Anda di halaman 1dari 10

SOAL 2 ANALISIS KASUS PT.

ASURANSI JIWASRAYA

WHAT : Kasus gagal bayar nasabah yang terjadi pada Asuransi Jiwasraya (persero)

WHEN : Mulai dari tahun 2000an hingga terungkapnya pada tahun 2019

WHERE : Indonesia

WHO :

1. Heru Hidayat (Presiden Komisaris PT Trada Alam Mineral)

2. Benny Tjokrosaputro (Komisaris PT Hanson Internasional)

3. Muhammad Zamkhani (Mantan Direktur SDM dan Kepatuhan Jiwasraya)

4. Djonny Wiguna (Mantan Komisaris Utama Jiwasraya)

5. Hendrisman Rahim (Mantan Direktur Utama Jiwasraya)

6. Hary Prasetyo (Mantan Direktur Keuangan Jiwasraya)

7. De Yong Adrian (Mantan Direktur Pemasaran Jiwasraya)


WHY

Kasus gagal bayar Asuransi Jiwasraya bermula sejak tahun 2006. Saat itu berdasarkan catatan BPK, Jiwasraya telah membukukan
laba semu. Lalu pada tahun 2014, alih-alih melakukan perbaikan perusahaan, Jiwasraya justru menggelontorkan dana sponsor untuk
klub sepak bola Inggris, Manchester City. Di tahun 2015, Jiwasraya meluncurkan produk JS Saving Plan dengan cost of fund tinggi
diatas bunga deposito. BPK menyebut produk saving plan ini merupakan produk yang memberikan kontribusi pendapatan tertinggi
sejak tahun 2015. Selanjutnya di tahun 2017, Jiwasraya memperoleh opini tidak wajar dalam laporan keuangannya karena adanya
kekurangan pencadangan sebesar 7,7 triliun rupiah. Berlanjut ke tahun 2018, Jiwasraya membukukan kerugian unaudited sebesar 15,3
triliun rupiah. Pada September 2019 kerugian menurun menjadi 13,7 triliun rupiah. Kemudian pada november 2019 jiwasraya
mengalami negative equity 27,2 triliun rupiah.

HOW

Permasalahan likuiditas PT Asuransi Jiwasraya (Persero) sejatinya sudah terjadi sejak 2006 silam. Banyak pihak mulai "buang badan"
menyelamatkan diri," jelas Kementerian BUMN dalam info grafis tersebut. Dalam data tersebut, dijelaskan awal kerugian
perseroan Asuransi tertua di Indonesia itu dimulai pada Desember 2006 dimana saat itu ekuitas Jieasraya tercatat negatif Rp3,29
triliun. 

 Kemudian, pada Juli 2009, Menteri Keuangan Sri Mulyani menolak pemberian PMN ke Jiwasraya karena harus lebih dulu dilakukan
audit oleh Auditor Independen. Sementara saat itu, defisit ekuitas Jiwasraya mencapai rp6,3 triliun. 

Lalu pada November 2009, Padma Radya Aktuaria dan Kantor Akuntan publik RSM Aryanto Amir Jusuf Associates menemukan
pencadangan premi Jiwasraya. Kemudian, selang sebulan Desember 2009 ekuitas Jiwasraya surplus Rp800 miliar pasca kebijakan
reasuransi dan revaluasi aset. Akan tetapi, angka ini bersifat semu dan tidak mencerminkan kondisi sebenarnya. Sementara pada
Januari 2010, Kepala Biro Perasuransian Isa Rachmatawarta meminta direksi Jiwasraya untuk meningkatkan kualitas dan keterbukaan
terkait manfaat polis masa depan kepada tertanggung. Direksi juga diminta menyempurnakan teknologi informasi.

Di bulan yang sama, Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK) Fuad Rahmany mengatakan
berdasarkan hasil kajian pihak independen terdapat beberapa catatan/tanggapan terhadap kondisi keuangan Jiwasraya yang jika
diberikan PMN akan berdampak pada kelayakan dari rencana penyehatan Jiwasraya. Lalu pada April 2010, Direksi perseroan kembali
mengusulkan reasuransi dan revaluasi aset. Kepala Biro Perasuransian Isa Rachmatawarta menyatakan metode reasuransi merupakan
penyelesaian sementara terhadap seluruh masalah. Karena keuntungan operasi dari reasuransi cuma mencerminkan keuntungan semu
dan tidak memiliki keuntungan ekonomis.

Kemudian pada Februari 2012, Ketua Bappepam LK Nurhaida menyebutkan Jiwasraya hingga saat ini belum mempunyai langkah-
langkah penyelesaian yang komprehensif. Upaya reasuransi tidak berjalan efektif dan konkret namun dilanjutkan. Dalam infografis itu
juga dijelaskan bahwa selama dua tahun terakhir, tingkat kemampuan perusahaan untuk membayar utang (solvabilitas) tidak
mengalami penurunan yang signifikan yaitu dari Rp6,73 triliun per 31 Desember 2009 menjadi Rp6,39 triliun per 30 November 2011.
Artinya, dibutuhkan langkah komprehensif seperti penambahan modal. Lalu Maret 2012, Menteri BUMN Dahlan Iskan sepakat untuk
menambah modal sebagai jalan penyehatan ke Jiwasraya. Beberapa alternatif di antaranya penerbitan zero coupond bond, obligasi
rekap dan pencarian investor strategis. Selanjutnya pada Mei 2012, Kepala Biro Perasuransian Isa Rachmatawarta menolak
permohonan perpanjangan reasuransi. Laporan keuangan Jiwasraya 2011 disebut tidak mencerminkan angka yang wajar. Kemudian
pada Juni 2012, Jiwasraya menerbitkan JS Saving Plan yaitu Asuransi tabungan rencana dengan bunga 9 persen hingga 13 persen di
bawah pengawasan OJK rezim Muliaman Hadad, Dumoli, Firdaus Djaelani.

Lalu dua tahun kemudian, tepatnya Juni 2014, Jiwasraya menggelontorkan sponsor untuk klub sepakbola asal Inggris, Manchester
City. Selanjutnya pada Oktober 2015, Direktur Pengawasan Asuransi OJK Ahmad Nasrullah menerbitkan surat pengesahan cadangan
premi 2015 sebesar Rp3,8 triliun.
Lompat ke Maret 2016, BPK memberi peringatan gagal bayar pembelian surat utang jangka menengah atau medium term note (MTN)
milik PT Hanson Internasional Tbk (MYRX) yang mayoritas sahamnya kala itu dikuasi oleh Benny Tjokrosaputro.
"Jiwasraya memborong obligasi MYRX senilai total Rp680 miliar dengan kurang memperhitungkan aspek legal lantaran tidak tercatat
di Bursa Efek Indonesia," tulis Kementerian BUMN dalam info grafis tersebut.

Selanjutnya, pada Januari 2018, Direktur Pengawasan Asuransi OJK, Ahmad Nasrullah menerbitkan surat pengesahan cadangan
premi 2016 sebesar Rp10,9 triliun. Lalu pada bulan yang sama, Direktur Utama Jiwasraya Hendrisman Rahim dan Direktur
Keuangan Jiwasraya Hary Prasetyo dicopot. Saat itu, nasabah mulai mencairkan JS Saving Plan karena mencium kebobrokan direksi
lama. Kemudian, pada April 2018 Badan Pemeriksa keuangan mengeluarkan laporan audit terhadap Jiwasraya untuk laporan
keuangan 2006 dan 2007 dengan pendapat Disclaimer. "Asuransi Jiwasraya tidak dapat diandalkan untuk mendukung kewajiban
manfaat polis (cadangan) dan penyajian informasi cadangan tidak dapat diyakini kebenarannya," jelas Kementerian
BUMN. Kemudian pada Mei 2018, Asmawi Syam ditunjuk jadi Direktur Utama Jiwasraya. Lalu pada Juni 2018, Asmawi mengganti
kantor akuntan publik dalam rangka membongkar rekayasa laporan keuangan Jiwasraya tahun buku 2015-2017.

Setelah itu, pada Juli 2018, Menteri BUMN Sofyan Djalil meminta bantuan likuiditas ke Menteri keuangan. Lau mendapatkan dua
alternatif, yaitu pinjaman subordinasi sebesar Rp6 triliun dalam bentuk 100 persen dan tambahan modal berupa 100 persen zero
coupun bond Rp6 triliun. Kemudian pada Desember 2018 ekuitas Jiwasraya tercatat negartif sebesar Rp5,7 triliun.

Sementara itu, pada Agustus 2018, Menteri BUMN Rini Soemarno mengumpulkan direksi untuk mendalami potensi gagal bayar
perseroan. Ia juga meminta BPK dan BPKP untuk melakukan audit investigasi terhadap Jiwasraya. Kemudian pada Oktober
2018, Jiwasraya disebut gagal membayar polis JS Saving Plan sebesar Rp802 miliar. Selanjutnya pada bulan yang sama, pemegang
saham menunjuk Hexana Tri Sasongko sebagai direktur utama Jiwasraya. Ia menggantikan posisi Asmawi yang saat itu menjadi
pucuk pimpinan Jiwasraya. Satu bulan kemudian yakni November 2018, OJK merevisi pengesahan cadangan premi Jiwasraya 2017.
Surat revisi ditandatangani Ahmad Nasrullah. Kala itu ekuitas Jiwasraya Rp10,24 triliun. Hal itu dilakukan karena kepanikan
lantaran Jiwasraya gagal bayar.

Kemudian pada Juni 2019 Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta mulai mendalami kasus Jiwasraya. Selanjutnya pada Desember
2019, Kejaksaan Agung mengambil alih penanganan kasus Jiwasraya indikasi korupsi direksi lama, 13 manajer investasi dan mafia
pasar modal dengan kerugian negara mencapai Rp13,7 triliun.

PROFILING

Djonny Wiguna (DW), Komisaris Utama dan Komisaris Independen Jiwaraya.

Sesuai situs BUMN, Djonny adalah sarjana ekonomi lulusan Universitas Indonesia ini memiliki banyak
pengalaman di industri asuransi. Lahir di Jakarta, 12 Agustus 1951,

Djonny Wiguna memiliki pengalaman sebagai direksi maupun komisaris di berbagai perusahaan yang
bergerak di berbagai lembaga keuangan, perusahaan teknologi informasi, serta konsultan independen.

Djonny menjadi Komisaris Utama merangkap Komisaris Independen PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) sejak
Januari 2009 , ditunjuk oleh Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara.
Hendrisman Rahim (HR), Direktur Utama Jiwasraya

Lahir di Palembang, 18 Oktober 1955, Hendsrisman menjabat sebagai Direktur Utama PT. Asuransi
Jiwasraya (Pesero) pada tanggal 15 Januari 2008 berdasarkan Keputusan Menteri Negara Badan Usaha
Milik Negara Republik Indonesia Nomor Kep-14/MBU/2008 tanggal 8 Januari 2008 tentang Pergantian
Direksi BUMN.

Hary Prasetyo (HP), Direktur Jiwasraya

Lahir di Cimahi, 5 Maret 1970, Hary menjabat sebagai Direktur Keuangan PT  Asuransi Jiwasraya (Pesero)
pada tanggal 15 Januari 2008 berdasarkan Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Republik
Indonesia Nomor Kep-14/MBU/2008 tanggal 8 Januari 2008 tentang Pergantian Direksi BUMN.]

Lulusan Master of Business Administration (MBA), jurusan General Business, City University, Portland -
Oregon, USA, 1997 dan Bachelor of Business Administration (BBA), jurusan Finance, Pittsburg State
University, Pittsburg - Kansas, USA, 1993 ini, sebelum menjabat di Jiwasraya menjalani karir profesionalnya
di industri pasar modal selama lebih dari 10 tahun.

De Yong Adrian (DYA), Direktur Jiwasraya.

Lahir di Samarinda, 08 Agustus 1961. Menjabat sebagai Direktur Pemasaran PT. Asuransi Jiwasraya
(Pesero) pada tanggal 15 Januari 2008 berdasarkan Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara
Republik Indonesia Nomor Kep-14/MBU/2008 tanggal 8 Januari 2008 tentang Pergantian Direksi BUMN.
Muhamad Zamkhani (MZ), Direktur Jiwasraya

Berlatar belakang Pegawai Negeri Sipil di Kementerian BUMN,  pria yang lahir di Magelang Tahun 1966 ini
mengawali karirnya di Direktorat Jenderal Moneter, Direktorat Pembinaan BUMN Tahun 1990.

Lulusan Universitas Gadjah Mada Fakultas Ekonomi Akuntansi, melanjutkan studinya di Rutgers University,
Graduate School of Management di New Jersey USA pada Tahun 1992.

Di tahun 2015 sesuai dengan SK Kementerian BUMN Nomor SK-226/MBU/11/2015 dan sesuai dengan
persetujuan Otoritas Jasa Keuangan atas Penilaian Kemampuan dan Kepatutan (Fit And Proper Test),
Muhamad Zamkhani menjabat sebagai Direktur PT Asuransi Jiwasraya (Persero).

Saat ini, Hendrisman menduduki jabatan di perusahaan asuransi yang berafiliasi dengan PT Pool Advista
Finance Tbk, 1 dari 14 perusahaan manajer investasi yang mengelola dana investasi Jiwasraya. Adapun
Hary Prasetyo kini di kantor staf Presiden Jokowi. 

Benny Tjokrosaputro (BT), Komisaris PT Hanson Internasional

Benny adalah direktur utama sekaligus pemilik PT Hanson Internasional Tbk (MYRX).  Benny kini ditahan di
rumah tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK. Pengusaha asal Solo ini ditengarai ikut menjadi
salah satu otak yang terlibat investasi di Jiwasraya.

Catatan Kontan.co.id, Jiwasraya pernah membenamkan dana sebesar Rp 680 miliar untuk
membeli medium term notes perusahaan Benny Tjokro dengan kode saham MYRX.
Dalam beberapa kali wawancara dengan kontan.co.id, Benny menyebut kalau ia sudah melunasi MTN
tersebut. Hanson International sudah melakukan pembelian kembali (buy back) seluruh MTN
tersebut  pada Desember 2018 senilai Rp 680 miliar.

MTN tersebut awalnya didekap oleh PT Pelita Indo Karya dan PT Royal Bahana Sakti. Kemudian dua
perusahaan itu menjual MTN tersebut kepada Jiwasraya. Total kopral yang dijual ke Jiwasraya Rp 680
miliar. Tak lama berselang, Jiwasraya menjual MTN tersebut kepada PT Pacific 2000 Securities.

Saat dipegang Pacific 2000 Securities, MYRX mulai membeli kembali (buy back) MTN tersebut. Tahap
pertama,  Rp 280 miliar. Alhasil tersisa Rp 400 miliar. MTN ini lantas berpindah tangan ke PT Asabri
(Persero),  yang juga merupakan pemilik saham Hanson sebesar 5,4%.

Sejak dipegang oleh Asabri, Hanson kembali melakukan buy back bertahap hingga akhirnya dapat
membeli kembali MTN tersebut seluruhnya pada 28 Desember 2018.

Dalam audit BPK juga terungkap,  Jiwasraya memborong MTN MYRX yang saat itu memiliki rating BBB
dengan nilai total Rp 680 miliar. Hanya saja, Jiwasraya tak memperhatikan aspek legal MTN tersebut.
Sebab, MTN tersebut tidak didaftarkan berdasarkan peraturan perundangan, di dalam negeri dan luar
negeri. Kepemilikan ini juga tidak tercatat di bursa efek manapun. Tercatat, Jiwasraya memegang MTN itu
pada tahun 2015.  Jiwasraya memegang MTN itu selama 3 minggu dengan imbal hasil 12% per tahun.

Hingga saat ini, belum jelas keterlibatan Benny dalam megaskandal Jiwasraya. Namun, dia disebut-sebut
ikut campur tangan dalam penempatan investasi Jiwasraya.
Heru Hidayat (HH), Presiden Komisaris PT Trada Alam Mineral

Heru Hidayat adalah Komisaris Utama PT Inti Agri Resources Tbk (IIKP), emiten yang sahamnya dibeli
Jiwasraya lebih dari 5,44%%. IIKP bergerak di bidang budidaya, distribusi dan perdagangan ikan arwana.
Belakangan terungkap, kepemilikan saham IIKP oleh Jiwasraya membesar lantaran penempatan dana
investasi Jiwasraya di 14 reksadana  seluruhnya di IIKP. 

Oh iya, Heru Hidayat juga merupakan Komisaris PT Trada MaritimTbk (TRAM).  Selain di Trada Maritim,
Heru juga menjadi komisaris di PT Inti Agri Resources Tbk (IIKP) . Heru Hidayat  juga memiliki saham IIKP
sebesar 2,94%, selain  publik 88,26% per 31 Desember 2019.

Dalam situs Trada Maritim, Heru juga sempat menjabat sebagai direktur utama TRAM selama 5 tahun,
berdasarkan akta keputusan rapat umum pemegang saham luar biasa tanggal 14 Oktober 2017.

FENOMENA GUNUNG ES

Hubungannya dengan fenomena Gunung Es terhadap kasus Jiwasraya adalah munculnya Kasus Jiwasraya ini tampak kecil di atas
permukaan bagaikan permukaan gunung es yang terlihat saja, namun ternyata setelah ditelisik lebih dalam kasus tersebut sangatlah
besar dan tidak terlihat bahkan dapat merugikan triliunan rupiah yang membelit Jiwasraya hingga berakhir tak mampu membayar
polis asuransi (gagal bayar) JS Savings Plan. Seperti yang telah diberitakan pada waktu itu awal terungkapnya kasus ini hanya
melibatkan sedikit orang saja, namun setelah diselidiki lebih jauh lagi ternyata orang-orang yang terlibat malah semakin bertambah
akibat memiliki keterkaitan atau hubungan terhadap kasus tersebut yang akhirnya ditetapkan sebagai tersangka. Artinya kasus ini tidak
melibatkan hanya satu jaringan saja melainkan banyak sekali melibatkan beberapa jaringan sampai ada beberapa pihak luar negeri
yang ikut diduga terlibat.

Anda mungkin juga menyukai