Anda di halaman 1dari 2

SEJARAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK DI INDONESIA

Sejarah sektor publik di Indonesia berawal dari sejak orde lama di tahun 1959 dengan melakukan
nasionalisasi perusahaan asing menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Sejak itu pula banyak orang
Belanda yang meninggalakan Indonesia sehingga kehilangan tenaga ahli akuntan. Dengan sedikitnya
tenaga ahli akuntan akhirnya Indonesia mengubah model akuntansi ke model Amerika yang sebelumnya
memakai model Belanda.

Perubahan ini terjadi di semua sektor ekonomi terutama di lembaga pemerintah dan juga mengubah
sistem pembelajaran akuntansi di universitas menjadi model Amerika yang sebelmnya menggunakan
model Belanda. Perubahan secara keseluruhan terjadi pada tahun 1970 dimana semua lembaga diharuskan
mengadopsi sistem akuntansi model Amerika.

Namun perubahan model akuntansi ke Amerika pada masa orde lama sepertinya belum berjalan maksimal
terlihat dari BUMN tidak dikelola oleh manajer profesional dan lebih banyak praktik politisasi atau
banyaknya campur tangan pemerintah di dalamnya. Sehingga perushaan yang ada itu hanya dimanfaatkan
oleh birokrat. Dan hal ini masih berjalan sampai dengan masa orde baru, jadi BUMN yang ada belum bisa
menjalankan tujuan sektor publik dengan benar.

Lalu berlanjut ke tahun 1980 dimana ada bebrapa kelompok yang memiliki kepedulian terhadap
remofmasi ekonomi dan akuntansi. Kelompok tersebut bergerak untuk menciptakan ekonomi yang lebih
kompetitif dan lebih berorientasi pada pasar dengan pelaksanaan akuntansi yang baik pula. Gerakan
kelompok ini mendapat dukungan baik dari investor asing dan lembaga-lembaga internasional.

Pada tahun 1990 terjadi berbagai skandal menegnai pelaporan akuntansi sehingga hal ini bisa
mempengaruhi kepercayaan investor dalam berinvestasi. Karena berbagai skandal yang terjadi maka
munculah regulasi mengani pelaporan keuangan sehingga nantinya bisa membuat investor lebih percaya
dan bisa memberikan investasi jangka panjangnya ke pemerintah.

Berlanjut ke tahun 1997-1998 dimana Indonesia mengalami krisis ekonomi yang cukup parah dan
menuntut pemerintah untuk memperbaiki kualitas pelaporan keuangan dikarenakan juga oleh anjloknya
nilai rupiah. Dari kirisi ekonomi yang terjadi di tahun membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat
buruk. Krisis inipun juga berdampak pada kebangkrutan konglomerat, meningkatnya pengangguran,
matinya sistem perbankan sehingga membuat pemeritah mengambil tindakan untuk meminjam uang di
IMF. Peminjaman ke IMF ini tidak serta merta berhalan dengan lancar, pemerintah sebelumnya telah
bernegosiasi panjang dengan pihak IMF mengenai pinjaman ini. Hal ini dikarenakan buruknya praktik
akuntansi serta rendahnya kualitas keterbukaan informasi yang menyebabkan hilangnya kepercayaan
publik kepada perbankan nasional.

Pada tahun 1998 bank dan perusahaan menghadapi hutang yang berat di dalam maupun di luar negeri.
Oleh karena itu terjadi penurunan kegiatan industri bahkan sampai ada yang menutup perusahaannya.
Dengan begitu juga banyak pemutusan hubungan kerja yang menyebabkan banyaknya pengangguran di
Indonesia. Peningkatan pengangguran ini diiringi dengan naiknya laju infalsi sehingga menyebabkan
peningkatan besar jumlah penduduk miskin.

Karena berbai kiris yang terjadi, kepercayaan publik terhadap pemerintah saat itu menjadi berkurang,
ditambah lagi kurs rupiah yang tidak stabil membuat harga-harga kebutuhan dalam negeri meningkat
serta membuat produksi dalam negeri terhambar serta investasi pun juga terhambat. Dengan begitu
munculah tuntutan remormasi yang demrokratis di berbagai bidang. Hubungan keuangan antara
pemerintah pusat dengan daerah pun juga mengalami reformasi serta peningkatan sistem keuanagan
Indonesia menjadi lebih baik lagi.

Perubahan yang cukup signifikan dalam reformasi ini adalah dengan berlakunya otonomi bagi daerah
sehingga daerah bisa seluas-luasnya mengolah kekayaan daerahnya yang sebelumnya menjadi
kewenangan pemerintah pusat. Selain berlakunya otomoni daerah, dalam reformasi 1998 menuntut
pemerintah bebas dari KKN, dengan adanya reformasi ini dan berlakunya otonomi darah maka setiap
kepala daerah akan bertanggungjawab mengenai laporan keuangan daerahnya sendiri- sendiri. Karena hal
itu maka publik bisa menilai kepuasan mengenai kepemimpinan kepala daerah masing-masing. Pada
umumnya publik akan menilai kinerja kepala dareah dengan melihat laporan keuangan yang
akuntabilitasnya terjamin. Dengan begitu publik bisa meniai apakah kepala daerah bisa mengolah
kekayaan daerah dengan efektif dan efisien atau belum.

Seiring dengan perkembangan zaman, maka reformasi lebih dibangun kembali dengan memperkenalkan
teknologi baru, landasan hukum,kewajiban menggunakan sistem organisasi berbasis good govermance di
intansi pemeritah,serta berbagai hal yang sesuai dengan perkembangan zaman. Perubahan besar dalam
proses dan sistem pemerintah yaitu dengan adanya APBN dan APBD. APBN merupakan
pertanggungjawaban pemerintah tingkat pusat sedangkan APBM merupakan pertanggungjawaban
pemerintah di tingkat daerah.

Anda mungkin juga menyukai