Anda di halaman 1dari 6

Nama : Novangga Facli Tabian

Kelas : 2A Keuangan

NIM : 2242570045

Pengantar Keuangan Negara

Negara dan pemerintahan memiliki peran krusial dalam menjalankan fungsi-fungsi


pemerintahan untuk memastikan kesejahteraan masyarakat dan menjaga kepentingan
bersama. Sebagai organisasi publik, negara dan pemerintahan memiliki karakteristik, fungsi,
dan tanggung jawab yang unik dalam menyediakan layanan dan mengatur kehidupan
masyarakat.

Karakteristik Negara dan Pemerintahan sebagai Organisasi Publik

1. Tujuan Publik: Fokus pada pelayanan dan kesejahteraan masyarakat secara


keseluruhan.
2. Kepemilikan Publik: Dimiliki dan dikelola oleh masyarakat atau warga negara.
3. Pendanaan Publik: Sumber pendanaan utama dari pajak dan dana publik lainnya.
4. Keterbukaan dan Akuntabilitas: Beroperasi secara terbuka dan akuntabel kepada
masyarakat.
5. Regulasi dan Pengawasan: Merancang regulasi dan melakukan pengawasan untuk
mengatur kehidupan masyarakat.
6. Pelayanan Publik: Menyediakan layanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan
infrastruktur.
7. Representasi Politik: Diatur oleh pejabat yang dipilih atau ditunjuk oleh masyarakat
melalui proses politik.

Fungsi Negara dan Pemerintahan

1. Perlindungan dan Keamanan: Menjaga keamanan dalam negeri dan melindungi warga
negara dari ancaman eksternal dan internal.
2. Pendidikan dan Kesehatan: Menyediakan akses yang adil dan merata terhadap
pendidikan berkualitas dan layanan kesehatan.
3. Pembangunan Infrastruktur: Membangun dan memelihara infrastruktur seperti jalan,
jembatan, dan transportasi umum.
4. Pengaturan Ekonomi: Mengatur kegiatan ekonomi untuk memastikan distribusi
kekayaan yang adil dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
5. Pengaturan Lingkungan: Melindungi lingkungan alam dan mengatur pengelolaan
sumber daya alam secara berkelanjutan.

Implikasi Kebijakan Publik

1. Transparansi dan Akuntabilitas: Pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam


pengambilan keputusan dan penggunaan sumber daya publik.
2. Partisipasi Masyarakat: Mendukung partisipasi aktif masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan dan implementasi kebijakan publik.
3. Efisiensi dan Efektivitas: Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam penyediaan
layanan publik dan alokasi sumber daya.
4. Keadilan Sosial: Memastikan keadilan dalam distribusi layanan dan kesempatan,
terutama bagi kelompok rentan dan marginal.

Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan hal yang
kompleks dan memerlukan manajemen yang baik agar dapat berjalan dengan efektif dan
efisien. Beberapa problematika yang sering dihadapi dalam pengelolaan APBN antara
lain:

1. Penerimaan yang tidak mencukupi: Penerimaan negara yang tidak mencukupi dapat
menyebabkan defisit APBN dan mempengaruhi kebijakan fiskal pemerintah.

2. Belanja yang tidak efektif: Belanja yang tidak efektif dapat terjadi akibat kurangnya
pengawasan dan evaluasi terhadap program dan kegiatan yang dilaksanakan.

3. Keterlambatan dalam penganggaran: Keterlambatan dalam penganggaran dapat


menyebabkan keterlambatan dalam pelaksanaan program dan kegiatan yang
direncanakan.

4. Korupsi dan penyalahgunaan wewenang: Korupsi dan penyalahgunaan wewenang


dapat merugikan negara dan masyarakat serta menghambat pembangunan nasional.

5. Ketidaktransparan dalam pengelolaan APBN: Ketidaktransparan dalam pengelolaan


APBN dapat menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan
mempengaruhi stabilitas ekonomi negara.

6. Perubahan kebijakan yang tidak konsisten: Perubahan kebijakan yang tidak konsisten
dapat mempengaruhi pelaksanaan program dan kegiatan yang telah direncanakan
serta menimbulkan ketidakpastian bagi masyarakat dan investor.

Oleh karena itu, diperlukan manajemen yang baik dan transparan dalam pengelolaan
APBN agar dapat mencapai tujuan pembangunan nasional dengan efektif dan efisien.

Sistem Penerimaan dan Pengeluaran Negara tercantum pada konsep Keuangan Negara
yang diatur dalam Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Berdasarkan UUD 1945, diturunkan
peraturan perundangan-undangan yang menjelaskan lebih detail terkait Keuangan Negara.
Peraturan-peraturan tersebut adalah Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 yang mengatur
prinsip-prinsip umum pengelolaan Keuangan Negara (Hukum Tata Negara), Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004 yang mejelaskan kaidah administratif pengelolaan Keuangan Negara
(Hukum Administrasi Keuangan Negara), dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 yang
menerangkan prinsip-prinsip umum pemeriksaan Keuangan Negara.
Sumber dana yang mendominasi pendapatan negara adalah pendapatan pajak. Selain
pajak, terdapat penerimaan negara bukan pajak, dan pendapatan dari hibah. Alokasi anggaran
baik pendapatan maupun belanja dirumuskan Pemerintah bersama lembaga perwakilan rakyat
dalam suatu instrumen keuangan yaitu APBN. Pemerintah selaku manajemen dalam
organisasi publik yaitu negara merencanakan penerimaan pendapatan dan menganggarkan
belanja yang akan dilaksanakan untuk memakmurkan rakyat.

Problema pendapatan negara terutama pendapatan pajak selalu mewarnai persoalan


umum keuangan negara setiap tahunnya. Optimalisasi pendapatan dalam negeri menjadi
kunci dalam mendukung upaya pencapaian tujuan keuangan negara. Namun tidak hanya
optimalisasi dalam mendapatkan sumber utama pendanaan. Melainkan optimalisasi sesuai
value for money adalah kunci berikutnya untuk persoalan alokasi dan penggunaan dana.

Meskipun demikian, problematika penerimaan perpajakan tidak dapat berdiri sendiri,


melainkan ditopang pula oleh berbagai problematika lain seperti di bawah ini:

1. Problematika Regulasi atau Peraturan


Perpajakan menjadi salah satu sektor yang sangat banyak memiliki peraturan. Tercatat
telah mengalami revisi paket UU Perpajakan di tahun 2000, 2002, 2006 dan terakhir
2009. Revisi ini diberlakukan dalam rangka menyesuaikan perkembangan kondisi
perekonomian dan kondisi masyarakat. Namun tidak pula menyisakan problema.
Diantaranya sering terjadinya perubahan peraturan di bawahnya seperti Peraturan
Presiden, Peraturan Menteri Keuangan, atau Peraturan Direktur Jenderal yang
menyebabkan kebingungan dari para pengguna atau para wajib pajak. Terlebih lagi
perubahan-perubahan peraturan yang dilakukan tidak disertai dengan masa tenggat
waktu, atau sosialisasi yang cukup lambat. Hal-hal yang demikian menjadikan
ketidakpastian hukum yang dirasakan oleh para petugas pajak dan terutama tentunya
oleh para wajib pajak. Perubahan peraturan yang sangat dinamis akan mempengaruhi
aspek lainnya seperti administrasi dan pelayanan.

2. Problematika Administrasi dan Pelayanan


Direktorat Jenderal Pajak memiliki dualisme fungsi yang cukup dilematis. Selain
harus menjalankan fungsi penegakkan hukum (law enforcement), di sisi lain harus
menjalankan fungsi pelayanan melalui administrasi perpajakan. Dengan banyaknya
peraturan dan jenis pajak, implikasi terhadap sarana pelaporan seperti formulir,
prosedur, persyaratan dan sebagainya turut memberikan sumbangsih terhadap
rendahnya penerimaan pajak. Hampir tidak ada formulir perpajakan yang simpel atau
sederhana. Berbagai prosedur masih dirasakan belum taxpayer friendly. Belum
terintegrasinya secara sempurna basis data pajak dengan data kependudukan dan
perijinan usaha, menjadi salah satu hal yang menjadi penyebab rendahnya jumlah
wajib pajak terdaftar.

3. Problematika Kepatuhan Wajib Pajak


Hingga tahun 2015, Wajib Pajak (WP) yang terdaftar dalam sistem administrasi
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mencapai 30.044.103 WP, yang terdiri atas 2.472.632
WP Badan, 5.239.385 WP Orang Pribadi (OP) Non Karyawan, dan 22.332.086 WP
OP Karyawan. Hal ini cukup memprihatinkan mengingat menurut data Badan Pusat
Statistik (BPS), hingga tahun 2013, jumlah penduduk Indonesia yang bekerja
mencapai 93,72 juta orang. Artinya baru sekitar 29,4% dari total jumlah Orang
Pribadi Pekerja dan berpenghasilan di Indonesia yang mendaftarkan diri atau terdaftar
sebagai Wajib Pajak.

4. Problematika Organisasi dan Kelembagaan


Direktorat Jenderal Pajak sebagai institusi penghimpun pendapatan pajak memiliki
tugas dan tanggung jawab yang besar. Sayangnya tugas dan tanggung jawab yang
besar tersebut belum sepenuhnya didukung oleh organisasi dan tata kelembagaan
yang memadai. Hal tersebut dikarenakan DJP merupakan unit eselon I yang masih
berada di bawah naungan Kementerian Keuangan, dimana penerapan regulasi dan
kebijakan harus dengan persetujuan Menteri Keuangan. Bahkan dalam perekrutan
sumber daya manusia harus melewati prosedur dari Kementerian PAN-RB. Hingga
tahun 2015 tercatat terdapat 35000 pegawai di seluruh Indonesia untuk melayani 30
juta Wajib Pajak sementara jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 250 juta jiwa.
Problematika ini menyebabkan organisasi tidak fleksibel dalam merespon dinamika
perubahan iklim atau kondisi yang ada.

5. Problematika Sistem Perekonomian


Sistem perekonomian yang dijalankan di Indonesia dewasa ini adalah sistem ekonomi
campuran yang lebih condong kepada kekuatan pasar. Bahkan, beberapa pengamat
ekonomi secara tegas mengatakan bahwa sistem ekonomi neoliberalisme. Dalam
pandangan yang lebih ekstrim lagi, perekonomian Indonesia masih berada dalam
cengkeraman kolonialisme baru atau neokolonialisme.
sumber daya keuangan publik untuk pelayanan publik yang efektif dan efisien. Pengelolaan
keuangan pada organisasi publik merupakan hal krusial. Karena sektor publik tidak seperti
sektor swasta, sektor publik memiliki sentimen moral dan tanggung jawab untuk
menyediakan berbagai segmen ekonomi, termasuk bantuan bagi yang kurang mampu. Oleh
karena itu peran sektor publik menjadi signifikan

Jenis Organisasi Sektur Publik

1. Organisasi Instansi Pemerintah


Instansi yang melaksanakan kegiatan pemerintahan serta memiliki wewenang dan
tanggung jawab penggunaan anggaran
Contohnya Dinas Pendidikan dan kebudayaan, dinas kesehatan, rumah sakit umum
daerah, dll

2. Organisasi Nirlaba Milik Pemerintahan


Bagian organisasi sektor publik yang bentuknya bukan instansi pemerintah tetapi
dimiliki oleh pemerintah
Contohnya: Perguruan tinggi BHMN, rumah sakit milik pemerintahan seperti RSCM
dan RS daerah
3. Organisasi Nirlaba Milik Swasta
Bagian organisasi sektor publik yang dimiliki oleh pihak swasta
Contohnya: Yayasan Sampoerna Foundation, sekolah dan universitas swasta dan
rumah sakit milik swasta

Faktor Yang Mempengaruhin Organisasi Sektor Publik:


1. Faktor kultural
Faktor yang mempengaruhi nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang di lingkungan
masyarakat
2. Faktor ekonomi
Faktor yang memiliki hubungan permintaan dan penawaran dengan kemampuan
ekonomis suatu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dan keiinginan
3. Faktor gemografi:
Faktor yang terdapat dalam struktur penduduk dan perkembangannya

Daftar Pustaka
https://berkas.dpr.go.id/pa3kn/kamus/file/kamus-1.pdf

Dahl, Robert A. (2006). On Democracy. New Haven: Yale University Press.

Rosenbloom, David H., Kravchuk, Robert S., & Clerkin, Richard M. (2010). Public
Administration: Understanding Management, Politics, and Law in the Public Sector. New
York: McGraw-Hill.

Anda mungkin juga menyukai