Anda di halaman 1dari 17

CRUSHING DAN GRINDING

(Pengolahan Mineral)

OLEH :

RIRINA DARA

1204108010061

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM - BANDA ACEH
2015
CRUSHING
CRUSHING (Peremukan/Pemecahan)
Crushing adalah proses reduksi/pengecilan ukuran dari bahan galian/bijih yang
langsung dari tambang dan berukuran besar-besar (diameter sekitar 110cm) menjadi ukuran
20-25cm bahkan bisa mencapai 2,5cm.
Crushing bagian dari kominusi ini memiliki 3 tahap, yaitu primary crushing,
secondary crushing, dan fine crushing (grinding).
a. Primary Crushing
Merupakan tahap penghancuran yang pertama, dimana umpan berupa bongkahanbesar
yang berukuran +/- 84x60 inchi dan produknya berukuran 4 inchi. Beberapa alat yang
digunakan dalam proses primary crushing ini adalah :
 Jaw Crusher
Alat ini mempunyai 2 jaw, yang satu dapat digerakkan (swing jaw) dan yang lainnya tidak
dapat bergerak (fixed jaw). Beberapa bagian dari Jaw Crusher ini adalah :
 Setting Block, bagian dari jaw crusher untuk mengatur agar ukuran lubang sesuai
dengan yang dikehendaki.
 Toggle, bagian dari jaw crusher yang befungsi untuk mengubah gerakan naik turun
menjadi gerakan maju mundur.
 Pitman, berfungsi untuk mengubah gerakan berputar maju mundur menjadi naik
turun.
 Swing Jaw, bagian dari jaw crusher yang dapat bergerak akibat dari gerakan atau
dorongan toggle.
 Fixed Jaw, bagian dari jaw crusher yang tidak bergerak/diam.
 Mouth, bagian dari mulut jaw crusher yang berfungsi sebagai lubang penerima
umpan.
 Throat, bagian paling bawah yang berfungsi sebagai lubang pengeluaran.
 Gate, adalah jarak mendatar pada mouth.
 Set, adalah jarak mendatar pada throat.
 Closed Setting, jarak antara fixed jaw dengan swing jaw pada saat swing jaw ekstrim
ke depan.
 Open Setting, jarak antara fixed jaw dengan swing jaw pada saat swing jaw ekstrim
ke belakang.
 Throw, selisih pelemparan antara fixed jaw dan swing jaw.

Skematika Jaw Crusher:


Bagian utama dari Jaw crusher adalah dua plat baja yang dapat membuka dan menutup
seperti rahang. Salah satu plat dari jaw ini tidak begerak, atau selalu diam, dan disebut fix
jaw. Sedangkan yang satunya selalu bergerak maju mundur dan disebut sebagai moving
jaw.
Gerakan mundur maju fix jaw ditimbulkan oleh mekanisme putaran sumbu eksentrik atau
eccentric rotation. Jaw yang bergerak akan memberi gaya tekan, kompresi kepada bijih yang
masuk dalam rongga remuk, rongga di antara dua plat atau jaw. Bijih yang masuk rongga
remuk akan segera mendapat gaya tekan atau kompresi dari yang bergerak. Bijih yang
remuk akan turun hingga mendapat tekanan baru. Bijih yang remuk  secara leluasa akan
bebas turun di antara dua kompresi. Pada jaw  crusher, peremukan bijih hanya terjadi oleh
alat, yaitu saat jaw bergerak memberi tekanan. Mekanisme peremukan ini disebut arrested
crushing.
Ukuran dan distribusi bijih hasil peremukan tergantung pada pengaturan mulut pengeluaran
atau setting, yaitu open side setting, bukaan maksimum dari mulut. Bukaan diatur dengan
merubah posisi toggle di belakang alat. Pengaturan Bukaan maksimum atau open side
setting dan bukaan minimum atau close side setting akan menentukan ukuran terbesar dan
distribusi dari bijih yang keluar dari rongga jaw. Produk peremukan biasanya akan
berukuran 85 persen dari bukaan maksimum atau open side setting. Sedangkan ukuran
terbesar yang dapat masuk ke dalam rongga jaw adalah 85 persen dari gape.
Gambar 1. Skematika Jaw Crusher
Ukuran produk hasil peremukan yang menggunakan Jaw Crusher  dapat ditentukan dengan
Memakai lembar kerja yang disiapkan di bawah. Masukkan data yang diperlukan, kemudian
tekan update. Ukuran produk dinyatakan  dengan P.80. Arti notasi P adalah untuk produk
dan 80 menyatakan depalan puluh persen dari berat produk berukuran lebih kecil dari
ukuran P.80. Misal P.80 = 92.0 mm, artinya delapan puluh persen berat dari produk jaw
crusher berukuran kurang dari 92,0 mm.

Faktor-faktor yang mempengaruhi efisisensi jaw crusher :


o Lebar lubang bukaan
o Variasi dari throw
o Kecepatan
o Ukuran umpan
o Reduction ratio (RR)
Reduction ratio yang baik pada primary crushing adalah 4-7, sedangkan untuk secondary
crushing 14-20 dan fine crushing adalah 50-100.
 Kapasitas yang dipengaruhi oleh jumlah umpan per jam dan berat jenis umpan

 Gyratory Crusher
Gyratory crusher digunakan bila diperlukan alat yang mampu menghasilkan produk
Berkapasitas besar. Operasi atau mekanisme peremukan oleh Gyratory crusher adalah full
time crushing. Artinya alat ini meremuk bijih selama siklus putarannya. Jadi alat ini jauh
lebih efisien dibanding dengan jaw crusher. Namun demikian, gyratory crusher memerlukan
biaya modal dan biaya pemeliharaan yang besar.
Gyratory crusher memiliki sumbu tegak, main shaft, tempat terpasangnya peremuk yang
disebut mantle atau head, digantung pada spider. Sumbu tegak diputar secara eccentric dari
bagian bawah, eccentric sleeve, mengakibatkan suatu gerakan berputar mantle selalu
mendekat ke arah shell. Mantle berada dalam shell yang berbentuk kerucut membesar ke
atas, sehingga membentuk rongga remuk, crushing chamber antara concave atau shell
dengan mantle.
Gambar 2. Gyratory Crusher
Mantle bersama sumbu tegak bergerak secara gyratory  dan memberi gaya kompresi ke
arah shell. Gaya kompresi ini akan meremuk bijih  dalam rongga remuk. Peremukan bijih
hanya terjadi  ketika bijih dikenai gaya kompresi. Oleh karena itu peremukan ini disebut
arrested crushing. Setelah remuk bijih turun secara gravity. Gyratory crusher melakukan
peremukan selama ciklus putarannya. Jadi setiap saat, mantle begerak ke arah shell, setiap
saat mantle memberikan gaya kompresi terhadap bijih yang berada dalam rongga remuk.
Mekanisme peremukan ini disebut sebagai full time crushing.

Gambar 3. Skematika Gyratory Crusher


Gyratory crusher tidak memerlukan feeder sebagai pengumpan bijih yang akan masuk. Bijih
dapat ditaruh dengan cara ditumpuk di atasnya. Hal ini berbeda dengan jaw crusher yang
sangat tergantung pada feeder untuk pengatur laju bijih yang akan masuk ke dalam crusher.
b. Secondary Crushing (Tahap kedua)
Dapat memecah material yang berukuran 150mm menjadi 12.5-25.4mm. Pada tahapan ini
kadang masih di jumpai ukuran partikel 75mm sehingga perlu di lakukan cushing tahap
ketiga. Alat peremuk yang digunakan adalah Cone Crusher, Hammer Mill dan Rolls. 
 Cone Crusher
Cone crusher merupakan alat peremuk yang biasa digunakan untuk tahap secondary
crushing. Alat ini merupakan modifikasi dari gyratory crusher. Sumbu tegak ditunjang di
bawah kepala remuk atau mantle atau cone. Alat ini mempunyai kelebihan, yaitu ketika
bijih atau umpan yang masuk terlalu keras, maka bowl secara otomatis akan bergerak ke
arah luar.
Ukuran cone crusher dinyatakan dengan diameter mulut tempat masuknya umpan,
sekitar dua kali gape. Sedangkan ukuran gyratory crusher dinyatakan dengan gape dikali
diameter mantle.

Gambar 4. Cone Crusher


Gambar 5. Skematika Cone Crusher
Tipe Cone crusher
 Standard Cone crusher
memiliki rongga remuk bertangga dan membesar ke arah umpan masuk. Hal ini
memungkinkan umpan yang dapat diremuk menjadi relative besar.
 Short Head Crusher
mempunyai rongga remuk lebih sempit dan mulut tempat umpan masuk yang
relative lebih sempit juga.

Gambar 6. Skematika Standard Dan Short Head Crusher

Ukuran produk hasil peremukan dengan menggunakan cone crusher akan ditentukam oleh
besar nilai open side setting yang dipakai. Setting pada cone crusher diatur dengan menurun
naikkan bowl, sedangkan pada gyratory crusher dengan  menurun naikkan sumbu tegak.

 Hammer Mill
Hammer mill dipakai dalam secondary crusher untuk memperkecil produk dari primary
crushing dengan ukuran umpan yang diperbolehkan adalah kurang dari satu inchi. Alat
ini merupakan alat yang berbeda cara penghancurannya dibandingkan dengan alat
secondary crushing lainnya.
Pada hammer mill, proses penghancurannya menggunakan shearing stress, sedangkan
pada secondary crushing lainnya menggunakan compressive stress.

Gambar 7. Hammer Mill


 Roll Crusher
Alat ini terdiri dari dua silinder baja dan masing-masing dihubungkan pada as (poros)
sendiri-sendiri. Silinder ini hanya satu saja yang berputar dan lainnya diam, tapi karena
adanya material yang masuk dan pengaruh silinder lainnya, maka silinder ini ikut
berputar juga. Putaran masing-masing silinder tersebut berlawanan arah sehingga
material yang ada di atas roll akan terjepit dan hancur.
Bentuk dari roll crusher ada 2 macam, yaitu:
o   Rigid Roll
Alat ini porosnya tidak dilengkapi dengan pegas, sehingga kemungkinan patah pada
poros sangat besar. Roll yang berputar hanya 1 saja, tapi ada juga yang keduanya
berputar.
o   Spring Roll
Alat ini dilengkapi dengan pegas, sehingga kemungkinan porosnya patah sangat kecil.
Dengan adanya pegas maka roll dapat mundur dengan sendirinya bila ada material yang
sangat keras, sehingga tidak dapat dihancurkan dan material tersebut akan jatuh.
Gambar 8. Roll Crusher
Hancurnya material pada roll crushing dibedakan menjadi:
o   Choke Crushing
Penghancuran material tidak hanya dilakukan oleh permukaan roll, tetapi juga oleh
sesama material itu sendiri.
o   Free Crushing, yaitu material yang masuk langsung dihancurkan oleh roll.

c. Fine crushing (Tahap lanjutan)


Fine crushing merupakan peremukan tahap lanjut dari secondary crushing, alat yang
digunakan adalah Rolls, Dry Ball Mills, Disc Mills dan Ring Mills. Umpan yang biasanya
digunakan kurang dari 25,4 mm.untuk memperkecil material hasil penambangan yang
umumnya masih berukuran bongkah digunakan alat peremuk. Material hasil dari
peremukan kemudian dilakukan pengayakan atau screening yang akan menghasilkan dua
macam produk yaitu produk yang lolos ayakan yang disebut undersize yang merupakan
produk yang akan diolah lebih lanjut atau sebagai produk akhir, dan material yang tidak
lolos ayakan yang disebut oversize yang merupakan produk yang harus dilakukan
peremukan lagi.
Gambar 9. Dry Ball Mill

Gambar 10. Ring Mill


Gambar 11. Disc Mill

GRINDING
GRINDING (Penggerusan)
Operasi penggerusan merupakan tahap akhir dari operasi pengecilan ukuran bijih,
atau kominusi. Pada tahap ini bijih dikecilkan ukurannya sampai pada ukuran pemisahan.
Mekanisme pengecilannya melibatkan gaya-gaya seperti:
 Compression, gaya tekan. Peremukan dilakukan dengan memberi gaya tekan pada bijih.
Peremukannya dilakukan diantara dua permukaan plat. Gaya diberikan oleh satu atau
kedua permukaan plat. Pada kompresi, energi yang diguakan hanya pada sebagian lokasi,
bekerja pada sebagian tempat. Terjadi ketika energi yang digunakan hanya cukup untuk
membebani daerah yang kecil dan menimbulkan titik awal peremukan.
 Impact, gaya banting. Peremukan terjadi akibat adanya gaya impact yang bekerja pada
bijih. Bijih yang dibanting pada benda keras atau benda keras yang memukul bijih. Gaya
impact adalah gaya compression yang bekerja dengan kecepatan sangat tinggi. Dengan
gaya impact, energi yang digunakan berlebihan, bekerja pada seluruh bagian. Terjadi
ketika energi yang digunakan berlebih dari yang dibutuhkan untuk peremukan. Banyak
daerah yang menerima beban berlebih.
 Attrition atau abrasion. Peremukan atau pengecilan ukuran akibat adanya gaya abrasi
atau kikisan. Peremukan dengan abrasi, gaya hanya bekerja pada daerah yang sempit
(dipermukaan) atau terlokalisasi. Terjadi ketika energi yang digunakan cukup kecil, tidak
cukup untuk memecah/meremuk bijih.
 Shear, potong. Pengecilan ukuran dengan cara pemotongan, seperti dengan gergaji. Cara
ini jarang dilakukan untuk bijih.

Bijih mempunyai ukuran optimum yang ekonomis agar dapat dipisah secara mekanik
dengan memanfaatkan sifat-sifat fisiknya. Ukuran optimumnya tergantung pada ukuran
liberasi dari mineral berharga atau gangue dan ukuran pemisahan yang diperlukan pada
proses berikutnya.
Bijih yang kurang tergerus, akan menghasilkan bijih berukuran kasar dan mineral
berharga tidak terbebaskan dari ikatannya dengan gangue. Hasil konsentrasi tidak optimum,
yang direpresentasikan oleh recovery yang rendah atau kadar yang rendah. Kurang
tergerusnya bijih dapat dilihat dari pemakaian energi yang rendah. Sebaliknya bila bijih
tergerus berlebihan, maka penggerusan  akan menghasilkan ukuran bijih yang terlalu halus.
Hal ini dapat menghasilkan bijih dengan liberasi yang tinggi. Hasil pemisahan dapat
meningkatkan kadar mineral berharga dalam konsentrat, namun ukuran yang terlalu halus
dapat menurunkan recovery. Bijih yang tergerus berlebihan menyebabkan pemakaian
energi yang besar.

Operasi penggerusan, grinding dapat dilakukan secara kering atau basah. Beberapa
kriteria yang digunakan untuk penentuan grinding dilakukan secara kering atau basah
adalah:

1. Pengolahan berikutnya dilakukan secara basah atau kering. Pengolahan mineral/bijih


pada umumnya dilakukan secara basah. Pada umumnya operasi konsentrasi atau
pemisahan mineral dilakukan dengan cara basah. Namun penggerusan klingker
untuk menghasilkan semen selalu cara kering.
2. Penggerusan cara basah memerlukan energi lebih kecil dibanding cara kering.
3. Klasifikasi/sizing lebih mudah dan memerlukan ruang yang lebih kecil dibandingkan
cara kering.
4. Lingkungan pada penggerusan cara basah relatife lebih bersih dan tidak memerlukan
peralatan untuk menangkap debu.
5. Penggerusan cara kering mensyaratkan bijih yang betul-betul kering. Sehingga
memerlukan operasi pengeringan terlebih dahulu.
6. Pada penggerusan cara basah, konsumsi media gerus dan bahan pelapis relative
lebih banyak, karena terjadi korosi.

Peralatan Penggerus

Penggerusan dilakukan dalam alat yang disebut penggerus atau Tumbling Mill
berbentuk tabung silinder yang berputar pada sumbu harisontalnya. Di dalam tabung
silinder terdapat media gerus, atau grinding media, bijih yang akan digerus dan air, untuk
operasi cara basah.

Gambar 12. Ball Mill

Penggerusan cara basah menggunakan air sebagai campuran bijih, membentuk


persen solid tertentu. Persen solid menyatakan perbandingan dalam berat antara berat
padatan, atau bijih terhadap berat pulp, atau slurry, atau campuran padatan dan air.
Tipe Alat Penggerus

Berdasarkan pada media gerusnya, grinding media, alat penggerus dapat dibedakan:

1. Ball Mill, menggunakan media gerus berbentuk bola yang terbuat dari baja. Diameter
media gerus bervariasi mulai dari 25 sampai 150 centimeter. Panjang mill, L dan
diameternya , D, relative sama, L = D. Berdasarkan cara pengeluaran produknya, atau
discharge,  ball mill dibedakan menjadi overflow mill dan grate discharge mill.

 Pada overflow mill, produk hasil penggerusan keluar dengan sendirinya pada ujung
satunya, ujung pengeluaran.
 Sedangkan pada grate discharge mill, produk keluar melalui saringan yang dipasang
pada ujung pengeluaran. Produk dapat keluar dengan bebas, permukaan dalam mill
rendah, lebih rendah dari overflow. Hal ini dapat menghindari terjadinya
overgrinding.

Gambar 13. Skematika Ball Mill

Air yang digunakan pada ball mill akan membentuk kekentalan tertentu, sehingga pulp
dapat melekat dan meyelimuti bola dan liner. Pulp harus relative encer agar pulp dapat
bergerak dengan leluasa di dalam mill. Ball mill biasanya beroperasi dengan 70 – 80 persen
solid, padatan.

2. Rod Mill, menggunakan media gerus berbentuk batang selindern yang panjangnya hampir
sama dengan panjang mill. Media gerus biasanya terbuat dari baja dan disusun sejajar
dalam mill. Dimensi Panjang, L jauh lebih besar daripada diameter, D, L > D, biasanya
panjang mill 1,5 sampai 2,5 kali diameternya.
Rod mill diklasifikasikan berdasarkan cara mengeluarkan produknya.

 Overflow mill, umpan masuk dari salah satu ujung mill, dan keluar dari ujung lainnya
secara overflow. Overflow mill paling banyak digunakan pada penggerusan cara
basah.

Gambar 14. Skematika Rod Mill, Overflow Mill

 Centre peripheral discharge mill, umpan masuk pada kedua ujung mill, dan produk
keluar dari bagian tengan shell. Penggerusan dapat dengan cara basah maupun cara
kering. Mill ini menghasilkan produk yang relative kasar.

Gambar 15. Skematika Rod Mill, Centre Peripheral Discharge Mill

 End peripheral discharge mill, umpan masuk pada salah satu ujung mill, dan produk
keluar dari ujung yang lainnya melalui shell. Mill ini biasanya digunakan untuk
penggerusan cara kering.
Gambar 16. Skematika Rod Mill, End Peripheral Discharge Mill

Pada cara basah air berfungsi sebagai alat transportasi untuk membawa bijih yang sudah
berukuran halus ke tempat yang sesuai dengan ukurannya. Bijih yang sudah halus akan
terdorong air ke arah pengeluaran. Rod mill umumnya beroperasi dengan 30 – 35 persen
solid, padatan.

3. Pebble Mill, media gerus menggunakan batuan yang sangat keras. Mill ini memiliki
Dimensi panjang mill, L relative sama dengan diameter mill, L = D

4. Autogeneous Mill, media gerus menggunakan bijih itu sendiri. Dimensi panjang mill, L
relative lebih kecil daripada diameter mill-nya, L < D.  Pada mill ini bijih akan menggerus
bijih. Penggerusan dilakukan terhadap bijih yang datang dari tambang atau bisa dari
keluaran operasi peremukan tahap pertama. Penggerusan dapat dengan cara basah atau
kering, dan mekanisme penggerusannya sama dengan ball mill.

Autogeneous Mill, dapat dilakukan dengan atau dalam ball mill, cascade mill atau aerofall
mill. Cascade mill berupa mill yang memiliki diameter 3 sampai empat kali panjang mill.
Sedangkan aerofall seperti cascade, namun pada liner dipasang sekat yang dapat membawa
bijih ke tempat yang lebih tinggi.

 Autogeneous seluruhnya, bijih dari tambang dapat masuk langsung ke dalam mill.
Seluruh muatan mill adalah bijih dari tambang dan saling gerus.
 Autogeneous sebagian, muatan mill berupa bongkah-bongkah besar bijih dicampur
dengan bijih yang telah diremuk dengan alat lain. Pada mill ini bongkah-bongkah
besar bertindak sebagai media gerus.
 Semi Autogeneous, bijih dari tambang dicampur dengan media gerus, bola baja pejal.
Jadi isi mill adalah bijih dari tambang langsung masuk mill dan tercampur dengan
media gerus yang sudah ada dalam mill.

5. Tube Mill, media gerus menggunakan bola baja. Dimensi panjang mill, L biasanya jauh
lebih besar dari diameternya, L > D. Mill terbagi dalam beberapa kompartemen. Bisa dua,
tiga atau bahkan bisa empat kompartemen.

Anda mungkin juga menyukai