Aliran Filsafat Rorty
Aliran Filsafat Rorty
Richard Rorty merupakan salah satu tokoh filsuf berasal dari Amerika Serikat yang
terkenal berdasarkan pemikiran-pemikirannya dalam dunia filsafat dan dikenal sebagai
seorang filsuf yang beraliran pragmatisme. Pragmatisme sendiri merupakan suatu aliran
dalam filsafat yang dicirikan dengan suatu kebenaran dianggap benar apabila
memunculkan suatu manfaat bagi kehidupan yang praktis. Hal tersebut dimisalkan pada
suatu peraturan tidak dapat diterima dalam kehidupan satu masyarakat, namun diterima
bahkan memberikan manfaat bagi masyarakat lainnya maka suatu peraturan tersebut
akan dianggap benar dalam kehidupan masyarakat kedua. Secara umum aliran filsafat
pragmatisme dipandang berupaya untuk menengahi pertikaian dari idealisme dan
empirisme juga berupaya untuk melakukan sintesis antara keduanya. Aliran pragmatisme
sebagai suatu ukuran menetapkan suatu nilai dan kebenaran menggunakan cara yaitu
mendasarkan dirinya pada metode yang memakai sebab—sebab praktis. Dengan
pemikiran William James dapat diketahui bahwa aliran pragmatisme didasarkan pada
metode dan pendirian daripada menggunakan doktrin-doktrin filsafat yang bersifat
sistematis.
Anti-Esensialisme
Dari epistemology barat yang mengejar esensi dan berambisi dalam mendapatkan
kebenaran, Richard Rorty menyampaikan penolakannya yang ditulis dalam karyanya
Pragmatism, Relativism, and Irrationalism yang juga memunculkan ciri pertama dari
pandangan pragmatis yang dianut Richard Rorty dimana dalam tulisan itu Rorty menulis
“Ciri pertama yang ingin saya kemukakan dalam pragmatisme bahwa ia adalah paham
yang anti-esensialisme terhadap konsepsi-konsepsi seperti ‘kebenaran’, ‘pengetahuan’,
‘bahasa’ ‘moralitas’ dan segala konsepsi yang serupa sebagai objek teoritisasi filsafat”
(PRI 295). Bagi Richard Rorty sesuai dengan pandangan William James bahwa
kebenaran bukan tentang esensi karena esensi dapat diperoleh saat memasuki arena teori.
Jika dilihat secara spesifik spirit esensialisme yang ditolak oleh Richard Rorty
merupakan teori kebenaran korespondensi. Richard Rorty menolak segala sesuatu yang
bertujuan untuk memuaskan dahaga akan kebenaran, baginya suatu kebenaran haruslah
sesuai dengan realitas yang ada. Richard Rorty berpandangan bahwa hidup diisi dengan
aktivitas yang merekam hasil-hasil yang berasal dari segala pengamatan, perhitungan,
dan penalaran dengan cara itu kebenaran diperoleh.
Richard Rorty berpandangan bahwa mereka yang berusaha untuk mencari esensi
akan menghendaki segala bentuk pengetahuan untuk selalu memuat suatu esensi
(kebenaran) dan bukan hanya untuk mengoreksi suatu pandangan yang mereka anggap
salah namun juga dijadikan sebuah dasar untuk mencari suatu kebenaran selanjutnya.
Dengan penjelasan tersebut pragmatisme Richard Rorty berbobot anti-esensialisme
sebagai penolakannya terhadap suatu keinginan bahwa kebenaran akan dicapai dengan
berbagai kajian teoritis, karena Richard Rorty menganggap bahwa pencarian kebenaran
bukan suatu hal yang menjadi pusat kehidupan namun strategi dalam memajukan
kehidupan dan memenuhi kehidupan manusia.
Anti-Epistemologi
Setelah penolakan yang dilakukan Richard Rorty terhadap kaum-kaum esensialisme
beliau melanjutkan penciriannya yaitu menolak segala epistemologi yang bertujuan baik
mencari kebenaran dalam level apapun atau berbagai perbedaan metodologi dalam
mengungkap realitas. Menurut Richard Rorty epistemologi merupakan pencarian struktur
sebagai fondasi dalam pengetahuan, budaya, dan kehidupan. Richard Rorty menolak
prosedur normatif dan mekanik sehingga penolakannya dipandang bahwa Richard Rorty
anti-metode yang dimaknai dengan sikap anti terhadap berbagai asas-asas atau peraturan
yang seharusnya di taati sebagai jaminan kebenaran yang abadi. Tentunya hal itu
dikarenakan epistemologi yang mencapai kebenaran kebenaran masih secara teoritis.
Penolakan Richard Rorty terhadap epistemologi menunjukkan bahwa tidak hanya
menolak untuk mematuhi segala norma untuk tujuan memperoleh suatu kebenaran
namun Richard Rorty juga menyingkirkan dimensi dimensi teori dari pemikiran
filsafatnya. Richard Rorty menganggap bahwa kosakata praktis lebih penting daripada
kosakata teoritis, aksi bahkan lebih utama daripada kontemplasi. Bahkan Richard Rorty
mendesak untuk mengganti dimensi teori dengan dimensi perbuatan, dengan hal ini
terlihat jelas bahwa kaum pragmatisme tidak berorientasi pada dimensi teoritis namun
mengkaji secara rasional murni sebagai syarat pengetahuan manusia dalam menjamin
kebenaran sebagai proses penyelidikan teoritis. Dengan itu orientasi kaum pragmatis
terdapat pada suatu pemenuhan kepentingan dengan tujuan pemuasan keinginan dan
kebutuhan hidup sebagai dimensi konkret dalam kehidupan manusia.
Namun sebenarnya penolakan terhadap epistemologi Barat yang dilakukan oleh
Richard Rorty tidak dapat dikatakan bahwa Richard Rorty ingin menghapus begitu saja
wawasan tersebut. Richard Rorty justru mengakui bahwa wawasan epistemologi barat
yang hadir saat itu merupakan tangga bagi manusia khususnya filsafat dalam
menyelesaikan suatu permasalahan pada masa-masa itu. Tetapi Richard Rorty
mengungkapkan bahwa sudah saatnya manusia menendang tangga itu karena
permasalahan yang dihadapi manusia sekarang bukan suatu persoalan dan tantangan
filosofis sehingga kurang relevan dengan kondisi kontemporer yang membutuhka
pendekatan secara praktis-real daripada teoritis.
Penolakan yang dilakukan Richard Rorty terhadap epistemologi Barat (anti-
epistemologi), metode pengetahuan (anti-metode), penolakannya kepada setiap dorongan
untuk menemukan esensi kebenaran (anti-esensisialisme) dan anti-representasionisme,
menurut Nielsen, dapat disimpulkan bahwa Richard Rorty merupakan seorang filsuf
yang anti teori karena jelas memperlihatkan ketidakpercayaannya yang mendalam
terhadap berbagai teori dan kajian-kajian yang ingin dikembangkan. Dalam hal ini
terlihat bahwa dalam kajian pragmatisme seorang Richard Rorty beliau mencoba untuk
menegaskan tentang dimensi konkret manusia yaitu kebutuhan dan kepentingan yang
dijadikan Richard Rorty sebagai orientasi dari filsafatnya.