Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah
ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
Kami sangat berharap makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Bedah Prostetikbagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya.. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam tugas ini terdapat kekurangan - kekurangan dan jauh dari apa yang kami
harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana
yang membangun.
Bedah preprostetik adalah bagian dari bedah mulut dan maksilofasial yang bertujuan
untuk membentuk jaringan keras dan jaringan lunak yang seoptimal mungkin sebagai dasar
dari suatu protesa. Meliputi teknik pencabutan sederhana dan persiapan mulut untuk
pembuatan protesa sampai dengan pencangkokan tulang dan implan alloplastik (Stephens,
1997). Tujuan utama dari operasi preprostetik adalah untuk mempersiapkan mulut untuk
menerima prostesa gigi dengan mendesain ulang dan menghaluskan tepi tulang.
Bedah preprostetik lebih ditujukan untuk modifikasi bedah pada tulang alveolar dan
jaringan sekitarnya untuk memudahkan pembuatan dental prothesa yang baik, nyaman dan
estetis. Ketika gigi geligi asli hilang, perubahan akan terjadi pada alveolus dan jaringan lunak
sekitarnya. Beberapa dari perubahan ini akan mengganggu kenyamanan pembuatan gigi
tiruan. Evaluasi intra oral jaringan lunak yang mendukung gigi tiruan secara sistematis dan
hati-hati sebaiknya dilakukan sebelum mencoba melakukan rehabilitasi pengunyahan dengan
geligi tiruan (Panchal et al, 2001).
Tujuan dari bedah preprostetik adalah untuk menyiapkan jaringan lunak dan jaringan keras
dari rahang untuk suatu protesa yang nyaman yang akan mengembalikan fungsi oral, bentuk
wajah dan estetis.
Berbagai macam teknik dapat digunakan, baik sendiri atau dikombinasi, untuk
mempertahankan dan memperbaiki daerah yang akan ditempati gigi tiruan. Secara umum ada
tiga golongan dari bedah preprostetik :
2. Vestibuloplasy.
1. Alveolektomi - Alveoplasti
Menurut Archer(1) istilah-istilah tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut:
Alveoplasti adalah suatu tindakan bedah untuk membentuk prosesus
alveolaris sehingga dapat memberikan dukungan yang baik bagi gigi
tiruan immediate maupun gigi tiruan yang akan dipasang beberapa
minggu setelah operasi dilakukan.
Indikasi
Kontraindikasi
Teknik Alveoplasti
Kontra indikasi
Klasifikasi Alveolektomi
A. Simple alvolectomy
Setelah dilakukan multiple extractions, lapisan alveolar bukal dan
tulang interseptal diperiksa untuk mengetahui adanya protuberansia
dan tepi yang tajam. Incisi dibuat melintangi interseptal crests.
Mukoperiosteum diangkat dengan hati-hati dari tulang menggunakan
Molt curet no.4 atau elevator periosteal. Kesulitan terletak pada
permulaan flap pada tepi tulang karena periosteum menempel pada
akhiran tulang, tetapi hal ini harus dilatih agar flap tidak lebih tinggi
dari dua per tiga soket yang kosong. Jika terlalu tinggi akan dapat
melepaskan perlekatan lipatan mukobukal dengan mudah, dengan
konsekuensi hilangnya ruang untuk ketinggian denture flange. Flap
diekstraksi dengan hati-hati dan tepi dari gauze diletakkan di antara
tulang dan flap. Rongeur universal diletakkan pada setengah soket
yang kosong, dan lapisan alveolar bukal atau labial direseksi dengan
ketinggian yang sama pada semua soket. Rounger diposisikan pada
sudut 45° di atas interseptal crest, satu ujung pada masing-masing
soket, dan ujung interseptal crest dihilangkan. Prosedur ini dilakukan
pada semua interseptal crests. Perdarahan tulang dikontrol dengan
merotasi curet kecil pada titik perdarahan. File ditarik secara ringan
pada satu arah pemotongan secara menyeluruh sehingga meratakan
tulang. Partikel-partikel kecil dihilangkan, gauze juga dilepaskan
sehingga awalan flap terletak pada tulang, dan jari digesek-gesekkan
(dirabakan) pada permukaan mukosa untuk memeriksa kedataran
tulang alveolus. Lapisan bukal harus dibuat kontur kurang lebih
setinggi lapisan palatal dan dibuat meluas dan datar. Undercut pada
bagian posterior atas dan anterior bawah perlu deperhatikan. Sisa
jaringan lunak dan jaringan granulasi kronis juga dihilangkan dari flap
bukal dan palatal, kemudian dijahit menutupi area interseptal tetapi
tidak menutupi soket yang terbuka. Penjahitan secara terputus atau
kontinyu dilakukan tanpa tekanan.
B. Radical alveolectomy
Pembentukan kontur tulang bagian radiks dari tulang alveolar
diindikasikan karena terdapat undercuts yang sangat menonjol, atau
dalam beberapa hal, terdapat perbedaan dalam hubungan horizontal
berkenaan dgn rahang atas dan rahang bawah yang disebabkan oleh
overjet. Beberapa pasien mungkin memerlukan pengurangan tulang
labial untuk mendapatkan keberhasilan dalam perawatan prostetik.
Dalam beberapa kasus, flap mukoperiosteal menjadi prioritas untuk
melakukan ekstraksi. Ekstraksi gigi, pertama dapat difasilitasi dengan
menghilangkan tulang labial diatas akar gigi. Penghilangan tulang ini
juga akan menjaga tulang intraradikular. Setelah itu sisa-sisa tulang
dibentuk dan dihaluskan sesuai dengan tinggi labial dan oklusal
menggunakan chisel, rongeur dan file. Sisa jaringan pada bagian flape
labial dan palatal dihaluskan, yang diperkirakan akan menganggu atau
melanjutkan kelebihan sutura pada septa (continuoussutures over the
septa).
Dalam penutupan flap, penting untuk menghilangkan jaringan pada
area premolar agar terjadi penuruan pengeluaran dari tulang labial.
Dalam pembukaan flap yang besar, harus dilakukan pemeliharaan yang
tepat untuk memelihara perlekatan dari lipatan mukobukal sebaik
mungkin, atau selain itu penghilangan kelebihan flap yang panjang
harus dilakukan pada akhirnya. Jika flap tidak didukung dengan gigi
tiruan sementara (immediate denture) dan sisa jaringan tidak
dihilangkan, tinggi dari lapisan mukobukal akan berkurang secara
drastis. (Kruger, 1984)
Prosedur Alveolektomi
Teknik untuk alveolektomi maksila dan mandibula:
1 Jika kasus salah satu dari gigi yang tersisa baru dicabut,
mukoperiosteum harus dicek untuk memastikan bahwa telah
terdapat kedalaman minimum sebesar 10mm.Dari semua tepi
gingival yang mengelilingi area yang akan dihilangkan.
2 Pastikan bahwa insisi telah dibuka mulai dari midpoint dari
puncak alveolar pada titik di pertengahan antara permukaan
buccal dan lingual dari gigi terakhir pada satu garis, yaitu gigi
paling distal yang akan dicabut, menuju ke lipatan mukobukal
pada sudut 450 setidaknya 15mm. tarik insisi ke area dimana
gigi tersebut sudah dicabut sebelumnya.
3 Angkat flap dengan periosteal elevator dan tahan pada posisi
tersebut dengan jari telunjuk tangan kiri atau dengan hemostat
yang ditempelkan pada tepi flap atau dengan tissue retactor.
4 Bebaskan tepi flap dari darah menggunakan suction apparatus,
dan jaga dari seluruh area operasi.
5 Letakkan bone shear atau single edge bone-cutting rongeur
dengan satu blade pada puncak alveolar dan blade lainnya
dibawah undercut yang akan dibuang, dimulai pada regio
insisivus sentral atas atau bawah dan berlanjut ke bagian paling
distal dari alveolar ridge pada sisi yang terbuka.
6 Bebaskan mukoperiosteal membrane dari puncak alveolar dan
angkat menuju lingual, sehingga plate bagian lingual dapat
terlihat. Prosedur ini akan memperlihatkan banyak tulang
interseptal yang tajam.
7 Hilangkan penonjolan tulang interseptal yang tajam tersebut
dengan end-cutting rongeurs.
8 Haluskan permukaan bukal dan labial dari alveolar ridge
dengan bone file. Tahan bone file pada posisi yang sama
sebagai straight operative chisel , pada posisi jari yang sama,
dan file area tersebut pada dengan gerakan mendorong.
9 Susuri soket dengan small bowl currete dan buang tiap spikula
kecil tulang atau struktur gigi atau material tumpatan yang
masuk ke dalam soket. Ulangi prosedur ini pada sisi kiri atas
dan lanjutkan ke tahap berikutnya.
10 Kembalikan flap pada posisi semula, kurang lebih pada tepi
jaringan lunak, dan ratakan pada posisi tersebut dengan jari
telunjuk yang lembab.
11 Catat jumlah jaringan yang overlapping, yang notabene bahwa
tulang dibawahnya telah dikurangi, yang akhirnya
meninggalkan tulang yang lebih sedikit dilapisi oleh jaringan
lunak.
12 Dengan gunting, hilangkan sejumlah mukoperiosteum yang
sebelumnya terlihat overlap.
13 Ratakan jaringan lunak tersebut kembali ketempatnya
menggunakan jari telunjuk yang lembab, perkirakan tepi dari
mukoperiosteum, lalu catat apakah ada penonjolan tajam yang
tersisa pada alveolar ridge. Operator dapat merasakannya
dengan jari telunjuk.
14 Jika masih terdapat penonjolan dari tulang yang tersisa,
hilangkan dengan bone fie.
15 Jahit mukoperiosteum kembali ketempatnya. Disarankan
menggunakan benang jahitan sutra hitam kontinyu nomor 000.
Walaupun demikian, jahitan interrupted juga dapat digunakan
jika diinginkan
2. Torektomi
Torektomi merupakan prosedur bedah yang dilakukan untuk menghilangkan
satu atau lebih tonjolan tulang (torus) baik pada rahang atas maupun rahang
bawah. Dilakukan apabila torus mengganggu prosedur pemasangan gigi
tiruan.
Torus Palatinus
Teknik bedah. Untuk menghilangkannya, lesi pembedahan sebuah insisi
dibuat di sepanjang garis tengah langit-langit, yang terdiri dari dua anterior
dan posterior sayatan miring (Gambar. 10,42). Sayatan ini dirancang untuk
menghindari melukai cabang arteri palatine, tetapi sehingga juga ada
visualisasi yang memadai dari, dan akses ke, bidang bedah tanpa ketegangan
dan manipulasi yang merugikan selama prosedur. Setelah refleksi, flaps yang
ditarik dengan bantuan jahitan atau elevator periosteal lebar. Setelah
pembukaan lesi selesai, torus dipotong dengan bur fissure dan segmen secara
individual diangkat dengan menggunakan mono bevel chisel (Gambar. 10.43,
10.44). Lebih khususnya, chisel diposisikan di dasar exostosis dengan bevel
kontak dengan tulang palatum dan, setelah itu, setiap segmen lesi dihilangkan
setelah pukulan sedikit dengan mallet (Gbr. 10.45). Setelah menghaluskan
permukaan tulang, jaringan lunak berlebih dipotong dan, setelah irigasi
berlebihan dengan larutan saline, flaps direposisi dan dijahit dengan jahitan
terputus (Gambar. 10,46-10,48).
Jika torus palatinus dalam ukuran kecil, sayatan untuk membuat flap dibuat
lagi pada sepanjang garis pertengahan, tetapi dengan sayatan miring pada
anterior. Prosedur ini kemudian dilakukan dengan cara yang persis sama
seperti yang sudah disebutkan.
Torus Mandibularis
Sayatan dibuat di puncak alveolar ridge untuk operasi pengangkatan
exostoses, dan, setelah refleksi luas flap lingual, lesi dihilangkan
menggunakan pahat, bone file, atau bur (Gambar. 10,50-10,54). Luka
kemudian diairi dengan banyak larutan saline dan dijahit dengan jahitan
terputus (Gambar. 10,55).
Multiple Exostoses
Setelah pemberian anestesi lokal, sayatan dibuat flap trapesium. Mucoperiosteum ini
kemudian direfleksikan dengan hati-hati, yang cukup sulit karena ukuran besar dan
presentasi nodular dari exostoses (Gambar. 10,58). Selama refleksi, jari telunjuk
tangan non dominan diposisikan di atas flap yang dibuat, untuk memfasilitasi refleksi
sekaligus melindungi integritas dalam kasus slip disengaja lift periosteal, yang tidak
akan mengakibatkan perforasi. exostoses dikeluarkan dengan rongeur atau bur
khusus, di bawah aliran larutan saline, untuk menghindari overheating dari tulang
(Gambar. 10,59). Luka tulang kemudian dihaluskan dengan bone file dan diperiksa
untuk memastikan kehalusan alveolar ridge (Gambar. 10,60). Setelah prosedur ini,
bidang bedah diirigasi dengan larutan saline dan kelebihan jaringan lunak dipotong,
terutama papila interdental gingiva. Ini bertujuan pendekatan yang lebih tepat dan
imobilisasi flap selama menjahit dengan jahitan terputus (Gambar. 10,61).
3. Eksisi hypermobile tissue
Hypermobile Tissue adalah salah satu tindakan bedah yaitu membuang jaringan
(tumor) dengan cara memotong. Tindakan ini dilakukan untuk berbagai tujuan salah
satunya untuk memperbaiki penampilan secara kosmetis.
4. Frenektomi
Frenektomi adalah tindakan bedah mulut yang ditujukan untuk memotong dan
menghilangkan masalah yang disebabkan oleh lokasi perlekatan abnormal
frenulum atau ukuran & bentuk abnormal dari frenulum itu sendiri.
Teknik Menggunakan hemostat. Setelah anestesi lokal, lidah ditarik ke atas dan
posterior dengan jahitan traksi yang melewati ujung lidah. Frenulum tersebut
kemudian dipegang sekitar tengah panjang vertikal dengan hemostat lurus, yang
sejajar dengan dasar mulut (Gambar. 10,83). Menggunakan pisau bedah bagian
jaringan yang dipegang dipotong, pertama di atas hemostat dan kemudian di bawah
(Gambar. 10,84, 10,85). Tepi luka kemudian terputus dengan gunting dan jahitan
terputus ditempatkan (Gambar. 10,86-10,88).
5. Augmentasi dengan Hidroksi Apatit
Pada keadaan resorbsi tulang yang hebat, maka diperlukan tindakan
bedah yang lebih sulit dengan tujuan : menambah besar dan lebar tulang
rahang, menambah kekuatan rahang, memperbaiki jaringan pendukung gigi
tiruan.
Penambahan dengan Hidroksi apatit yaitu suatu bahan alloplastik yang
bersifat biocompatible yang dapat digunakan untuk menambah ketinggian
tulang alveolar.
6. Bone Graft
Bone graft adalah tulang yang ditransplantasikan dari satu area di
skeletal ke area lainnya untuk membantu penyembuhan, penguatan, dan
perbaikan fungsi.
Bone grafting adalah suatu prosedur pembedahan penempatan tulang
baru ke ruang di sekitar tulang yang patah atau di antara lubang dan defek
tulang. Tulang baru tersebut dapat diambil dari tulang sehat pasien sendiri
(autograft) atau tulang donor yang telah dibekukan (allograft).
Bone graft adalah pilihan yang banyak digunakan untuk memperbaiki
kerusakan tulang periodontal. Tujuan dari bone grafting adalah mengurangi
kedalaman poket periodontal, peningkatan perlekatan secara klinik, pengisian
tulang di daerah defek dan regenerasi tulang baru, sementum, ligament
periodontal dengan demikian akar gigi diharapkan dapat terdukung lebih baik.
Prosedur bone graft :
1. Anestesi local di area yang akan diakukan bone graft
2. Memisahkan gingiva dari akar gigi dan tulang
3. Lakukan root planning untuk menghilangkan kalkulus subgingiva
dan membersihkan seluruh bakteri dari area tersebut
4. Bentuk tulang menjadi bentuk yang diinginkan
5. Letakkan bone graft material pada tulang yang sudah dibentuk
6. Letakkan selapis membrane special di atas situs bone graft untuk
mencegah jaringan yang tidak diinginkan di situs bone graft dan
merangsang pertumbuhan tulang yang normal
7. Gingiva direposisi menutup situs bone graft
8. Gingiva dijahit
a. Vestibuloplati submukosa
b. Vestibuloplasti dengan cangkok kulit pada bagian bukal
c. Vestibuloplasti dengan cangkok mukosa yang dapat diperoleh
dari mukusa bukal atau palatal
9. Segmentalosteotomis
IMPLANT
Sejarah
Berdasarkan letak implan ditanamkan, maka jenis implan dapat dibagi dalam:
1. Implan Subperiosteal Implan jenis ini diletakkan diatas linggir tulang dan
berada dibawah perioteum. Sering dipergunakan pada rahang yang sudah tak
bergigi baik untuk rahang atas maupun rahang bawah.
2. Implan Transosseus Implan jenis ini diletakkan menembus tulang rahang
bawah dan penggunaanya terbatas untuk rahang bawah saja
3. Implan Intramukosal atau Submukosal Implan ini ditanam pada mukosa
palatum dan bentuknya menyerupai kancing, oleh karena itu disebut button
insert . Penggunaanya hanya terbatas pada rahang atas yang sudah tidak
bergigi.
4. Implan Endodontik Endosteal 7 Merupakan suatu implan yang diletakkan
kedalam tulang melalui saluran akar gigi yang sebelumnya telah dipesiapkan
untuk pengisian saluran akar gigi. Tujuannya untuk menambah stabilitas gigi
yang memiliki akar pendek, misalnya setelah dilakukan apikoektomi atau
dapat juga dipakai pada gigi yang goyang.
5. Implan Endosseus atau Endosteal Implan jenis ini ditanam kedalam tulang
melalui gusi dan periosteum. Jenis ini merupakan jenis yang paling banyak
dipakai dan ditolerir oleh para praktisi, pabrik maupun pakar yang mendalami
secara “Scientific & Clinical Forndation”, yang pada dasarnya menanam
implan pada alveolar dan basal bone . Bentuk bisa berupa root form atau blade
form. Keuntungan yang didapat dari penggunaan implan endosseus ialah
bahwa jenis ini dapat dilaksanakan pada pasien tidak bergigi dengan semua
tingkatan abrosbsi, bahkan pada keadaan resorbsi yang ekstrim dengan
bantuan grafting. Juga dapat digunakan pada pasien tidak bergigi sebagian,
dari kehilangan satu gigi sampai keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA