Laporan Pendahuluan Otitis Media
Laporan Pendahuluan Otitis Media
A. DEFINISI
Otitis media ialah inflamasi telinga tengah (Sowden dan Cecily 2002,
h.370). otitis media akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum
telinga tengah (Kapita selekta kedokteran, 2002). Otitis media akut ialah radang
akut telinga tengah yang terjadi terutama pada bayi atau anak yang biasanya
didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas (Schwartz 2004, h.141).
B. ETIOLOGI
Penyebab otitis media akut menurut Wong et al 2008, h.943 ialah
Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae. Sedangkan penyebab
dari noninfeksius tidak diketahui, meskipun sering terjadi karena tersumbatnya
tuba eustasius akibat edema yang terjadi pada ISPA, rinitis alergik, atau hipertrofi
adenoid. Merokok pasif juga menjadi faktor penyebab otitis media. Selain itu
menurut Muscari 2005, h.220 otitis media terjadi karena mekanisme pertahanan
humoral yang belum matang sehingga meningkatkan terjadinya infeksi,
pemberian susu bayi dengan botol pada posisi terlentang akan memudahkan
terkumpulnya susu formula di rongga faring, pembesaran jaringan limfoid yang
menghambat pembukaan tuba eustachii. Posisi tuba eustachii yang pendek dan
horisontal, perkembangan saluran kartilago yang buruk sehingga tuba eustachii
terbuka lebih awal.
C. PATOFISIOLOGI
Otitis media terjadi akibat disfungsi tuba eustasius. Tuba tersebut, yang
menghubungkan telinga tengah dengan nasofaring, normalnya tertutup dan datar
yang mencegah organisme dari rongga faring memasuki telinga tengah. Lubang
tersebut memungkinkan terjadinya drainase sekret yang dihasilkan oleh mukosa
telinga tengah dan memungkinkan terjadinya keseimbangan antara telinga tengah
dan lingkungan luar. Drainase yang terganggu menyebabkan retensi sekret di
dalam telinga tengah. Udara, tidak dapat ke luar melalui tuba yang tersumbat,
sehingga diserap ke dalam sirkulasi yang menyebabkan tekanan negatif di dalam
telinga tengah. Jika tuba tersebut terbuka, perbedaan tekanan ini menyebabkan
bakteri masuk ke ruang telinga tengah, tempat organisme cepat berproliferasi dan
menembus mukosa (Wong et al 2008, h.944).
D. PATHWAYS Reaksi antigen
antibodi
Faktor penyebab
Merangsang
Obstruksi pada Nyeri akut
prostaglandin
Telinga tengah Ke hipotalamus
Pendengaran IL 1
menururn
IL 2
Gangguan persepsi
Sensori, auditorius Suhu tubuh
meningkat
Demam
Hipertermi
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis otitis media menurut Wong et al 2008, h.944 :
1. Terjadi setelah infeksi pernafasan atas
2. Otalgia (sakit telinga)
3. Demam
4. Rabas purulen (otorea) mungkin ada, mungkin tidak.
F. KOMPLIKASI
Komplikasi menurut Sowden dan Cecily 2002, h. 372 ialah :
1. Ruptur membran timpani dengan otorea
2. Tuli konduktif jangka pendek
3. Tuli permanen atau jangka panjang
4. Meningitis
5. Mastoiditis
6. Abses otak
7. Kolesteatoma yang didapat (sakus telinga tengah terisi epitel atau keratin)
G. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda-tanda vital : Suhu dan Rr biasanya naik
2. Pemeriksaan fisik fokus
a. Hidung :
Inspeksi : biasanya adanya sekret yang menunjukkan klien
mengalami ISPA, hidung tampak kemerahan.
Palpasi : adanya pembengkakan mukosa hidung
b. Telinga :
Inspeksi : membran tympani dan daun telinga tampak kemerahan,
adanya sekret pada canalis auditorius eksterna.
Palpasi : telinga teraba hangat.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang menurut Muscari 2005, h.220 ialah :
1. Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran timpani.
2. Kultur dan uji sensitivitas hanya dapat dilakukan bila dilakukan
timpanosentesis (aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membran timpani).
Uji sensitivitas dan kultur dapat dilakukan untuk mengidentifikasi organisme
pada sekret telinga.
3. Pengujian audiometrik menghasilkan data dasar atau mendeteksi setiap
kehilangan pendengaran sekunder akibat infeksi berulang.
I. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis menurut Dowshen et al 2002, h.149.
Penatalaksanaan OMA disesuaikan dengan hasil pemeriksaan dan
stadiumnya :
a. Stadium oklusi tuba
1) Berikan antibiotik selama 7 hari :
Ampisilin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 25 mg/KgBB 4 x
sehari atau
Amoksisilin : Dewasa 500 mg 3 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 3 x
sehari atau
Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 4 x
sehari
2) Obat tetes hidung nasal dekongestan
3) Antihistamin bila ada tanda-tanda alergi
4) Antipiretik
b. Stadium hiperemis
1) Berikan antibiotik selama 10 – 14 hari :
Ampisilin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 25 mg/KgBB 4 x
sehari atau
Amoksisilin : Dewasa 500 mg 3 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 3 x
sehari atau
Eritromisin : Dewasa 500 mg 4 x sehari; Anak 10 mg/KgBB 4 x
sehari
2) Obat tetes hidung nasal dekongestan maksimal 5 hari
3) Antihistamin bila ada tanda-tanda alergi
4) Antipiretik, analgetik dan pengobatan simtomatis lainnya
c. Stadium supurasi
1) Segera rawat apabila ada fasilitas perawatan.
2) Berikan antibiotika ampisilin atau amoksisilin dosis tinggi parenteral
selama 3 hari. Apabila ada perbaikan dilanjutkan dengan pemberian
antibiotik peroral selama 14 hari.
3) Bila tidak ada fasilitas perawatan segera rujuk ke dokter spesialis THT
untuk dilakukan miringotomi.
2. Penatalaksanaan keperawatan menurut Muscari 2005, h.221 ialah :
a. Kaji anak terhadap demam dan tingkat nyeri, dan kaji adanya komplikasi
yang mungkin terjadi.
b. Turunkan demam dengan memberikan antipiretik sesuai indikasi dan lepas
pakainan anak yang berlebihan.
c. Redakan nyeri dengan memberikan analgesik sesuai indikasi, tawarkan
makanan lunak pada anak untuk membantu mengurangi mengunyah
makanan, dan berikan kompres panas atau kompres hangat lokal pada
telinga yang sakit.
d. Fasilitas drainase dengan membaringkan anak pada posisi telinga yang
sakit tergantung.
e. Cegah kerusakan kulit dengan menjaga telinga eksternal kering dan bersih.
f. Berikan penyuluhan pada pasien dan keluarga :
1) Jelaskan dosis, teknik pemberian, dan kemungkinan efek samping
obat.
2) Tekankan pentingnya menyelesaikan seluruh bagian pengobatan
antibiotik
3) Identifikasi tanda-tanda kehilangan pendengaran dan menekankan
pentingnya uji audiologik, jika diperlukan.
4) Diskusikan tindakan-tindakan pencegahan, seperti memberi anak
posisi tegak pada waktu makan, menghembus udara hidung dengan
perlahan, permainan meniup.
5) Tekankan perlunya untuk perawatan tindak lanjut setelah
menyelesaikan terapi antibiotik untuk memeriksa adanya infeksi
persisten.
J. PENDIDIKAN KESEHATAN
Pendidikan kesehatan tentang pencegahan infeksi telinga menururt Arsyad, ES, &
Iskandar,N (2004) antara lain :
1. Ketika memandikan anak, usahakan telinga anak ditutup dengan penutup
telinga agar air tidak masuk ke dalan telinga
2. Segera keringkan telinga anak ketika selesai memandikan. Untuk
mengeluarkan air dari liang telinga, miringkan kepala dengan posisi telinga
menghadap ke bawah. Saat melakukan hal itu, tarik cuping telinga ke arah
berlawanan untuk mengeringkan air
3. Jangan coba-coba membersihkan kotoran telinga karena fungsinya untuk
melindungi telinga tengah. Jika anda melihat kototan telinga anak sudah
menumpuk, sebaiknya teteskan baby oil sehari dua kali. Dalam beberapa hari
kotoran yang ada di telinga akan keluar dengan sendirinya.
4. Liang telinga dan gendang teliga adalah bagian yang sensitif. Untuk itu
janganlah mengorek-ngorek telinga dengan cotton bud, peniti atau dengan
benda lainnya karena akan membuat bagian telinga tersebut terluka.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji karakteristik nyeri Menentukan tingkat
keparahan dan intervensi
lebih lanjut.
Anjurkan klien untuk tidak Dapat memperoleh
mengorek telinga infeksi/rupture membrane
tympani
Kompres dingin pada Kompres dapat mengurangi
bagian mastoid. rasa nyeri.
INTERVENSI RASIONAL
Ukur suhu 6 jam sekali Mengetahui perubahan suhu
sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi
Kompres hangat pada lipatan- Kompres pada lipatan,
lipatan dan kening contohnya : ketiak, lebih cepat
menurunkan panas karena pori-
pori di daerah tersebut besar.
Anjurkan pasien untuk minum Menceah dehidrasi sebagai efek
lebih ± 2,5-3 L/hari demam.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji tingkat gangguan Mengetahui tingkat gangguan
pendengaran dan menentukan intervensi
Ketika berkomunikasi dengan Dengan komunikasi keras tapi
klien usahakan dnegan suara pelan diharapkan dapat lebih
keras tapi pelan. diterima klien.
Kolaborasi dalam melakukan Timpanotomi bertujuan untuk
miringotomi/timpanotomi. melakukan drainase secret dari
telinga tengah ke telinga luar.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, ES, & Iskandar,N 2004, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan,
FKUI, Jakarta.
Dowshen et al 2002, Petunjuk lengkap untuk orang tua, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.