1. Tema
Tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan penyair lewat
puisinya. Tema yang dituangkan penyair dapat berasal dari dirinya sendiri,
dapat pula berasal dari orang lain atau masyarakat (Djojosuroto, 2006:24).
Puisi ini bertemakan tentang kehiupan seseorang yang ingin
berusaha semampunya untuk meraih apa yang diinginkan, meskipun
banyak rintangan dan rasa takut yang menghampiri tetap saja tidak
menghalanginya untuk meraih keinginannya dan terus tetap berusaha
tanpa adanya rasa menyerah. Hal ini tersirat dalam kutipan berikut:
2. Nada
Dalam puisi “Berjuang” nada yang diungkapkan yaitu nada
keluhan terhadap keadaan yang tidak mendukung bagi seseorang yang
ingin meraih apa yang ingin dicapai. Hal ini tersirat pada kutipan berikut:
3. Diksi
Diksi adalah pilihan kata atau frase dalam karya sastra. Setiap
penyair akan memilih kata – kata yang tepat, sesuai dengan maksud yang
ingin diungkapkan dan efek puitis yang ingin dicapai. Diksi sering kali
juga menjadi ciri khas seorang penyair atau ciri khas angkatan atau budaya
tertentu (Abrams, 1981).
Puisi ini memilih kata yang dimana didalamnya mengandung arti
semangat dan rasa takut yang tidak bisa ditahan, yang selalu mengelilingi
dirinya. Hal ini tersirat pada kutipan berikut:
4. Kesatuan Makna
Makna merupakan wilayah isi sebuah puisi. Setiap puisi pasti
mengandung makna, baik yang dissampaikan secara langsung maupun
secara tidak langsung, implisit atau simbolis. Makna tersebut pada
umumnya berkaitan dengan pengalaman dan permasalahan yang dialami
dalam kehidupan manusia. Ada yang berhubungan dengan persoalan cinta
asmara, kemiskinan, pemujaan terhadap tanah air maupun tokoh – tokoh
tertentu.
Pada puisi ini dalam susunan kata dan kalimat sudah sesuai antara
judul dengan maknanya atau isinya. Hal ini dapat dilihat pada kutipan
berikut ini:
5. Amanat
Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan
pengarang atau penyair pada pembaca (Rusiana 1982:74). Dari sudut
sastrawan, nilai ini biasa disebut amanat. Amanat adalah gagasan yang
mendasari karya sastra, pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada
pembacaa dan pendengar, di dalam karya sastra modern, amanat ini
biasanya tersirat di dalam karya sastra lama pada umumnya amanat
tersurat (Siswanti, 2008:161-162).
Dalam puisi ini mengandung pesan bahwa seseorang harus
memiliki semangat yang tinggi dan tidak mengenal kata putus asa dalam
meraih masa depan, meskipun banyak hambatan atau rintangan yang
mengelilingi hidupnya. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut:
7. Penyimpangan Leksikal
Penyimpangan leksikal adalah kata – kata yang digunakan dalam
puisi menyimpang dari kata – kata yang digunakan dalam hidup sehari –
hari. Penyair memilih kata – kata yang sesuai dengan pengungkapan
jiwanya atau kata – kata itu disesuaikan dengan estetis.
Dalam puisi “berjuang” terdapat kata yang dimana menggunakan
kata yang menyimpang. Dapat dilihat dari kata “mencengkram “ dari bait
“rasa takut semakin mencengkam” kata tersebut tidak biasa digunakan
dalam hidup sehari – hari, namun kata mencengkram memiliki arti rasa
takut yang selalu mengelilingi hidupnya dan membayang – bayangi setiap
langkahnya.
8. Penyimpangan Semantis
Penyimpangan semantis adalah makna dalam puisi tidak menunjuk
pada satu makna, namun menunjuk pada makna ganda. Maka kata – kata
tidak selalu sama dengan makna dalam bahasa sehari – hari. Juga tidak ada
kesatuan makna konotatif dari satu penyair lainnya. Dalam puisi
”berjuang” diatas tidak terdapat penyimpangan Semantis.
9. Penyimpangan Fonologi
Penyimpangan fonologi, untuk kepentingan rima, penyair sering
mengadakan penyimpangan bunyi. Dalam puisi “berjuang” diatas tidak
ada penyimpangan bunyi dimana setiap kata – kata puisi diatas
menggunakan bahasa yang wajar atau biasa.
10. Penyimpangan Morfologis
Penyimpangan morfologis adalah penyair sering melanggar kaidah
morfologis secara sengaja. Selain untuk kata keindahan bunyi, hal ini juga
dimaksudkan sebagai suatu yang khas, individu dan baru, bentuk estetika
seni yang banyak dianut hingga kini. Dalam puisi diatas penulis tidak
menggunakan kata yang khas atau kata yang menyimpang dari kaidah
morfologis.
11. Penyimpangan Sintaksis
Penyimpangan sintaksis merupakan kata – kata dalam puisi bukan
membangun kalimat, tetapi membangun larik – larik. Baris – baris puisi
tidak harus membangun kalimat karena makna yang dikemukakan
mungkin lebih luas dari kalimat. Dalam puisi diatas tidak ada
penyimpangan sintaksis.
12. Penyimpangan Dialek
Penyimpangan dialek merupakan untuk mengungkapkan makna
yang diinginkan, suasana dan perasaan yang sesuai, penyair sering
menggunakan dialek, yang bila diganti dengan bahasa Indonesia maka ada
kandungan maknanya yang hilang. Pada puisi “berjuang” penulis tidak
mencantumkan penyimpangan dialek.
13. Penyimpangan Register
Penyimpangan register adalah ragam bahasa yang digunakan
kelompok atau profesi tertentu dalam masyarakat. Penggunaan register
bisa menunjukkan dari mana penyair itu berasal. Pada puisi diatas penulis
tidak menggunakan penyimpangan register atau bahasa yang khas dari
suatu kelompok.
14. Gaya Bahasa
Tujuan menciptakan gaya bahasa dalam puisi antara lain: (1) agar
meenghasilkan kesenangan yang bersifat imajinatif, (2) agar menghasilkan
makna tambahan, (3) agar dapat menambah intesitas dan menambah
konkrit sikap dan perasaan penyair, dan (4) agar makna yang diungkapkan
lebih padat.
Dalam puisi diatas menggunakan gaya bahasa metafora dimana
metafora adalah ungkapan yang tidak dapat diartikan secara langsung dari
lambang yang dipakai, karena makna yang dimaksud terdapat prediksi
ungkapan kebahasan itu (Wahab, 1998:11). Hal ini dapat dilihat dari
kutipan berikut:
15. Sajak
Sajak merupakan unsur dari bunyi, yang dimana didalam puisi
“berjuang” menggunakan sajak paruh yang merupakan ulangan bunyi
yang terdapat pada sebagian baris dan kata – kata tertentu. Hal ini dapat
dilihat pada kutipan berikut:
Aku disini berjuang
Berjuang untuk masa depan