Nim : 242221002
Kelas EA_2
Kode matakuliah 242220093
Jawab :
o Perkembangan akuntansi pada organisasi public di Indonesia
Salah satu bentuk penerapan teknik akuntansi sektor publik di Indonesia adalah di
organisasi BUMN dan di Pemerintahan. Di tahun 1959 pemerintahan orde lama mulai
melakukan kebijakan-kebijakan berupa nasionalisasi perusahaan asing yang
ditransformasi menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Nasionalisasi atas
perusahaan yang dimiliki Belanda dan pindahnya orang orang Belanda dari Indonesia
pada tahun tersebut menyebabkan
Kelangkaan akuntan dan tenaga ahli. Atas dasar nasionalisas1 dan kelangkaan
akuntan. Indonesia pada akhirnya berpaling ke praktik akuntansi model Amerika.
Namun demikian pada era ini praktik akuntansi model Amerika mampu berbaur
dengan akuntansi model Belanda, terutama yang terjadi di lembaga pemerintah.
Makin meningkatnya jumlah institusi pendidikan tinggi yang menawarkan
pendidikan akuntansi-seperti pembukaan jurusan akuntansi di beberapa Universitas
dan Institut di Indonesia dan mendorong pergantian praktik akuntans1 model Belanda
dengan model Amerika pada tahun 1960. Selanjutnya, pada tahun 1970 semua
lembaga harus mengadopsi sistem akuntansi model Amerika.
Tetapi Kebanyakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada masa Orde lama
karena tidak dikelola oleh manajer profesional dan terlalu banyaknya 'politisasi" atau
campur tangan pemerintah, mengakibatkan perusahaan tersebut hanya dijadikan 'sapi
perah' oleh para birokrat. Sehingga sejarah kehadirannya tidak memperlihatkan hail
yang baik dan tidak menggembirakan.
Kondisi ini terus berlangsung pada masa orde baru. Lebih bertolak belakang lagi
pada saat dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983 tentang fungsi
dari BUMN. Dengan memperhatikan beberapa fungsi tersebut, konsekuensi yang
harus ditanggung oleh BUMN sebagai perusahaan publik adalah menonjolkan
keberadaannya sebagai agent of development daripada sebagai business entity.
Terlepas dari itu semua, bahwa keberadaan praktik akuntansi sektor publik di
Indonesia dengan status hukum yang jelas telah ada sejak beberapa tahun bergulir dari
pemerintahan yang sah.
Pada pertengahan tahun 1980an, sekelompok tehnokrat muncul dan memiliki
kepedulian terhadap reformasi ekonomi dan akuntansi. Kelompok tersebut berusaha
untuk menciptakan ekonomi yang lebih kompetitif dan lebih berorientasi pada pasar-
dengan dukungan praktik akuntansi yang baik. Kebijakan kelompok tersebut
memperoleh dukungan yang kuat dari investor asing dan lembaga-lembaga
internasional.Pada awal tahun 1990an, tekanan untuk memperbaiki kualitas pelaporan
keuangan muncul seiring dengan terjadinya berbagai skandal pelaporan keuangan
yang dapat mempengaruhi kepercavaan dan perilaku investor. kualitas pelaporan
keuangan harus diperbaiki jika memang pemerintah menginginkan adanya
transformasi pasar modal menjadi model yang dapat memobilisasi aliran investasi
jangka panjang. Berbagai skandal tersebut telah mendorong pemerintah dan badan
berwenang untuk mengeluarkan kebijakan regulasi yang ketat berkaitan dengan
pelaporan keuangan.
Krisis ekonomi vang menghantam Indonesia vada tahun 1997 menghancurkan
sebagian sendi-sendi perekonomian di Indonesia. Jatuhnya nilai rupiah pada tahun
1997-1998 makin meningkatkan tekanan pada pemerintah untuk memperbaiki
kualitas pelaporan keuangan. Krisis ekonomi tersebut mengakibatkan pertumbuhan
ekonomi di Indonesia yang ternyata sangat rapuh menghadapi terjangan fluktuasi
perubahan mata uang rupiah terhadap mata uang asing vang berdambak negatif vada
produksi bahan makanan. vang vada gilirannva kita harus mengimpor beberapa jenis
bahan makanan dalam jumlah yang cukup besar. Kegiatan produksi tersendat-sendat
dan ekspor hasil industri manufaktur menghadapi berbagai hambatan, antara lain, oleh
karena kesulitan untuk mengimpor bahan baku dan suku cadang
Sambai awal 1998. kebangkrutan konglomarat. kolansnva sistem verbankan.
meningkatnya inflasi dan pengangguran memaksa pemerintah bekerja sama dengan
IMF dan melakukan negosiasi atas berbagaai paket penyelamat yang ditawarkan IMF.
Pada waktu ini, kesalahan secara tidak langsung diarahkan pada buruknya praktik
akuntansi dan rendahnya kualitas keterbukaan informasi dan menyebabkan hilangnya
kepercayaan publik kepada perbankan nasional.
Bank-bank dan perusahaan-perusahaan kita menghadapi masalah hutang yang
berat baik di dalam maupun di luar negeri. Banyak industri telah mengurangi
kegiatannya, bahkan ada yang telah menghentikannya. Oleh karena itu telah terjadi
pemutusan hubungan kerja yang pada gilirannya telah menyebabkan meningkatnya
jumlah pengangguran. Peningkatan jumlan pengangguran yang berlangsung
bersamaan dengan meningkatnva laiu inflasi telah mengakibatkan jumlah penduduk
miskin mengalami peningkatan yang sangat besar.
Sementara itu gejolak dalam kegiatan ekonomi dan anjloknya harga migas di satu
pihak dihadapkan dengan upaya untuk mengurangi dampak negatif terhadap
penduduk berpendapatan rendah di lain pihak pada gilirannya telah menyebabkan
meningkatnya defisit dalam APBN. Tingkat kepercayaan masyarakat yang mash
rendah, tercermin pada kurs Rupiah yang belum stabil, walaupun selama bulan
Agustus 1998 terlihat adanya kecenderungan makin menguatnya Rupiah,
berkonsekuensi terhadap peningkatan harga-harga serta terhambatnya kegiatan
produksi dan investasi di dalam negeri.
Sejalan dengan tuntutan reformasi dan demokratisasi di segala bidang, kebijakan
pemerintah di bidang hubungan keuangan pusat daerah juga mengalami reformasi,
dan secara bertahap akan terus disempurnakan sesuai dengan perkembangan zaman.
Arah reformasi hubungan keuangan Pusat dan Daerah adalah untuk meningkatkan
kinerja pengelolaan keuangan negara dan daerah serta meningkatkan akuntabilitas
publik. Reformasi dimaksud meliputi pengaturan dana perimbangan, pajak dan
retribusi daerah, pinjaman daerah, serta pengelolaan keuangan daerah.
Perubahan yang cukup signifikan sebagai dampak dari reformasi adalah
pemberian otonomi yang seluas-luasnya bagi daerah dalam menjalankan kewenangan
yang tadinya dipegang oleh pemerintah pusat. Otonomi daerah ini juga diikuti dengan
perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah sehingga daerah
memperoleh porsi yang lebih besar atas bagi hasil. Selanjutnya, perimbangan juga
dilakukan melalui dana alokasi umum dan dana alokas1 khusus. Salah satu dampak
dari otonomi daerah in adalah kuatnya tekanan pada sebagian daerah untuk
melakukan pemekaran wilayah, sehingga tumbuh provinsi maupun kabupaten baru.
Perubahan penting yang terjadi setelah reformasi pemerintahan di tahun 1998
adalah keinginan yang kuat yang diteriakkan oleh rakyat untuk pemerintahan yang
bersih dari praktik-praktik KKN. Pada era reformasi, masyarakat di sebagian besar
wilayah Indonesia, baik di propinsi, kota maupun kabupaten mulai membahas laporan
pertanggungjawaban kepala daerah masing-masing dengan lebih seksama. Beberapa
kali terjadi pernyataan ketidakpuasan atas kepemimpinan kepala daerah dalam
melakukan manajemen pelayanan publik maupun penggunaan anggaran belanja
daerah. Melihat pengalaman di negara-negara maju, ternyata dalam pelaksanaannya
keingintahuan masyarakat tentang akuntabilitas pemerintahan tidak dapat dipenuhi
hanya oleh informasi keuangan saja. Masyarakat ingin tahu lebih jauh apakah
pemerintah yang dipilihnya telah beroperasi dengan ekonomis, efisien dan efektif.
Sesuai dengan literatur good governance, perangkat hukum dan penegakkan
hukum adalah prasyarat terbangunnya suatu good governance. Dengan segala
hambatan dan keterbatasan yang kita miliki, semangat untuk membangun Indonesia
Baru dengan berbasiskan good governance mash terus hidup hampir di segenap
organisasi apakah itu organisas1 Pemerintah maupun organisas1 non Pemerintah
Dalam perspektif keuangan khususnya Institusi Pemerintah, reformasi sudah
mulai dibangun dengan dikeluarkannya beberapa landasan hukum, pengenalan
perangkat tehnologi untuk mempercepat proses organisasi, dan pengenalan serta
kewajiban untuk menerapkan sistim organisasi dengan berbasiskan good governance
kepada institusi Pemerintah. Perubahan total dalam proses dan struktur penganggaran
pemerintah yaitu APBN dan APBD serta Akuntansi merupakan 2 (dua) produk utama
untuk membangun sistim organisasi yang berbasiskan good governance. Namun
demikian, 2 (dua) produk reformasi keuangan ini akan tidak optimal jika tidak di
imbangi oleh kesiapan sumber daya manusianya untuk menerima dan menaimnlemen
tasikan nroduk reformas1 keuanean tersebut.
Disamping kesiapan dan kompetensi serta didukung oleh budaya organisasi yang
kondusif, faktor kualitas pelaporan organisasi juga harus mampu di bangun untuk
melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap sistim organisasi berbasiskan good
governance. Dengan sistim pelaporan yang efektif maka pengelolaan sumber daya
organisas1 Khususnya sumber daya ekonomi dapat dipertanggungjawabkan secara
adil dan terbuka.
Sebagaimana kita ketahui bahwa Pemerintah telah mengeluarkan Undang-
Undang No.22 thn 1999 tentang Pemerintahan Daerah dimana para Kepala Daerah
diharuskan untuk membuat sebuah laporan yang memuat bagaimana mereka
menyelenggarakan Pemerintahannya. Dengan kata lain para Eksekutif Daerah harus
membuat sebuah laporan untuk mempertanggungiawabkan kinerianya setiap tahun
dalam hal penyelenggaraan Pemerintahan.
Seiring dengan telah dikeluarkannya berbagai perangkat hukum dalam betapa
penting laporan pertanggungjawaban keuangan Pemerintah daerah maupun Lembaga
Pusat, sehingga Ikatan Akuntan Indonesia telah memberikan respon yang baik dengan
membentuk kompartemen baru yaitu Kompartemen Akuntansi Sektor Publik. Melalui
wadah kompartemen akuntansi sektor publik ini, perkembangan organisasi profesi
sektor public Khususnya akuntans1 sektor publik mulai menunjukkan titik terang dan
memberikan pedoman bagaimana sistim dan prosedur Akuntansi dan Keuangan
Pemerintahan bisa dibuat.
Negara Kesatuan Republik Indonesia telah melakukan sebuah Reformasi
Akuntansi sebagaimana dapat dilihat dimulai melalui Perangkat hukum yang jelas
yang diikuti oleh sebuah Standar Akuntansi Pemerintah sebagai acuan dasar
terbentuknya sebuah laporan keuangan yang memiliki prinsip-prinsip adil, terbuka,
dan dapat dipertanggungjawabkan kepada semua pihak.
Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia pada tahun 2001 memunculkan jenis
akuntabilitas baru, sesuai dengan UU Nomor 22 Tahun 1999 dan UU Nomor 25
Tahun 1999 Dalam hal ini terdapat tiga jenis pertanggungjawaban keuangan daerah
yaitu (1) pertanggungjawaban pembiayaan pelaksanaan dekonsentrasi, (2)
pertanggungjawaban pembiayaan pelaksanaan pembantuan, dan (3)
pertanggungjawaban anggaran pendapatan dan belania daerah (APBD).
Sementara di tingkat pemerintah pusat. pertanggungiawaban keuangan tetap
dalam bentuk pertanggungiawaban anggaran pendapatan dan belania negara (APBN).
Saat ini di Indonesia sedang dilakukan persiapan penyusunan suatu standar akuntansi
pemerintahan yang lebih baik serta pembicaraan yang intensif mengenai peran
akuntan publik dalam memeriksa Keuangan negara maupun Keuangan daerah
Namun tampak bahwa akuntabilitas pemerintahan di Indonesia mash bertokus
pada sisi pengelolaan keuangan negara atau daerah. Pembaharuan manajemen
keuangan daerah di era otonomi daerah ini, ditandai dengan perubahan yang sangat
mendasar, mulai dar system pengganggarannya, Keuangannya. Perbendaharaan
sambai KeDada bertanggungiawaban laporan
Dengan bergulirnya otonomi daerah, laporan pertanggungjawaban keuangan yang
harus dibuat oleh Kepala Daerah adalah berupa Laporan Perhitungan Anggaran, Nota
Perhitungan, Laporan Arus Kas dan Neraca Daerah. Kewajiban untuk menyampaikan
laporan keuangan daerah ini diberlakukan sejak 1 Januari 2001, tetapi hingga saat ini
pemerintah daerah masih belum memiliki standar akuntansi pemerintahan yang
menjadi acuan di dalam membangun sistem akuntansi keuangan daerahnya.
Kedua ienis laporan terakhir vaitu neraca daerah dan lavoran arus kas tidak
mungkin dapat dibuat tapa didasarkan pada suatu standar akuntansi yang berterima
umum di sektor pemerintahan. Standar akuntansi pemerintahan inilah yang selalu
menjadi pertanyaan bagi pemerintah daerah. karena bagaimana mungkin suatu
laporan neraca daerah dapat disusun tanpa didasarkan suatu standar akuntansi.
Pemerintah Daerah masih banyak yang ragu dalam menerapkan suatu sistem
akuntansi keuangan daerah karena ketiadaan standar, walaupun dalam penjelasan
pasal 35 PP 105/2000 disebutkan bahwa sepanjang standar dimaksud belum ada,
dapat digunakan standar yang berlaku saat ini. Lebih lanjut, dalam pasal-pasal lainnya
disebutkan bahwa kewenangan untuk menyusun sistem dan prosedur akuntansi
sepenuhnya merupakan kewenangan daerah.
Saat ini perubahan basis akuntansi sektor publik di Indonesia dari basis kas
menuju basis akrual dilakukan secara bertahap. Hal ini mengacu kepada praktik
akuntansi di berbagai negara yang sudah mengarah kepada akuntansi berbasis akrual.
o Fungsi
yaitu perencanaan, penganggaran, realisasi anggaran, pengadaan barang dan jasa,
pelaporan, audit, dan pertanggung jawaban publik.
Di Indonesia, standar akuntansi yang telah digunakan yaitu Standar Akuntansi
Keuangan (SAK), Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP), dan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).
Standar-standar tersebut merupakan acuan yang telah disepakati dan ditetapkan oleh
organisasi yang berkompetensi serta berwenang dalam bidang terkait.
o Peranan
a. Perencanaan Strategis
Pada tahap perencanaan strategis, manajer membuat perencanaan dan
alternatif-alternatif program untuk mendukung strategi organisasi agar berjalan
dengan efektif. Akuntansi manajemen memberikan peran dalam menyediakan
data dan informasi, seperti cost of activity dan cost program. Perencanaan dimulai
dari perencanaan strategis sampai pengendalian berupa task control.
c. Penilaian Investasi
Jika dibandingkan dengan sektor swasta, sektor publik memiliki karakteristik
yang lebih rumit, baik dalam hal kegiatan, peraturan, pengambilan kebijakan,
manajemen, dan termasuk diantaranya juga mengenai penilaian investasi. Untuk
melakukan penilaian, teknik yang digunakan dalam sektor publik dan swasta juga
berbeda. Hal ini karena tujuan organisasinya juga berbeda. Pada sektor swasta
tujuannya adalah mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya, sementara sektor
publik bertujuan untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Maka dari itu, Anda
dapat menggunakan analisis efektivitas biaya (cost effectiveness analysis).
d. Penganggaran (Budgeting)
Tiga fungsi anggaran yaitu stabilitas, distribusi, dan alokasi sumber daya publik.
Akuntansi manajemen sektor publik berperan memberikan fasilitas untuk
menciptakan anggaran yang efektif dan efisien dan tentu saja sesuai dengan tiga
fungsi anggaran. Peran akuntansi manajemen adalah menjadi alat untuk
melakukan pengalokasian dan pendistribusian sumber dana publik kepada
masyarakat secara tepat, adil, dan efisien.
f. Penilaian Kinerja
Akuntansi manajemen juga dapat digunakan untuk menilai kinerja. Seperti
mengukur seberapa besar tingkat efektivitas dan efisiensi organisasi dalam
mencapai tujuan yang sudah direncanakan. Dengan kata lain, akuntansi
manajemen dapat digunakan sebagai sistem pengendalian suatu organisasi.
3.Jelaskan Apa yang dimaksud dengan konsep "value for money " (VFM)? Jelaskan
bagaimana hubungan konsep "value for money "dengan manajemen organisasi publik
di Indonesia? Bagaimana inplementasi konsep VFM pada organisasi sektor publik
yang saudara pilih pada kasus no 2 tersebut?
Jawab :
a. Value for money adalah suatu konsep penilaian kinerja, khususnya dalam
organisasi sektor publik, yang dilakukan berdasarkan tingkat keberhasilan suatu
program kerja, dengan mengacu kepada tiga elemen utama yaitu ekonomi,
efisiensi dan efektivitas. Dengan adanya konsep value for money, akan
didapatkan berbagai informasi berupa indikator mengenai anggaran atau dana
yang dibelanjakan menghasilkan nilai tertentu bagi masyarakatnya. Selain
penilaian kinerja finansial, dalam konsep value for money terdapat pula penilaian
yang sifatnya non finansial, yaitu penilaian pada kualitas pelayanan dengan
memperhatikan kualitas yang konsisten, yang dapat memenuhi ekspektasi
pelanggan. Bisa pula diartikan bahwa value for money adalah sebuah rangkaian
indikator yang unsur-unsurnya merupakan satu kesatuan dari input, output,
dan outcome.Value for money menghendaki organisasi menjadi dapat memenuhi
prinsip ekonomi, efisiensi dan efektivitas tersebut secara bersama-sama.
Saling berhubungan karena memiliki tujuan dan manfaat yang sama yaitu
Meningkatkan efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang diberikan
tepat sasaran, Meningkatkan mutu pelayanan public, Menurunkan biaya pelayanan
publik karena hilangnya inefisiensi dan terjadinya penghematan dalam
penggunaan input, Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan
publik bukan golongan atau kelompok tertentu, dann Meningkatkan kesadaran
akan dana publik (public cost awareness) sebagai akar pelaksanaan akuntabilitas
public.
c. Implementasi analisis Value for Money diyakini dapat memperbaiki akuntabilitas
sektor publik dan memperbaiki kinerja sektor publik. Manfaat implementasi
konsep Value for Money pada organisasi sektor public.
Contoh konsep value for money pada program pelayanan kesehatan BPJS,
merupakan suatu program yang dibuat pemerintah untuk menjamin kebutuhan
kesehatan bagi masyarakat kurang/tidak mampu. BPJS ini sebenarnya bukan suatu
program baru. Program ini melanjutkan program terdahulunya yang semuanya
memiliki tujuan yang sama, untuk menjamin pembiayaan kesehatan masyarakat
yang kurang atau tidak mampu. Masalah yang seringkali ditemukan di lapangan
berkaitan dengan aktivitas program BPJS.
Masalah yang dihadapi pasien.
Sikap tenaga medis di rumah sakit yang di rasa membeda-bedakan
terhadap pemegang kartu BPJS, belum lagi masalah obat-obatan yang
kadang sering sekali habis, dan ada beberapa jenis obat yang di luar
ketetapan program BPJS sehingga pasien harus membayar sisa
kelebihannya.
Masalah yang dihadapi pihak rumah sakit.
Masalah dalam hal klaim anggaran dimana pemerintah terlambat
membayarkan klaim anggaran kesehatan.
Outcome
1. pelayanan rumah sakit terhadap pasien BPJS sering terkesan
kurangmemuaskan (menomer duakan).
2. Tidak semua rumah sakit memfasilitasi BPJS secara penuh.
3. Keterlambatan pembayaran klaim pada rumah sakit.
Equity : Perluasan program BPJS keseluruh indonesia agar seluruh
masyarakat tidak mampu/kurang mampu mendapatkan penjaminan
pelayanan kesehatan.
Equality : Pemeratan pada pendistribusian pembayaran klaim dana BPJS
pada seluruh jaringan rumah sakit yang berkerja sama.
Program BPJS bila dipandang dari sudut value for money terlihat belum
optimal terutama terlihat dari keterlambatan pembayaran klaim, padahal klaim
terhadap anggaran ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan pelayanan
rumah sakit terhadap pasien BPJS sering terkesan kurang memuaskan.
4.Bagaimana pendapat saudara terkait dengan pembebanan tarif produk/pelayanan publik
di Indonesia? Apabila saudara sebagai pihak yang mempunyai wewenang terkait hal
tersebut, langkah dan tindakan yang akan saudara lakukan untuk menjamin stabilitas
organisasi?
Jawab :
Pembebanan tarif produk atau layanan public di Indonesia sangat bermanfaat karena
digunakan sebagai salah satu sumber penerimaan pemerintah. Akan tetapi harusnya
pemerintah tidak boleh melakukan mengambil maksimal keuntungan dalam
pengenaan tarif tersebut, atau hanya memberikan tarifsesuai dengan harga bahan baku
yang di pakai dalam produk.
Jika pemerintah hendak membebankan biaya pelayanan kepada konsumen, maka
pemerintah harus memutuskan berapa biaya yang pantas dan wajar, atau dengan kata
lain berapa harga pelayanan yang akan ditetapkan. Ketika pelayanan tidak dinikmati
oleh semua orang, pembebanan langsung kepada mereka yang menerima jasa tersebut
dianggap “wajar” bila didasarkan prinsip bahwa yang tidak menikmati manfaat tidak
perlu membayar. Jadi pembebanan hanya dikenakan kepada mereka yang
diuntungkan dengan pelayanan tersebut.
langkah dan tindakan yang akan saudara lakukan untuk menjamin stabilitas organisasi
o Keterbukaan
Keterbukaan masalah baiya-biaya bahan prokok pengenaan tarif atau layaan
publik
Pelayanan publik bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak.
Semua informasi terkait dengan penanggungjawab/satuan kerja pelaksana
pepelayanan, prosedur/persyaratan pelayanan, rincian waktu dan biaya
penyelesaian serta hal-hal yang terkait dengan pelayanan publik wajib diinfor-
masikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat.
o Kesederhanaan
Pelayanan publik diselenggarakan dengan prosedur yang tidak berbelit-belit,
mudah dipahami, mudah dilaksanakan, cepat dan tepat.
o Kejelasan
Dalam pelaksanaan pelayanan publik harus membe-rikan kejelasan terkait
dengan tenggat waktu penyelesaian pelaksanaan pelayanan publik, rincian
biaya dan tata cara pembayaran, unit kerja yang berwenang dalam
penyelenggaraan layanan serta informasi persyaratan teknis dan administrasi.
o Keteraksesan
Tempat dan lokasi pelayanan mudah dijangkau, tersedianya sarana dan
prasarana kerja serta sarana pendukung lainnya yang memadahi. Selain itu
untuk mendukung layanan publik maka sampai pada ke-mudahan dalam
pemanfaatan system informasi dan tersedianya akses telekomunikasi.
o Keamanan
Proses dan produk pelayanan publik haruslah dapat memberikan rasa aman
dan kepastian hukum kepada penerima layanan.