Anda di halaman 1dari 10

Asuransi dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)

Pengertian menurut Bab 9, Pasal 246 :


"Asuransi atau Pertanggungan adalah suatu perjanjian di mana seorang
penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima
suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian,
kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan
dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu.”

Asuransi dalam Undang-Undang No. 2 Th 1992 tentang usaha perasuransian


adalah:
Perjanjian antara dua pihak atau lebih, di mana pihak penanggung mengikatkan diri
kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan
penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum pihak ke tiga yang
mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti,
atau memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau
hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.

Maka bisa dikatakan bahwa asuransi adalah sebuah bentuk perjanjian di mana
harus memenuhi syarat sebagaimana tertuang dalam Pasal 1320 KUH Perdata,
namun dengan karakteristik “khusus” sebagai mana dijelaskan dalam Pasal 1774
KUH Perdata yang menyatakan bahwa:

Suatu persetujuan untung-untungan (kans overeenkomst) adalah suatu perbuatan


yang hasilnya, mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak maupun bagi
sementara pihak, bergantung kepada kejadian yang belum tentu.   
Bahwa ada 4 (empat) prinsip asuransi, yaitu :
1. Prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan (Insurable interest);
2. Prinsip jaminan atas kerugian (Indemnity);
3. Prinsip kepercayaan (Trustfull);
4. Prinsip itikad baik (Utmost Goodfaith). 1.

1. Radiks Purba, 1992, Memahami Asuransi di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, hlm.
44
Prinsip itikad baik ini berhubungan dengan Pasal 1320, 1321, 1323, 1328 dan 1338
KUH Perdata serta Pasal 251 KUHD. Yang di maksud dengan itikad baik dalam
Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata adalah bahwa perjanjian harus dilaksanakan
secara pantas dan patut.

6 (enam) macam prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam Asuransi, yaitu:

1) Insurable interest
Hak untuk mengasuransikan, yang timbul dari suatu hubungan keuangan,
antara tertanggung dengan yang diasuransikan dan diakui secara hukum.

Prinsip kepentingan adalah prinsip yang menghendaki bahwa dalam


perjanjian pertanggungan, pihak tertanggung harus memiliki kepentingan
terhadap obyek yang dipertanggungkan, ditegaskan dalam pasal 250 KUHD.

2) Utmost good faith


Suatu tindakan untuk mengungkapkan secara akurat dan lengkap, semua
fakta yang material (material fact) mengenai sesuatu yang akan
diasuransikan baik diminta maupun tidak. Artinya adalah: si penanggung
harus dengan jujur menerangkan dengan jelas segala sesuatu tentang
luasnya syarat/kondisi dari asuransi dan si tertanggung juga harus
memberikan keterangan yang jelas dan benar atas objek atau kepentingan
yang dipertanggungkan.
Prinsip iktikad baik, Istilah iktikad baik atau goed trouw atau utmost good
faith berarti kemauan baik dari setiap pihak untuk melakukan
perbuatan hukum agar akibat dari kehendak/perbuatan hukum itu dapat
tercapai dengan baik. Iktikad baik selalu dilindungi oleh hukum, sedangkan
tidak adanya unsur tersebut tidak dilindungi ( Purwosutjipto, 1990 : 92 ). Contoh
dari prinsip iktikad baik adalah diatur dalam pasal 251 dan pasal 281 KUHD.

3) Proximate cause
Suatu penyebab aktif, efisien yang menimbulkan rantaian kejadian yang
menimbulkan suatu akibat tanpa adanya intervensi suatu yang mulai dan
secara aktif dari sumber yang baru dan independen.

4) Indemnity
Indemnitas berarti ganti rugi. Prinsip indemnitas adalah bahwa tertanggung
pada prinsipnya hanya berhak menerima penggantian kerugian dari
penanggung sebesar kerugian yang dideritanya. Suatu mekanisme di mana
penanggung menyediakan kompensasi finansial dalam upayanya
menempatkan tertanggung dalam posisi keuangan yang ia miliki sesaat
sebelum terjadinya kerugian (KUHD pasal 252, 253 dan dipertegas dalam
pasal 278).

Prinsip idemnitas ini hanya berlaku bagi asuransi kerugian dan tidak berlaku
bagi asuransi jiwa, sebab pada asuransi jiwa, prestasi penanggung adalah
membayar suatu jumlah yang telah ditentukan pada saat perjanjian dilakukan
( Purwosutjipto, 1990 : 43 ). Prinsip indemnitas tidak berlaku pada asuransi
jiwa karena bagaimanapun jiwa manusia tidak mungkin dapat dinilai dengan
uang ( Emmy Pangaribuan, 1990 : 10 ).

5) Subrogation
3. https://tirto.id/erAC
4. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Simak, Ini Kronologi Lengkap Kasus Jiwasraya
Versi BPK", https://money.kompas.com/read/2020/01/09/063000926/simak-ini-kronologi-lengkap-
kasus-jiwasraya-versi-bpk.
Penulis : Fika Nurul Ulya
Editor : Bambang Priyo Jatmiko
Pengalihan hak tuntut dari tertanggung kepada penanggung setelah klaim
dibayar. Dalam pasal 284 KUHD dikatakan bahwa penanggung yang telah
membayar kerugian dari suatu benda yang dipertanggungkan mendapat
semua hak yang ada pada tertanggung terhadap pihak ketiga yang
menyebabkan kerugian tersebut.  Hal inilah yang dinamakan subrogasi.

6) Contribution
Hak penanggung untuk mengajak penanggung lainnya yang sama-sama
menanggung, tetapi tidak harus sama kewajibannya terhadap tertanggung
untuk ikut memberikan indemnity.

     
Jiwasraya dibangun dari sejarah panjang. Bermula dari NILLMIJ, Nederlandsch
Indiesche Levensverzekering en Liffrente Maatschappij van 1859, tanggal 31
Desember 1859. Perusahaan asuransi jiwa yang pertama kali ada di Indonesia
(Hindia Belanda waktu itu) didirikan dengan akta Notaris William Hendry Herklots
Nomor 185.

Mengenai Dasar Prinsip Ausransi dalam KUHD dikaitkan dengan Perkara Asuransi
Jiwasraya yang saat ini sedang dalam penyidikan. Keuangan perusahaan BUMN
tersebut minus. Mereka bahkan mencatatkan diri sebagai perusahaan dengan gagal
bayar polis terbesar dalam sejarah asuransi Indonesia.

Ekuitas Jiwasraya pada kuartal III/2019 tercatat sudah minus Rp23,92 triliun—
utangnya Rp49,6 triliun tapi asetnya hanya Rp25,6 triliun. Jiwasraya juga tercatat
rugi Rp13,74 triliun per September 2019.

Manajemen lama Jiwasraya, menurut BPK, tak melakukan analisis pembelian dan
penjualan saham atas data yang valid dan objektif. Hal tersebut terlihat dari aset
finansial pada instrumen saham sebanyak 22,4 persen atau senilai Rp5,7 triliun. Dari
total tersebut, hanya 5 persen dana ditempatkan pada saham perusahaan dengan
kinerja baik (LQ 45), sementara sisanya ditempatkan di saham yang berkinerja
buruk. Jual-beli saham tersebut terindikasi dilakukan dengan 'kesepakatan harga',
sehingga harga jual beli tidak mencerminkan harga yang sebenarnya. Dari transaksi
tersebut, sejumlah pihak juga dicurigai menerima fee. Tak hanya itu, aset finansial
Jiwasraya pada instrumen reksadana juga tak mempertimbangkan prinsip kehati-
hatian.

Baca selengkapnya di artikel "Betapa Rumitnya Mengurai Kasus Jiwasraya" 3


https://tirto.id/erAC

Badan Pemeriksa Keuangan ( BPK) akhirnya menjabarkan secara rinci kronologi


kasus yang membelit Jiwasraya hingga berakhir tak mampu membayar polis
asuransi (gagal bayar) JS Savings Plan. Ketua BPK RI Agung Firman Sampurna
menuturkan, penyebab utama gagal bayarnya Jiwasraya adalah kesalahan
mengelola investasi di dalam perusahaan. Jiwasraya kerap menaruh dana di
saham-saham berkinerja buruk. "Saham-saham yang berisiko ini mengakibatkan
negative spread dan menimbulkan tekanan likuiditas pada PT Asuransi Jiwasraya
yang berujung pada gagal bayar," kata Agung di BPK RI, Jakarta, Rabu (8/1/2020). 4

Kasus Jiwasraya disebut-sebut bermula pada 2002. BUMN asuransi itu dikabarkan
sudah mengalami kesulitan. Namun, berdasarkan catatan BPK, Jiwasraya telah
membukukan laba semu sejak 2006. Alih-alih memperbaiki kinerja perusahaan
dengan mempertimbangkan saham berkualitas, Jiwasraya telah mendanai sponsor
klub sepak bola dunia, Manchester City, pada 2014. Kemudian pada tahun 2015,
Jiwasraya meluncurkan produk JS Saving Plan dengan cost of fund yang sangat
tinggi di atas bunga deposito dan obligasi. Sayangnya, dana tersebut kemudian
diinvestasikan pada instrumen saham dan reksadana yang berkualitas rendah. Pada
2017, Jiwasraya kembali memperoleh opini tidak wajar dalam laporan keuangannya.
3. https://tirto.id/erAC
4. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Simak, Ini Kronologi Lengkap Kasus Jiwasraya
Versi BPK", https://money.kompas.com/read/2020/01/09/063000926/simak-ini-kronologi-lengkap-
kasus-jiwasraya-versi-bpk.
Penulis : Fika Nurul Ulya
Editor : Bambang Priyo Jatmiko
Padahal, saat ini Jiwasraya mampu membukukan laba Rp 360,3 miliar. Opini tidak
wajar itu diperoleh akibat adanya kekurangan pencadangan sebesar Rp 7,7 triliun.
"Jika pencadangan dilakukan sesuai ketentuan, seharusnya perusahaan menderita
rugi (pada saat itu)," ungkap Agung. Berlanjut ke tahun 2018, Jiwasraya akhirnya
membukukan kerugian unaudited sebesar Rp 15,3 triliun. Pada September 2019,
kerugian menurun jadi Rp 13,7 triliun. Kemudian pada November 2019, Jiwasraya
mengalami negative equity sebesar Rp 27,2 triliun. Disebutkan sebelumnya,
kerugian itu terutama terjadi karena Jiwasraya menjual produk saving plan dengan
cost of fund tinggi di atas bunga deposito dan obligasi. Apalagi berdasarkan catatan
BPK, produk saving plan merupakan produk yang memberikan kontribusi
pendapatan tertinggi sejak tahun 2015. BPK akhirnya melakukan investigasi
pendahuluan yang dimulai pada 2018. Yang menggemparkan, hasil investigasi ini
menunjukkan adanya penyimpangan yang berindikasi fraud dalam mengelola
saving plan dan investasi. Potensi fraud disebabkan oleh aktivitas jual beli saham
dalam waktu yang berdekatan untuk menghindari pencatatan unrealized loss.
Kemudian, pembelian dilakukan dengan negosiasi bersama pihak-pihak tertentu
agar bisa memperoleh harga yang diinginkan.

Atas permintaan dari Komisi XI DPR RI dengan surat Nomor PW/19166/DPR


RI/XI/2019 tanggal 20 November 2019 untuk melakukan PDTT lanjutan atas
permasalahan itu kepada BPK.
Kejaksaan Agung juga meminta BPK untuk mengaudit kerugian negara. Permintaan
itu dilayangkan melalui surat tanggal 30 Desember 2019. "Jadi jelas, penanganan
kasus Jiwasraya bukan hanya masuk di ranah audit, tapi juga sudah masuk di ranah
penegakan hukum," tuturnya. Kasus masih berlanjut, BPK pun saat ini tengah
melakukan dua pekerjaan, yaitu melakukan investigasi untuk memenuhi permintaan
DPR dan menindaklanjuti hasil investigasi pendahuluan. Sekaligus menghitung
kerugian negara atas permintaan Kejagung. BPK dan Kejagung berjanji, dalam
kurun waktu dua bulan pihaknya akan mengungkap pelaku yang terlibat, institusi
yang terlibat, dan angka pasti kerugian negara. "Ini skala kasus yang sangat besar,
memiliki risiko sistemik dan gigantik. Beri kami waktu. Dalam waktu dua bulan kami
bisa segera memberi tahu teman-teman siapa pelakunya dan berapa kerugian
negaranya," tutup Agung.

November 2019, Kementerian BUMN di bawah kepemimpinan Erick Thohir


mengaku melaporkan indikasi kecurangan di Jiwasraya ke Kejaksaan Agung
(Kejagung). Hal itu dilakukan setelah pemerintah melihat secara rinci laporan
keuangan perusahaan yang dinilai tidak transparan.

Kementerian BUMN juga mensinyalir investasi Jiwasraya banyak ditaruh di saham-


saham gorengan. Hal ini yang menjadi satu dari sekian masalah gagal bayar klaim
Asuransi Jiwasraya.

Selain Kejagung, Kejaksaan Tinggi (Kejati) DKI Jakarta juga menaikkan status
pemeriksaan dari penyelidikan menjadi penyidikan pada kasus dugaan korupsi.

Desember 2019: Penyidikan Kejagung terhadap kasus dugaan korupsi Jiwasraya


menyebut ada pelanggaran prinsip kehati-hatian dalam berinvestasi. Jaksa Agung
ST Burhanuddin bahkan mengatakan Jiwasraya banyak menempatkan 95 dana
investasi pada aset-aset berisiko, Imbasnya, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
turut memantau perkembangan penanganan perkara kasus dugaan korupsi di balik
defisit anggaran Jiwasraya.

Selain itu, Kejagung meminta Direktorat Jenderal (Ditjen) Imigrasi Kementerian


Hukum dan HAM mencekal 10 nama yang diduga bertanggung jawab atas kasus
Jiwasraya, yaitu: HH, BT, AS, GLA, ERN, MZ, DW, HR, HP, dan DYA.

Pendapat hukum:

Bahwa berdasarkan artikel mengenai Kasus Asuransi Jiwasraya yang merupakan


salah satu BUMN di Indonesia, dapat terbukti adanya pelanggaran prinsip-prinsip

3. https://tirto.id/erAC
4. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Simak, Ini Kronologi Lengkap Kasus Jiwasraya
Versi BPK", https://money.kompas.com/read/2020/01/09/063000926/simak-ini-kronologi-lengkap-
kasus-jiwasraya-versi-bpk.
Penulis : Fika Nurul Ulya
Editor : Bambang Priyo Jatmiko
utama Asuransi yang berlaku oleh oknum / pejabat di Perusahaan BUMN Asuransi
tersebut, yaitu :
 Prinsip Utmost good faith
 Proximate cause
 Prinsip jaminan atas kerugian (Indemnity); dan
 Prinsip kepercayaan (Trustfull);
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengumumkan pernyataan resmi terkait skandal
Jiwasraya. Salah satunya, laba perseroan sejak 2006 disebut semu karena
melakukan rekayasa akuntansi (window dressing). Hasil pemeriksaan BPK akan
menjadi dasar bagi Kejagung mengambil putusan terhadap orang-orang yang
bertanggung jawab atas kondisi Jiwasraya.

Sebagai suatu Perusahaan BUMN, maka Pihak yang paling dirugikan adalah
Negara sebagai pemilik saham dan Para Nasabah Jiwasraya atas kasus yang terjadi
didalam tubuh perusahaan BUMN a quo. Sehingga terjadi pelanggaran Asas/prinsip
kepercayaan publik terhadap Perusahaan Asuransi Jiwasraya.

Kerugian Materiil yang dialami Negara dan Para Nasabah menunjukkan dan
membuktikan Jiwasraya tidak dapat menjalankan Prinsip jaminan atas kerugian
(Indemnity) bagi para Tertanggung yang merupakan “Nasabah” yang beritikad baik,
yang pada dasarnya telah memberikan kepercayaan atas dana premi yang
dibayarkan mereka pada saat menandatangani kesepakatan dalam perjanjian yang
telah dibuat. Sebagaimana diatur dalam Pasal 255 KUHD, yang menentukan bahwa
pertanggungan harus diadakan secara tertulis dengan sepucuk akta, yang
dinamakan polis. Apabila melihat ketentuan pasal tersebut, polis merupakan syarat
sahnya perjanjian asuransi, padahal polis adalah alat bukti tentang adanya
perjanjian asuransi, karena perjanjian asuransi bersifat konsensuil.

Yang menjadi obyek dalam asuransi kerugian adalah harta kekayaan. Obyek
asuransi tersebut harus jelas dan pasti. Apabila berupa harta kekayaan, harta
kekayaan apa berapa jumlahnya dan ukurannya, dimana letaknya,. apa mereknya,
buatan mana, berapa nilainya dan sebagainya. 5
Abdulkadir Muhammad, 2002. Hukum Asuransi Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, hlm 51

Prestasi dari suatu perjanjian harus tertentu atau dapat ditentukan. Hal ini obyek
yang diperjanjikan spesifikasinya harus detail dan konkrit. Suatu obyek perikatan
harus dapat ditentukan juga obyeknya diperkenankan dan prestasinya
dimungkinkan.6 Dengan adanya kepercayaan dari pihak penanggung yang
diimbangi dengan itikad baik dari tertanggung, menunjukkan adanya penerapan
prinsip kepercayaan dan prinsip itikad baik dalam asuransi kerugian. Itikad baik tidak
saja ada pada tertanggung, tetapi juga ada pada pihak penanggung karena
penanggung sudah menjelaskan luas jaminan yang diberikan kepada tertanggung,
yang semuanya tertuang di dalam polis. Pasal 1338 yat (3) KUH Perdata
menentukan bahwa setiap perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Yang di
maksud dengan itikad baik dalam Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata adalah bahwa
perjanjian harus dilaksanakan secara pantas dan patut.

Perjanjian asuransi pada dasarnya adalah perjanjian penggantian kerugian. Tujuan


asuransi adalah memperalihkan risiko tertanggung kepada penanggung. Dengan
adanya perjanjian asuransi ini penanggung mempunyai kewajiban mengganti
kerugian tertanggung dengan imbalan pembayaran premi dari tertanggung.
Semuanya tertuang di dalam polis. Tetapi dalam kasus Jiwasraya, justru bertolak
belakang antara harapan Tertanggung dengan kenyataan. PT. Asuransi Jiwasraya
saat ini tidak dapat menjalankan kewajibannya bahkan tidak dapat mengembalikan
uang “Nasabahnya” akibat masalah intern pengelolaan keuangan yang tidak
mengutamakan prinsip-prinsip kehati-hatian dan segala peraturan yang berlaku.

3. https://tirto.id/erAC
4. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Simak, Ini Kronologi Lengkap Kasus Jiwasraya
Versi BPK", https://money.kompas.com/read/2020/01/09/063000926/simak-ini-kronologi-lengkap-
kasus-jiwasraya-versi-bpk.
Penulis : Fika Nurul Ulya
Editor : Bambang Priyo Jatmiko

Anda mungkin juga menyukai