Anda di halaman 1dari 19

SISTEM PAKAR

PENYAKIT PADA SAPI

OLEH

JESSICA STEPHANIE ANG DJADI (1706080004)

RESPONDEN : drh RINNY NDUN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

JURUSAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sapi merupakan hewan ternak yang menghasilkan daging, susu, tenaga kerja dan
kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging di dunia, 95%
kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit(Prasetya, 2012). Sapi berasal dari famili
Bovida, seperti halnya bison, banteng, kerbau (Bubalus), kerbau Afrika (Syncherus), dan
anoa. Sapi perah merupakan jenis sapi yang khusus dipelihara untuk diambil susunya
(Prasetya, 2012). Direktorat Jendral Bina Produksi Peternakan tahun 2005 mengatakan
Produk Pangan AsalHewan (PPAH) merupakan salah satu bahan pangan sumber protein
yang diperlukan tubuh. Kebutuhan pangan asal hewan terus meningkat seiring dengan
pertambahan penduduk dan peningkatan pengetahuan serta kesejahteraan masyarakat
yang lebih baik.
Penyakit merupakan salah satu faktor yang menghambat produksi dan reproduksi
ternak. Penyakit yang bersifat menular sering mendapat perhatian serius yang
penanganannya harus dilakukan secara cepat dan tepat (Hardjoutomo dkk., 1997). Untuk
mengantisipasi masalah tersebut, salah satu kebijakan kesehatan hewan adalah
melindungi budidaya ternak dari ancaman wabah penyakit terutama terhadap penyakit
strategis.Pengendalian penyakit strategis pada ternak sapi menjadi penting dan utama
dalam mendukung program swasembada daging yang sedang digencar-gencarkan oleh
pemerintah saat ini. Penyakit strategis atau penyakit hewan menular strategis (PHMS)
adalah penyakit yang tergolong patogen dan secara ekonomis sangat merugikan (Ryadi,
2005).Salah satu jenis penyakit pada sapi adalah Septicemia Epizootica (SE) atau ngorok
adalah penyakit infeksi akut atau menahun pada sapi dan kerbau yang terjadi secara
septikemik. Penyakit SE menyebabkan kerugian besar karena dapat menyebabkan
kematian penurunan berat badan, serta kehilangan tenaga kerja pembantu pertanian dan
pengangkutan
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalahnya adalah “Bagaimana


membuat rancangan suatu Sistem Pakar untuk mendiagnosa jenis penyakit pada Sapi
menggunakan Algoritma Forward Chainning?”.

1.3 Tujuan Dan Manfaat

Tujuannya untuk mendiagnosis penyakit pada sapi diantaranya Septicemia


Epizootica (SE), Brocollosis dan Helminthiosis menggunakan Algoritma Forward
Chainning. Manfaatnya bagi masyarakat ialah dapat memiliki pengetahuan tentang
penyakit pada sapi dan juga dengan mudah dapat mendiagnosis penyakit pada sapi
melalui gejala-gejala yang dialami.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Metode Forward Chainning


Metode forward chaining adalah pencarian atau teknik pelacakan ke depan
yang dimulai dengan informasi yang ada dan penggambungan rule untuk
menghasilkan suatu kesimpulan dan tujuan. Forward chaining merupakan inferensi
yang melakukan penalaran dari suatu masalah kepada solusinya. Jika klausa premis
sesuai dengan situasi (bernilai TRUE), maka proses akan menyatakan konklusi.
Forward chaining adalah data-driven karena inferensi dimulai dengan informasi yang
tersedia dan baru konklusi diperoleh. Jika suatu aplikasi menghasilkan tree yang lebar
dan tidak dalam, maka gunakan forward chaining.
Tipe sistem yang dapat dicari dengan forward chaining :
1. Sistem yang dipresentasikan dengan satu atau beberapa kondisi.
2. Untuk setiap kondisi, sistem mencari rule-rule dalam knowledge base untuk
rule-rule yang berkorespondensi dengan kondisidalam bagian IF.
3. Setiap rule dapat menghasilkan kondisi baru dari konklusi yang diminta pada
bagian THEN. Kondisi baru ini ditambahkan ke kondisi lain yang sudah ada.
4. Setiap kondisi yang ditambahkan ke sistem yang akan diproses. Jika ditemui
suatu kondisi baru dari konklusi yang diminta, sistem akan kembali ke langkah
2 dan mencari rule-rule dalam knowledge base kembali. Jika tidak ada
konklusi baru, sesi ini berakhir.

Kelebihan dan Kekurangan dari Metode Forward Chainning :


1. Kelebihan
 Dipeoleh kesimpulan atau solusi yang baik
 Mampu menyediakan banyak informasi dari jumlah data yang kecil
2. Kelemahan
 Kemungkinan tidak adanya cara untuk mengenali dimana beberapa
fakta lebih penting dari fakta lainnya
 Sebuah sistem yang dibangun menggunakan metode ini bisa saja
menanyakan pertanyaan yang tidak berhubungan. Walaupun jawaban
dari pertanyaan tersebut penting. Namun hal ini akan membingungkan
user untuk menjawab pada subjek yang tidak berhubungan.

2.2 Hasil Wawancara

Narasi wawancara

Nama Pakar drh. Rinna Ndun

Bekerja di Dinas Peternakan Kota

Jessica : Apa saja jenis penyakit yang terjangkit pada sapi ?


Dokter : Pada sapi ada 2 jenis penyakit, yaitu pada sapi itu sendiri dan juga pada
manusia yaitu istilahnya soholosis. Kalau di NTT khususnya di kota kupang
ada beberapa jenis penyakit yaitu Septicaemia Epizootica (SE) yang
penyebabnya yaitu bakteri dengan gejala nafsu makan menurun, sapinya
terlihat lemas dan gejala yang paling khas yaitu terjadinya pembengkakan
pada leher, napsu makan menurun, dan sapi terlihat lemas keluar lelerain
dari hidung.
Jessica Selain penyakit SE, penyakit apa saja yang terjangkit pada sapi ?
Dokter : Ada. Yaitu brocellosis, helminthiasis
Jessica : Gejala dari 2 penyakit tersebut apa saja ?
Dokter : Kalau brocellosis itu biasanya penyebab penyakitnya yaitu bakteri dengan
gejalanya yaitu keguguran pada sapi. Umumnya pada sapi yang bunting dan
masih masuk pada umur yang muda biasanya akan terjadi keguguran tapi
kalau sapi tersebut bertahan biasanya anaknya lahir dalam keadaan mati
atau lumpuh, selain keguguran ada juga gejala lain sepeti nafsu makan
menurun, scrotur membengkak dan membesar, dan sapi terlihat lemas..
Brocellosis ini dapat menular ke manusia bila ada kontak langsung,
misalnya ketika petugas menangani sapi yang terjangkit brocellosis dan
terdapat luka pada tangannya dan terinfeksi dari darah sapi tersebut maka ia
bisa tertular dan pada saat tertentu petugas tersebut mengandung maka ia
juga mengalami keguguran. Lalu helminthiasis yaitu penyakit cacingan
pada sapi dimana dengan gejala nafsu makan menurun dan juga badan sapi
tersebut kurus. Pada ilmu kedokteran hewan jika ingin mengidentifikasi
jenis2 cacingan maka dilakukan pemeriksaan lab dengan pengambilan fases
pada sapi tersebut. Pada penyakit helminthiasis ini gejala lainnya yaitu bulu
sapi rontok dan terlihat kusam.
Nindi : Lalu misalnya manusia menangani sapi yang terjangkit brocellosis
terinfeksi selain dari keguguran apakah ada resiko lain contohnya
kematian ?
Dokter : Bisa, segala jenis penyakit jika sudah sampai pada tahap akut atau kronis
maka bisa berakhir pada kematian karena terlambat penanganan. Pada
penyakit brocellosis ada vaksinnya tetapi jika sapi tersebut sudah terinfeksi
maka sangat sulit untuk diobati. Maka dari itu lebih baik dicegah dengan
vaksinasi karena jika melakukan pengobatan pada sapi yang telah terjangkit
brocellosis hasilnya juga akan nihil. Begitu pula dengan SE ada vaksinnya
oleh sebab itu selama ini dalam dunia kedokteran hewan proses vaksin itu
selama 6 bulan sekali, lalu untuk helminthiasis bisa juga menyebabkan
kematian karena cacingan itu mengambil semua nutrisi dalam tubuh namun
bisa dicegah dengan pemberian obat cacing secara rutin
Jessica : Lalu berapa lama waktu untuk pengobatan ke-3 penyakit tersebut ?
Dokter : Untuk SE biasanya dilihat dari tingkat keparahaanya dulu, kalau memang
bisa pengobatannya ada jangka waktu selama 3 sampai 5 hari secara rutin,
kalau memang tingkat keparahannya tidak terlalu parah biasanya bisa
sembuh dengan antibiotik.
Jessica : dari ke-3 penyakit tersebut apakah bisa tertular ke manusia dan sapi
lainnya ?
Dokter : untuk penyakit brocellosis dan helminthiasis bisa tertular ke manusia
sedangkan untuk penyakit SE, tidak bisa. Lalu untuk sapi lainnya bisa
tertular ketiga penyakit tersebut jika sapi yang sakit dikumpulkan bersama
sapi yang sehat
Nindi : Lalu dari ke-3 penyakit tersebut, penyakit mana yang paling berbahaya ?
Dokter : Dari ke-3 penyakit yang paling berbahaya yaitu brocellosis karena ia bisa
menular ke manusia. Sebenarnya dari ke-3 penyakit tersebut memiliki efek
samping yang cukup berbahaya namun jika dilihat dari tingkat
keparahaannya yaitu penyakit brocellosis.
Jessica : Lalu jika sapi yang terjangkit penyakit tersebut dipotong dan dikonsumsi
oleh manusia apakah aman ?
Dokter : Sebenarnya daging sapi yang terjangkit penyakit tersebut tidak berbahaya
jika dikonsumsi oleh manusia karena jenis bakteri dan virus pada sapi
tersebut bisa mati pada suhu tertentu namun disarankan untuk daging sapi
tersebut dimasak dengan benar dan matang sempurna.
Axel : Lalu berapa banyak biaya pengobatan untuk sapi yang terjangkit penyakit
tersebut ?
Dokter : Saya sendiri bekerja di dinas peternakan dan untuk biaya pengobatannya
ditanggung oleh pemerintah, namun jika saya menangani sapi yang sakit di
luar jam kerja saya maka dihitung sesuai dengan biaya praktek saya yang
tidak bisa saya beritahu dalam wawancara ini. Pada hewan pengukuran
dosis pengobatannya tergantung pada berat badan sapi tersebut dan jenis
obatnya.
Jessica : Dari ke-3 penyakit tersebut apakah ada faktor lain seperti makanan atau
lingkungan sehingga menyebabkan penyakit tersebut ?
Dokter : Sebenarnya faktor utamanya yaitu lingkungan dan faktor nutrisi yang
masuk pada sapi tersebut, contohnya jika sapi tersebut diberi makan yang
baik dan kandangnya selalu dibersihkan dan selalu dipantau maka
kemungkinan untuk bakteri masuk kedalam tubuh sapi tersebut sangat sulit.
Memang penyebab utamanya yaitu bakteri namun jika lingkungannya sudah
kotor dan pola makannya juga tidak bagus dan ketika daya tahan tubuhnya
menurun maka, bakteri akan mudah untuk masuk. Salah satu penyebab
lainnya yaitu sapi yang sakit tidak dipisahkan dengan sapi yang sehat
Aprianto : Bagaimana jika sapi selalu divaksin selama 6 bulan sekali dan masih
terjangkit penyakit tersebut?
Dokter : Selama ini di lapangan jika sapi yang telah divaksinisasi tidak akan
terjangkit penyakit yang telah dijelaskan. Berbeda dengan sapi yang tidak
divaksiniasi secara rutin atau terlambat divaksinisasi 1-2 bulan,
kemungkinan untuk terjangkit penyakit diatas lebih besar
Nindi : Apakah obat dan juga vitamin untuk sapi yang sakit dijual bebas dan bisa
diberikan atau disuntik tanpa resep dokter?
Dokter : Untuk setiap obat seharusnya ada resep dokter tetapi kenyataannya banyak
orang yang beli tanpa resep dokter dan langsung menyuntikan sendiri pada
sapi yang sakit tanpa didampingi dokter hewan
Nindi : Apa penanganan pertama untuk hewan yang sedang sakit ?
Dokter : Untuk penanganan pertama bisa dilakukan dengan pemberian air gula / air
garam agar sapi tersebut tidak lemas dan sapi tersebut dipisahkan dengan
sapi yang sehat.
Edy : Apakah pola makan sapi yang sakit dan sehat sama ?
Dokter : Untuk pola makannya tidak terlalu beda karena makanan sapi sendiri rata2
sama yaitu rumput namun untuk sapi yang sakit ditambah dengan
pemberian air gula / air garam dan diberikan vitamin tambahan

2.3 Tabel Penyakit dan Gejala

Nama Penyakit Gejala

 -Pembengkakan pada leher sapi

- Nafsu makan menurun

- Sapi terlihat lemas


Septicemia Epizootica
(SE) - Keluar leleran dari hidung

Brocellosis  -Keguguran pada sapi betina

- Nafsu makan menurun


- Scrotum membesar dan membengkak

- Sapi terlihat lemas

-Bulu terlihat kusam

- Nafsu makan menurun

- Badan sapi kurus

Helminthiasis - Sapi terlihat lemas

2.4 Tabel Penyakit

Nama Penyakit Kode Penyakit


Septicemia Epizootica (SE) P01
Brocellosis P02
Helminthiasis P03

2.5 Tabel Gejala

Gejala Kode Gejala


Pembengkakan pada leher sapi G01
Keguguran pada sapi betina G02
Bulu terlihat kusam G03
Nafsu makan menurun G04
Scrotum membesar dan membengkak G05
Sapi terlihat lemas G06
Keluar leleran dari hidung G07
Badan sapi kurus G08

Penyakit dan Gejala

Gejala Keterangan P01 P02 P03


G01 Pembengkakan pada leher sapi      
G02 Keguguran pada sapi betina      
G03 Bulu terlihat kusam      
G04 Nafsu makan menurun      
G05 Scrotum membesar dan membengkak      
G06 Sapi terlihat lemas      
G07 Keluar leleran dari hidung      
G08 Badan sapi kurus      
2.6 Aturan Produksi

 IF Pembengkakan pada leher sapi AND Keluar Leleran


dari hidung AND Nafsu makan menurun AND Sapi
1 terlihat lemas THEN Septicemia Epizootica (SE)

 IF Keguguran pada sapi betina AND Nafsu makan


menurun AND Scrotum membesar dan membengkak
2 AND Sapi terlihat lemas THEN Brocellosis

IF Bulu terlihat kusam AND Nafsu makan menurun


AND Badan sapi kurus AND Sapi terlihat lemas THEN
3 Helminthiasis 

2.7 Metode Mesin Inferensi/Mekanisme Inferansi

Mesin inferensi yang digunakan adalah inferensi forward chaining, dimana


dilakukan pengujian fakta-fakta yang dimasukkan pemakai, fakta-fakta tersebut
adalah gejala-gejala dari penyakit yang terjadi pada sapi, dengan aturan yang telah
disimpan dalam sistem, satu demi satu hingga dapat diambil satu keputusan/
kesimpulan. Berikut ini adalah graf penelusuran dan pelacakan menggunakan
inferensi forward chaining.

G07

Gambar 2.1 Graf Penelusuran penyakit Septicemia Epizootica (SE)

Pada graf diatas terdapat gejala-gejala yaitu, Pembengkakan pada leher sapi
(G01), Nafsu makan menurun (G04), Sapi terlihat lemas (G06), Keluar leleran dari
hidung (G07).
G06

Gambar 2.2 Graf Penelusuran penyakit Brocellosis

Pada graf diatas terdapat gejala-gejala yaitu Keguguran pada sapi betina
(G02), Nafsu makan menurun (G04), Scrotum membesar dan membengkak (G05),
Sapi terlihat lemas (G06).

G06

Gambar 2.2 Graf Penelusuran penyakit Brocellosis

Pada graf diatas terdapat gejala-gejala yaitu, Bulu terlihat kusam (G03), Nafsu
makan menurun (G04), Badan sapi kurus (G08), Sapi terlihat lemas (G06).

2.8 Inisialisasi

Rule Rule Status Premis Number Premis Status


Number

1 A,U 1-1 FR

1-2 FR

1-3 FR
1-4 FR

2 A,U 2-1 FR

2-2 FR

2-3 FR

2-4 FR

3 A,U 3-1 FR

3-2 FR

3-3 FR

3-4 FR

Contoh :

Di berikan beberapa gejala sebagai berikut :

Keguguran pada sapi betina, Nafsu makan menurun, Scrotum membesar dan
membengkak, Sapi terlihat lemas.

1. Langkah Pertama

Table atribut value Table working memory


G01 Pembengkakan pada leher sapi

Rule Rule Status Premis Number Premis Status


Number

1 A,U 1-1 FR FA

1-2 FR

1-3 FR

1-4 FR

2 A,U, M 2-1 FR TU

2-2 FR
2-3 FR

2-4 FR

3 A,U 3-1 FR FA

3-2 FR

3-3 FR

3-4 FR

2. Langkah Kedua

Table atribut value Table working memory


G01 Pembengkakan pada leher sapi
G04 Nafsu makan menurun

Rule Rule Status Premis Number Premis Status


Number

1 A,U 1-1 FR FA

1-2 FR TU

1-3 FR

1-4 FR

2 A,U, M 2-1 FR TU

2-2 FR TU

2-3 FR

2-4 FR

3 A,U 3-1 FR FA
3-2 FR TU

3-3 FR

3-4 FR

3. Langkah Ketiga

Table atribut value Table working memory


G01 Pembengkakan pada leher sapi
G04 Nafsu makan menurun
G06 Sapi terlihat lemas

Rule Rule Status Premis Number Premis Status


Number

1 A,U 1-1 FR FA

1-2 FR TU

1-3 FR FA

1-4 FR

2 A,U, M 2-1 FR TU

2-2 FR TU

2-3 FR TU

2-4 FR
3 A,U 3-1 FR FA

3-2 FR TU

3-3 FR FA

3-4 FR

4. Langkah Keempat

Table atribut value Table working memory


G01 Pembengkakan pada leher sapi
G04 Nafsu makan menurun
G06 Sapi terlihat lemas
G07 Keluar leleran dari hidung

Rule Rule Status Premis Number Premis Status


Number

1 A,U, D 1-1 FR FA

1-2 FR TU

1-3 FR FA

1-4 FR FA

2 A,U, M, TD 2-1 FR TU

2-2 FR TU

2-3 FR TU

2-4 FR TU
3 A,U, D 3-1 FR FA

3-2 FR TU

3-3 FR FA

3-4 FR TU
5. Langkah Kelima

Table atribut value Table working memory


G01 Pembengkakan pada leher sapi
G04 Nafsu makan menurun
G06 Sapi terlihat lemas
G07 Keluar leleran dari hidung
P01 Septicemia Epizootica (SE)

Rule Rule Status Premis Number Premis Status


Number

1 A,U, D 1-1 FR FA

1-2 FR TU

1-3 FR FA

1-4 FR FA

2 A,U, M, TD, FD 2-1 FR TU

2-2 FR TU

2-3 FR TU

2-4 FR TU

3 A,U, D 3-1 FR FA

3-2 FR TU

3-3 FR FA

3-4 FR TU
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam perancangan sistem pakar mendiagnosa penyakit pada sapi ini terdapat
3 jenis penyakit dan 12 gejala berdasarkan hasil wawancara kami dengan pakar yaitu
Dokter Rina Ndun. Dalam perancangan sistem pakar ini kami menggunakan metode
forward chaining sehingga dari jenis penyakit dan gejala yang ada kami memperoleh
3 rule untuk mendiagnosa jenis penyakit pada sapi.
Daftar Pustaka

http://wiki.isikhnas.com/images/f/f3/Penyakit_SEPTICEMIA_EPIZOOTICA_%28SE
%29.pdf

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/5dcd8e2d9dda4dc5efba6cce5af1
1fd8.pdf

http://eprints.ums.ac.id/27269/4/04._BAB_I.pdf

Ignizio, James P.1991, Introduction to Expert System, The Development and


Implementation of Rule-Based Expert System McGraw-Hill

Anda mungkin juga menyukai