Anda di halaman 1dari 17

Makalah Manajemen Kewirausahaan

Sejarah kewirausahaan menunjukkan bahwa Wirausahawan mempunyai karakteristik


umum serta berasal dari kelas yang sama. Para pemula revolusi industri Inggris berasal dari
kelas menengah dan menengah bawah. Dalam sejarah Amerika pada akhir abad ke
sembilan belas, Heillbroner mengemukakan bahwa rata-rata Wirausahawan adalah anak
dari orang tua yang mempunyai kondisi keuangan yang memadai, tidak miskin dan tidak
kaya. Schumpeter menulis bahwa Wirausahawan tidak membentuk suatu kelas sosial
tetapi berada dari semua kelas.

Manajemen Kewirausahaan. Sosok kewirausahaan yang ideal dituntut mempunyai nilai-


nilai kearah kualitas manusia yang semapan mungkin, dalam artian sangat memperhatikan
struktur prioritas kewirausahaan yang terdiri dari empat lapisan. nah untuk lebih jelas
makalah Manajemen Kewirausahaan silakan anda baca di bawah ini.

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam kewirausahaan, kekayaan menjadi relatif sifatnya. Ia hanya merupakan produk


bawaan (by-product) dari sebuah usaha yang berorientasi dari sebuah prestasi. Prestasi
kerja manusia yang ingin mengaktualisasikan diri dalam suatu kehidupan mandiri. Ada
pengusaha yang sudah amat sukses dan kaya, tapi tidak pernah menampilkan diri sebagai
orang yang hidup mewah, dan ada juga orang yang sebenarnya belum bisa dikatakan kaya,
namun berpenampilan begitu glamor dengan pakaian dan perhiasan yang amat mencolok.

Maka soal kekayaan akhirnya terpulang pada masing-masing individu. Keadaan kaya
miskin, sukses gagal, naik dan jatuh merupakan keadaan yang bisa terjadi kapan saja dalam
kehidupan seorang pengusaha, tidak peduli betapapun piawainya ia. Ilmu kewirausahaan
hanya menggariskan bahwa seorang Wirausahawan yang baik adalah sosok pengusaha
yang tidak sombong pada saat jaya, dan tidak berputus asa saat jatuh.

Tidak ada satu suku katapun dari kata “Wirausaha” yang menunjukkan arti kearah
pengejaran uang dan harta benda, tidak pula kata wirausaha itu menunjuk pada salah satu
strata, kasta, tingkatan sosial, golongan ataupun kelompok elite tertentu. Di Indonesia, di
penghujung abad ke 20 ini kewirausahaan boleh dikata baru saja diterima oleh masyarakat
sebagai salah satu alternatif dalam meniti karier dan penghidupan. Seperti diketahui,
umumnya rakyat Indonesia mempunyai latar belakang pekerja pertanian yang baik. Dengan
hidup dialam penjajahan hampir 3,5 abad lamanya, nyaris tidak ada figur panutan dalam
dunia kewirausahaan. Yang ada hanya pola pemikiran feodalisme, priyayiisme, serta
elitisme yang satu diantaranya sekian banyak ciri-cirinya adalah mengagungkan status
sosial sebagai pegawai, terutama pegawai negeri (kontras dengan status leluhur yang
petani).

Pada era orde baru, pemerintah sadar bahwa untuk memajukan bangsa dan negara, peran
serta masyarakat swasta harus dilibatkan secara serius. Oleh sebab itu keWirausahaan mulai
dikampanyekan, dengan berbagai penekanan bahwa lowongan kerja tidak akan mampu
menampung jumlah angkatan kerja yang dari tahun ke tahun semakin membengkak. Lebih
jauh para pengusaha kecil dibina dengan harapan bisa berkembang menjadi tonggak
tumpuan ekonomi di masa datang. Pengusaha besar diberi kemudahan, karena merekalah
kini pemain-pemain utama yang mendukung tugas pemerintah di sektor ekonomi. Sebagai
negara berkembang bisa dimengerti kalau terjadi berbagai ekses dan penyimpangan.
Dengan masyarakat yang berlatar belakang non entrepreneur serta cendrung feodalis,
bangsa Indonesia tampak kurang siap di berbagai aspek. Dalam periode transisi dari alam
birokrasi ke iklim bisnis yang serba cepat, pacuan kewirausahaan menyebakan para
pengusaha Indonesia kedodoran pada segi-segi yang amat penting, diantaranya faktor sikap
mental (attitude), motivasi, etos kerja serta kesadaran tentang pengabdian kepada bangsa
dan negara.

Setiap kegiatan yang mempunyai bobot persaingan, memerlukan ketajaman naluri. Seorang
pemburu memerlukan naluri untuk bersaing dengan buruannya. Demikian juga dalam dunia
kewirausahaan. Pengusaha bersaing tidak hanya dengan perusahaan-perusahaan pesaing,
tetapi juga dengan keadaan dan situasi tertentu, seperti moneter dan ekonomi, politik,
perubahan kebijaksanaan pemerintah. Untuk dapat mengantisipasi setiap perkembangan
yang mungkin terjadi, seorang Wirausahaan perlu melatih naluri keWirausahaannya, agar
selalu siap menghadapi hal apapun dantetap bertahan hidup.

Kim Woo Chong, pendiri Daewoo, mengatakan bahwa sekali wirausahawan


memproklamirkan diri sebagai seorang Wirausahawan, maka semua pemikiran dan
tindakan wirausahawan adalah untuk usaha. Wirausahawan harus “ merendam “ jiwa raga
wirausahawan kesana.

Makin lama wirausahawan menjiwai dunia wirausaha, makin banyak pengalaman


wirausahawan, maka makin tajamlah naluri wirausahawan. Seseorang yang mempunyai
komitmen diri yang teguh akan sikapnya adalah orang yang mampu untuk menjadi
pemimpin yang selanjutnya cara dan metode yang diterapkannya disebut Kepemimpinan.
Suatu pedoman bagi kepemimpinan yang baik adalah “perlakukanlah orang-orang lain
sebagaimana wirausahawan ingin diperlakukan”. Berusaha memandang suatu keadaan dari
sudut pandangan orang lain akan ikut mengembangkan sebuah sikap tepo seliro. Pengusaha
yang berpeluang untuk maju secara mantap adalah yang memiliki jiwa kepemimpinan yang
sangat menonjol. Ciri-ciri mereka biasanya sangat menonjol, dan sangat khas. Dimana
keputusan dan sepak terjangnya sering dianggap tidak lazim dan lain dari pada umumnya
pengusaha.

Mereka “tampil beda”. Salah satu contoh : adalah Kim Woo Chong, seorang Wirausahawan
terkemuka di Korea, pendiri kelompok Daewoo. Kim tidak pernah terpengaruh oleh sepak
terjang pengusaha-pengusaha lain dan ikut-ikutan mengejar trend bisnis yang ramai-ramai
dilakukan orang. Pada saat para pengusaha lain berlomba-lomba mencari pasar di Amerika
dan Eropa, ia secara mengejutkan justru menerobos negara-negara tirai besi, seperti Rusia
dan sekutu-sekutunya. Lebih mencengangkan lagi ia juga merangkul negara-negara yang
sejauh ini sangat ditakuti dan diharamkan oleh negara-negara penganut kapitalisme seperti
Libia dan Iran. Akan tetapi kenyataan membuktikan bahwa Kim benar. Dengan
keputusannya itu ia, dan Daewoo berkembang menjadi salah satu konglomerat terbesar di
Asia serta diperhitungkan dimana-mana termasuk Amerika dan Eropa.

Charles Webber: 1970, mengatakan bahwa untuk menjadi negara maju, minimal diperlukan
2% komunitas pengusaha besar dan 20% komunitas pengusaha menengah dan kecil, dan
tentunya untuk dapat dan mau menjadi pengusaha sangat diperlukan rangsangan makro
maupun mikro serta bakat-bakat kepemimpinan pada warga negara di suatu negara.
Bagaimanakah dengan kondisi kewirausahaan, kepemimpinan serta motivasi apa saja yang
mendorong para pengusaha kecil untuk berwira usaha?. Untuk inilah makalah ini ditulis.

2. Pokok Masalah
 Bagaimanakah kondisi kewirausahaan di Indonesia saat ini?
 Bagaimanakah Gaya dan Type kepemimpinan yang diterapkan pada perusahaan
kecil agribisnis di Indonesia?
 Motivasi apa saja yang mendorong para pengusaha kecil untuk berwirausaha?.

3. Tujuan
 Ingin Mengetahui kondisi kewirausahaan di Indonesia saat ini.’
 Ingin mengetahui Gaya dan Type kepemimpinan yang diterapkan pada perusahaan
kecil agribisnis di Indonesia.
 Ingin Mengetahui Motivasi apa saja yang mendorong para pengusaha kecil untuk
berwirausaha.
4. Batasan Masalah

Malakalah ini membahas tentang

 Kondisi kewirausahaan di Indonesia saat ini


 Gaya dan Type kepemimpinan yang diterapkan pada perusahaan kecil agribisnis di
Indonesia

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kewirausahaan

Sosok kewirausahaan yang ideal dituntut mempunyai nilai-nilai kearah kualitas manusia
yang semapan mungkin, dalam artian sangat memperhatikan struktur prioritas
kewirausahaan yang terdiri dari empat lapisan yaitu :

1. Sikap Mental

Sikap mental merupakan elemen paling dasar yang perlu dijamin untuk selalu dalam
keadaan baik. Unsur ini yang menentukan apakah orang menjadi sosok yang tinggi budi
ataukah sebaliknya menjadi orang yang jahat dan culas. Orang baik budi merupakan kader
pembangunan bangsa, sedangkan orang jahat akan menjadi beban masyarakat dari bangsa
itu sendiri.

Tentu kita tidak ingin melihat bahwa banyak kejahatan dan keculasan merajalela di negeri
ini. Itu sebabnya pembinaan sikap mental menjadi unsur penting dalam dunia
kewirausahaan sekaligus dalam kehidupan. Selain menghadirkan sifat-sifat baik alamiah
seperti kejujuran dan ketulusan, sikap mental mencakup juga segi-segi positif dalam
motivasi dan proaktivitas. Saran-saran berikut akan membantu wirausahawan untuk
mengembangkan sikap mental yang baik :
1. Para wirausaha adalah orang-orang yang mengetahui bagaimana menemukan
kepuasan dalam pekerjaan dan bangga akan prestasinya. Tunjukan sikap mental
yang positif terhadap pekerjaan wirausahawan, karena sikap inilah yang akan ikut
menentukan keberhasilan wirausahawan.
2. Otak wirausahawan merupakan alat yang berdaya luar biasa. Menyediakan waktu
beberapa saat setiap hari untuk renungan pikiran wirausahawan yang akan
memungkinkan wirausahawan terarah pada kegiatan-kegiatan yang berarti.
3. Kebanyakan orang membatasi pikiran-pikirannya pada problem-problem dan
kegiatan-kegiatan sehari-hari. Gunakanlah imajinasi wirausahawan untuk
meluaskan pikiran-pikiran wirausahawan dan cobalah berpikir yang besar-besar.
Orang-orang yang dapat melihat gambaran besar adalah orang yang bersifat
wirausaha dan merupakan calon-calon pemimpin bisnis maupun masyarakat.
4. Rasa humor ikut mengembangkan sikap mental yang sehat. Terlalu serius dapat
merugikan pekerjaan wirausahawan dan tidak sehat. Menunjukan rasa humor
berpengaruh terhadap orang lain dengan jalan menyebarkan optimisme dan suasana
yang santai.

Pikiran wirausahawan haruslah terorganisasi dengan baik sekali dan mampu memfokuskan
pada pelbagai problem. Wirausahawan haruslah mampu memindahkan perhatian
wirausahawan dari satu problem ke problem lain dengan upaya yang minim.

2. Kepemimpinan.

Suatu pedoman bagi kepemimpinan yang baik adalah “perlakukanlah orang-orang lain
sebagaimana wirausahawan ingin diperlakukan”. Berusaha membangkitkan suatu keadaan
dari sudut pandangan orang lain akan ikut mengembangkan sebuah sikap tepo seliro.

Pengusaha yang berpeluang untuk maju secara mantap adalah yang memiliki jiwa
kepemimpinan yang sangat menonjol. Ciri-ciri mereka biasanya sangat menonjol, dan
sangat khas. Dimana keputusan dan sepak terjangnya sering dianggap tidak lazim dan lain
dari pada umumnya pengusaha. Mereka “tampil beda”.

Salah satu contoh : adalah Kim Woo Chong, seorang Wirausahawan terkemuka di Korea,
pendiri kelompok Daewoo. Kim tidak pernah terpengaruh oleh sepak terjang pengusaha-
pengusaha lain dan ikut-ikutan mengejar trend bisnis yang ramai-ramai dilakukan orang.

Pada saat para pengusaha lain berlomba-lomba mencari pasar di Amerika dan Eropa, ia
secara mengejutkan justru menerobos negara-negara tirai besi, seperti Rusia dan sekutu-
sekutunya. Lebih mencengangkan lagi ia juga merangkul negara-negara yang sejauh ini
sangat ditakuti dan diharamkan oleh negara-negara penganut kapitalisme seperti Libia dan
Iran. Akan tetapi kenyataan membuktikan bahwa Kim benar. Dengan keputusannya itu ia,
dan Daewoo berkembang menjadi salah satu konglomerat terbesar di Asia serta
diperhitungkan dimana-mana termasuk Amerika dan Eropa.

a. Perilaku Pemimpin

Perilaku pemimpin menyangkut dua bidang utama :

 Berorientasi pada tugas yang menetapkan sasaran, merencanakan dan mencapai


sasaran.
 Berorientasi pada orang, yang memotivasi dan membina hubungan manusiawi.

Orientasi Tugas Seorang pemimpin dengan orientasi demikian cenderung menunjukan


perilaku :
 Merumuskan secara jelas peranannya sendiri maupun peranan stafnya.
 Menentukan tujuan-tujuan yang sukar tapi dapat dicapai.
 Melaksanakan kepemimpinan secara aktif dalam merencanakan, mengarahkan,
membimbing dan mengendalikan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada tujuan.
 Berminat mencapai peningkatkan produktivitas. Orientasi Orang

Orang-orang yang kuat dalam orientasi orang cenderung akan menunjukan perilaku sebagai
berikut :
 Menunjukan perhatian atas terpeliharanya keharmonisan dalam organisasi dan
menghilangkan ketegangan, jika timbul.
 Menunjukan perhatian pada orang sebagai manusia dan bukan sebagai alat produksi
saja.
 Menunjukan pengertian dan rasa hormat pada kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan
dan keinginan-keinginan, perasaan dan ide-ide karyawan.
 Mendirikan komunikasi timbal balik dengan staf.
 Menerapkan prinsip penekanan ulang untuk meningkatkan prestasi karyawan.
 Mendelegasikan kekuasaan dan tanggung jawab, serta mendorong inisiatif.
 Menciptakan suatu suasana kerjasama dan gugus kerja dalam organisasi.

b. Tindakan Kepemimpinan

Saran-saran berikut akan dapat membantu wirausahawan meningkatkan kemampuan


kepemimpinan wirausahawan :

1. Sekali wirausahawan telah mengambil keputusan, ambil tindakan secepat mungkin


2. Upaya-upaya wirausahawan dapat dilipat gandakan melalui bakat dan kemampuan
staf wirausahawan. Untuk menjadi seorang pemimpin yang baik, wirausahawan
harus mengetahui bagaimana dan kapan menggunakan kemampuan ini dari orang-
orang yang mampu disekitar wirausahawan dan menyokong serta percaya pada
wirausahawan sebagai pemimpin.
3. Wirausahawan akan memperoleh kepercayaan pada kemampuan kepemimpinan
wirausahawan, jika wirausahawan memusatkan perhatian pada upaya meningkatkan
kekuatan-kekuatan wirausahawan. Jauhilah situasi dimana kelemahan-kelemahan
wirausahawan akan tampak.
4. Seorang pemimpin yang baik bersedia mengakui kesalahan-kesalahan dan
mengubah rencana-rencana. Wirausahawan haruslah sadar bahwa keadaan selalu
berubah dan penyesuaian-penyesuaian haruslah dibuat sewaktu-waktu.

3. Tata Laksana

Tata laksana merupakan terjemahan dari kata Management artinya pengelolaan. Yang perlu
dimengerti disini adalah manajemen bukan semata-mata konsumsi para manajer saja.
Setiap orang perlu manajemen apapun status dan jabatan orang tersebut. Bahkan ibu rumah
tanggapun perlu manajemen untuk mengelola uang dapur dan belanjaannya. Tata laksana
merupakan metode atau serangkaian cara dan prosedur. Gunanya jelas, yaitu untuk
menghasilkan efektifitas dan efisiensi setiap pekerjaan, agar mendapatkan hasil yang baik
dalam mutu serta tepat waktu dalam penyerahannya.

Berbeda dengan sikap mental dan kepemimpinan yang termasuk dalam klasifikasi nilai atau
kualitas, maka manajemen merupakan pengetahuan yang bersifat praktis. Kalau sikap
mental dan kepemimpinan berada di dalam jiwa, manajemen berada diluar mirip
ketrampilan teknis.

Manajemen mempunyai arti yang amat luas. Kegunaannya juga sangat universal dan semua
orang atau organisasi memerlukan manajemen. Banyak sekali kasus yang membuktikan
bahwa bila manajemen terabaikan, maka sebuah organisasi akan menjadi kacau dan morat
marit. Perusahaan tanpa manajemen yang baik, bisa dipastikan akan mengalami hambatan
besar dalam perkembangannya. Oleh sebab itu, setiap orang yang ingin memulai usaha
harus mewaspadai aspek tata laksana sedini mungkin. Mulailah kegiatan manajemen
seketika pada saat perusahaan baru saja dimulai, sekecil apapun ukurannya.

4. Ketrampilan

Lapisan terluar dari struktur prioritas keWirausahaan adalah ketrampilan. Banyak pihak
berpendapat, bahwa dengan berbekal penguasaan ketrampilan, seseorang akan bisa
diharapkan menjadi seorang entrepreneur yang berhasil. Pendapat ini sebenarnya tidaklah
terlalu salah, kalau dilihat banyak contoh yang membuktikan, misalnya seorang penjahit
dengan ketrampilan yang dimiliki akhirnya bisa memiliki sebuah perusahaan pakaian jadi
yang cukup besar.

Namun demikian, kalau wirausahawan mau meneliti lebih jauh, ternyata keberhasilan-
keberhasilan itu sebenarnya bukan disebabkan oleh ketrampilan semata, melainkan lebih
oleh jiwa kepemimpinan yang dimiliki si pengusaha. Leadership yang bersangkutan yang
menuntun dan membawanya ke jenjang sukses.
Ada tiga hal yang memungkinkan seseorang, baik trampil maupun tidak untuk bisa tampil
sebagai tokoh yang sukses, atau orang yang berkecukupan yaitu :
 Memanfaatkan ledership yang berasal dari diri sendiri.
 Memanfaatkan ledership orang lain.

 Faktor keberuntungan ( luck atau hoki )

B. Karakteristik Wirausahawan.

Sejarah kewirausahaan menunjukkan bahwa Wirausahawan mempunyai karakteristik


umum serta berasal dari kelas yang sama. Para pemula revolusi industri Inggris berasal dari
kelas menengah dan menengah bawah. Dalam sejarah Amerika pada akhir abad ke
sembilan belas, Heillbroner mengemukakan bahwa rata-rata Wirausahawan adalah anak
dari orang tua yang mempunyai kondisi keuangan yang memadai, tidak miskin dan tidak
kaya. Schumpeter menulis bahwa Wirausahawan tidak membentuk suatu kelas sosial tetapi
berada dari semua kelas.

Menurut Mc Clelland, karakteristik Wirausahawan adalah sebagai berikut :

1. Keinginan untuk berprestasi.

Penggerak psikologis utama yang memotivasi Wirausahawan adalah kebutuhan untuk


berprestasi, yang biasanya diidentifikasikan sebagai kebutuhan. Kebutuhan ini didefinisikan
sebagai keinginan atau dorongan dalam diri orang yang memotivasi perilaku ke arah
pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan merupakan tantangan bagi kompetisi individu.

2. Keinginan untuk bertanggung jawab.

Wirausahawan menginginkan tanggung jawab pribadi bagi pencapaian tujuan. Mereka


memilih menggunakan sumber daya sendiri dengan cara bekerja sendiri untuk mencapai
tujuan dan bertanggung jawab sendiri terhadap hasil yang dicapai. Akan tetapi mereka akan
melakukannya secara berkelompok sepanjang mereka bisa secara pribadi mempengaruhi
hasil-hasil.

3. Preferensi kepada resiko-resiko menengah.

Wirausahawan bukanlah penjudi. Mereka memilih menetapkan tujuan-tujuan yang


membutuhkan tingkat kinerja yang tinggi, suatu tingkatan yang mereka percaya akan
menuntut usaha keras tetapi yang dipercaya bisa mereka penuhi.
4. Persepsi pada kemungkinan berhasil.

Keyakinan pada kemampuan untuk mencapai keberhasilan adalah kwalitas kepribadian


Wirausahawan yang penting. Mereka mempelajari fakta-fakta yang dikumpulkan dan
menilainya. Ketika semua fakta tidak sepenuhnya tersedia, mereka berpaling pada sikap
percaya diri mereka yang tinggi dan melanjutkan tugas-tugas tersebut.

5. Rangsangan oleh umpan balik.

Wirausahawan ingin mengetahui bagaimana hal yang mereka kerjakan, apakah umpan
baliknya baik atau buruk. Mereka dirangsang untuk mencapai hasil kerja yang lebih tinggi
dengan mempelajari seberapa efektif usaha mereka.

6. Aktifitas enerjik.

Wirausahawan menunjukan enerji yang jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata orang.
Mereka bersifat aktif dan mobil dan mempunyai proporsi waktu yang besar dalam
mengerjakan tugas dengan cara baru. Mereka sangat menyadari perjalanan waktu.
Kesadaran ini merangsang mereka untuk terlibat secara mendalam pada kerja yang mereka
lakukan.

7. Orientasi ke masa depan.

Wirausahawan melakukan perencanaan dan berpikir ke depan. Mereka mencari dan


mengantisipasi kemungkinan yang terjadi jauh di masa depan.

8. Ketrampilan dalam pengorganisasian.

Wirausahawan menunjukkan ketrampilan dalam organisasi kerja dan orang-orang dalam


mencapai tujuan. Mereka sangat obyektif dalam memilih individu-individu untuk tugas
tertentu. Mereka akan memilih yang ahli bukan teman agar pekerjaan bisa dilakukan
dengan efisien.

9. Sikap terhadap uang.

Keuntungan finansial adalah nomor dua dibandingkan arti penting dari prestasi kerja
mereka. Mereka hanya memandang uang sebagai lambang kongkret dari tercapainya tujuan
dan sebagai pembuktian dari kompetensi mereka.
C. Potensi Kewirausahaan.

Karakteristik Wirausahawan sukses dengan semangat tinggi akan memberikan pedoman


bagi analisa diri sendiri.

1. Kemampuan inovatif.

Inovasi memerlukan pencarian kesempatan baru. Hal tersebut berarti perbaikan barang dan
jasa yang ada, menciptakan barang dan jasa baru, atau mengkombinasikan unsur-unsur
produksi yang ada dengan cara baru dan lebih baik.

2. Toleransi terhadap kemenduaan (ambiguity).

Ini berarti kemampuan untuk berhubungan dengan hal yang tidak terstruktur dan tidak bisa
diprediksi. Karakteristik ini berkaitan erat dengan proses inovatif.

3. Keinginan untuk berprestasi adalah tanda-tanda penting dari dorongan keWirausahaan.

Hal ini menandai para pemiliknya sebagai orang yang tidak mengenal menyerah di dalam
mencapai tujuan yang telah mereka tetapkan sendiri.

4. Kemampuan perencanaan realistis.

Menetapkan tujuan yang menantang dan bisa diterapkan adalah tanda dari perencanaan
realistis. Tujuan ditetapkan sesuai dengan tujuan dari Wirausahawan.

5. Kepemimpinan terorientasi pada tujuan.

Wirausahawan membutuhkan aktivitas yang mempunyai tujuan. Semangat yang tinggi


memotivasi mereka untuk mengarahkan tenaga mereka dan rekan kerja serta bawahan
mereka ke arah tujuan yang ditetapkan.

6. Obyektivitas.

Wirausahawan obyektif di dalam mengarahkan pemikiran dan aktivitas keWirausahaannya


dengan cara pragmatis. Wirausahawan mengumpulkan fakta-fakta yang ada,
mempelajarinya dan menentukan arah tindakan dengan cara-cara praktis.
7. Tanggung jawab pribadi.

Wirausahawan memikul tanggung jawab pribadi, mereka menetapkan tujuan sendiri dan
memutuskan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut dengan kemampuan mereka sendiri.

8. Kemampuan beradaptasi.

Para Wirausahawan mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan perubahan


lingkungan. Ketika Wirausahawan terhambat oleh kondisi yang berbeda dari apa yang
mereka harapkan, mereka tidak menyerah, namun melihat situasi secara obyektif.

9. Kemampuan sebagai pengorganisasi dan administrator.

Wirausahawan mempunyai kemampuan mengorganisasi dan administasi di dalam


mengidentifikasi dan mengelompokkan orang-orang berbakat untuk mencapai tujuan.
Mereka menghargai kompetensi dan akan memilih para spesialis untuk mengerjakan tugas
dengan efisien.

BAB III
ANALISA

MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN

1. Kondisi Nyata Usaha Kecil dan Menengah saat ini

Selama krisis ekonomi yang berawal pada pertengahan tahun 1997, sektor agribisnis
termasuk didalamnya bisnis kecil secara nyata telah mampu menjadi stabilizer
perekonomian di Indonesia. Hal ini terbukti masih tetapnya usaha-usaha agribisnis
berproduksi, terutama usaha menengah dan usaha kecil. Meskipun demikian,
pengembangan usaha kecil juga mengalami berbagai permasalahan seperti : [1] kesulitan
mendapatkan modal yang cukup, [2] kekurangan pengetahan di bidang agribisnis, [3]
kelemahan dalam pengelolaan atau manajemen usaha, [4] kekurangan dalam perencanaan
usaha, [5] kekurangan dalam pengalaman berusaha, [6] kekurangan pengetahuaan dan
ketrampilan teknis bidang usaha yang dilakukan. Dengan kata lain, titik berat persoalan
usaha kecil adalah sedikitnya pengusaha kecil yang memiliki jiwa wirausaha. (Noer: 2001)

Kewirausahaan adalah jiwa, sehingga kurang tepat jika dikatakan pengembangan


kewirausahaan agribisnis dan usaha kecil. Kewirausahaan adalah kemampuan dalam
melihat atau menilai kesempatan di peluang bisnis serta kemampuan mengoptimalkan
sumberdaya dan mengambil tindakan yang beresiko tinggi. Mungkin lebih tepat apabila
dikatakan pengembangan agribisnis usaha kecil. (Noer: 2001)
Selama ini prospek bisnis ke depan, yang berkaitan dengan kontrak/transaksi, cenderung
memerlukan kemitraan dalam kaitannya antara perusahaan besar dengan perusahaan kecil.
Kemitraan ini tidak hanya di budidaya, tetapi juga di bagian pembibitan dan pengolahan.
Kegiatan hulu sampai dengan kegiatan hilir ini dapat saling dimanfaatkan. (Noer: 2001)

Bagi agribisnis baik petani, maupun pengusaha kecil dalam menjalankan usahanya,
mempunyai karakteristik, berupa harga dan pasar hasil petani tidak dapat dipengaruhi oleh
produser secara sendiri-sendiri tapi harus dihadapi oleh agribisnis secara keseluruhan.
Untuk mendpatkan kesepakatan bersama ini tidak mudah tapi kelompok sekaligus bisa
mempengaruhi harga dan pasar, sehingga semua produser baik yang masuk kelompok atau
tidak akan merasakan hasilnya. Kemudian akan banyak para produser untuk menanamkan
produknya lebih luas dan produser yang tadinya tidak menanam produk tersebut akan
tertarik pula untuk menanam produk yang sama, sehingga pada akhirnya persediaan produk
berlebih serta harga dan pasar akan turun.

2 Peluang Usaha Kecil yang sedang dikembangkan.

Untuk mendayagunakan keunggulan Indonesia sebagai negara agraris dan maritim serta
menghadapi tantangan kedepan seperti otonomi daerah, liberalisasi perdagangan,
perubahan pasar internasional lainnya. Pemerintah sedang mempromosikan pembangunan
sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing (Competiveness), berkerakyaratan (People-
Driven), berkelanjutan (Sustainable) dan terdesentralistis (Decentralized).

Pembangunan pertanian dalam kerangka system agribisnis merupakan suatu rangkaian dan
keterkaitan dari : (1) Sub agribisnis hulu (upstream agribusiness) yaitu seluruh kegiatan
ekonomi yang menghasilkan sarana produksi bagi pertanian primer (usahatani); (2) Sub
agribisnis usahatani (on-farm agribusiness) atau pertanian primer, yaitu kegiatan yang
menggunakan sara produksi dan sub agribisnis hulu untuk menghasilkan komoditas
pertanian primer. Sub ini di Indonesia disebut pertanian; (3) Sub agribisnis hilir (down-
stream agribusiness) yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah komoditas pertanian primer
menjadi produk olahan baik bentuk produk antara (intermediate product) maupun bentuk
produk akhir (finished product); dan (4) Sub jasa penunjang yaitu kegiatan yang
menyediakan jasa bagi ketiga sub agribisnis di atas.

Sedangkan Strategi Sistem Agribisnis diatas harus bersinergi kedalam 4 sub-sistem yang
terjabarkan sebagai berikut: Keterkaitan 4 sub Sistem dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Upstream Agribusiness

Sub sistem agribisnis hulu berupa pengembangan industri yang menghasilkan barang modal
bagi pertanian, yaitu industri pembenihan atau pembibitan, tanaman, ternak ikan industri
agro kimia (Agro-otomotif) seperti pupuk, pestisida, obat, vaksin ternak/ikan, sindustri alat
dan mesin pertanian.
2. Onfarm agribusiness

Sub sistem pertanian primer berupa pengembangan kegiatan budidaya yang menghasilkan
komoditi pertanian primer (usaha tani tanaman pangan, usahatani hortikultura, usahatani
tanaman obat-obatan) usaha perkebunan, usaha peternakan, usaha perikanan, dan usaha
kehutanan.

3. Downstream agribusiness

Sub sistem Agribisnis Hilir berupa pengembangan industri-industri yang mengolah


komoditi pertanian primer menjadi olahan seperti makanan dan minuman, industri pakan
ternak, industri barang-barang serat alam, industri farmasi, industri bio-energi dan lain-lain.

4. Services for Agribusiness

Sub Sistem penyedia jasa Agribisnis berupa fasilitas Perkreditan, transportasi,


pergudangan, Litbang, Pendidikan SDM dan kebijakan ekonomi.

Dalam artian, peluang akan membuka usaha kecil dan menengah terbuka pada 4 subsistem
agribisnis, yang menjadi kendala saat ini, adakah jiwa-jiwa kewirausahaan dan
kepemimpinan untuk segera mempergunakan peluang tersebut.

Hasil penelitian yang telah dilakukan beberapa peneliti menunjukkan bahwa integrasi dan
link-antar sub sistem usaha agribisnis belum tersinkron dengan baik, dimana setiap
subsistem masih berjalan dengan sendiri-sendiri bahkan cenderung mengakibatkan
kerugian yang sebenarnya justru harus mendatangkan dampak positip dari keberadaannya.
Usaha-usaha pada sistem agribisnis tersebut masih berskala kecil dengan sumberdaya
manusia seadanya, teknologi yang terbatas dan tidak ada kepastian harga dan proteksi akan
kelangsungan usahanya.

3. Kondisi Kepemimpinan Usaha Kecil

a. Mencari Pemimpin Yang Baik.

Usaha mencari perpaduan terbaik untuk menjadi seorang pemimpin yang sukses tidaklah
mudah. Dan, usaha untuk bisa menemukan nilai, gaya dan aktivitas atau apa pun yang
relevan untuk disebut sebagai pemimpin yang sukses merupakan proses yang panjang. Ada
pemimpin yang sukses karena mampu bertindak sebagai seorang pengarah tugas,
pendorong yang kuat, dan berorientasi pada hasil sehingga mendapatkan nilai
kepemimpinan yang tinggi. Ada pemimpin yang sukses karena mampu memberi wewenang
kepada para pegawainya untuk membuat keputusan dan bebas memberikan saran, mampu
menciptakan jenis budaya kerja yang mendorong serta menunjang pertumbuhan.
Pendeknya, untuk menjadi pemimpin yang sukses haruslah memiliki dorongan yang kuat
dan integritas yang tinggi.

Kepemimpinan adalah sebuah proses yang melibatkan seseorang untuk mempengaruhi


orang lain dengan memberi kekuatan motivasi, sehingga orang tersebut dengan penuh
semangat berupaya menuju sasaran. Ahli manajemen, Peter F Drucker secara khas
memandang kepemimpinan adalah kerja. Seorang pemimpin adalah mereka yang
memimpin dengan mengerjakan pekerjaan mereka setiap hari. Pemimpin terlahir tidak
hanya dalam hirarki managerial, tetapi juga dapat terlahir dalam kelompok kerja non
formal.

b. Kondisi Kepemimpinan Bisnis Kecil saat ini

Kepemimpinan sebenarnya sangat bersangkut erat terhadap karakter seseorang, jika


seseorang berbudi halus maka ia cenderung memimpin dengan gaya dan type yang halus
pula. Melihat kondisi kebanyakan bisnis kecil yang ada di Indonesia, Pemimpin: Manajer,
Direktur biasanya juga pemilik itu sendiri, bagian-bagian vital perusahaan cenderung
dijabat oleh anggota keluarga dekat, sehingga kekuasan pemimpin pada bisnis kecil tak
terbatas. Disamping itu pengetahuan akan teori-teori kepemimpinan juga terbatas sehingga
kebanyakan pemimpin bisnis kecil memimpin dengan gaya tradisional, misalnya pemimpin
bisnis kecil di Bali akan cenderung memimpin dengan gaya serta type dengan kaidah-
kaidah atau norma-norma ke-baliannya. Begitu juga, jika ada pemimpin bisnis kecil dari
suku Tionghoa akan cenderung juga menerapkan gaya dan type kepemimpinan ala cines,
atau kalau kita bandingkan dengan teori kepemimpin lebih dekat kepada gaya Paternalistik
kekeluargaan.

Masalah-masalah SDM pada perusahaannya belum begitu nampak besar dan serius karena
skala usahanya masih kecil, unsur kekeluargaan masih bisa dijalankan dengan baik, hal ini
juga sebenarnya menjadi faktor penghambat kenapa bisnis kecil tetap kecil. Alasan pertama
adalah gaya dan type kepemimpinan yang masih tradisional, paternalistik, lebih-lebih masih
saja ada yang feodal, seperti di Jawa misalnya.

c. Penerapan Teori Kebutuhan Maslow Dalam Bisnis Kecil

Penerapan Teori Kebutuhan Maslow dalam menumbuhkan dukungan yang kuat para
anggota perusahaan yang bersaing dalam: inovasi” dan “peningkatan kualitas” sehingga
terjadi peningkatan kinerja dan keuntungan perusahaan. Motivasi merupakan proses
interaksi antara kebutuhan (need), dorongan (drive), dan tujuan (goals)

Mengapa dua produk yang sama, dijual oleh dua perusahaan yang berbeda, memberikan
hasil yang berbeda ? Suatu perusahaan membuat produk yang dapat dijual, bukan menjual
produk yang dapat dibuat, karena itu perusahaan perlu mengenali pelanggan dan
mengidentifikasi kebutuhannya. Dengan demikian perusahaan dapat memenuhi kebutuhan
pelanggan. Salah satu kegagalan dari produk baru, biasanya adalah karena mereka salah
mengenali kebutuhan konsumen. Perusahaan mengharapkan konsumennya menjadi
pelanggan, sehingga ada kontinuitas pembelian.

Dalam pemenuhan kebutuhan konsumen, wirausahawan tidak dapat menciptakan suatu


produk untuk memenuhi semua kebutuhan. Diversifikasi produk perlu dilakukan untuk
melayani semua kebutuhan. Berbagai usaha dilakukan perusahaan untuk membuat
pelanggannya merasa istimewa. Selain untuk meningkatkan penjualan juga untuk
membangun loyalitas pelanggan. Perusahaan harus memiliki tujuan yang jelas, sehingga
mereka yang menjalankan organisasi tahu apa yang ingin dicapai dan dapat melakukan
perencanaan dan implementasinya.

Kunci dari keberhasilan Perusahaan untuk mencapai tujuan yaitu membangun loyalitas
pelanggan dalam arti luas dapat dijabarkan bahwa: pelanggan bukan semata-mata hanya
orang yang membutuhkan produk yang dihasilkan oleh perusahaan tetapi jauh lebih luas,
dalam Total Quality Management dijelaskan yang termasuk pelanggan adalah: Konsumen,
Pekerja, dan pemilik. Kelemahan mendasar pada bisnis kecil adalah mengabaikan arti dan
makna motivasi ini, pemilik biasanya hanya memperhatikan pada tingkat kebutuhan dasar,
belum lagi, pemerintah telah mematok upah minimum regional misalnya, justru ini akan
menjadi acuan untuk menggaji karyawannya sebatas atau sebesar UMR itu sendiri. Pada
akhirnya banyak bisnis kecil yang tidak bertahan lama

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Kondisi Nyata Usaha Kecil dan Menengah saat ini Selama krisis ekonomi yang berawal
pada pertengahan tahun 1997, sektor agribisnis termasuk didalamnya bisnis kecil secara
nyata telah mampu menjadi stabilizer perekonomian di Indonesia. Hal ini terbukti masih
tetapnya usaha-usaha agribisnis berproduksi, terutama usaha menengah dan usaha kecil.

Peluang Usaha Kecil yang sedang dikembangkan Pembangunan pertanian dalam kerangka
system agribisnis merupakan suatu rangkaian dan keterkaitan dari : (1) Sub agribisnis hulu
(upstream agribusiness) yaitu seluruh kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana
produksi bagi pertanian primer (usahatani); (2) Sub agribisnis usahatani (on-farm
agribusiness) atau pertanian primer, yaitu kegiatan yang menggunakan sara produksi dan
sub agribisnis hulu untuk menghasilkan komoditas pertanian primer. Sub ini di Indonesia
disebut pertanian; (3) Sub agribisnis hilir (down-stream agribusiness) yaitu kegiatan
ekonomi yang mengolah komoditas pertanian primer menjadi produk olahan baik bentuk
produk antara (intermediate product) maupun bentuk produk akhir (finished product); dan
(4) Sub jasa penunjang yaitu kegiatan yang menyediakan jasa bagi ketiga sub agribisnis di
atas. Ini semua merupakan peluang yang dapat kita manfaatkan sebagai peluang untuk
menjadi wirausahawan.
Kondisi Kepemimpinan Bisnis Kecil saat ini Kondisi kebanyakan bisnis kecil yang ada di
Indonesia, Pemimpin: Manajer, Direktur biasanya juga pemilik itu sendiri, bagian-bagian
vital perusahaan cenderung dijabat oleh anggota keluarga dekat, sehingga kekuasan
pemimpin pada bisnis kecil tak terbatas.
Penerapan Teori Motivasi dalam Bisnis Kecil Kelemahan mendasar pada bisnis kecil
adalah mengabaikan arti dan makna motivasi ini, pemilik biasanya hanya memperhatikan
pada tingkat kebutuhan dasar, belum lagi, pemerintah telah mematok upah minimum
regional misalnya, justru ini akan menjadi acuan untuk menggaji karyawannya sebatas atau
sebesar UMR itu sendiri. Pada akhirnya banyak bisnis kecil yang tidak bertahan lama
karena ditinggalkan SDM yang telah perpengalaman.

B. Saran
Motivasi Pemerintah Selama krisis ekonomi yang berawal pada pertengahan tahun 1997,
sektor agribisnis termasuk didalamnya bisnis kecil secara nyata telah mampu menjadi
stabilizer perekonomian di Indonesia. Hal ini terbukti masih tetapnya usaha-usaha
agribisnis berproduksi, terutama usaha menengah dan usaha kecil. Jika ini yang terjadi
haruslah ada intervensi pemerintah sebagai regulasi dalam memotivasi bertumbuhnya wira-
wira usaha baru sehingga perekonomian nasional dapat segera bangkit.

Para pemimpin Bisnis Kecil, belajarlah lebih banyak lagi Para pemimpin bisnis kecil,
pandanglah masa depan perusahaan anda sebagai sebuah masa depan yang terus dapat di
wariskan sehingga anda dapat mengelola bisnis secara profesional, manjauhkan diri dari
kekuasan mutlak, kesewenang-wenangan.

Paculah Kinerja Karyawan anda dengan Motivasi Kelemahan mendasar pada bisnis kecil
adalah mengabaikan arti dan makna motivasi ini, pemilik biasanya hanya memperhatikan
pada tingkat kebutuhan dasar, belum lagi, pemerintah telah mematok upah minimum
regional misalnya, justru ini akan menjadi acuan untuk menggaji karyawannya sebatas atau
sebesar UMR itu sendiri. Untuk hal ini, penulis sangat mengharapkan, para pengusaha kecil
janganlah memberikan motivasi hanya sebatas kebutuhan dasar saja, tetapi perlakukanlah
karyawan anda seperti manusia selayaknya. Pada akhirnya banyak bisnis kecil anda
bertahan lama tidak ditinggalkan SDM yang telah perpengalaman.

DAFTAR PUSTAKA

Sutjipta, Nyoman, 2001, “Manajemen Sumber Daya Manusia” Diktat: Univeritas Udayana,
Denpasar.

Sumidjo, Wahyo, 1984,”Kepemimpinan dan Motivasi”, Ghalia Indonesia, Jakarta.


http://artikelrande.blogspot.com/2010/07/manajemen-kewirausahaan.html

Thoha, Miftah, 1994,”Kepemimpinan Dalam Manajemen”, CV. Rajawali, Jakarta.

Yukl, Gary, 1996, “Kepemimpinan Dalam kewirausahaan”, Prerhallindo, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai