Anda di halaman 1dari 9

Pemanfaatan ECG Portabel Sebagai Fatigue Detector pada Pekerja Konstruksi

Pada tugas kali ini akan dibahas mengenai apa kontribusi yang dapat diberikan kepada
Teknik Sipil sesuai dengan bidang keilmuan masing – masing. Saya berasal dari
Departemen Teknik Elektro ITS dan kali ini saya akan memaparkan hasil pemikiran saya
mengenai hal tersebut. Indonesia tengah mengejar ketertinggalan pembangunan
infrastruktur​ dalam beberapa tahun terakhir. Proyek-proyek infrastruktur di berbagai
penjuru Tanah Air dibangun secara masif, mulai dari jalan tol, jembatan, bendungan,
hingga ​pembangkit listrik​. Catatan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR) menyebut dalam empat tahun terakhir, pemerintah telah membangun jalan nasional
sepanjang 3.432 km dan jalan tol sepanjang 941 km. Kemudian ada 65 bendungan baru dan
jaringan irigasi baru seluas 860.015 hektare. Tentu kita patut berbangga diri mengenai
tingkat pembangunan yang masif tersebut. Tetapi terdapat beberapa penyelewangan terkait
dengan pekerjaan proyek tersebut, misalnya ​pekerja proyek konstruksi di Jakarta yang
bekerja melebihi jam normal. Ia menemukan adanya pengerjaan proyek yang dipercepat
tetapi diiringi dengan penambahan jumlah pekerja yang ada. Walaupun sebenarnya tak ada
aturan khusus yang mengatur jam kerja di sektor konstruksi. Biasanya, jam kerja dihitung 7
jam per hari atau 40 jam dalam sepekan. Aturannya, jika melebihi jam ini, perusahaan
membayar uang lembur. Namun demikian ini juga tentunya perlu dipertimbangkan karena
khususnya ini kerja konstruksi. Mungkin terpengaruh cuaca, malam hari, tentunya juga
perlu dipertimbangkan. Hal – hal seperti inilah yang nantinya apabila diruntut dampaknya
bisa menimbulkan kelelahan yang berlebihan. ​Kelelahan dalam bekerja tak bisa dianggap
remeh. Tubuh yang lelah akan menurunkan daya pikir dan konsentrasi. Kondisi ini berisiko
menimbulkan kecelakaan kerja.

Faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja ada beberapa pendapat. Faktor yang
merupakan penyebab terjadinya kecelakaan pada umumnya dapat diakibatkan oleh 4 faktor
penyebab utama (Husni:2003) yaitu, faktor manusia yang dipengaruhi oleh pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap, Faktor material yang memiliki sifat dapat memunculkan kesehatan
atau keselamatan pekerj, Faktor sumber bahaya yaitu, perbuatan berbahaya, hal ini terjadi
misalnya karena metode kerja yang salah, kelelahan, sikap kerja yang tidak sesuai dan
sebagainya,Kondisi/keadaan bahaya, yaitu keadaan yang tidak aman dari keberadaan mesin
atau peralatan, dan lingkungan. Selain itu, faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja
menurut Bennet dan Rumondang (1985) pada umumnya selalu diartikan sebagai “kejadian
yang tidak dapat diduga“. Sebenarnya, setiap kecelakaan kerja itu dapat diramalkan atau
diduga dari semula jika perbuatan dan kondisi tidak memenuhi persyaratan. Oleh karena itu
kewajiban berbuat secara selamat dan mengatur peralatan serta perlengkapan produksi
sesuai dengan standar yang diwajibkan.

Kelelahan bekerja adalah suatu perasaan lelah dan adanya penurunan kesiagaan akibat dari
kondisi fisik yang menurun. Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar
tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat.
Kelelahan menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya
bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh.
Jenis Kelelahan Terdapat dua jenis kelelahan, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum.
Kelelahan otot merupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri pada otot, sedangkan
kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang sebabnya
adalah persyaratan atau psikis. Sebab-sebab kelelahan umum adalah pekerjaan yang sangat
monoton setiap harinya, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan
lingkungan,sebab-sebab mental seperti tanggung jawab, kekhawatiran, konflik, serta
penyakit-penyakit. Tetapi juga terdapat factor factor eksternal seperti para pekerja yang
telah bekerja seharian tetapi lebih memilih begadang sehingga sebenarnya kondisi tubuh
pekerja tersebut tidak fit, tetapi kondisi ini tidak dirasakan oleh pekerja. Hal inilah yang
apabila tidak diantisipasi dengan tidak mengetahui kondisi tubuh diri sendiri bisa
menimbulkan kecelakaan kerja tidak hanya bagi diri sendiri namun juga bagi orang lain.
Selain itu, faktor yang Mempengaruhi Kelelahan Faktor penyebab terjadinya kelelahan di
industri sangat bervariasi, dan untuk memelihara atau mempertahankan kesehatan dan
efisiensi, proses penyegaran harus dilakukan diluar tekanan. Penyegaran terjadi terutama
selama waktu tidur malam, tetapi periode istirahat dan waktu-waktu berhenti kerja juga
dapat memberikan penyegaran Jika tidak disikapi dengan serius, kelelahan bisa menjadi
bencana. Hal ini bisa bermula dari kesalahan-kesalan kecil yang tidak terduga. Misalnya,
kesalahan di lokasi konstruksi, di sekitar area penggalian saluran gas, atau di belakang
kemudi truk-truk besar. Satu kesalahan kecil saja bisa menyebabkan cedera atau bahkan
kematian.

Salah satu solusi yang bisa ditawarkan adalah menyediakan teknologi preventif untuk
mendeteksi kelelahan sejak dini agar apabila pekerja tersebut terindikasi kelelahan maka
tidak diizinkan untuk bekejar. Alat tersebut adalah Fatigue Detector, suatu alat semacam
eletrocardiogram portabel berbasis arduino yang dapat dimonitor melalui android sebagai
pendeteksi kelelahan sesuai dengan indikasi yang diperoleh dari penelitian para ahli. Alat
ini berupa ECG kecil yang dimodifikasi sehingga dapat dipasangkan di badan
penggunaannya tanpa harus mengganggu pekerjaannya. Alat tersebut menangkap sinyal
jantung yang kemudian diolah mikrokontroller untuk kemudian dikirim ke pemantau
kondisi. Proses pemeriksaan kondisi jantung dilakukan dengan menggunakan ECG harus
dilakukan secara kontinu agar semua aktivitas jantung dapat dimonitor. Waktu yang
diperlukan untuk melakukan pengamatan sendiri cukup lama karena pada pengukuran
dalam jangka pendek, kelainan pada jantung sukar dipantau. Dengan proses perekaman
kontinu, kelainan ritme, kejadian epilektik, dan kondisi jantung dapat dianalisa dari hasil
electrocardiogram. Untuk proses perekaman aktivitas jantung secara kontinu, diperlukan
adanya ECG portabel yang dapat dibawa kemana-mana oleh pengguna sehingga pengguna
masih dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari, bahkan untuk aktivitas fisik sekalipun.
Oleh karena itu diperlukan adanya electrocardiogram portabel yang murah dan terintegrasi
dengan perangkat komunikasi sebagai alat pendeteksi kelelahan sekaligus sebagai upaya
preventif dalam pencegahan serangan jantung.

Saat mengamati aktivitas jantung, sering dikenal istilah ​Sistole ​yang berarti jantung sedang
berkontraksi dan ​Diastole y​ aitu jantung saat relaksasi. Irama jantung manusia dewasa saat
beristirahat antara berkisar 60-100 bpm. Irama jantung yang cepat disebut dengan
takikardia​, terjadi bila detak jantungnya di atas 100 bpm saat istirahat. ​Bradikardia a​ dalah
irama jantung yang lambat, di bawah 60 bpm saat istirahat. Selama tidur jantung berdetak
lebih lambat dengan irama sekitar 40-50 bpm. Irama jantung saat beraktivitas dibagi
menjadi beberapa zona yang dapat dilihat pada Gambar 1. Detak jantung maksimal sendiri
dapat dikalkulasi dengan rumus ​Karvonen ​(Heart Rate Maximal = 220-usia).

Gambar 1. Zona Aktifitas Jantung

Pada Zona pertama tersebut jika detak jantungnya berada di bawah 50 % dari total detak
jantung maksimum maka dapat diaktakan bahwa kondisi tersebut dikategorikan sebagai
istirahat. Lalau kemudian zona yang kedua pada 50%-60% detak jantung maksimal, maka
aktivitas dikategorikan sebagai aktivitas ringan sehari hari. Lalu selanjutnya yakni zona
ketiga pada 60%-70%, maka bisa dikatakan aktivitas dikategorikan sebagai aktivitas
pemulihan, atau pembakaran lemak. Pada zona ini ketahanan fisik terbentuk, sehingga baik
untuk kesehatan. Pada zona 70%-80% adalah zona aerobik. Aktivitas aerobik adalah
kegiatan dengan intensitas rendah, yang dapat dilakukan untuk jangka waktu lama. Sumber
energinya diperoleh dari nutrisi dan oksigen Zona ini cocok sebagai target irama jantung
saat berolahraga, karena pada zona ini peredaran darah lancar dan tubuh beraktivitas secara
maksimal. Pada zona 80%-90% dari detak jantung maksimal, tubuh mulai memasuki zona
anaerobik. Anaerobik berarti menggunakan tenaga besar untuk jangka waktu pendek
dengan membakar glikogen yang tersimpan dalam otot. Pada zona ini aktivitas yang terjadi
akan menggunakan energi yang tersimpan pada otot, bukan dari lemak. Zona ini berbahaya
bila dilakukan dengan jangka lama karena dapat menyebabkan kelelahan otot dan
menaikkan risiko serangan jantung. Pada zona 90%-100% dari detak jantung maksimal,
semua sumber energi tubuh akan terkuras, dan terjadi kelelahan yang ekstrim. Pada zona ini
disebut juga dengan zona intensitas tinggi karena menggunakan oksigen maksimal dalam
tubuh. Hal ini berbahaya karena dapat memicu serangan jantung secara langsung.Dari
semua kondisi di atas maka terbentuklah sebuah pola operasi bagaimana mekanisme kerja
dari peralatan tersebut menyesuaikan dari heart rate seseorang sesuai gambar 2. Nilai detak
jantung dikirimkan menuju smartphone dengan komunikasi serial. Sistem transmisi data
dilakukan dengan nirkabel menggunakan internet. Setelah ditransmisikan, pada smartphone
pengguna dibuat aplikasi dengan fungsi sebagai interface utama dan sistem peringatan.
Pertama tama data diterima melalui komunikasi serial. Data kemudian dipisah untuk
dikomputasi. Maximal heart rate dihitung dengan rumus (Heart Rate Maximal = 220-usia).
Setelah itu dianalisa zona detak jantung yang dapat dilihat pada Gambar 2. Keadaan
jantung akan dimonitor secara kontinyu dari aplikasi. Apabila pada saat pengujian kondisi
salah satu pekerja mengalami suatu kondisi dimana pekerja tersebut mengalami indikasi
bahaya maka akan keluar peringatan dan disertai rekomendasi apa sebaiknya yang
dilakukan oleh pekerja tersebut pada layar smartphone. Diagram sistem peringatan secara
utuh dapat dilihat pada Gambar 5 disertai dengan rekomendasi yang ada.
Gambar 2. Pola Operasi Dari Alat Tersebut
Dalam perencanaan alat monitoring aktivitas jantung ini terdapat 4 sistem. Pertama adalah
sistem pengambilan data sinyal jantung dengan ECG mulai dari instrumentasi hingga
proses filter sinyal. Sistem kedua adalah konversi sinyal analog menjadi digital dan
komunikasi data dengan server dengan mikrokontroler dan modul XBee. Sistem ketiga
adalah sistem penyimpanan data pada server. Sistem keempat adalah sistem penampil data
pada perangkat user yaitu Android. Secara lengkap bisa dilihat pada gambar 3 di bawah ini.

Gambar 3. Diagram Blok Kerja Alat

Gambar 4. Diagram Blok Rangkaian ECG


Diagram blok dari serangkaian proses pembacaan pada ECG tersebut dapat dilihat pada
gambar 4. Pada rangkaian ECG yang utamanya merubah sinyal dari detak jantung memiliki
amplitude kecil dan banyak sekali noise menjadi lebih bersih dari noise dan memiliki
amplitude yang cukup besar dengan catatan tegangan minimum harus di atas nol agar bisa
memberikan sinyal masukan dan dibaca oleh mikrokontroller. Sinyal tersebut kemudian
dilanjutkan ke penguat instrument untuk membesarkan sinyal yang awalnya bernilai
millivolt menjadi volt menggunakan rangkain filter. Rangkaian High Pass Filter digunakan
untuk meredam interferensi sinyal dan tegangan DC Drift sedangkan rangkaian Low Pass
Filter digunakan untuk meredam noise dan radio interferensi. Lalu kemudian untuk
meredam sinyal jala jala digunakan band stop filter. Sinyal ECG memiliki renatang
tegangan hingga polaritas negative yang tidak dapat dibaca mikrokontroller sehingga harus
memiliki alternative yakni non inverting adder yang berfungsi untuk menaikkan nilai
minimum sinyal menjadi di atas nol. Untuk penjumlahan sinyal digunakan sumber dari
pembagian tegangan.

Diharapkan dari terciptanya alat ini, resiko kecelakaan kerja akibat kelelahan bekerja bisa
diminimalisir sedini mungkin sehingga Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang merupakan
suatu upaya untuk mendapatkan suasana bekerja yang aman, nyaman dan tujuan akhirnya
adalah mencapai produktivitas tinggi demi hasil yang maksimal.
Pemanfaatan ECG Portabel Sebagai Pendeteksi
Kelelahan pada Pekerja Konstruksi

Disusun oleh :

Mohammad Arian Rahmatullah (07111740000059)

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

2020
DAFTAR PUSTAKA
American College of Surgeons. 2008. Advanced Trauma Life Support Program for
Doctors: Amer College of Surgeons
Andrianto, Heri. 2013. Pemrograman Mikrokontroler AVR Atmega16. Bandung:
Informatika Bandung
Hanif Messa “Rancang Bangun Sistem Instrumentasi dan Pengolahan Digital Sinyal ECG
untuk Analisa Variabilitas Parameter Temporal Berbasis Mikrokontroler ARM”,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 2015
Setiawan, Rachmad. 2008. Teknik Akuisisi Data. Yogyakarta: Graha Ilmu World Health
Organization. 2004. The Global Burden of Disease: WHO Yahya, Fauzi. 2010.
Menaklukkan Pembunuh No. 1: Mencegah dan Mengatasi

Anda mungkin juga menyukai