Anda di halaman 1dari 4

EKO NO M I MONETER

TUTOR : RIEVA LAURENTINA ATOTOY, SE, MM

TEORI INFLASI
A. FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB INFLASI
1. Demand Pull Inflation
Inflasi tarikan permintaan diakibatkan adanya kelebihan likuiditas dan lebih dipengaruhi
dari peran Negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral). Inflasi ini terjadi akibat
adanya permintaan total yang berlebihan yang biasanya dipicu oleh membanjirnya
likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada
tingkat harga.
2. Cost Push Inflation
Inflasi desakan biaya terjadi akibat adanya kelangkaan produksi termasuk juga adanya
kelangkaan distribusi, walaupun permintaan secara umum tidak ada perubahan yang
meningkat secara signifikan. Adanya ketidaklancaran aliran distribusi ini dapat memicu
kenaikan harga sesuai hokum permintaan-penawaran.

B. TEORI – TEORI INFLASI


Tiga teori inflasi adalah teori kuantitas, teori Kenyes dan teori strukturalis (Mishkin, 2001).
1. Teori Kuantitas
Proses inflasi terjadi karena dua hal, yaitu jumlah uang beredar dan adanya psikologi
(harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga (expectations).
2. Teori Kenyes
Proses inflasi terjadi karena permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi
jumlah barang-barang yang tersedia sehingga timbul inflationary gap. Inflasi akan
berhenti hanya bila salah satu golongan masyarakat tidak lagi memperoleh dana untuk
membiayai rencana-rencana pembelian barang-barang pada harga yang berlaku sehingga
permintaan masyarakat secara keseluruhan tidak lagi melebihi jumlah barang yang
tersedia.
3. Teori Strukturalis
Teori ini disebut juga teori inflasi jangka panjang karena yang dimaksud dengan faktor-
faktor struktural di sini adalah faktor-faktor yang hanya bisa berubah secara gradual dan
dalam jangka yang panjang.

C. DAMPAK INFLASI
1. Efek Terhadap Pendapatan (Equity Effect)
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan (seseorang yang
memperoleh pendapatan tetap dan orang yang menumpuk kekeayaannya) tetapi ada pula
yang diuntungkan dengan adanya inflasi.
2. Efek Terhadap Efisiensi (Efficiency Effect)
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Prubahan akibat
kenaikan permintaan dapat mendorong terjadinya perubahan produksi beberapa barang
tertentu.
3. Efek Terhadap Output (Output Effects)
Apabila laju inflasi cukup tinggi dapat menyebabkan penurunan output.

D. KEBIJAKAN DALAM MENANGGULANGI INFLASI


Inflasi yang terus menerus bisa mengakibatkan kondisi perekonomian semakin memburuk,
sehingga perlu diambil kebijakan dari pemerintah dalam menanggulangi inflasi. Kebijakan
pemerintah dapat dilakukan melalui kebijakan moneter dan kebijakan fiskal.
Langkah-langkah yang diambil dalam kebijakan moneter diantaranya adalah :
1. Kebijakan uang ketat
Kebijakan untuk mengurangi jumlah uang beredar. Pengurangan jumlah uang beredar
diharapkan akan mengurangi tingkat inflasi.
2. Menaikan suku bunga SBI
Menyebabkan banyak bank-bank swasta yang ingin memilikinya. Akhirnya bank umum
akan menaikan suku bunga deposito.
3. Memperbaiki nilai tukar mata uang
Dengan melakukan intervensi terhadap mata uang asing, maka nilai tukar akan dapat
diatur, sehingga akan mempermudah biaya impor barang-barangmaterial (input).
TARGET INFLASI SEBAGAI SASARAN KEBIJAKAN MONETER

A. TARGET INFLASI SEBAGAI SASARAN KEBIJAKAN MONETER


Salah satu pendekatan untuk mengendalikan inflasi melalui kebijakan moneter adalah target
inflasi (inflation targeting). Dalam pendekatan ini, otoritas moneter diwajibkan untuk
mengumumkan target inflasi secara eksplisit kepada masyarakat sekaligus otoritas moneter
diarahkanuntuk mencapai target inflasi pada waktu yang telah ditentukan (agreed time
horizon)

B. PERSYARATAN PENERAPAN TARGET INFLASI


1. Bank sentral harus diberikan kebebasan yang besar dalam mengendalikan kebijakan
moneter
2. Fokus terhadap sasaran
3. Capacity to forecast inflation
4. Pengawasan instrument
5. Pelaksanaan secara konsisten dan transparan
6. Fleksibel sekaligus kredibel
Secara teoritis, terpenuhinya persyaratan-persyaratan tersebut akan membuat otoritas
moneter mampu mengendalikan kebijakan moneter yang dipusatkan pada target inflasi.

C. LEVEL SASARAN INFLASI DAN JANGKA WAKTU PENCAPAIAN


Dalam penentuan level sasaran inflasi yang patut dipertimbangkan adalah masalah
karakteristik inflasi, efektifitas dan variabilitas kebijakan moneter, dampaknya terhadap
proses pemulihan ekonomi dan perkiraan mengeni sumber-sumber tekanan inflasi yang
beradadi luar pengaruh kebijakan moneter.

D. PROSEDUR OPERASI KEBIJAKAN MONETER


1. Target Operasi
Dalam kerangka target inflasi, kebijakan moneter diarahkan untuk mempengaruhi
permintaan agregat, begitu juga dari kapasitas ekonomi melalui sisi penawaran agregat.
Dengan cara ini, proses pertumbuhan ekonomi dapat di raih secara lebih berkelanjutan.
2. Instrumen Moneter
Mengendalikan kebijakan moneter dalam kerangka target inflasi menggunakan piranti
Operasipasar Terbuka, yaitu dengan membeli atau menjual obligasi pemerintah atau
surat berharga yang lain, untuk mengarahkan suku bunga pasar menuju sasaran yang
diinginkan.
E. HAMBATAN DALAM PENERAPAN TARGET INFLASI
Kebijakan target inflasi cukup menjanjikan, namu sebenarnya terdapat banyak hambatan
yang berkaitan dengan banyaknya persyaratan yang harus dipenuhi dalam pelaksanaannya
di Indonesia. Hambatan - hambatan tersebut diantaranya :
1. Hambatan dalam menciptakan independensi
2. Hambatan dalam memprediksi inflasi
3. Hambatan dalam mewujudkan kebijakan secara konsisten dan transparan.
4. Hambatan dalam mewujudkan kebijakan secara fleksibel dan kredibel
5. Tingkat keparahan krisis.

F. PENETAPAN TARGET INFLASI DI INDONESIA


Sejalan dengan diberlakukannya UU No. 23 Tahun 1999 tersebut maka sejak tahun 2000
Bank Indonesia mulai menempuh langkah-langkah untuk menerapkan kerangka kerja target
inflasi. Langkah-langkah yang ditempuh Bank Indonesia antara lain :
1. Menetapkan sasaran inflasi
2. Kebijakan moneter yang mengarah ke depan
3. Akuntabilitas

Anda mungkin juga menyukai