Anda di halaman 1dari 4

Richard Rorty adalah seorang filsuf aliran pragmatisme dari Amerika

Serikat yang terkenal dengan pemikiran filsafatnya maupun karena


pemikiran dalam bidang budaya. Selain kontribusinya dalam memberikan
pemikiran yang berkaitan dengan filsafat dan budaya, Rorty pun pernah
menerbitkan sebuah buku berjudul "Philosophy and the Miror of Nature",
dimana buku ini berisi kritik Rorty terhadap filsafat analitis yang
berkembang pada masanya.

Rorty berpendapat bahwa manusia adalah organisme yang hidup di alam


oleh karena itu manusia memerlukan berbagai bentuk alat ( tools ) untuk
mempertahankan dan mengembangkan hidupnya. Rorty menganggap
bahasa sebagai salah satu alat sebagai saranna kehidupannya. Di sini,
Rorty mengambil posisi etnosentris radikal. Baginya, pemikiran setiap
manusia ditentukan oleh bahasa apa yang dipelajari orang tersebut.
Bahasa di sini dipahami sebagai perwujudan budaya tertentu, pandangan
dunia tertentu, kepercayaan, dan nilai-nilai tertentu. Akan tetapi,
kehadiran seorang manusia di budaya tertentu bersifat kebetulan, sebab
tidak ada orang yang dapat memilih di mana ia dilahirkan. Oleh karena
itu, Rorty berpendapat tidak ada budaya atau nilai-nilai yang paling benar
dan berlaku universal. Budaya atau nilai-nilai apapun hanya membantu
pengembangan diri seorang manusia.
Pragmatisme Rorty adalah sebuah orientasi baru filsafat yang terarah
kepada dimensi konkret-praktis hidup manusia yang mengakui
keragaman nilai dan kepentingan, adanya kemungkinan bahwa gagasan
dan pengetahuan manusia dapat salah atau keliru (fallible), serta segala
upaya mencapai tujuan sejauh kepentingan orang lain tidak dirugikan.
Dengan bobot pengertian seperti itu, pragmatisme Rorty, dengan kata
lain, adalah usaha melawan hegemoni filsafat tradisional Barat yang lazim
terpusat pada usaha penemuan syarat-syarat pengetahuan; pragmatisme
Rorty menyingkirkan kelaziman itu semua dan pada gilirannya
menghasilkan sifat-sifat anti-esensialisme, anti-epistemologi, kontingensi
dan fallibilitas kebenaran, dan tentu saja berorientasi kepada dimensi
konkret praktis hidup manusia dalam tubuh pragmatisme Rorty. Dengan
orientasi praktis ini, pragmatisme Rorty mendorong kepada dimensi aksi,
daripada kontemplasi yang dahulunya lazim dalam wawasan epistemologi
Barat. Konsekuensinya, filsafat dalam pragmatisme Rorty mengambil
bentuk filsafat pengajaran (edifying philosophy) yang mengacu kepada
filsafat Dewey, Wittgenstein dan Heidegger di mana pemikiran ketiganya
terpusat kepada eksplorasipelbagai dimensi manusia sebagai subjek
eksistensial konkret. Hasilnya, secara gamblang filsafat pengajaran dalam
pragmatisme Rorty meninggalkan fokus filsafat tradisional sistematis
karena sama sekali tidak berfaedah bagi hidup konkret manusia. Dalam
pragmatisme, filsafat tidak lagi melayani tujuan abstrak-teoritis,
melainkan berfungsi sebagai sarana (alat) yang merangsang aksi
seseorang untuk memuaskan kepentingan dan memajukan hidupnya.
Secara menyeluruh, pragmatisme Rorty sesungguhnya adalah manifestasi
dukungannya terhadap dunia konkret hidup manusia dengan segala aneka
nilai, gagasan, dan tujuan di dalamnya.

Menurut Rorty, kebenaran itu efektif sejauh hal itu berguna bagi
seseorang.

Anda mungkin juga menyukai