ke negeri sasaran. Bentuk
ekspor ke negara miskin disebut countertrade, yaitu barter barang produksi dengan barang
bukan dengan mata uang. Sekitar dua puluh persen perdagangan dunia dilakukan dengan
countertrade.

B. Outsourcing
Outsourcing global atau disebut offshoring, berarti melaksanakan pembagian tenaga
kerja secara internasional sehingga aktivitas pekerjaan dapat dilakukan di negara-negara
dengan sumber tenaga kerja dan pasokan termurah. Jutaan Lapangan kerja tingkat bawah
seperti pembuatan tekstil, pusat layanan panggilan, dan pemrosesan kartu kredit dikerjakan
melalui outsourcing ke negara-negara dengan upah rendah.

C. Lisensi
Tahapan berikunya dari pasar internasional adalah lisensi. Lewat lisensi, perusahaan
(pelisensi) di satu negara memastikan ketersediaan sumber daya bagi perusahaan (terlisensi)
di negara lain. Sumber daya ini mencakup teknologi, keahlian, manajerial, dan atau hak paten
serta merek dagang. Bentuk khusus dari lisensi adalah waralaba (franchising), yang
dilakukan keika usaha waralaba membeli paket lengkap bahan baku dan layanan, termasuk
peralatan, produk, bahan baku produk, merek, saran manajerial dan sistem operasi terstandar.
Jika dalam lisensi, terlisensi memakai nama, otonomi, dan sistem kerjanya sendiri namun,
dalam waralaba meenggunakan nama dan sistem kerja pemilik merek.
Investasi Langsung
Bentuk keterlibatan dalam pasar internasional yang lebih tinggi adalah investasi
langsung di fasilitas produksi luar negeri. Investasi langsung berarti bahwa perusahaan
terlibat dalam mengelola aset-aset produktif, yang membedakannya dengan strategi lain yang
mempunyai kontrol lemah. Jenis investasi langsung yang popular adalah aliansi strategis dan
komitmen. Pada joint venture, perusahaan berbagi biaya dan resiko dengan perusahaan lain.
Biasanya di negara sasaran untuk membuat produk baru, membangun fasilitas, atau
membangun jaringan penjualan dan distribusi. Jaringan aliansi adalah kumpulan kemitraan
dengan berbagai perusahaan 3ain, yang banyak melampaui batas-batas internasional. PILIhan
lainnya adalah dengan mendirikan cabang baru di sebuah negara yang dapat dimiliki dan
dikendalikan penuh oleh perusahaan. Mengakuisisi sebuah cabang secara langsung dapat
menghemat biaya produksi dan distribusinya. Bentuk investasi langsumg lainnya yang paling
mahal dan beresiko adalah greenfield venture, yaitu ketika suatu perusahaan mendirikan
perusahaan subside dari awal di negara lain.

Lingkungan Bisnis Internasional

Manajemen internasional adalah menajemen operasi bisnis yang dilakukan di lebih


dari satu negara. Tugas-tugas mendasar manajemen bisnis termasuk pendanaan, produksi,
serta distribusi dan jasa maupun fungsi-fungsi dasar manajemen seperti perencanaan,
pengorganisasian, pengendalian, dan kepemimpinan tidak banyak berubah ketika berbisnis di
kancah internasional. Namun dalam berbisnis internasional, para manajer harus
memperhatikan faktor-faktor penting yang mempengaruhi lingkungan bisnis seperti ekonomi,
sosial budaya, dan politik-hukum.

a. Lingkungan Ekonomi
Lingkungan ekonomi adalah kondisi ekonomi di suatu tempat organisasi internasional
beroperasi. Lingkungan ini terdiri atas pembangunan ekonomi, pasar sumber daya dan
produk, serta nilai tukar.
1. Pembangunan Ekonomi
Kriteria yang dapat digunakan untuk mengelompokkan negara-negara menjadi
negara maju atau berkembang dapat dilihat dari pendapatan per kapitanya, yaitu
pendapatan yang dihasilkan dari produksi barang dan jasa dibagi dengan jumlah
penduduknya. Negara-negara maju yang memiliki pendapatan per kapita tinggi juga
memiliki indeks daya saing yang lebih tinggi. Satu faktor penting dalam mengukur
daya saing adalah infrastuktur negara, yaitu fasilitas fisik seperti jalan tol, bandara,
sarana pendukung, dan saluran telepon yang semuanya menentukan aktivitas
ekonomi.
2. Pasar Sumber Daya dan Produk
Saat menjalankan bisnis di suatu negara, para manajer harus mengevaluasi
kebutuhan dari perusahaan dan melihat kebutuhan dari masyarakat di lingkungan
tersebut. Jika tuntutan kebutuhan tersebut tinggi maka, perusahaan dapat
meningkatkan produksi atau mengekspornya. Dalam memperluas bisnis di kancah
internasional, perusahaan harus dapat melihat ketersediaan sumber daya dan tenaga
kerja di negara sasaran.
3. Nilai Tukar
Nilai tukar (exchange rate) adalah nilai tukar dari suatu negara terhadap mata
uang negara lain. Fluktuasi nilai tukar merupakan kekhawatiran utama bagi
perusahaan yang berbisnis di kancah internasional. Perubahan nilai tukar dapat
berdampak besar bagi daya untung bisnis internasional yang menukarkan jutaan dolar
dengan mata uang lain.

b. Lingkungan Politik-Hukum
Perusahaan-perusahaan harus berhadapan dengan sistem hukum dan politik negara
lain ketika memasuki kancah internasional, selain dengan pengawasan dan peraturan
pemerintah yang ketat. Resiko politik sebagai resiko kehilangan aset, daya untung, atau
kontrol manajemen karena peraturan atau tindakan politik pemerintah setempat. Masalah
lain yang dihadapi adalah kestabilan politik., yang mencakup kerusuhan, revolusi,
kekacauan sipil, dan peralihan kekuasaan yang sering terjadi. Undang-undang dan
peraturan yang beragam juga menjadi tantangan bagi perusahaan internasional yang
menjalankan bisnisnya. Pemerintah tuan rumah memiliki banyak peraturan mengenai
status sengketa, perlindungan konsumen, informasi dan pelabelan, ketenagakerjaan,
keamanan, serta upah.
c. Lingkungan Sosial Budaya
Kebudayaan suatu negara meliputi pengetahuan, kepercayaan, dan nilai-nilai
kebersamaan, disamping cara berperilaku dan berpikir sesama anggota masyarakat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi seperti nilai sosial, perbedaan komunikasi, dan
karakteristik.

1. Nilai – Nilai Sosial


Satu cara bagi para manajer untuk menangani budaya local adalah dengan
memahami perbedaan nilai-nilai sosial. Dimensi nilai Hofstede yakni sebuah
penelitiannya yang melibatkan 116.500 karyawan IBM di empat puluh negara, Greet
Hofstede mengidentifikasi empat dimensi sistem nilai nasional yang mempengaruhi
hubungan kerja organisasi dengan pegawai, seperti:
a) Jarak Kekuasaan
Jarak kekuasaan yang besar berarti orang-orang menerima ketimpangan
kekuasaan yang terjadi disebuah lembaga. Sedangkan, jarak kekuasaan yang kecil
berarti mereka mengharapkan adanya kesetaraan kekuasaan.
b) Tingkat Penghindaran Kepastian
Tingkat penghindaran kepastian yang tinggi berarti anggota suatu masyarakat
merasa tidak nyaman dengan adanya ketidakpastian serta ambuguitas, dan lebih
menyukai hal menjanjikan kepastian dan keseragaman. Sedangkan yang lebih
rendah berarti anggota suatu masyarakat memiliki toleransi yang tinggi terhadap
ketidakteraturan, ketidakjelasan, atau hal-hal yang tidak terduga.
c) Individualisme dan Kolektivisme
Individualisme adalah nilai kerangka sosial yang longgar, yang mengharapkan
para individu untuk mengurusi diri merekan sendiri. Kolektivisme adalah pilihan
kerangka sosial ketat yang mengharapkan anggotanya untuk saling menjaga dan
mengharapkan organisasi untuk melindungi mereka.
d) Maskulinias atau Feminitas
Maskulinitas adalah sikap yang mengutamakan prestasi, heroism, sikap asertif,
pekerjaan yang cenderung menuntu, dan kesuksesan material. Feminitas adalah
sikap yang mengutamakan nilai-nilai hubungan kerja sama, pengambilan
keputusan dalam kelompok, dan kualitas hidup.
e) Orientasi Jangka Panjang dan Jangka Pendek
Orientasi jangka panjang yang mencakup kepedulian lebih besar terhadap
masa depan serta sangat mengahargai sikap hemat dan kegigihan. Sedangkan,
orientasi jangka pendek lebih mengutamakan masa lalu dan masa kini serta sangat
menghargai tradisi dan pemenuhan kewajiban sosial.

Dimensi nilai proyek globe yang menggunakan data dengan mengumpulkan


18.000 manajer di 62 negara untuk mengidentifikasi sembilan dimensi yang
menjelaskan perbedaan budaya termasuk yang diidentifikasi oleh Hofstede, seperti:
1. Sikap Asertif
2. Orientasi Masa Depan
3. Penghindaran Ketidakpastian
4. Perbedaan Gender
5. Jarak Kekuasaan
6. Kolektivisme Sosial
7. Kolektivisme Individu
8. Orientasi Kerja
9. Orientasi Kemanusiaan

Dimensi-dimensi ini menjadi peranti tambahan bagi para manajer untuk


mengidentifikasi dan mengelola perbedaan budaya. Nilai-nilai sangat berpengaruh
terhadap fungsi organisasi dan gaya manajemen.

2. Perbedaan Komunikasi
Di kebudayaan yang berkonteks tinggi, masyarakatnya peka terhadap situasi di
sekeliling pertukaran sosial. Sedangkan, di kebudayaan berkonteks rendah,
masyarakatnya berkomunikasi terutama untuk bertukar fakta dan informasi, transaksi
bisnis lebih penting daripada membangun hubungan dan kepercayaan.

3. Karakteristik Kebudayaan Lain


Karakteristik kebudayaan lain yang memengaruhi organisasi internasional
adalah bahasa, agama, organisasi sosial, pendidikan, dan sikap. Sejumlah negara
seperti Indonesia memiliki keberagaman bahasa. Agama mencakup objek-objek
sakral, falsafah hidup, tabu, dan ritual. Organisasi sosial mencakup hal ihwal sistem
status, kekerabatan dan keluarga, institusi sosial, dan peluang mobilitas sosial.
Pendidikan mempengaruhi tingkat literasi, ketersediaan tenaga kerja. Etnosentrisme
adalah kecenderungan alamiah manusia untuk memandang lebih rendah kebudayaan
masyarakat lain. Sikap etnosentrisme yang kuat di suatu negar dapat menyulitkan bagi
perusahaan asing yang beroperasi disana.

Aliansi Perdagangan Internasional

a. GATT dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO)


Persetujuan umum tarif dan perdagangan (GATT) yang ditandatangani oleh 23 negara
pada tahun 1947 bermula sebagai sejumlah aturan untuk memastikan nondiskriminasi,
prosedur yang jelas, perundingan untuk menyelesaikan perselisihan, dan partisipasi negara-
negara berkembang di kancah perdagangan internasional. GATT menjadi sponsor delapan
rangkaian perundingan perdagangan internasional untuk menghapus batasan-batasan
perdagangan. Perundingan Uruguay juga semakin mendekatkan dunia menuju perdagangan
global bebas dengan menggagas perlunya mendirikan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO-
World Trade Organization).

b. Uni Eropa
Sebagai aliansi yang didirikan pada tahun 1957 dengan tujuan meningkatkan kondisi
ekonomi dan sosial para anggotanya, Masyarakat Ekonomi Eropa yang telah berubah menjadi
Uni Eropa dengan beranggotakan 27 negara. Tujuan Uni Eropa adalah untuk menciptakan
sistem pasar tunggal yang tangguh bagi jutaan konsumen masyarakat Eropa yang
memungkinkan barang, jasa, dapat untuk bergerak bebas. Aspek penting lainnya bagi
perusahaan – perusahaan yang beroperasi secara global adalah diperkenalkannya mata uang
Euro. Mata uang tunggal yang Eropa yang berdampak sangat besar baik di dalam maupun di
luar Eropa.

c. Kesepakatan Perdagangan Bebas Amerika Utara


Kesepakatan Perdagangan Bebas Amerika Utara atau disebut NAFTA (North
American Free Trade Agreement), yang berlaku sejak 1 Januari 1994 yang mempersatukan
Smerika Serikat, Kanada, dan Meksiko ke dalam sebuah blok perdagangan terbesar di dunia
dengan lebih dari 421 juta konsumen. Tujuannya adalah mendorong pertumbuhan dan
investasi, meningkatkan ekspor, dan memperluas lapangan kerja di tiga negara tersebut.
NAFTA menghapus tariff dan larangan perdagangan selama 15 tahun di sejumlah bidang
penting. Oleh karena itu, pada tahun 2008 hampir seluruh ekspor industry AS ke Kanada dan
Meksiko bebas bea. Yang paling peting adalah NAFTA mendorong usaha kecil untuk
memasuki kancah internasional.

Reaksi Menentang Globalisasi


Seiring makin terhubungnya seluruh dunia, reaksi menentang globalisasi
bermunculan. Di Amerika Serikat, kekhawatiran utamanya adalah hilangnya lapangan kerja
karena perusahaan-perusahaan makin memperluas upaya offshoring mereka ke luar negeri.
Contoh, Boeing memperkerjakan para ahli aeronautika dari Rusia yang digaji 650 dolar, upah
tersebut lebih kecil daripada para ahli aronautika Amerika yang dibayar 6000 dolar setahun.
Hal ini dapat memperlihatkan bahwa perusahaan melakukan penghematan biaya produksi
dengan mengambil ahli dari luar negeri yang upahnya lebih rendah. Meningkatnya globalisasi
tersebut, banyak masyarakat yang menentang bahwa kelompok-kelompok dan negara lain
lebih diuntungkan oleh perdagangan internasional.

Perusahaan Multinasional
Ukuran dan volume bisnis perusahaan sangatlah besar. Bahkan nilai tambah (jumlah
toal gaji, laba sebelum pajak, dan beban penyusutan, serta amostisasi) Exxon Mobil setara
dengan GNP Republik Ceko. Sejumlah besar volume bisnis internasional dilaksanakan di
dunia yang makin tanpa batas oleh perusahaan-perusahaan internasional yang dapat
dipandang sebagai perusahaan global, perusahaan tanpa negara, atau perusahaan
transnasional. Perusahaan bisnis internasional ini disebut perusahaan multinasional (MNC-
Multinational Corporation). Perusahaan multinasional biasanya memperoleh lebih dari 25
persen pendapatan penjualan totalnya dari operasi luar negeri. MNC juga memiliki karak
teristik manajerial khas sebagai berikut:
1. MNC dikelola sebagai sebuah sistem bisnis terintegrasi yang mendunia dengan
cabang-cabang luar negeri yang bertindak dan saling bekerja sama.
2. MNC pada dasarnya dikontrol oleh kewenangan manajemen tunggal yang membuat
keputusan-keputusan strategis penting yang berhubungan dengan perusahaan induk
dan cabang.
3. Para manajer puncak MNC diharuskan memiliki perspekif global.
Manajemen MNC dapat menyimpang dari karakteristik tersebut. Beberapa ahli
mengelompokkan menjadi perusahaan etnosentris yang mengutamakan negara
asalnya, perusahaan polisentris yang berorientsi di masing-masing negara target, dan
perusahaan geosentris yang sepenuhnya beroperasi globa3 dan tidak menguamakan
negara tertentu.

2.2 Tahapan Lingkungan Bisnis Global (Domestik, Internasional, Multinasional,


Global).
Dunia bisnis telah menjadi subuah lapangan global yang terpadu saat hambatan-
hambatan perdagangan (trade barries) menghilang, komunikasi menjadi lebih cepat dan
murah, sserta selera konsumen mulai berubah mulai dari pakaian sampai telepon seluler.
Perusahaan-perusahaan yang berpikir secara global mempunyai keunggulan kompetitif.  
Setiap perusahaan dapat berpartisipasi dalam arena internasional pada beragam tingkat, dan
proses globalisasi biasanya melalui empat tahap berikut :
1. Tahap Domestik (Domestic Stage )
Potensi pasar terbatas pada negara asal, dimana semua produksi dan fasilitas
pemasaran berada di negara tersebut.
2. Tahap Internasional  (International Stage)
Ekspor meningkat dan biasanya menerapkan pendekatan multidesk untuk
berhubungan dengan pemasaran produk di beberapa negara secara individu.
3. Tahap Multinasional (Multinasional Stage)
Perusahaan menempatkan fasilitas pemasaran dan produksi di banyak negara, dengan
lebih dari sepertiga penjualannya berasal dari luar negeri.
4. Tahap Global (Global  Stage) atau Tanpa Negara (Stateless)
Perusahaan-perusahaan ini benar-benar beroperasi secara global, menghasilkan
penjualan dan memperoleh sumber-sumberdaya di negara manapun yang menawarkan
peluang terbaik dan biaya terendah.

2.3 Mengelola Lingkungan Global


Mengelola di luar negri sangat menantang. Para manajer harus memahami bahwa
mereka akan menghadapi tantangan pribadi yang besar. Manajer yang bekerja di luar negri
harus sensitif terhadap kerumitan budaya dan memahami bahwa cara untuk menunjukkan
kepemimpinan yang memadai, pengambilan keputusan, motivasi, dan kontrol dapat berbeda-
beda di budaya yang berbeda.
Tantangan Pribadi bagi Manajer Global
Para manajer akan berhasil melaksanakan tugas mereka di kancah internasional jika
mereka bersikap fleksibel terhadap budaya dan dapat beradaptasi dengan mudah terhadap
situasi dan cara kerja baru dengan melakukan kecerdasan budaya. Kecerdasan budaya
(culture intelligence-CQ) adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan daya pikir dan
pengamatannya untuk menafsirkan bahasa tubuh dan situasi baru serta memberikan respons
perilaku yang sesuai. Mengembangkan CQ tinggi memungkinkan seseorang untuk
menafsirkan berbagai situasi asing dan berdaptasi dengan cepat. Kecerdasan budaya melipui
tiga aspek, yaitu kognitif, emosional, dan fisik. Bekerja di lingkungan asing juga dapat
menyebabkan culture shock.

Mengelola Lintas Budaya


Perbedaan cara berpikir dan memandang di kebudayaan mempengaruhi hubungan
kerja. Para manajer harus bisa menafsirkan budaya di negara lain dan organisasi tempat
mereka bekerja, serta mengambangkan kepekaan yang dibutuhkan agar tidak melakukan
kesalahan budaya yang berdampak pada kerugian finansial. Di samping mengembangkan
kecerdasan budaya, memahami nilai sosial Hofstede dan Globe dapat dilaksanakan dalam
berinteraksi dengan masyarakat, kolega, atau para ekspatriat, yaitu para pekerja yang tinggal
dan bekerja di luar negeri, misalnya:
 Kepemimpinan (leading). Dalam masyarakat yang berorientasi pada hubungan yang
menempati peringkat tinggi dalam kolektivitas, para pemimpin harus menggunakan
pendekatan pribadi yang hangat dengan para karyawannya.
 Pengambilan Keputusan (Decision Making). Di AS, manajer tingkat menengah
dapat membahas suatu persoalan dan mengajukan rekomendasi kepada atasannya. Di
sisi lain, manajer jerman berharap sang atasan memberikan instruksi khusus.
 Pemberian Motivasi (Motivating). Motivasi harus sesuai dengan insentif di dalam
suatu budaya.
 Pengendalian (Controlling). Ketika terjadi suatu yang salah, para manajer di negara
asing sering kali tidak mampu memecat karyawan yang tidak berkompeten. Dalam
budaya asing, manajer juga tidak boleh melakukan kontrol terhadap sesuatu secara
tidak tepat.
 Pembelajaran Global. Mengelola lintas batas menuntut organisasi untuk belajar
lintas batas pula. Satu alasan mengapa perusahaan jepang begitu berhasil secara
internasional adalah bahwa budaya mereka mendorong pembelajaran dan adaptasi.
Secara umum, di Asia, pengajaran dan pembelajaran sangat dihargai dan peran
manajer dipandang sebagai salah satu yang berperan melakukan proses pengajaran
dan fasilitasi yaitu membantu orang lain di sekitar mereka untuk belajar.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Makalah ini memberi penekanan pada semakin pentingnya perspektif
internasional bagi manajemen. Perusahaan yang berhasil semakin meluaskan bisnisnya
keluar negri dan sukses dalam persaingan dengan perusahaan perusahaan asing di tempat
asal mereka. Bisnis di dalam arena global menghadapi resiko dan kesulitan yang khusus
karena kekuatan ekonomi, hukum-politik, dan sosial-budaya yang sangat rumit. Selain
itu, lingkungan global berubah dengan sangat cepat. Alternatif utama lainnya untuk
melayani pasar luar negri adalah melalui ekspor, lisensi, waralaba, dan investasi
langsung berupa usaha patungan atau anak perusahaan yang dimiliki sendiri.
Banyak pertumbuhan dalam bisnis internasional dilaksanakan oleh usaha besar
yang disebut sebagai MNC. Perusahaan besar ini terdapat di dunia yang hampir tanpa
batas, sehingga mendorong arus bebas berupa ide, produk, proses manufaktur, dan
pemasaran di berbagai negara untuk mencapai efisiensi terbesar. Para manajer dalam
MNC, serta yang berada di perusahaan lebih kecil yang melakukan kegiatan usaha secara
internasionalmenghadapi banyak tantangan. Para manajer seringkali mengalami
keterkejutan budaya ketika dipindahkan keluar negri. Mereka harus belajar menjadi
sensitif terhadap kebudayaan, dan menyesuaikan gaya manajemen mereka dengan
budaya tersebut. Bagi manajer dan organisasi di dunia yang semakin tanpa batas, belajar
lintas batas adalah suatu hal yang penting.

3.2 Saran
Dalam makalah ini, penulis menggunakan referensi yang mendukung argumentasi
berupa buku terkait pembahasan serta analisis penulis terhadap pokok pembahasan.
Walaupun demikian, penulis menyadari sangat besar kemungkinan pembahasan dalam
makalah ini masih membutuhkan perbaikan berupa saran-saran dan kritikan yang bersifat
konstruktif. Harapannya dengan adanya saran dan kritikan terhadap makalah ini, dapat
dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.
DAFTAR PUSTAKA

Daft, Richar L. 2018. Era Baru Manajemen. Jakarta : Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai