Anda di halaman 1dari 28

BAB 1

PERISTIWA RENGASDENGKLOK

Penyebab utama munculnya peristiwa Rengasdengklok adalah adanya


perbedaan sikap antara golongan tua dan golongan pemuda. Perbedan tersebut
mengenai kapan saat yang tepat untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Perbedaan ini muncul sebagai reaksi kekalahan Jepang melawan Sekutu.
Setelah mendengar berita kekalahan Jepang dari siaran radio luar negeri, pada
malam harinya Sutan Syahrir menyampaikan beita kekalahan Jepang tersebut kepada
Moh. Hatta. Syahrir juga menyatakan mengenai kemerdekaan Indonesia sehubungan
dengan kekalahan Jepang tersebut.
Pada tanggal 15 Agustus 1945 para pemuda berkumpul di salah satu ruang
Lembaga Bakteriologi Jalan Pegangsaan Timur No. 13 Jakarta di bawah pimpinan
Chairul Saleh. Para pemuda sepakat bahwa kemerdekaan Indonesia merupakan hak dan
masalah rakyat Indonesia yang tidak bergantung pada bangsa atau negara lain. Rapat
juga memutuskan untuk mendesak Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 16 Agustus 1945. Hasil keputusan tersebut disampaikan oleh
Darwis dan Wikana kepada Soekarno-Hatta, tetapi tidak dicapai kata sepakat. Oleh
karena tidak dicapai kata sepakat, golongan pemuda bermaksud mengamankan
Soekarno-Hatta ke luar Jakarta. Maksud golongan pemuda itulah yang kemudian
melahirkan peristiwa Rengasdengklok. Perbedaan pendapat tersebut berkisar pad acara
melaksanakan Proklamasai Kemerdekaan Indonesia.
a. Golongan tua (Soekarno, Moh. Hatta, Ahmad Subarjo, dan lain-lain) menghendaki
agar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan dengan mengadakan siding
PPKI terlebih dahulu yang direncanakan pada tanggal 18 Agustus 1945. Dengan
pertimbangan mengingat kenyataannya Jepang masih tetap berkuasa dan bersenjata
lengkap, sebab jika kemerdekan Indonesia diproklamasikan di luat PPKI (tanpa
siding PPKI) pasti akan dicegah oleh Jepang.
b. Golongan pemuda (Sukarni, Adam Malik, Chairul saleh, Yusuf Kunto, Wikana, dan
lain-lain) menghendaki agar kemerdekaan Indonesia diproklamasikan di luar PPKI
(tanpa siding PPKI). Dengan pertimbangan, jika Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia dilakukan dengan terlebih dahulu mengadakan siding PPKI, kemerdekaan

1
bangsa Indonesia akan dianggap sebagai ciptaan Jepang dan pasti akan dihancurkan
oleh pasukan Sekutu yang tidak lama lagi akan tiba di Indonesia.
Golongan pemuda mengadakan rapat lagi di asrama Baperpi, Cikini, Jakarta pada
tengah malam menjelang tanggal 16 agustus 1945. Selain peserta rapat di Lembaga
Bakteriologi, rapat tersebut juga dihadiri oleh Sukarni, Yusuf Kunto, dr. Muwardi,
dan Shodanco Singgih. Dalam rapat tersebut memutuskan untuk mengamankan
Soekarno-Hatta ke luar Jakarta.
Keputusan tersebut dengan pertimbangan sebagai berikut:
a. Proklamasi kemerdekaan lepas dari pengaruh pihak manapun, termasuk Jepang
dan harus tetap dilaksanakan.
b. Soekarno-Hatta harus diamankan ke luar Jakarta agar terlepas dari pengaruh
Jepang sehingga mereka berani memproklamasikan kemerdekaan sesuai dengan
kemauan golongan pemuda.
Tempat yang dipilih untuk mengamankan Soekarno-Hatta adalah
Rengsdengklok, Kabupaten Karawang (Jawa Barat) yang terletak 15 km dari jalan raya
Jakarta-Cirebon. Untuk menghindari kecurigaan dari pihak Jepang, Shodanco Singgih
mendapat kepercayaan melaksanakan rencana tersebut dibantu oleh Sukarni dan Yusuf
Kunto. Penculikan Soekarno dan Moh. Hatta dilakukan pada tanggal 16 Agustus 1945
pukul 04.30 waktu Jawa zaman Jepang atau pukul 04.00 WIB.
Rengasdengklok dipilih sebagai tempat untuk mengamankan Soekarno-Hatta
Karena letaknya terpencil sekitar 15 km dari jalan raya Jakarta-Cirebon, terdapat
pasukan Peta yang persenjataannya lengkap, serta daerahnya dapat dipantau dari
berbagai penjuru (dapat dengan mudah mengawasi tentara Jepang yang akan dating ke
Rengasdengklok).
Setelah sampai di Rengasdengklok, Soekarno-Hatta ditempatkan di rumah milik
warga masyarakat keturunan Tionghoa yang bernama Djiaw Kie Siong. Golongan
pemuda kembali mendesak agar Soekarno dan Moh. Hatta bersedia memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia, tetapi pembicaraan tersebut tidak membawa hasil. Akan tetapi,
dalam pembicaraan pribadi antara Shodanco Singgih dan Soekarno, Shodanco Singgih
menyimpulkan bahwa Soekarno bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
segera setelah kembali ke Jakarta. Kesediaan Soekarno tersebut disampaikan kepada
golongan pemuda di Jakarta.
Sementara itu, di jakrta sedang terjadi pembicaraan antara Ahmad Subarjo
(mewakili golongan tua) dan Wikana (mewakili golongan pemuda) yang kemudian
2
tercapai kata sepakat bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia harus dilaksanakan di
Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945 sebelum pukul 12.00 WIB. Di samping itu ,
Laksamana Muda Tadashi Maeda mengijinkan rumah kediamannya dijadikan sebagai
tempat perundingan dan bersedia menjamin keselamatan para pemimpin bangsa
Indonesia. Akhirnya, Soekarno-Hatta dijemput dari Rengsdengklok dan tiba di Jakarta
pada pukul 17.30 WIB.
Untuk mengenang peristiwa pengamanan Bung karno dan Bung Hatta oleh
golongan pemuda, di Rengasdengklok tepatnya di Markas Besar Kompi Peta dibangun
Monumen Rengasdengklok.

A. PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA


1. Perumusan Naskah Proklamasi
Ketika rombongan tiba di Jakarta langsung menuju rumah kediaman Laksamana
Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol No. 1 (Sekarang Perpustakaan Nasional,
Depdiknas), setelah terlebih dahulu singgah dirumahnya masing-masing. Sebelum
naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia disusun, Laksamana Tadashi Maeda
mengantar Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta beserta rombongan lainnya menghadap Mayor
Jendral Nishimura, untuk menjajaki sikapnya mengenai proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Di samping Laksamana Tadashi Maedamereka juga ditemani oleh Shigetada,
Nishijima, Tomegoro, Yoshizumi, dan Miyoshi sebagai penerjemah. Dalam petermuan
yang cukupm singkat itu tidak berhasil dicapai kata sepakat. Ir. Soekarno dan Drs. Moh.
Hatta berharap agar pihak Jepangtidak menghalangi pelaksanaan proklamasi
kemerdekaan Indonesia yang akan dilaksanakan oleh rakyat Indonesia.
Setelah pertemuan itu , rombongan Soekarno dan Moh. Hatta kembali ke rumah
Laksamana Tadashi Maeda karena dipandang sebagai tempat yang paling aman dari
ancaman militer Jepang. Rumah itu dijadikan sebagai tempat untuk merumuskan naskah
proklamasi. Laksamana Maeda menyediakan ruang makannya untuk dijadikan sebagai
tempat pertemuan di kalangan para pemimpin bangsa Indonesia. Di ruang makan
Laksamana Maeda itulah terjadi peristiwa besar bagi bangsa Indonesia yaitu perumusan
naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Naskah proklamasi itu dirumuskan oleh
Soekarno, Moh. Hatta, dan Ahmad Subarjo. Laksamana Tadashi Maeda
Dalam perumusan naskah proklamasi itu Ir. Soekarno membuat suatu konsep
dan kemudian disempurnakan dengan pendapat dari Drs. Moh. Hatta dan Ahmad
Subarjo. Saat menjelang subuh naskah proklamasi berhasil diselesaikan dan Ir.
3
Soekarno membuka pertemuan dengan para hadirin. Soekarno menyarankan kepada
seluruh yang hadir itu agar menandatangani naskah proklamasi sebagai wakil-wakil
bangsa Indonesia.
Saran Soekarno itu diperkuat oleh Moh. Hatta dengan mengambil contoh pada
Declaration Of Independence (Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat) yang
ditandatangani oleh 13 utusan dari negara-negara bagian. Namun usul itu ditentang oleh
seorang tokoh golongan pemuda yaitu Sukarni. Sukarni sebagai wakil dari golongan
pemuda mengusulkan agar yang menandatangani naskah proklamasi adalah Soekarno-
Hatta atas nama bangsa Indonesia. Usul Sukarni itu diterima dengan baik oleh para
hadirin. Setelah mendapat persetujuan dari para hadirin, maka Soekarno meminta
Sayuti Melik untuk mengetik sesuai dengan naskah tulisan tangannya yang telah
mengalami perubahan-perubahan yang telah disepakatinya. Perubahan tersebut pada
tulisan “tempoh” diganti menjadi ‘tempo”, tulisan ‘wakil-wakil bangsa Indonesia”
diganti menjadi “atas nama bangsa Indonesia”, dan tulisan “Djakarta, 17-08-‘05”
diganti menjadi “Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen ‘05”.

2. Pembacaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


Pertemuan yang menghasilkan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
berlangsung pada tanggal 17 Agustus 1945 dini hari.
Sukarni melaporkan bahwa lapangan Ikada (sekarang bagian tenggara Lapangan
Monumen Nasional) telah dipersiapkan sebagai tempat berkumpulnya masyarakat
Jakarta untuk mendengarkan pembacaan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Tetapi jalan-jalan menuju lapangan Ikada dijaga ketat oleh pasukan Jepang dengan
bersenjata lengkap. Keadaan itu sangat rawan bentrokan yang mungkin terjadi antara
rakyat yang mendukung proklamasi kemerdekaan Indonesia dan pasukan jepang.
Di pihak lain, Soekarno menganggap bahwa apabila proklamasi kemerdekaan
Indonesia dilaksanakan dilapangan Ikada, dikhawatirkan akan mengalami kegagalan
akibat terjadinya bentrokan antara rakyat Indonesia dan pihak Jepang. Oleh karena itu,
disepakati bahwa pembacaan proklamasi kemerdekaan Indonesia dilaksanakan di depan
rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, pada hari Jum’at 17
Agustus 1945 pukul 10.00 WIB (pertengahan bulan Ramadhan).
Sebelum pelaksanaan proklamasi kemerdekaan Indonesia, wakil walikota
Suwiryo memerintahkan Mr. Wilopo untuk mempersiapkan peralatan-peralatan yang
diperlukan, sperti mikrofon dan pengeras suara. Sudiro memerintahkan S. Suhud untuk
4
menyiapkan tiang bendera. Tiang bendera dibuat dari sebatang pohon bambu yang
diberi tali dan ditancapkan beberapa langkah dari teras rumah kediaman Ir. Soekarno.
Sedangkan bemdera dijahit dengan tangan oleh Ny. Fatmawati Soekarno dengan bentuk
ukuran tandar untuk dikibarkan.
Para pemimpin bangsa Indonesia mulai berdatangan menjelang pukul 10.00
WIB ke rumah kediaman Ir. Soekarno. Di antara mereka yang hadir ituseperti dr.
Buntaran Martoatmojo, Mr. A.A. Maramis, Mr. Latuharhary, Ki Hajar Dewantara, Sam
Ratulangi, K.H. Mas Mansyur, Mr. Sartono, Sayuti Melik, Pandu Kertawiguna, M.
Tabrani, dr. Muwardi, dan A.G. Pringgodigdo.
Lima menit sebelum acara dimulai, Drs. Moh Hatta tiba dan langsung menuju
ke kamar Ir. Soekarno. Kedua pemimpin bangsa itu keluar dan langsung menuju ke
tempat yang telah disediakan dengan diiringi oleh Ny. Fatmawati Soekarno. Upacara
berlangsung tanpa protokol dan seluruh barisan pemuda yang menunggu sejak pagi
berdiri tegap. Soekarno mendekati mikrofon dan dengan suara yang mantap
mengucapkan pidato pendahuluan sebelum membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia. Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan tepat pukul 10.00 WIB.

3. Makna Proklamasi Bagi Bangsa Indonesia


Teks proklamasi kemerdekaan Indonesia itu merupakan pernyataan untuk
merdeka atau membebaskan diri dari segala bentuk penjajahan bangsa lain atas bangsa
dan negara Indonesia. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia merupakan jembatan emas
yang menghubungkan dan mengantarkan bangsa Indonesia dalammencapai masyarakat
baru, yaitu kehidupan yang bebas tanpa tekanan dan ikatan. Proklamasi adalahseruan
yang bersifat legal (berdasarkan hukum) dan resmi. Dengan pernyataan itu bangsa
Indonesia terbebas dari segala bentuk penjajahan bangsa lain.
Proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan titik puncak perjuangan
pergerakan bangsa Indonesia yang telah dapat mengantarkannya ke pintu gerbang
kebebasan. Hari kebebasan itu telah ditunggu-tunggu sejak bertahun-tahun lamanya
dengan penuh kesadaran melalui berbagai macam bentuk perjuangan dari seluruh rakyat
Indonesia, baik yang dilakukan melalui gerakan di daerah-daerah maupun gerakan yang
bersifat nasional (sejak tahun 1908). Proklamasi kemerdekaan Indonesia bukan
merupakan titik akhir perjuangan bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia terus berjuang
untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaannya yang telah dicapainya itu.

5
Pada awal Negara Republik Indonesia berdiri, kehidupan bangsa Indonesia
belum stabil. Bidang ekonomi, politik, social, dan budaya masih mengalami kekurangan
di sana-sini. Pernyataan Kemerdekaan Indonesia belum berarti kehidupan bangsa
Indonesiaberubah secara drastis. Proklamasi hanyalah merupakan titik awal untuk
mengantar rakyat Indonesia ke pintu gerbang menuju kemajuan dan kesejahteraan
sosial. Dalam pengertian ini, proklamasi kemerdekaan mempunyai dua makna penting,
yakni :
a) Bangsa Indonesia dengan tekad yang bulat dan percaya pada kekuatan sendiri telah
menjadi bangsa yang merdeka, bebas dari tekanan dan penjajahan asing yang telah
dideritanya sejak lama. Dengan kemerdekaan ini, bangsa Indonesia berhak
mengatur sendirinegaranya serta berusahasekuat tenagamempertahankannya dari
gangguan bangsa asing.
b) Bangsa Indonesia menjadi pelopor bangsa-bangsa di Asia-Afrika untuk
memerdekakan diri dari penindasan bangsa Asing. Bangsa Indonesia merupakan
bangsa Asia pertama yang merdeka setelah Perang Dunia II usai. Proklamasi
Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, tiga hari setelah Perang Dunia II selesai,
dilakukan pada saat yang tepat, yaitu ketika terjadi kekosongan kekuasaan (vacuum
of power). Hal ini memberi peluang kepada bangsa Indonesia untuk menentukan
nasibnya. Hasilnya adalah Proklamasi kemerdekaan yang menandakan bahwa
bangsa Indonesia telah terbebas dari segala bentuk ikatan bangsa-bangsa asing.

Oleh karena itu, proklamasi kemerdekaan Indonesia dapat dijadikan sebagai


tonggak pembaruan kehidupan bangsa Indonesia di segala bidang kehidupan. Setelah
proklamasi kemerdekaan dikumandangkan, para pemimpin beserta rakyat Indonesia
bersama-sama terus berjuang membenahi tatanam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Usaha-usaha yang ditempuhdi antaranya mengadakan rapat PPKI tanggal 18 Agustus
1945 untuk memilih pemimpin negara yaitu presiden dan wakil presiden, menetapkan
pondasi/landasan negara yakni Undang-Undang Dasar 1945, serta membentuk Komite
Nasional untuk membantu presiden melaksanakan tugasnya. Langkah ini segera
dilakukan agar negara yang baru merdeka ini berdiri dengan kokoh dan diakui dunia
internasional.
Selanjutnya pada tanggal 19 Agustus 1945 presiden memanggil anggota PPKI
dan pemimpin pemuda untuk membicarakan pembentukan Komite Nasional Indonesia
pusat (KNIP), merancang pembentukan 12 Departemen dan menunjuk para menterinya,
6
menentukan pembagian wilayah Indonesia menjadi 8 provinsi. Kemudian tanggal23
Agustus 1945 Presiden mengumumkan terbentuknya 3 badan baru untuk menopang
pemerintahan yang baru berdiri, yaitu Komite Nasional Indonesia (KNI), Partai
Nasional Indonesia (PNI), dan Badan Keamanan Rakyat (BKR).
Komite Nasional Indonesia (KNI) dan Badan Keamanan Rakyat (BKR) diterima
kehadirannya oleh rakyat Indonesia dengan gegap gempita karena diyakini badan-badan
tersebut dapat berfungsi membantu pemerintah Indonesia untuk membenahi dan menata
kehidupan bangsa Indonesia sesuai dengan yang dicita-citakan dalam Undang-Undang
Dasar. Akan tetapi, rencana Partai Nasional Indonesia (PNI) menjadi partai tunggal oleh
pemerintah mendapat tentangan keras dari kalangan pemimpin bangsa lainnya. Oleh
karena itu, pembentukan PNI sebagai partai tunggal dibatalkan. Pembatalan ini
diwujudkan dalam maklumat Pemerintah X yang ditanda tangani wakil presiden, Moh.
Hatta, tanggal 3 November 1945. Sebagai pengganti partai politik itu, dalam maklumat
itu disebutkan akan membentuk partai-partai politik di Indonesia sebagai wadah bagi
rakyat Indonesia menyalurkan aspirasi politiknya. Hal ini untuk menunjukan bahwa
bangsa Indonesia menganut paham demokrasi.
Demikianlah Proklamasi Kemerdekaan telah menjadi titik tolak bagi bangsa
Indonesia untuk segera bangkit dan membangun mengejar ketertinggalan di berbagai
bidang. Dengan kebebasan yang dimilikinya sebagai bangsa yang merdeka tidak
diperintah bangsa asing, negara Indonesia mempunyai hak untuk memerintah negerinya
sendiri demi kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya, tanpa campur tangan bangsa
asing. Hal ini menunjukan bangsa Indonesia sudah bisa berdiri sejajar dengan bangsa
lainnya yang merdeka. Lebih jauh lagi, kemerdekaan ini terasa lebih bermakna karena
kemerdekaan ini diperoleh melalui usaha sendiri, bukan merupakan hasil pemberian
Jepang.
Makna dan arti penting Proklamasi Kemerdekaan Indonesia antara lain sebagai
berikut :
a. Dengan proklamasi kemerdekaan, bangsa Indonesia telah lahir sebagai bangsa
dan negara yang merdeka, baik secara de facto maupun secara de jure.
b. Proklamasi merupakan mercusuar yang menunjukan jalannya sejarah, pemberi
inspirasi, dan motivasi dalam perjalanan bangsa Indonesia di setiap keadaan.
c. Proklamasi kemerdekaan merupakan puncak perjuangan rakyat Indonesia dalam
mencapai kemerdekaan.

7
d. Dari segi hukum, proklamasi merupakan pernyataan yang berisi keputusan
bangsa Indonesia untuk menetapkan tatanan hukum nasional (Indonesia) dan
menghapuskan tatanan hukum kolonial.
e. Dari segi politik dan ideology, proklamasi merupakan pernyataan bangsa
Indonesia yang lepas dari penjajahan dan membentuk negara Republik
Indonesia yang bebas, merdeka, dan berdaulat penuh.

4. Penyebarluasan Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia


a. Kegiatan Para Pemuda
Kelompok Sukarni yang bermarkas di Jalan Bogor (sekarang Jalan Dr. Suharjo)
pada dini hari tanggal 17 Agustus 1945 mengadakan rapat di Kepu (Kemayoran)
yang kemudian pindah ke Defensien Van den Bosch )sekarang Jalan Bungur
Besar). Untuk mengatur cara penyebaran Proklamasai Kemerdekaan Indonesia,
para pemuda memanfaatkan media komunikasi untuk menyebarluaskan berita
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Media komunikasi yang banyak digunakan
adalah pamphlet dan surat kabar yang disebar di berbagai penjuru kota. Pamflet
dipasang di tempat yang strategis yang dilihat banyak orang.
b. Kegiatan Kantor Berita Domei
Pada tanggal 17 Agustus 1945 sore hari, wartawan Kantor Berita Domei yang
bernama Syahrudin menyampaikan Salinan teks proklamasi kepada Waidan B.
Palenewen kepala bagian radio. Segera ia memerintahkan kepada Markonis
(petugas telekomunikasi) yang bernama F. Wuz untuk menyiarkan berita
proklamasi. Pada saat penyiaran, tentara Jepang memerintahkan untuk
menghentikan siaran, tetapi Waidan B. Palenewen memerintahkan agar
penyiaran proklamasi tetap diteruskan.
Penyebarluasan penyiaran dihalangi oleh Jepang dengan menyegel Kantor
Berita Domei pada tanggal 20 Agustus 1945 dan para pegawainya dilarang
masuk kantor. Tindakan jepang ini tidak menyurutkan tekad para pegawai
Kantor Berita Domei. Dengan bantuan sejumlah teknisi radio, para pemuda
membuat pemancar baru. Peralatan yang dibutuhkan diambil bagian demi
bagian dari Kantor Berita Domei. Sebagian dibawa ke rumah Waidan dan
sebagian lagi dibawa ke Jalan Menteng No. 31. Akhirnya berdirilah pemancar
baru di Jalan Menteng No. 31 dengan kode panggilan DJK I.
c. Penyebarluasan Berita Proklamasi
8
Sambutan dan dukungan terhadap proklamasi kemerdekaan Indonesia cukup
luas di kalangan masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia amat antusias
menyambut berita tentang proklamasi. Berita tentang proklamasi tersebut
menyebar ke hampir seluruh penjuru tanah air. Berita tersebut menyebar melalui
media massa surat kabar maupun radio.
Walaupun masih dikuasai tentara Jepang, ternyata radio merupakan sarana
penting di dalam menyebarluaskan berita proklamasi. Tokoh pergerakan bangsa
Indonesia yang bekerja pada stasiun radio antara lain Maladi dan Yusuf
Ronodipura. Semua stasiun radio dab stasiun kereta api di Pulau Jawa
merupakan sarana untuk meneruskan berita proklamasi kemerdekaan Indonseia
agar sampai kepada masyarakat Indonesia. Kantor berita Jepang, Domei dapat
dikacaukan, bahkan berita kemerdekaan Indonesia dapat tersebar hingga ke luar
negeri melalui jaringan Jepang sendiri. Sinar api kemerdekaan Indonesia itupun
terus merayap ke mana-mana, ke seluruh pelosok Pulau Jawa kemudian
menyeberang lautan menuju Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku.
Surat kabar yang pertama kali menyiarkan berita tentang Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia adalah Tjahja yang terbit di Bandung dan Soeara Asia
yang terbit di Surabaya. Penyambutan berita Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia oleh seluruh rakyat dibuktikan dengan pelucutan senjata pasukan
Jepang, pengambilalihan pucuk pimpinan, serta semangat terus berjuang untuk
merebut dan mempertahankan Kemerdekaan Indonesia.
Di samping melalui siaran radio, koran, dan selebaran-selebaran, berita
proklamasi kemerdekaan secara resmi dibawa oleh para utusan yang kebetulan
menghadiri siding PPKI dan menyaksikan pelaksanaan Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia. Utusan-utusan tersebut, seperti Teuku Mohammad
Hassan (Aceh), Sam Ratulangie (Sulawesi), Ktut Puja (Bali), dan A.A.
Hamidhan (Kalimantan). Pekikan pembangkit semangat kebangsaan pada waktu
itu adalah “merdeka!”.
Berita pidato proklamasi kemerdekaan Indonesia yang disampaikan di
daerah-daerah oleh para utusan menandakan mulainya kehiupan baru pada
setiap daerah di seluruh wilayah Indonesia. Kehidupan yang terlepas dari
penekanan, penindasan, dan penyiksaan yang dialami oleh rakyat Indonesia
selama masa penjajahan. Proklamasi itu dapat menentukan langkah-langkah dan
jalan kehidupan seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena itu, proklamasi
9
kemerdekaan Indonesia merupakan tonggak sejarah baru bagi bangsa Indonesia.
Proklamasi juga merupakan momentum nasional dalam pembentukan negara
Indonesia merdeka, bebas dari segala bentuk penjajahan asing.
5. Dukungan Spontan terhadap Proklamasi Kemerdekaan
a. Rapat Raksasa di Lapangan Ikada
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, pertempuran dan bentrokan
antar pemuda Indonesia dan pasukan Jepang tidak dapat dihindarkan. Para
pemuda Indonesia ingin menegakan kedaulatan Indonesia yang baru saja
merdeka, sedangkan penguasa militer Jepang ingin memelihara status quo
sesuai dengan perintah sekutu.
Pada waktu nitu yang berperan sebagai pelopor gerakan pemuda di Jakarta
adalah Komite Van Actie menteng 31. Komite Van Actie Menteng 31 inilah
yang memberikan gagasan untuk mengerahkan massa dalam suatu rapat di
lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta). Tujuan diadakan rapat raksasa di
lapangan Ikada adalah agar para pemimpin bangsa Indonesia dapat berbicara
langsung di hadapan rakyat Indonesia. Rakyat telah siap menunggu perintah dan
tugas-tugas selanjutnya dalam rangka mendukung dan mempertahankan
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Presiden Soekarno, Wakil Presiden Moh. Hatta, dan para menteri pada
prinsipnya setuju dengan gagasan Komite Van Actie 31 Menteng tersebut.
Namun, pemerintah tetap mempertimbangkan reaksi Jepang seandainya
mengetahui adanya rapat rakasa.
Setelah itu, masalah rapat raksasa dibicarakan dalam siding cabinet yang
berlangsung di rumah Presiden Soekarno pada tanggal 19 September 1945.
Dalam siding ini tidak menghasilkan kesepakatan sehingga siding ditunda
sampai pukul 10.00 WIB, kemudian siding dilanjutkan di lapangan Banteng.
Dalam siding di lapangan Banteng ini dihadiri juga oleh para wakil pemuda
dari Komite Van Actie Menteng 31. Para pemuda tersebut mendesak pemerintah
agar rapat raksasa tetap dilangsungkan. Akhirnya siding memutuskan untuk
tetap melangsungkan rapat braksasa.
Dengan dipelopori oleh Komite Van Actie Menteng 31, rakyat Jakarta
membanjiri lapangan Ikada.
Persiapan penyelenggaraan rapat raksasa itu dilakukan secara beranting oleh
organisasi pemuda, BKR, Barisan Pelopor, Pamong Desa, API, RT, pelajar dan
10
Hisbullah. Mereka meneruskan berita tentang penyelenggaraan rapat raksasa itu
ke seluruh rakyat Indonesia. Rombongan rakyat dan pemuda diwajibkan
membawa senjata seperlunya. Gerakan besar itu disambut dengan antusias dan
patuh oleh bangsa Indonesia. Walaupun demikian, rapat raksasa yang dilakukan
di lapangan Ikada itu mengalami banyak hambatan, antara lain yaitu :
1) Pada tanggal 16 Agustus 1945, Jepang mengeluarkan pernyataan yang
melarang pelaksanaan rapat-rapat.
2) Adanya pro dan kontra di kalangan para menteri, mengingat bahaya yang
ditimbulkan terhadap larangan dari Jepang itu.
3) Pada saat terlaksananya rapat itu, lapangan Ikada dijaga ketat dalam radius
satu kilometer oleh pasukan tank, pasukan pejalan kaki, dan tentara Jepang
yang dilengkapi dengan bayonet.
Berbagai hambatan itu dihadapinya dengan semangat yang tinggi. Kita telah
merdekadan tidak lagi berada di bawah naungan kekuasaan Jepang. Masyarakat
dan pemuda Indonesia yang dating ke lapangan Ikada membawa merah putih,
poster, spanduk dan juga ada yang membawasenjata tajam. Kedatangan para
pemimpin negara ke Lapangan Ikada mendapat sambutan meriah dari ratusan
ribu rakyat yang berdesak-desakan.
Presiden Soekarno naik ke atas mimbar dan kemudian mengucapkan pidato
singkat sebagai berikut.

“….Sebenarnya Pemerintah Republik Indonesia telah memberikan perintah untuk


membatalkan rapat ini. Tetapi karena saudara-saudara memaksa, maka saya
dating ke sini lengkap dengan menteri-menteri. Saya sekarang berbicara sebagai
saudaramu, Bung karno. Saya minta saudara-saudara tinggal tenang dan mengerti
akan pimpinan yang diberikan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Kalau
memang saudara percaya kepada Pemerintah Republik Indonesia yang akan
mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan ini, walaupun kami akan robek
karenanya. Maka berikanlah kepercayaan itu kepada kami, dengan tunduk kepada
perintah-perintah kami dan disipliner. Sesudah perintah kami ini, marilah kita
sekarang pulang dengan tenang dan tentram….”

Setelah mendengar pidato Bung karno, mereka pulang dengan sadar dan
tertib. Hal itu merupakan suatu kenyataan bahwa rakyat dengan sadr berjuang
mempertahankan kemerdekaan yang makin lama makin kuat dengan suatu tekad
“Merdeka atau Mati”. Rapat raksasa di lapangan Ikada hanya berlangsung
beberapa menit, tetapi berhasil mempertenukan rakyat dengan pemerintah
Republik Indonesia.
11
Negara Indonesia resmi berdiri setelah diproklamasikan pada tanggal 17
Agustus 1945. Pemerintah republic Indonesia juga sudah mulai terbentuk
setelah terpilih presiden beserta wakil presiden dan memiliki konstitusi UUD
1945 pada tanggal 18 Agustus 1945 yang ditetapkan pada siding PPKI. Pada
siding itu dihadiri utusan dari berbagai daerah. Para utusan daerah tersebut ikut
menyaksikan berdirinya negara republic Indonesia. Ketika para utusan itu
kembali ke daerahnya, mereka menyampaikan kabar mengenai kemerdekaan
Indonesia. Para utusan itu mengajak seluruh rakyat untuk terus berjuang
mengusir penjajah dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia di daerahnya
masing-masing. Selain itu juga mengimbau seluruh rakyat di daerahnya untuk
mengakui dan mendukung berdirinya pemerintahan RI agar tetap tegak dari
ancaman penjajah yang akan kembali menanamkan kekuasaannya.
Para utusan itu antara lain :
 Teuku Muhammad Hasan (Utusan dari Sumatera)
 Sutarjo Kartohadikusumo (Utusan Jawa Barat)
 R.M. Surjo (Utusan Jawa Timur)
 R. Panji Suroso (Utusan Jawa Tengah)
 Mr. I Gusti Ketut Pudja (Utusan Sunda Kecil/Nusa Tenggara)
 Mr. Latuharhary (Utusan Maluku)
 Dr. G.S.S.J. (Utusan Sulawesi)
 A.A. Hamidan (Utusan Kalimantan)
b. Pernyataan Sri Sultan Hamengku Buwono IX
Kami Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Sultan Ngayogyakarto Hadiningrat
menyatakan:

1) Bahwa negeri Ngayogyakarto Hadiningrat yang bersifat kerajaan adalah Daerah


Istimewa dari Negara Republik Indonesia;

2) Bahwa kami sebagai kepala daerah memegang kekuasaan dalam negeri Ngayogyakarto
Hadiningrat dan oleh karena itu, berhubung dengan keadaan pada dewasa ini segala
urusan pemerintahan dalam negeri Ngayogyakarto Hadiningrat mulai saat ini berada
di tangan kami dan kekuasaan-kekuasaan lain kami pegang seluruhnya;

3) Bahwa hubungan antara negeri Ngayogyakarto Hadiningrat dengan pemerintah pusat


negara republic Indonesia bersifat langsung dan kami bertanggung jawab atas negeri
kami langsung kepada Presiden Republik Indonesia.

Kami memerintahkan supaya segenap penduduk dalam negeri Ngayogyakarto


Hadiningrat mengindahkan amanat kami ini.

Ngayogyakarto Hadiningrat, 28 Puasa Ehe, 1876 (1 September 1945).

Hamengku Buwono IX
12
BAB 2
TERBENTUKNYA PEMERINTAHAN DAN NEGARA KESATUAN
REPUBLIK INDONESIA

A. SIDANG PPKI
Dalam sidang pertama PPKI seorang tokoh yang bernama Otto Iskandardinata
mengusulkan bahwa pemilihan presiden dan wakil presiden dilakukan secara aklamasi.
Cara tersebut diusulkan Otto Iskandardinata dengan mengusulkan nama calon presiden
dan nama calon wakil presiden, yaitu Soekarno dan Moh. Hatta. Agar negara Republik
Indonesia yang baru lahir dapat berjalan terus, maka perlu disusun tata kehidupan
kenegaraan. Tugas tersebut dipikul oleh PPKI. Berikut terbentuknya pemerintahan dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

1. Penyusunan Landasan dan Lembaga Pemerintahan


Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) mengadakan sidang yang pertama di Gedung Chuo Sangi In di Jalan Pejambon,
Jakarta. Sebelum rapat pleno dimulai, Soekarno-Hatta meminta kesediaan Ki Bagus
Hadikusumo, K.H. Wahid Hasyim, Mr. Kasman Singodimejo, dan Mr. Teuku Moh.
Hassan untuk membahas masalah rancangan pembukaan undang-undang dasar.
Masalah tersebut mengenai kalimat “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya.: Kalimat tersebut bagi agama lain merasa keberatan.
Keberatan pemeluk agama lain adalah kata tersebut dapat membahayakan persatuan
negara Republik Indonesia yang baru lahir.
Sidang pertama PPKI dipimpin oleh Soekarno dengan dua puluh delapan
anggota. Ir. Soekarno membuka sidang pertama PPKI pada pukul 11.30 WIB dengan
pidato singkat. Dalam pidato ini, Soekarno menekankan agar para anggota PPKI
menyadari kepentingan bangsa dan negara serta melupakan hal-hal kecil yang tidak
perlu. Dalam sidang PPKI ini menghasilkan keputusan yang penting bagi pemerintahan
negara Republik Indonesia yang baru berdiri. Hasil keputusan tersebut antara lain
sebagai berikut :

13
a. Mengesahkan rancangan undang-undang dasar negara yang dibahas dalam sidang
BPUPKI emnjadi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Selanjutnya,
undang-undang dasar itu lebih dikenal dengan istilah Undang-Undang Dasar 1945
(UUD 1945).
Dengan demikian, sehari setelah proklamasi kemerdekaan, bangsa Indonesia telah
memiliki landasan negara yang merupakan landasan bagi jalannya pemerintahan.
Dalam BErita Republik Indonesia Tahun ke-2 Momor 7 Tahun 1946 halaman 45-
48 diumumkan pengesahan UUD 1945. Berikut sistematika UUD 1945 yang telah
disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945.
1) Pembukaan (mukadimah) yang meliputi empat alinea.
2) Batang tubuh UUD yang merupakan isi dan terdiri dari 16 bab, 37 pasal, 4 pasal
aturan peralihan, dan 2 ayat aturan tambahan.
3) Penjelasan UUD yang terdiri dari penjelasan umum dan penjelasan pasal demi
pasal.
b. Memilih serta mengangkat presiden dan wakil presidensebagai pelaksana
pemerintahan yang sah dari negara Republik Indonesia yang baru. Memilih dan
menetapkan Soekarno sebagai presiden dan Moh. Hatta sebagai wakil presiden.
Pemilihan presiden dan wakil presiden dilakukan secara aklamasi. Cara tersebut
diusulkan oleh Otto Iskandardinata dengan mengusulkan nama calon presiden dan
wakil presiden, yaitu Soekarno dan Mohammad Hatta dan ternyata usul tersebut
diterima oleh para peserta sidang PPKI. Pengangkatan presiden dan wakil presiden
Republik Indonesia diiringi dengan lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan oleh
peserta sidang secara spontan.
c. Membentuk Komite Nasional Indonesia sebagai lembaga yang membantu presiden
dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebelum terbentuknya Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) melalui pemilu.
Sidang pertama PPKI tanggal 18 agustus 1945 berjalan dengan lancer dan
berhasil membentuk serta mengesahkan UUD 1945, memilih serta mengangkat
presiden dan wakil presiden, serta membentuk KNI. Berarti sejak tanggal 18
Agustus 1945, tepatnya sehari setelah Indonesia merdeka, negara republic Indonesia
telah memiliki system pemerintahan yang sah dan diakui oleh seluruh rakyat
Indonesia.

14
2. Pembentukan Departemen dan Pemerintahan Daerah
Pada tanggal 19 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB di Gedung Chuo Sangi In, PPKI
mengadakan sidang kedua. Hasil sidang kedua PPKI adalah sebagai berikut:
a. Menetapkan dua belas kementrian yang membantu tugas presiden dalam
pemerintahan.
b. Membagi wilayah Republik Indonesia menjadi delapan provinsi.
Sebelum rapat pleno, Presiden Soekarno menugaskan panitia kecil untuk
membahas susunan kementrian. Ketua panitia kecil adalah Ahmad Subarjo dengan
anggotanya Sutarjo Kartohardikusumo dan Kasman Singodimejo. Rapat pleno ini
membahas penyusunan dua belas menteri yang memimpin departemen.
Mengenai pembagian wilayah Republik Indonesia, Presiden Soekarno
menugaskan panitia kecil untuk membahas pembagian wilayah negara. Panitia kecil ini
terdiri dari Otto Iskandardinata (Ketua), Ahmad Subarjo, sayuti Melik, Iwa Kusuma
Sumantri, Wiranata Kusumah, Dr. Amir, A.A. Hamidhan, Dr. Ratulangie, dan Mr. I
Gusti Ktut Puja. Dalam rapat ini ditetapkan pembagian delapan provinsi beserta
gubernur yang menjabatnya. Berikut pembagian wilayah Republik Indonesia :
a. Provinsi Sumatera dipimpin oleh Mr. Teuku Muhammad Hassan.
b. Provinsi Jawa Barat dipimpin oleh Sutarjo Kartohadikusumo.
c. Provinsi Jawa Tengah dipimpin oleh R. Panji Suroso
d. Provinsi Jawa Timur dipimpin oleh R.A. Surya.
e. Provinsi Sunda Kecil dipimpin oleh Mr. I Gusti Ktut Puja.
f. Provinsi Maluku dipimpin oleh Mr. J. Latuharhary.
g. Provinsi Sulawesi dipimpin oleh Dr. G.S.S.J. Ratulangie.
h. Provinsi Kalimantan dipimpin oleh Ir. Pangeran Mohammad Noor.
Sebagai realisasi dari pembentukan kementrian dan pembagian wilayah
Republik Indonesia , pada tanggal 2 September 1945 dibentuk susunan Kabinet
Republik Indonesia yang pertama. Susunan cabinet tersebut terdiri dari dua belas
menteri ditambah dengan empat menteri Agama.
Berikut dua belas menteri yang memimpin departemen dan empat Menteri
negara :
a. Menteri Dalam Negeri : R.A.A. Wiranata Kusumah.
b. Menteri Luar Negeri : Mr. Ahmad Subarjo.
c. Menteri Kehakiman : Prof. Dr. Supomo, S.H.
d. Menteri Kemakmuran : Ir. Surakhman Cokroadisuryo
15
e. Menteri Keuangan : Mr. A.A. Maramis
f. Menteri Kesehatan : dr. Buntaran Martoatmojo
g. Menteri Pengajaran : Ki Hajar Dewantara
h. Menteri Sosial : Mr. Iwa Kusuma Sumantri
i. Menteri Penerangan : Mr. Amir Syarifuddin
j. Menteri Perhubungan a.i. : Abikusno Cokrosuyono
k. Menteri Keamanan Rakyat : Supriyadi
l. Menteri Pekerjaan Umum : Abikusno Cokrosuyoso
m. Menteri Negara : Wahid Hasyim
n. Menteri Negara : Dr. M. Amir
o. Menteri Negara : Mr. R.M. Sartono
p. Menteri Negara : R. Otto Iskandardinata
Selain itu, dilantik pula para pejabat tinggi negara. Para pejabat tinggi negara
tersebut sebagai berikut:
a. Ketua Mahkamah Agung : Dr. Kusumah Atmaja
b. Jaksa Agung : Gatot Tarunamiharja
c. Sekretaris Negara : A.G. Pringgodigdo
d. Juru Bicara Negara : Sukarjo Wiryopranoto

3. Pembentukan Badan-Badan Negara


Di Jalan Gambir Selatan (sekarang Merdeka Selatan) Nomor 10 pada malam
hari tanggal 19 Agustus 1945 beberapa tokoh, seperti Presiden Soekarno, Wakil
Presiden Moh. Hatta, Mr. Sartono, Suwiyo, Otto Iskandardinata, Sukardjo
Wirjopranoto, dr. Buntaran, Mr. A.G. Pringgodigdo, Sutardjo Kartohadikusumo, dan
dr. Tajuluddin berkumpul untuk membahas siapa saja yang akan diangkat sebagai
anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Sidang PPKI tanggal 22 Agustus 1945 memutuskan mengenai pembentukan
Komite Nasional seluruh Indonesia dengan pusatnya di Jakarta. Komite Nasional
dibentuk sebagai penjelmaan tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia untuk
menyelenggarakan kemerdekaan Indonesia yang berdasarkan kedaulatan rakyat.
Anggota KNIP diresmikan pada tanggal 29 Agustus 1945. Adapun pelantikan
tersebut di Gedung Kesenian Pasar Baru, Jakarta. Tokoh yang menjadi ketua KNIP
adalah Mr. Kasman Singodimejo dengan beberapa wakil yaitu Sutardjo
Kartohadikusumo, Mr. J. Latuharhary, dana dam Malik.
16
Pada tanggal 16 Oktober 1945 diselenggarakan sidang KNIP di Gedung Balai
Muslimin Indonesia, Jakarta. Pemimpin sidang adalah Kasman Singodimejo. Dalam
sidang diusulkan kepad presiden agar KNIP diberi hak legislative selama DPR dan MPR
belum terbentuk. Hal tersebut dirasa penting karena dalam rangka menegakan
kewibawaan kehidupan kenegaraan. Syarir dan Amir Syarifuddin mengusulkan adanya
BPKNIP (Badan Pekerja KNIP) untuk menghadapi suasan genting. BPKNIP tersebut
akan mengerjakan tugas-tugas operasional dari KNIP.
Berdasarkan usul-usul dalam sidang tersebut, wakil presidn selaku wakil
pemerintah mengeluarkan maklumat yang lazim disebut dengan Maklumat Wakil
Presiden Nomor X. Dengan adanya Maklumat Wakil Presiden Nomor X, untuk
sementara Indonesia sudah memiliki badan negara yang memiliki kekuasaan legislative.
KNIP yang semula sebagai pembantu presiden dan merupakan wadah pemusatan
kehendak rakyat serta pengobar semangat perebutan kekuasaan dari Jepang, setelah
dikeluarkan Maklumat Wakil Presiden Nomor X ini diharapkan berperan sebagai MPR
dan DPR, meskipun hanya bersifat sementara.
Untuk menjalankan kegiatannya telah dibentuk BPKNIP yang diketuai Sutan Syahrir.

4. Pembentukan Berbagai Partai Politik


Pada sidang PPKI tanggal 22 Agustus 1945 juga memutuskan adanya
pembentukan partai politik nasional yang kemudian terbentuk PNI. Partai PNI ini
diharapkan sebagai wadah persatuan pembinaan politik bagi rakyat Indonesia. BPKNIP
mengusulkan perlu dibentuknya partai-partai politik yang kemudian ditindaklanjuti oleh
wakil presiden dengan maklumat pada tanggal 3 November 1945. Maklumat politik tersebut
berisi sebagai berikut:
a. Pemerintah menghendaki adanya parta-partai politik, karena partai politik itu dapat
membuka jalan bagi semua aliran atau paham yang ada dalam masyarakat.
b. Pemerintah berharap supaya partai-partai politik itu telah tersusun sebelum
dilaksanakannya pemilihan anggota Badan Perwakilan Rakyat pada bulan Januari
1946.
Setelah dikeluarkan maklumat tersebut, berdirilah partai-partai politik. Berikut
partai-partai politik tersebut:
a. Masyumi berdiri pada tanggal 7 November 1945 dipimpin oleh dr. Sukiman
Wiryosanjoyo.

17
b. PKI (Partai Komunis Indonesia) berdiri tanggal 7 November 1945 dipimpin oleh
Mr. Moh. Yusuf. Sebenarnya oleh tokoh-tokoh komunis, PKI sudah didirikan
tanggal 21 Oktober 1945.
c. PBI (Partai Buruh Indonesia) berdiri tanggal 8 November 1945 dipimpin oleh
Nyono.
d. Partai Rakyat Jelata berdiri pada 8 November 1945 dipimpin oleh Sutan Dewanis.
e. Parkindo (Partai Kristen Indonesia) berdiri pada tanggal 10 November 1945
dipimpin oleh Dr. Prabowinoto.
f. PSI (Partai Sosialis Indonesia) berdiri pada tanggal 10 November 1945 dipimpin
oleh Amir syarifuddin.
g. PRS (Partai Rakyat Sosialis) berdiri pada tanggal 20 November 1945 dipimpin oleh
Sutan Syahrir.
h. PKRI (Partai Katolik republic Indonesia) berdiri pada tanggal 8 Desember 1945
dipimpin oleh I.J. Kasimo.
i. Permai (Persatuan Rakyat Marhaen Indonseia) berdiri pada tanggal 17 Desember
1945 dipimpin oleh J.B. Assa.
j. PNI (Partai Nasional Indonesia) berdiri pada tangga 29 Januari 1946. PNI
merupakan penggabungan dari Partai Rakyat Indonesia (PRI), Gerakan Republik
Indonesia, dan Serikat Rakyat Indonesia dipimpin oleh Sidik Joyosukarto.

5. Pembentukan Organisasi Ketentaraan


Pada rapat PPKI tanggal 19 Agustus 1945, diusulkan kepada presiden Republik
Indonesia untuk membentuk panitia kecil yang bertugas membahas pembentukan tentara
kebangsaan. Usulan tersebut kemudian ditindaklanjuti presiden dengan menugasi Abdul
Kadir, Kasman Singodimejo, dan Otto Iskandardinata untuk menyiapkan pembentukan
tentara kebangsaan.
Pada sidang PPKI tanggal 22 Agustus 1945 memutuskan pembentukan Badan
Keamanan Rakyat (BKR). Badan ini ditetapkan sebagai bagian dari Badan Penolong
Keluarga korban Perang (BPKKP). BPKKP ini merupakan induk organisasi yang dibentuk
dengan tujuan memelihara keselamatan masyarakat.
Presiden Soekarno mengumumkan pembentukan BKR pada tanggal 23 Agustus
1945. Tujuan pembentukan BKR adalah menghindari permusuhan dengan kekuatan-
kekuatan asing di Indonesia dan menjaga keamanan masing-masing daerah. Anggota BKR
adalah unsur-unsur dari Peta, heiho, Seinendan, keibodan, dan mantan anggota Koninklijk
18
Nederlands Indische Leger (KNIL) atau Tentara Kerajaan Hindia Belanda. Berdirinya BKR
ini ditindaklanjuti dengan pembentukan BKR pusat dan BKR daerah. Pemimpin BKR pusat
adalah Kaprawi (ketua umum), Sutalaksana (ketua I), dan Latief Hendraningrat (ketua II).
Adapun para pemimpin BKR daerah antar lain Aruji Kartowinata (Jawa Barat), Sudirman
(Jawa Tengah), dan drg. Mustofa (Jawa Timur).
Dengan tidak jadi dibentuknya tentara kebangsaan mengundang kekecewaan
para anggota BKR. BKR pusat pada bulan September 1945 mengadakan koordinasi dengan
para mantan perwira KNIL. Mereka menemui Amir Syarifuddin (Menteri Penerangan
merangkap Menteri Keamanan Rakyat) untuk mendesak presiden agar membentuk tentara
kebangsaan. Pada awalnya desakan ini ditolak oleh presiden dan wakil presiden. Namun,
setelah mengalami tindakan provokasi pasukan Sekutu dan Belanda yang mengancam
keamanan negara serta perkembangan situasi yang semakin membahayakan negara,
pemerintah menyadari perlunya dibentuk tentara kebangsaan. Pemerintah menugasi mantan
anggota KNIL Mayor Urip Sumoharjo untuk menyusun tentara kebangsaan. Pada tanggal 5
Oktober 1945, pemerintah mengeluarkan maklumat yang meresmikan berdirinya Tentara
Keamanan Rakyat (TKR).
Berdasarkan pada maklumat pemerintah tersebut, kemudian Urip Sumaharjo
membentuk MArkas Tertinggi TKR di Yogyakarta. Urip Sumoharjo menjabat sebagai
Kepala Staf Umum TKR dan sebagai Panglima TKR ditunjuk Supriyadi (tokoh pahlawan
Peta Blitar). Oleh karena Supriyadi tidak pernah menduduki jabatannya, dalam Konferensi
TKR yang diselenggarakan di Yogyakarta pada tanggal 12 November 1945 terpilih Kolonel
Sudirman (Komandan Divisi V/Banyumas). Sebulan kemudian Sudirman dilantik sebagai
Panglima Besar TKR dengan pangkat jenderal dan Urip Sumoharjo menjadi Kepala Staf
Umum TKR dengan pangkat letnan jenderal.
Tugas utama Panglima Besar TKR adalah meninjau kembali struktur organisasi,
struktur kerja, dan landasan perjuangan TKR supaya diadakan penyempurnaan lebih lanjut.
Setelah itu, diadakan rapat dengan para panglima divisi. Hasil rapat pimpinan itu pada
tanggal 1 Januari 1946 menyebabkan pemerintah mengubah nama Tentara Keamanan
Rakyat menjadi Tentara Keselamatan Rakyat, Kementrian Keamanan Rakyat menjadi
Kementrian Pertahanan.
Pada tanggal 26 Januari 1946, pemerintah mengeluarkan maklumat untuk mengganti nama
Tentara Keselamatan Rakyat menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI).
Presiden mengeluarkan dekret pada tanggal 5 Mei 1947 untuk membentuk
Panitia Pembentukan Organisasi Tentara nasional Indonesia dengan beranggotakan 21
19
orang. Panitia ini dipimpin oleh Presiden Soekarno. Pada tanggal 7 Juni 1947, keluar sebuah
penetapan presiden yang membentuk satu organisasi tentara bernama Tentara Nasional
Indonesia (TNI) sebagai penyempurnaan dari TRI.
Dalam penetapan ini, antara lain diputuskan bahwa mulai tanggal 3 Juni 1947
secara resmi Tentara Nasional Indonesia dengan segenap anggota angkatan perang yang ada
sebagai inti kekuatan. Selain itu , anggota lascar-laskar bersenjata, baik yang sudah
bergabung maupun yang belum bergabung dalam biro perjuangan dimasukan serentak ke
dalam Tentara Nasional Indonesia.

20
BAB 3
PROKLAMATOR DAN PERAN TOKOH PROKLAMASI
KEMERDEKAAN

A. PERAN TOKOH PROKLAMATOR


1. Ir. Soekarno
Ir. Soekarno lahir pada tanggal 6 Juni 1901 di Surabaya, Jawa Timur. Ir.
Soekarno lahir dari pasangan Raden Sukemi Sosrodiharjo dengan Ida Ayu Nyoman Rai.
Soekarno pertama kali bersekolah di sekolah rakyat (Volkschool), Standard School,
Europeesche Lagere School di Sidoarjo, Jawa Timur. Pada tahun 1915 Soekarno
melanjutkan ke HBS Surabayadan lima tahun kemudian melanjutkan ke THS di
Bandung. Pada tahun 1925 lulus dari perguruan tinggi dan menyandang gelar insinyur.
Pada waktu belajar di Surabaya, Soekarno banyak belajar tentang politik,
terutama dari politikus besa bernama Cokroaminoto. Dari sinilah rasa nasionalisme
dalam diri Soekarno makin menggelora. Soekarno mulai menulis di majalah Oetoesan
Hindia dengan nama samara Bima. Pada waktu kuliah di Bandung, Soekarno tinggal di
rumah Haji Sanusi. Di rumah Haji sanusi ini Soekaro prnah berinteraksi dengan tokoh
politik tiga serangkai dari organisasi Indistche Partij. Setelah lulus kuliah tahun 1925,
Soekarno mendirikan Algemene Studie Club di Bandung. Perkumpulan tersebut cikal
bakal berdirinya PNI. PNI didirikan Soekarno pada tanggal 4 Juli 1927.
Pada saat Jepang menduduki Indonesia, Jepang menyadari bahwa Soekarno
adalah tokoh penting sehingga Jepang mulai memanfaatkan Soekarno untuk menarik
perhatian penduduk Indonesia terhadap propaganda Jepang. Pada waktu Jepang mulai
terjepit dalam Perang Asia Timur Raya, Soekarno mulai aktif mempersiapkan
kemerdekaan. Soekarno pernah menjadi pemimpin Putera. Dalam keanggotaan
BPUPKI Soekarno menjadi ketua panitia Sembilan dan dalam PPKI menjadi ketuanya.
Dalam sidang PPKI, Soekarno terpilih menjadi presiden Republik Indonesia
pertama dan Mohammad Hatta sebagai wakilnya. Dengan didampingi moh. Hatta,
Soekarno membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Ir. Soekarno meninggal dunia pada tanggal 21 Juni 1970 di Jakarta dan
jenazahnya dimakamkan di Blitar, Jawa Timur. Sebagai wujud rasa terima kasih bangsa
dan negara atas jasa-jasa Soekarno, pemerintah menganugerahkan gelar kepada Ir.
Soekarno sebagai Pahlawan Proklamasi.

21
Sebagai tokoh pada masa perjuangan hingga masa kemerdekaan, Bung Karno
menjadi panutan bagi para pejuang kemerdekaan yang lain. Berikut beberapa peran
Bung Karno dalam proklamasi kemerdekaan:
1) Menyusun konsep teks proklamasi di rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda
bersama Bung Hatta dan Ahmad Subarjo.
2) Menandatangani teks proklamasi atas nama bangsa Indonesia dan Bung Hatta.
3) Membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di kediamannya di Jalan
Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta.

2. Drs. Mohammad Hatta


Mohammad Hatta lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat pada tanggal 12 Agustus
1902. Nama asli Mohammad Hatta adalah Mohammad Athar. Moh. Athar adalah putera
dari Haji Muhammad Djamil. Pendidikan Moh. Hatta dimulai dari sekolah dasar
Belanda (ELS) di Bukittinggi, kemudian melanjutkan ke Meer Lager Onderwijs
(MULO) di Padang. Setelah tamat MULO, Moh. Hatta berangkat ke Jakarta untuk
melanjutkan pendidikannya di Prins Hendrik School (Sekolah Dagang Menengah).
Pada tahun 1921, Moh. Hatta mendapat beasiswa untuk belajar di Handels Hoge School
(Sekolah Tinggi Dagang) di Rotterdam, Belanda dan lulus tahun 1932.
Pada waktu di Padang, Moh. Hattamulai aktif dalam organisasi kepemudaan dan
bergabung dengan Jong Sumatranen Bond. Pada waktu di Belanda, Moh. Hatta
bergabung dalam Perhimpunan Hindia (Indische Vereeniging), yaitu perkumpulan para
pelajar Indonesia yang ada di negeri Belanda. Pada tahun 1927, Moh. Hatta aktif dalam
liga menentang imperealisme dan kolonialisme. Dalam kongres internasional yang
diadakan oleh organisasi tersebut, Moh. Hatta sering menyuarakan perjuangan bangsa
Indonesia dalam melawan kolonialisme Belanda.
Pada masa pendudukan Jepang, Moh. Hatta bersama tokoh lain memimpin
Putera. Menjelang masa kemerdekaan ditunjuk sebagai wakil Soekarno dalam PPKI.
Bersama Ir. Soekarno termasuk salah satu tokoh kunci dalam proses perumusan teks
proklamasi dan pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Pada sidang
PPKI tanggal 18 Agustus 1945 ditunjuk sebagai wakil presiden Republik Indonesia.
Selain itu, Moh. Hatta juga pernah menjabat perdana menteri pertama Republik
Indonesia merangkap Menteri Pertahanan. Pada waktu pemerintahan Republik
Indonesia berbentuk RIS, Moh. Hatta juga diangkat sebagai perdana menteri. Pada

22
waktu RIS kembali menjadi NKRI pada tahun 1950, Drs. Moh. Hatta juga kembali
dipercaya sebagai wakil presiden mendampingi Presiden Soekarno.
Pada tanggal 1 Desember 1956, Moh. Hatta tiba-tiba mengundurkan diri dari
jabatannya sebagai wakil presiden. Walaupun tidak aktif di pemerintahan, Moh. Hatta
tetap berjuang untuk rakyat. Dalam bidang ekonomi, MOh. Hatta banyak mengeluarkan
ide-ide tentang perkoperasian Indonesia. Berkat jasanya dalam perkoperasian
Indonesia, Moh. Hatta memperoleh sebutan sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Moh.
Hatta meninggal pada tanggal 14 Maret 1980 dan dimakamkan di tempat pemakaman
umum(TPU) Tanah Kusir Jakarta. Sampai akhir hayatnya, Moh. Hatta dikenal sebagai
tokoh besar yang sederhana, jujur, bersih, dan bermoral sehingga namanya tetap harum
dikenang masyarakat. Atas jasa-jasanya tersebut, pemerintah Republik Indonesia
menganugerahi gelar sebagai Pahlawan Proklamasi. Peran Bung Hatta dalam
proklamasi kemerdekaan sangat penting. Berikut beberapa peran Bung Hatta dalam
proklamasi kemerdekaan:
1) Menyusun konsep teks proklamasi di rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda
bersama Bung Karno dan Ahmad Subarjo.
2) Menandatangani teks proklamasi atas nama bangsa Indonesia bersama Bung karno.

B. PERAN PARA TOKOH SEKITAR PROKLAMASI KEMRDEKAAN


1. Ahmad Subarjo
Ahmad Subarjo lahir di Karawang, Jawa Barat pada tanggal 23 Maret 1896.
Ahmad aSubarjo merupakan tokohpejuang kemerdekaan Indonesia, diplomat, dan
seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ahmad Subarjo adalah Menteri Luar Negeri
Indonesia yang pertama dan memiliki gelar Maester in de Rechten yang diperoleh di
Universitas Leiden Belanda pada tahun 1933.
Pada waktu menjadi mahasiswa, Ahmad Subarjo aktif dalam memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia melalui beberapa organisasi, seperti Jong Java dan persatuan
mahasiswa di Belanda. Pada waktu pendudukan Jepang, Ahmad Subarjo dipilih sebagai
anggota BPUPKI yang diangkat oleh gunseikanbu berkat pengalamannya bekerja untuk
Laksamana Muda Maeda.
Menjelang proklamasi kemerdekaan, peran Ahmad Subarjo sangat besar dalam
terlaksananya proklamasi. Ahmad Subarjo berperan dalam membawa Soekarno dan
Hatta kembali ke Jakarta setelah mereka diculik oleh para pemuda ke rengasdengklok.
Ahmad Subarjo berhasil membujuk para pemuda untuk membawa kembali Soekarno-
23
Hatta ke Jakarta dan meyakinkan mereka untuk segera memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Ahmad Subarjo berhasil membujuk Laksamana Muda Maeda
agar rumahnya dapat digunakan untuk menyusun naskah proklamasi. Dipilihnya rumah
Laksamana Muda Maeda karena jabatannya sehingga pihak Angkatan Darat Jepang
tidak dapat masuk ke dalam rumah Laksmana Muda Maeda, dan juga untuk menjaga
keselamatan Soekarno-Hatta. Ahmad Subarjo menjadi salah satu tokoh penting yang
terlibat langsung dalam penyusunan naskah proklamasi. Pada tanggal 17 Agustus 1945
pukul 10.00 WIB saat Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
di jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta, Ahmad Subarjo juga turut serta dalam
peristiwa tersebut.
Setelah Indonesia merdeka, Ahmad Subarjo ditunjuk oleh Presiden Soekarno
sebagai Menteri Luar Negeri yang pertama pada Kabinet Presidensial. Ahmad Subarjo
meninggal dalam usia 82 tahun di Rumah Sakit Pertamina dan dimakamkan di
Cipayung, Bogor. Pemerintah mengangkat Ahmad Subarjo sebagai Pahlawan Nasional
pada tahun 2009.
2. Sukarni Kartodiwiryo
Sukarni Kartodowiryo adalah seorang pemuda gagah berani. Ia merupakan salah
seorang pimpinan gerakan pemuda di masa proklamasi.
Tokoh ini dilahirkan di Blitar pada tanggal 14 Juli 1916 dan meninggal pada tanggal 4
Mei 1971. Sejak muda, ia sudah aktif dalam pergerakan politik. Semasa pendudukan
Jepang, ia bekerja pada kantor berita Domei. Kemudian ia aktif di dalam gerakan
pemuda. Bahkan ia menjadi pemimpin gerakan pemuda yang berpusat di Asrama
Pemuda Angkatan Baru di Menteng Raya 31 Jakarta.
Sukarni merupakan pelopor penculikan Soekarno dan Moh. Hatta ke
Rengasdengklok. Ia juga yang mengusulkan agar teks proklamasi ditandatangani oleh
Soekarno dan Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Ia juga memimpin pertemuan
untuk membahas strategi penyebarluasan teks proklamasi dan berita tentang
proklamasi.
3. Sayuti Melik
Sayuti Melik merupakan tokoh pemuda yang berperan dalam proklamasi
kemerdekaan. Peran Sayuti Melik dalam proklamasi kemerdekaan adalah mengetik
naskah proklamasi setelah disempurnakan dari tulisan tangan Bung karno.

24
4. S. Suhud
S. Suhud adalah pemuda yang ditugasi mencari tiang bendera dan
mengusahakan bendera Merah Putih yang akan dikibarkan. Oleh karena gugup dan
tegang, tiang yang digunakan adalahsebatang bamboo, padahal tidak terlalu jauh dari
rumah Soekarno ada tiang bendera dari besi. S. Suhud bersama Latief Hendradiningrat
adalah pengibar bendera Merah Putih di halam rumah Soekarno pada saat Proklamasi
17 agustus 1945.
5. Suwiryo
Suwiryo adalah walikota Jakarta Raya waktu itu dan secara tidak langsung
menjadi ketua penyelenggara upacara Proklamasi Kemerdekaan. Oleh karena itu, ia
sangat sibuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam upacara tersebut,
termasuk pengadaan mikrofon dan pengeras suara.
6. Muwardi
Muwardi lahir pada tanggal 30 Januari 1907 di pati, Jawa Tengah. Muwardi
adalah dokter spesialis THT lulusan STOVIA. Muwardi merupakan putra ketujuh dari
sebelas bersaudara putra-putri keluarga M. Sastrowardoyo. Pendidikannya diawali di
Sekolah Dasar Bumiputra. Oleh karena kepandaiannya, kemudian dipindahkan ke HIS
(merupakan sekolah dasar berpengantar bahasa Belanda). Setamat dari HIS, ia
melanjutkan sekolah di ELS. Setamat ELS Muwardi melanjutkan studinya ke Sekolah
Dokter Jawa (STOVIA) di Jakarta dan berhasil lulus serta resmi menjadi dokter pada
tanggal 1 Desember 1933.
Pada masa pendudukan jepang, Muwardi masuk ke salah satu organisasi bentukan
Jepang (karena semua organisasi dibubarkan Jepang). Muwardi masuk dalam organisasi
Barisan Pelopor dan bahkan Muwardi diangkat sebagai komandan untuk tingkat Jakarta
dan sekitarnya. Menjelang proklamasi, Muwardi diangkat menjadi pemimpin Barisan
Pelopor untuk seluruh Jawa. Sebagai komandan Barisan Pelopor, Muwardi pernah
berjasa dalam pengamanan terhadap lapangan Ikada, sehari menjelang dilaksanakannya
proklamasi. Pada saat itu, Muwardi diberi tugasuntuk mengamankan lapangan Ikada
dari kerusuhan dan ancaman bala tentara Jepang karena menurut rencana tempat
tersebut akan digunakan sebagai tempat untuk pembacaan teks proklamasi
kemerdekaan. Oleh karena itu, dengan segala kemampuannya, ia berupaya
mengerahkan Barisan Pelopor seluruh jawa untuk mengamankan tempat tersebut dari
segala ancaman yang mungkin terjadi.

25
Atas semua perjuangannya yang sangat tulus pada bangsa dan negara, maka
pemerintah melalui presiden Republik Indonesia mengangkat almarhum Muwardi
sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional berdasarkan SK Presiden Nomor 190/Tahun
1964/Tanggal 4 agustus 1964.
7. Sutan Syahrir
Tokoh ini pada zaman pendudukan Jepangmemilih aktif dalam gerakan bawah
tanah bersama beberapa pemuda lain. Sutan Syahrir lahir di Padang Panjang, Sumatera
Barat, pada tanggal 5 Maret 1909. Setelah lulus di HIS (SD sekarang), ia melanjutkan
ke MULO (SMP) di Medan. Kemudian ia melanjutkan studi di AMS atau SMA
sekarang, di bagian A. di Bandung. Setelah itu, ia aktif dalam berbagai organisasi.
Bahkan ia ikut mendirikan Jong Indonesia. Di masa penjajahan Belanda, ia sudah
militant dalam pergerakan politik. Ia juga pernah ditangkap pada tahun 1934. Ia
dipenjarakan di Cipinang, kemudian bersama Drs. Moh. Hatta dibuang ke Digul,
kemudian dipindah ke Banda Neira, selanjutnya dipindah lagi Sukabumi, Jawa Barat.
Pada masa akhir pendudukan Jepang dan menjelang proklamasi termasuk pemuda
yang aktif untuk ikut mendesak Bung Hatta dan Bung karno agar segera memerdekakan
Indonesia, karena ia dapat mendengarkan radio bahwa Jepang telah menyerah. Setelah
merdeka, pada awal perjuangan mempertahankan kemerdekaan syarir diangkat sebagai
Perdana Menteri RI.
8. Frans Sumarto Mendur
Tokoh Frans Sumarto Mendur adalah tokoh wartawan yang ikut membantu
pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Ia telah mengabadikan berbagai
peristiwa penting di sekitar proklamasi. Ia bergabung dengan kawan-kawan dari
Indonesia Press Photo Senice atau Ipphos.
9. Syahruddin
Syahruddin adalah seorang wartawan Domei. Ia dengan berani memasuki
halaman gedung siaran RRI. Oleh karena gedung siaran dijaga oleh Jepang, maka
terpaksa melalui belakang, yaitu dengan memanjat tembok belakang gedung dari Jl.
Tanah Abang. Naskah proklamasi kemudian berhasil diserahkan kepada kepala bagian
siaran.
10. Wuz dan Yusuf Ronodipuro
Tokoh F. Wuz dan Yusuf Ronodipuroberperan penting dalam penyebarluasan
berita proklamasi. Kedua tokoh ini merupakan penyiar-penyiar yang cukup berani dan
tidak jarang mendapat ancaman dari pihak Kempetai.
26
11. Lambertus Nicodemus Palar
Lambertus Nicodemus Palar atau leih dikenal dengan L.N. Palar adalah seorang
diplomat ulung dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, khususnya melalui
diplomasi. Ia lahir di Tomohon, Sulawesi Utara pada tanggal 5 Juni 1900. Pendidikan
yang ditempuhnya adalah sekolah MULO di Tondano, kemudian melanjutkan sekolah
di Yogyakarta di AMS dan ITB, namun Palar tidak menyeleaikan kuliahnya di ITB. Ia
kemudian meneruskan sekolah di Amsterdam sambal bekerja.
Pada tahun 1947, L.N. Palardiminta oleh Preiden Soekarno untuk menjadi juru
bicara RI di PBB. Pada akhir tahun 1947 dibantu oleh Sudarpo, Soedjatmoko, dan
Sumitro, Palar membuka kantor perwakilan RI di New York. Sebelum pengakuan
kedaulatan RI 1949, status Palar saat itu adalah sebagai peninjau.
Kemudian pada tanuh 1950 setelah Indonesia mendapat kedaulatan penuh dan
Indonesia menjadi anggota PBB ke-60, Palar resmi menjadi perwakilan Ri dengan
status keanggotaan penuh.
12. Sumitro Djojohadikusumo
Begawan ekonomi Indonesia yang idealis ini selalu konsisten terhadap sikapnya
yang dianggap benar. Sumitro lahir di Kebumen, jawa Tengah 29 Mei 1917. Ayahnya
Margono adalah pendiri Bank BNI. Setelah menamatkan sekolahnya di Hogere Burger
School (HBS), ia langsung berangkat ke Belanda. Ia juga pernah belajar di Barcelona
dan Rotterdam untuk mempelajari ekonomi. Dalam tempo tiga bulan ia telah berhasil
meraih gelar Bachelor of Arts (BA). Ia juga pernah sekolah ekonomi di Universitas
Sorbonne, Paris. Di Paris Sumitro mulai masuk ke kelompok sosialis. Ia kemudian
belajar tentang konsisten pada prinsip hidup, pengabdian, perlawanan, dan keadilan
sosial.
Sumitro kemudian ke Belanda untuk mendapatkan gelar Master of Arts (MA).
Bersama-sama dengan L.N. Palar, Sumitro memperjuangkan RI melalui jalur
diplomasi.

27
DAFTAR PUSTAKA

28

Anda mungkin juga menyukai