Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini tekhnologi tengah mengalami perkembangan yang sangat pesat.


Hal ini sangat berguna untuk membantu meringankan beban pekerjaan manusia
agar dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Dalam kamus besar bahasa Indonesia,
tekhnologi merupakan sebuah metode ilmiah untuk menyediakan barang – barang
yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Dengan
kemajuan dibidang tekhnologi khususnya tekhnologi kesehatan diharapkan dapat
membantu pekerjaan seorang dokter, perawat, maupun pesikolog untuk memantau
pasiennya. salah satu pekerjaan yang sulit dilakukan pesikolog dan medis adalah
mengukur tingkat emosi manusia khususnya tingkat stres pasien yang akan
menjalani operasi. Stres itu sendiri merupakan suatu kondisi normal dialami setiap
manusia yang mempengaruhi emosi, cara berpikir seseorang dalam
lingkungannya, dan menyebabkan ketidakstabilan keseimbangan tubuh terganggu.

Saat ini, stres tidak hanya melibatkan kaum tua, tetapi dialami juga pada
kaum muda. Timbulnya stres berdampak buruk pada penurunan kondisi tubuh
manusia. Reaksi tersebut diantaranya detak jantung meningkat dengan cepat dan
pada telapak tangan juga akan mengalami keluarnya cairan keringat dalam jumlah
yang lebih banyak dari kondisi normal. Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan sistem deteksi stres sebagai pemantau kondisi kesehatan
manusia dengan mendeteksi jumlah detak jantung permenit dan konduktansi kulit
pada telapak tangan.

Pada penelitian ini memiliki dua parameter yaitu pulse sensor untuk
deteksi denyut jantung bagi, seseorang yang stres mempunyai denyut jantung
yang cenderung lebih lambat dibandingkan manusia normal, dibawah 60 kali
permenit. Sedangkan bagi seseorang yang normal mempunyai denyut jantung
berkisar 60 – 90 keli permenit. Pada GSR sensor yang berguna untuk mengukur
nilai konduktansi kulit pada manusia. Adapun nilai konduktansi kulit yang
termasuk dalam tingkat normal berkisar 2 – 4 mV, dan apabila manusia sedang
mengalami ketegangan yang tinggi bisa melebihi dari 4 mV.

Sebelumnya pernah dilakukan penelitian terkait dengan alat deteksi stres


pada manusia oleh Noer Muhammad Hedi Pratama dari Fakultas Teknik
Universitas Lampung Bandar Lampung,kekurangan dari alat tidak dibuat praktis
dikarenakan masih menggunakan adaptor DC dan dalam rangkaiannya tidak
dibuat desain casing yang praktis. Tidak berpacu pada satu judul saja, sebelumnya
juga telah di kembangkan oleh Bagus Condro Nugroho dari Akademi Teknik
Elektromedik Semarang, kelebihannya alat lebih praktis dengan adanya baterai
tetapi alat hanya terfokus dalam pendeteksi stress menggunakan konduktansi kulit
atau kelenjar keringat saja. Berdasarkan latar belakang diatas maka dibuatlah
sebuah karya tulis ilmiah dengan judul : “ Modivikasi Galvanic Skin Response
Pada Sistem Pemantauan Kesehatan Manusia Berbasis Atmega32 Dengan
Output Suara”.

Pada penelitian kali ini yakni alat pendeteksi untuk mengukur tingkat stres
pada manusia serta pendeteksi detak jantung menggunakan sensor Galvanic Skin
Response sensor dan pulse sensor bebasis Atmega 32. Penelitian ini
menggunakan Atmega 32 sebagai pengendali. Data hasil dari GSR sensor dan
pulse sensor kemudian diolah oleh mikrokontroler Atmega 32 dan ditampilkan
pada LCD serta output suara.

Dari masalah ini kemudian didapatkan gagasan untuk merancang dan


mengembangkan alat pendeteksi untuk mengukur tingkat stres pada manusia
dengan mikrokontroler berbasis Atmega 32.

1.2 Batasan Masalah

Pada perancangan dan pengembangan alat Galvanic Skin Response (GSR)


berbasis Atmega 32 terdapat beberapa batasan masalah diantaranya :

1. Perancangan dan Modivikasi alat Galvanic skin Response (GSR) Berbasis


Atmega 32 hanya melakukan pemantauan terhadap denyut jantung dan
tingkat stres pada seseorang melalui kelenjar keringat yang dikeluarkan
oleh tubuh.
2. Pengukuran bio sinyal Galvanic Skin Response (GSR) elektrode ini
ditempatkan di dua jari tangan (jari jempol dan jari tengah/telunjuk), yang
dapat digunakan untuk mengetahui suhu kulit akibat kelenjar keringat
yang telah dikeluarkan oleh tubuh.
3. Alat yang digunakan hanya untuk mendeteksi jumlah denyut jantung dan
tingkat stres melalui kelenjar keringat.

1.3 Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas kali ini adalah bagaimana perancangan


alat pemantauan kondisi kesehatan dan tingkat stres pada manusia melalui denyut
jantung dan kelenjar keringat berbasis Atmega 32.

1.4 Tujuan

Adapun tujuan dari perancangan ini adalah:

1. Merancang alat Galvanic Skin Response (GSR) Berbasis Atmega 32.


2. Untuk mengetahui besarnya kepekaan yang terjadi pada kulit manusia.

1.5 Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung


tentang cara pembuatan alat Galvanic Skin Response.
2. Bagi Institusi Dapat menambah pengetahuan dan sumbangan pemikiran
tentang cara pembuatan alat Galvanic Skin Response.
3. Bagi Masyarakat Agar masyarakat dapat mengetahui tingkat kestresan
yang mereka alami melalui alat ini.
4. Terkait dibidang kesehatan, didapatkan alat kesehatan yang lebih praktis
dan lebih sederhana.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bagus Condro


Nugroho, Teknik Elektromedik Semarang, yakni dengan judul “ Rancang Bangun
Galvanic Skin Response Berbasis Arduino”. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan penelitian ini meneliti Galvanic Skin Response dengan mengukur
tingkat konduktivitas pada kelenjar keringat. Alat ini menggunakan
mikrokontroler Arduino Uno sebagai pengendali sensor GSR dan hasil diagnosa
di tampilkan pada LCD 16x2.

Berdasarkan hasil pengamatan, besar kepekaan alat Galvanik Skin


Response dapat diketahui dari pengujian waktu sempel berkeringat atau setelah
olahraga. Rata – rata nilai tingkat stres berdasarkan konduktansi kulit, normal 0-
300 bit, rileks 301 – 525 bit, stres ringan 526 – 600 bit, stres sedang 601 – 725 bit,
stress berat 726 – 825 bit, dan stress sangat berat 826 – 1023 bit.

Penelitian selanjutnya tentang “Rancang Bangun Deteksi Stres pada


Sistem Pemantau Kesehatan Manusia Berbasis Arduino Nano“. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan penelitian ini berpusat pada pemantauan kesehatan
pasien, menggunakan dua parameter yakni detak jantung dan tingkat stress pada
pasien. Dengan mikrokontroler Arduino Nano sebagai pengendali sensor GSR dan
sensor pulse, hasil diagnosa ditampilkan pada LCD 16x2.

Berdasarkan hasil pengamatan besar kepekaan pada sensor pulse dengan


kondisi normal yakni 60 – 90 BPM,dan pada sensor GSR dengan kondisi normal
berkisar antara 2-4 mV, dan apabila sedang mengalami tingkat
keteganganyangtinggi bisa melebihi dari 4 mV.

Dari beberapa penelitian tersebut, peneliti tertarik untuk memodivikasi alat


Galvanik Skin Response pada Sistem Pemantauan Kesehatan Manusia dengan
menggabungkan dua pemeriksaan dalam satu alat yakni deteksi tingkat stres pada
manusia dan pemantauan denyut jantung, yang menggunakan sensor GSR untuk
konduktansi kulit dan pulse sensor untuk denyut jantung dan mikrokontroler
Atmega 32 sebagai pengendali dari dua sensor tersebut dengan hasil yang akan di
tampilkan pada LCD dan Suara atau modul Mp3. Dan penambahan baterai agar
alat tersebut lebih praktis dalam pemakaiannya.

2.2 Teori Penunjang

2.2.1 Galvanic Skin Response

Menurut Fowles (1974, 1986) Galvanic Skin Response (GSR) adalah salah
satu dari beberapa tanggapan electrodermal (EDRs). EDRs adalah perubahan sifat
listrik dari kulit seseorang yang disebabkan oleh interaksi antara lingkungan
peristiwa dan keadaan psikologis individu. Kulit manusia adalah konduktor listrik
yang baik dan ketika arus listrik lemah dikirimkan ke kulit, perubahan konduksi
kulit sinyal yang dapat diukur. Variabel yang diukur adalah baik resistensi kulit
atau timbal balik, konduktansi kulitnya. Sebuah penguat GSR, seperti yang akan
digunakan dalam percobaan ini, berlaku tegangan konstan pada kulit melalui
elektroda. Tegangan ini sangat kecil sehingga tidak dapat dirasakan oleh individu.
Namun, arus yang mengalir melalui kulit, seperti tegangan diterapkan, dapat
dideteksi dan ditampilkan. Karena tegangan konstan diterapkan pada kulit dikenal
dan arus dapat diukur, konduktansi kulit dapat ditentukan oleh amplifier GSR.
Keluaran dari GSR amplifier adalah konduktansi kulit dinyatakan dalam satuan
yang disebut microSiemens (mikrodetik).

2.2.2 Sirkulasi Darah dalam Tubuh

Jantung adalah organ yang berupa otot, berbentuk kerucut, berongga


dengan pangkal diatas dan puncaknya dibawah miring kesebelah kiri. Jantung
terletak di dalam rongga dada diantara kedua paru – paru, dibelakang tulang dada
dan lebih menghadap ke kiri daripada ke kanan. Jantung berfungsi untuk memopa
darah keseluruh tubuh mlalui pembuluh darah. Ketika darah dipompa keluar dari
jantung pada arteri atau dikenal dengan pembuluh nadi teraba suatu gelombang
denyut dan denyut ini dapat teraba pula pada tempat dimana pembuluh arteri
melintas.

Denyut arteri dapat menjadi lebih cepat atau lebih lambat ketika seseorang
sedang gelisah stres, hilang kesadaran atau koma, ada gangguan pada jantung atau
menderita panas. Dengan meraba gelombang denyut jantung arteri, dapat dihitung
kecepatan jantung yang berbeda – beda karena dipengaruhi oleh aktivitas
seseorang dan juga oleh makanan, umur, dan emosi. Perbedaan denyut jantung
manusia ditunjukkan dalam table 2.1

Tabel 2.1 perbedaan denyut jantung manusia

No Umur Jumlah denyut / menit (BPM)


1 Bayi baru lahir 140
2 Selama tahun pertama 120
3 Selama tahun kedua 110
4 Pada umur 5 tahun 96 – 100
5 Pada umur 10 tahun 80 – 90
6 Dewasa 60 – 90

Kondisi kesehatan manusia menurut denyut jantungnya dikelompokkan dalam


tiga kelompok diantaranya :

1. Denyut jantung seseorang yang sedang sakit berada dibawah 60 Bpm,


tergantung dari sakit yang sedang di deritanya.
2. Denyut jantung manusia sehat sekitar 60 – 90 Bpm.
3. Denyut jantung manusia yang sedang berolahraga (kondisi kesehatannya
bagus) sekita 90 – 100 Bpm.

2.2.3 Mekanisme Perilaku Stress

Stres menurut cannon (1995), adalah salah satu reaksi tubuh ketika
dihadapkan pada situasi yang tampak berbahaya. Akibatnya tubuh akan
memproduksi hormon adrenaline yang berfungsi untuk mempertahankan diri.
Dampak terburuk dari stres yang berat adalah menurunnya performansi pekerjaan
secara berkala, gangguan kesehatan yang berdampak pada perencanaan dan
system imunitas tubuh, gangguan mental, hingga gangguan kejiwaan.

Guna menghindari kerugian yang ditimbulkan oleh stres, banyak


penelitian telah dilakukanuntuk mengetahui indikasi stres dalam tubuh. Menurut
Brannon (2000), pengukuran stres dapat dilakukan melalui indeks fisiologis,
berupa mengamati tekanan darah denyut jantung, galvanic skin respons, dan
kecepatan pernapasan. Sedangkan untuk pengukuran indeks biokimia, dapat
dilakukan dengan mengamati peningkatan sekresi glukokortikoid seperti kortisol,
dan katekolamin seperti epinephrine.

Tabel 2.2 Tingkat Stres Berdasarkan Detak Jantung Pada Usia Dewasa
Muda (Pradhipta, 2014)

No Kondisi HR (bpm)
1 Rileks 60 – 70
2 Tenang 70 – 90
3 Cemas 90 – 100
4 Tegang >100

Dilihat dari konduktivitas kulit, konduktivitas kulit adalah istilah yang


digunakan saat ini. Hal ini didasarkan pada respon primitif, dimana tubuh
mempersiapkan diri untuk tenaga diperlukan untuk menghadapi ancaman yang
dirasakan dengan meningkatkan aktivitas keringat untuk mendinginkan diri. Pada
tingkat rendah, hal ini terjadi sepanjang waktu, karena pikiran mengalami pikiran
dan emosi. Respon sensitif pikiran hanya hanya ditemukan di dua tempat pada
tubuh, tangan dan kaki. Dua situs di tangan dapat digunakan, ruas media jari, atau
kepala sedangkan situs yang digunakan pada kaki adalah tumit.

Dari hasil yang didapatkan, semakin tinggi konduktivitas kulit seseorang


menunjukkan semakin tinggi tingkat stres yang dialaminya, hal ini menunjukkan
semakin rendah nilai hambatan yang ada pada jarinya. Nilai konduktansi kulit
subjek dikelompokkan ke tingkat stres. Data hasil pengelompokkan ini diambil
dari hasil penelitian oleh mahasiswa kedokteran yang termasuk dalam tim
Yolanda (2014). Nilai konduktansi ditampilkan dalam tabel 2 dengan satuan
µSiemens (analog) dan dalam bit (digital).

Tabel 2.3 Tingkat stres berdasarkan nilai konduktansi kulit (Yolanda, 2014)

Kondisi Subyek GSR(µSiemens) GSR (dalam bit)


Normal 0 – 0.415 0 – 300
Rileks 0.417 – 1.054 301 – 525
Stres Ringan 1.058 – 1.418 526 – 600
Stres Sedang 1.424 – 2.433 601 – 725
Stres Berat 2.444 – 4.166 726 – 825
Stres Sangat Berat >4.166 826 – 1023

2.2.4 Sensor Galvanic Skin Response (GSR)

Menurut Chris (2010) sensor GSR terdiri dari 2 baut yang terhubung kabel
ke rangkaian. Sensor ini berfungsi untuk menangkap sinyal-sinyal listrik yang ada
pada kulit tangan. Sensor ini berpedoman pada kemampuan konduktivitas kulit.

Gambar 2.1 Sensor Galvanic Skin Response (GSR)

Sumber: www.chris3000.com/archive/galvanic-skin-response/, 2010

Fungsi utama dari kulit adalah untuk melindungi tubuh dari lingkungan.
Salah satu aspek dari ini adalah untuk mencegah hilangnya air oleh tubuh.
Namun, pada saat yang sama, penguapan air sebagai sarana mengatur suhu tubuh
harus difasilitasi. Persyaratan ini tampaknya dilakukan oleh stratum korneum
sebagai lapisan penghalang yang mencegah hilangnya air ke luar kecuali melalui
kelenjar keringat, yang aktivitasnya dapat dikendalikan. Hal ini pada gilirannya
dimediasi oleh otonom (simpatis) sistem saraf.

Pengukuran output dari kelenjar keringat menyediakan ukuran sederhana


dari tingkat aktivitas simpatis. Konduktansi kulit, juga dikenal sebagai respon
kulit galvanik (GSR) adalah sebuah metode untuk mengukur konduktansi listrik
dari kulit, yang bervariasi dengan tingkat kelembaban nya. Hal ini menarik karena
kelenjar keringat dikontrol oleh sistem saraf simpatik, sehingga saat-saat emosi
yang kuat, mengubah hambatan listrik dari kulit. Konduktansi kulit digunakan
sebagai indikasi gairah psikologis atau fisiologis, perangkat ini mengukur
konduktansi listrik antara 2 titik, dan pada dasarnya adalah jenis ohmmeter.

2.2.5 Sensor Pulse

Sensor pulse adalah salah satu komponen elektronika yang berfungsi


untuk memantau kondisi denyut jantung manusia. Rangkaian dari pulse sensor ini
menggunakan phototransistor dan LED. Sensor ini bekerja berdasarkan prinsip
pantulan sinar LED. Kulit dipakai sebagai permukaan reflektif untuk sinar LED.
Kepadatan darah pada kulit akan mempengaruhi reflektifitas sinar LED. Aksi
pemompaan jantung mengakibatkan kepadatan darah meningkat. Pada saat
jantung memompa darah, maka darah akan mengalir melalui pembuluh arteri dari
yang besar hingga kecil seperti diujung jari.

Gambar 2.2 Pulse sensor

2.2.6 Mikrokontroler Atmega 32


Mikrokontroller Atmega 32 adalah mikrokontroler yang diproduksi oleh
Atmel. Mikrokontroler ini memiliki clockdan kerjanya tinggi sampai 16 MHz,
ukuran flash memorinya cukup besar, kapasitas SRAM sebesar 2 Kilobyte, 32
buah port I/O yang sangat memadai untuk berinteraksi dengan LCD dan kyped.

Gambar 2.3 Atmega 32

a. Arsitektur CPU Atmega 32


Fungsi utama CPU adalah memastikan pengeksekusian instruksi dilakukan
dengan benar. Oleh karena itu CPU harus dapat mengakses memori,
melakukan kalkulasi, mengontrol peripheral, danmenangani interupsi. Ada
32 buah General Purpose Register yang membantu ALU bekerja. Untuk
operasi aritmatika dan logika, operand berasal dari dua buah general
register dan hasil operasi ditulis kembali ke registrasi. Status and control
berfungsi untuk menyimpan instruksi aritmatika yang baru saja dieksekusi.
Informasi ini berguna untuk mengubah alur program saat mengeksekusi
operasi kondisional. Instruksi di jemput dari flash memory. Setiap byte
flash memory memiliki alamat masing – masing. Alamat instruksi yang
akan dieksekusi senantiasa disimpan Program Counter. Ketika terjadi
interupsi atau pemanggilan rutin biasa, alamt di Program Counter
disimpan terlebih dahulu di stack. Alamat interupsi atau rutin kemudian
ditulis ke Program Counter, interuksi kemudian dijemput dan dieksekusi.
Ketika CPU telah selesai mengeksekusi rutin interupsi atau rutin biasa,
alamat yang ada di stack dibaca dan ditulis kembali ke Program Counter.
b. Program Memori
Atmega 32 memiliki 32 KiloByte flash memori untuk menyimpan
program, karena lebar instruksi 16 bit atau 32 bit maka flash memori
dibuat berukuran 16k x 16. Artinya ada 16k alamat di flash memori yang
bisa dipakai dimulai dari alamt 0 heksa sampai alamat 3FFF heksa dan
setiap alamatnya menyimpan 16 bit instruksi.
c. SRAM Data Memori
Atmega 32 meiliki 2 KiloByte SRAM. Memori ini dipakai untuk
menyimpan variable. Tempat khusus di SRAM yang senantiasa ditunjuk
registrasi SP disebut stack. Stack berfungsi untuk menyimpan nilai yang
dipush.
d. EEPROM Data Memori
Atmega 32 memiliki 1024 byte data EEPROM. Data di EEPROM tidak
akan hilang walaupun catuan daya ke sistem mati. Parameter system yang
penting disimpan di EEPROM. Saat system pertama kali menyala
parameter tersebut dibaca dan system diinisialisasi sesuai dengan nilai
parameter tersebut.
e. Interupsi
Sumber interupso Atmega 32 ada 21 buah. Table 2 hanya menunjukkan 10
buah interupsi diaktifkan dan interupsi terjadi maka CPU menunda
instruksi sekarang dan melompat ke alamat rutin interupsi yang terjadi.
Setelah selesai mengeksekusi interuksi – interuksi yang ada di alamat rutin
interupsi CPU kembali melanjutkan instruksi yang sempat tertunda.
f. I/O Port
Atmega 32 memiliki 32 buah pin I/O inilah Atmega 32 berinteraksi
dengan system lain. Masing – masing pin I/O dapat di konfigurasi tanpa
mempengaruhi fungsi pin I/O yang lain. Setiap pin I/O memiliki tiga
registrasi yakni DDxn, PORTxn, dan PINxn. Kombinasi nilai DDxn dan
PORTxn menentukan arah pin I/O.
g. Clear Timer on Compare Match (CTC)
CTC adalah salah satu mode Timer/Counter1, selain itu ada normal mode,
FastPWM mode, Phase Correct PWM mode. Pada CTC mode maka nilai
TCNT! Menjadi nol jika nilai TCNT1 telah sama dengan OCR1A atau
ICR1. Jika nilai top ditentukan OCR1A dan interupsi diaktifkan untuk
compare match A maka saat nilai TCNT1sama dengan nilai OCR1A
interupsi terjadi. CPU melayani interupsi ini dan nilai TCNT1 menjadi nol.
h. USART
Selain untuk general I/O, pin PD1 dan PD0 Atmega 32 berfungsi untuk
mengirim dan menerima bit secara serial. Pengubahan fungsi ini dibuat
dengan mengubah nilai beberapa registrasi serial. Untuk menekankan
fungsi ini, pin PD1 disebut TxD dan pin PD0 disebut RxD. Gambar diatas
menunjukkan bentuk Frame yang dimiliki Atmega 32. Nilai UBRR dan
clock system menentukan laju bit pengirim dan penerima serial.
2.3 Kerangka Pemikiran

Berikut merupakan kerangka pemikiran pembuatan dan modivikasi alat


Galvanic Skin Respons Pada Sistem Pemantauan Kesehatan Manusia Berbasis
Atmega32, seperti gambar berikut

Latar Belakang
Stres merupakan suatu kondisi normal dialami setiap manusia yang mempengaruhi
emosi, cara berpikir seseorang dalam lingkungannya, dan menyebabkan
ketidakstabilan keseimbangan tubuh terganggu. Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan sistem deteksi stres sebagai pemantau kondisi kesehatan manusia
dengan mendeteksi jumlah detak jantung permenit dan konduktansi kulit pada
telapak tangan.

Identifikasi Masalah
Bagaimana membuat alat Galvanic Skin Response Pada Sistem Pemantauan
Kesehatan Manusia Berbasis Atmega32 dan bagaimana hasil uji fungsinya?

Tujuan Penelitian
Membantu mengetahui dan memantau tingkat stres pada manusia melalui kelenjar
kulit dan detak jantung

Manfaat Penelitian

membuat dan modivikasi Galvanic Skin Response Pada Sistem Pemantauan


Kesehatan Manusia Berbasis Atmega32 dan melakukan hasil uji fungsinya

Hasil

Diharapkan pembuatan alat Galvanic Skin Response Pada Sistem Pemantauan


Kesehatan Manusia Berbasis Atmega32 dapat mengetahui tingkat stres dan denyut
jantung permenit pada pengguna.

Kesimpulan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian

Dalam penulisan dan pembuatan modul ini menggunakan metode


eksperimen murni yaitu membuat alat pendeteksi stress pada system pemantauan
kesehatan manusia melalui kelenjar keringat yang dikeluarkan oleh tubuh dan
denyut jantung permenit. Yang mana alat ini akan dioperasikan sesuai prosedur
yang telah disusun.

3.2 Alat Dan Bahan Yang Digunakan

Beberapa alat dan bahan yang akan digunakan pada pembuatan alat
pendeteksi stress menggunakan konduktivitas kulit dan detak jantung berbasis
Atmega 32 sebagai berikut :

Anda mungkin juga menyukai