Anda di halaman 1dari 10

NAMA : M.

Nur Fadhil Makmur


NIM : 03021282025053
KELAS :A
KAMPUS : Indralaya

PRINSIP DAN KONSEP KOMINUSI (CRUSHING DAN GRINDING).

A. Kominusi
Kominusi merupakan salah satu tahapan pada pengolahan bijih, mineral atau bahan galian.
Pada kominusi, bijih atau mineral dari tambang yang berukuran besar lebih daripada 1
meter dapat dikecilkan menjadi bijih berukuran kurang daripada 100 mikron. Pada
umumnya bijih, mineral atau bahan galian dari tambang masih berukuran cukup besar.
Sehingga sangat tidak mungkin dapat secara langsung digunakan atau diolah lebih lanjut.
Bijih atau mineral dalam ukuran besar biasanya berkadar sangat rendah dan terikat dengan
mineral pengotornya. Liberasi mineral berharga masih rendah pada ukuran bijih yang
besar. Sehingga untuk dapat diolah danuntuk dapat meningkatkan kadar mineral tertentu
harus melalui operasi pengecilan ukuran terlebih dahulu. Operasi pengecilan ukuran bijih
umumnya dibagi dalam dua tahapan yaitu: operasi peremukan atau crushing dan operasi
penggerusan atau grinding. Crushing digunakan untuk proses kereing saja sedangkan
grinding digunakan untuk proses kering dan basah.
1. Prinsip Kominusi
Prinsip peremukan adalah adanya gaya luar yang bekerja atau diterapkan pada bijih dan
gaya tersebut harus lebih besar dari kekuatan bijih yang akan diremuk. Mekanisme
peremukannya tergantung pada sifat bijihnya dan bagaimana gaya diterapkan pada
bijih tersebut. Ada empat gaya yang dapat digunakan untuk meremuk atau mengecilkan
ukuranbijih, antara lain :
 Compression, gaya tekan. Peremukan dilakukan dengan memberi gaya tekan
pada bijih. Peremukannya dilakukan diantara dua permukaan plat. Pada
Kompresi, energi yang digunakan hanya padasebagian lokasi, bekerja pada
sebagian tempat. Alat yang dapat menerapkan gaya compression ini adalah:
Jaw crusher, gyratory crusher dan roll crusher.
 Impact, gaya banting. Peremukan terjadi akibat adanya gaya impak yang
bekerja pada bijih. Bijih yang dibanting pada benda keras atau benda keras yang
memukul bijih. Gaya impak adalah gaya compression yang bekerja dengan
kecepatan sangat tinggi. Alat yang mampu memberikan gaya impak pada bijih
adalah impactor, hammer mill.
 Attrition atau abrasion. Peremukan atau pengecilan ukuran akibat adanya gaya
abrasi atau kikisan. Peremukan dengan abrasi, Gaya hanya bekerja pada daerah
yang sempit (dipermukaan) atau terlokalisasi. Alat yang dapat memberikan
gaya abrasi terhadap bijih adalah ballmill, rod mill.
 Shear, potong. Pengecilan ukuran dengan cara pemotongan, seperti dengan
gergaji.Cara ini jarang dilakukan untuk bijih.
2. Tahapan Kominusi
Peremukan, crushing biasanya digunakan untuk pengecilan ukuran sampai ukuran bijih
kurang lebih 20 mm, sedangkan penggerusan, grinding digunakan untuk pengecilan
ukuran mulai dari 20 mm sampai halus. Umumnya pengecilan ukuran bijih dilakukan
secara bertahap yaitu:
1. Peremukan tahap pertama, primary crushing, mengecilkan ukuran bijih dari sekitar
ukuran 20cm.
2. Peremukan tahap kedua, Secondaru crushing, mengecilkan ukuran bijih dari sekitar
20 cm sampai 5 cm.
3. Peremukan tahap ketiga. Tertiary crushing, mengecilkan ukuran bijih dari 5 cm
menjadi sekitar 1 cm.
4. Penggerusan kasar, grinding, mengecilkan ukuran bijih mulai dari sekitar 1 cm
menjadi sekitar 1 mm.
5. Penggerusan halus, fine grinding, menghasilkan ukuran bijih mulai dari 1 mm
menjadi halus, biasanya ukuran bijih menjadi kurang dari 0,075 mm.
Kemampuan alat dalam mengecilkan ukuran sangat terbatas, sehingga pengecilan
selalu dilakukan bertahap. Tahap peremukan biasanya dilakukan dengan reduksi rasio
antara 4 sampai 7, sedangkan pengggerusan pengecilan dilakukan degna reduksi rasio
15 sampai 60. Reduksi rasio kuran merupakan perbandingan ukuran umpan terhadap
ukuran produk.

Gambar 1 1 Diagram Operasi Kominusi

B. Curshing (Peremukan)
Crushing adalah salah satu bagian dari dari kominusi yang merupakan suatu
usahamereduksi ukuran butir agar mineral terliberasi sempurna.
1. Operasi peremukan dapat dilakukan bertahap yaitu;
a. Peremukan tahap pertama (primary crushing) merupakan alat peremukan yang
berukuran besar. Alat ini dikhususkan pada proses reduksi material hasil tambang
menjadi ukuran yang sesuai untuk proses peremukan selanjutnya (secondary
crusher). Biasanya menggunakan alat seperti jaw crusher, blake and dodge crusher
dan gyratory crusher.
b. Peremukaan tahap kedua (Secondary crusher) merupakan tahapan reduksi ukuran
material hasil peremukan tahap pertama menjadi ukuran tertentu yang sesuai
dengan proses reduksi tahap ketiga. Biasanya menggunakan alat seperti jaw
crusher, cone crusher, roll crusher.
c. Peremukan tahap ketiga, biasanya merupakan tahap akhir dari proses crushing.
Proses ini biasanya menggunaka ntipe cone crusher, roll crusher, dan hammer mill.
2. Gaya yang bekerja pada alat peremukan adalah;
 Gaya tekan
 Gaya gesek
 Gaya gravitasi
 Gaya menahan
3. Macam-macam tipe crusher
 Jaw Crusher
Jaw Crusher sangat cocok untuk penghancuran primer dan sekunder darisemua
jenis mineral dan batuan dengan kekuatan tekan sekitar 320 MPa, seperti bijih
besi, bijih tembaga, bijih emas, bijih mangan, batu kali, kerikil, granit, basalt,
kuarsa, diabas, dan bahan galian lainnya. Karakteristik umum Jaw
Crusher:
a. Umpan masuk dari atas, diantara dua jaw yang membentuk huruf V(terbuka
bagian atasnya).
b. Salah satu jaw biasanya tidak bergerak (fixed).
c. Sudut antara 2 jaw antara 20-60 derajat.
d. Kecepatan buka-tutup jaw antara 250 sampai 400 kali per menit.

Gambar 1 2 Bagian Jaw Crusher

Jenis-jenis jaw crusher yaitu:

a. Blake jaw crusher. Prinsip kerja: Roda (flywheel) berputar menggerakkan


lengan pitman naik turun karena adanya sumbu eccentric. Gerakan naik-
turun dan lengan pitman menyebabkan toggle bergerak horizontal (kekiri
dan kekanan). movable jaw bergerak menekan dan memecah bongkah-
bongkah padatan yang masuk dan melepaskannya saat movable jaw
bergerak menjauhi fixed jaw.

Gambar 1 3 Blake Jaw Crusher

b. Dodge crusher. Prinsip kerja: Perputaran sumbu eccentric mengakibatkan


lengan pitman bergerak naik-turun. Gerakan ini menyebabkan movable jaw
frame sebelah atas bergerak horisontal kekirikekanan menekan bongkah-
bongkah padatan sampal pecah dan melepaskannya kebawah.

Gambar 1 4 Dodge Cruhser

 Gyratory Crusher
Gryratory Crusher memiliki sumbu tegak, main shaft tempat terpasangnya
peremuk yang disebut mantle/head, digantung pada spider. Sumbu tegak
diputar secara ecentric dari bagian bawah, eccentric sleeve, mengakibatkan
suatu gerakan berputar mantle selalu dekat ke arah shell. Mantle berada dalam
shell berbentuk kerucut membesar ke atas, sehingga membentuk rongga remuk,
crushing chamber antara concave atau shell dengan mantle. Mantle bersama
sumbu tegak bergerak secara Gryratory dan memberi gaya kompresi ke arah
shell. Gaya kompresi ini akan meremuk bijih dalam rongga remuk. Peremukan
bijih hanya terjadi ketika bijih dikenai gaya kompresi. Oleh karena itu
peremukan ini disebut arrested crushing. Setelah remuk bijih turun secara
gravity. Gryratory Crusher melakukan peremukan selama siklus putarannya,
jadi setiap saat, mantle bergerak ke arah shell, setiap mantle memberikan gaya
kompresi kepada bijih yang berada dalam rongga remuk. Mekanisme
peremukan ini disebut full time crushing.

Gambar 1 5 Gyratory Cruhser

 Cone Crusher
Cone crusher merupakan alat peremuk yang biasa digunakan untuk tahap
secondary crushing. Alat ini merupakan modifkasi dari gyratory crusher.
Sumbu tegak ditunjang di bawah kepala remuk atau mantle atau cone. Alat ini
mempunyai kelebihan, yaitu ketika bijih atau umpan yang masuk terlalu keras,
maka bowl secara otomatis akan bergerak ke arah luar.
Adapun tipe cone crusher, yaitu antara lain:

a. Standard Cone Crusher yang memiliki rongga remuk bertangga dan


membesar kea rah umpan masuk. Hal ini memungkinkan umpan yang dapat
diremuk menjadi relative besar.
b. Short Cone Crusher yang memiliki rongga remuk lebih sempit danmulut
tempat umpan masuk relative lebih sempit juga.
 Roll Crusher
Crushing rolls biasanya digunakan untuk memecah padatan lunak (hardness
rendah), misalnya: batubara, gipsum, limestone, bata tahan api dan lain skala
mosh < 4.

Gambar 1 7 Roll Crusher

Adapun jenis-jenis roll crusher yaitu:

a. Single roll crusher adalah roll crusher yang didesain mempunyai 1 roller
saja dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas pengolahanbatubara/
satuan luas.
b. Double roll crusher adalah roll crusher yang mempunyai 2 buah roller,
dengan sumbu yang sejajar pada bidang horizontal yang sama. Double roll
crusher sangat cocok digunakan untuk batuan mineral jenis: Batu bara,
lime stone, kaolin, phospat, dan tersier crusher pada batu split/andesit.
 Hammer mill
Prinsip kerja: Bongkahan padatan yang masuk dipecah oleh palu pada ujung
cakram yang berputar padatan yang pecah selanjutnya digerus pada dinding dan
keluar melalul kisi (grid). Pada reversible hammer, hammer ke crushing
plate/breaker plate/anvils yang dibuat bergerigi. Butiran pecah karena terpukul
oleh palu, terbentur dinding (crushing plate) atau bertumbukan dengan butir
lain. Ukuran padatan keluar dapat diatur dengan memasang kisi ukuran lubang
kisi seperti yang diinginkan.

Gambar 1 8 Hammer mill

C. Grinding
Grinding adalah proses terakhir dari comminution dimana proses kerjanya menggunakan
prinsip gabungan dari impak (tumbukan) dan abrasi. Pada bijih dengan gerakan bebas dari
media yang tidak terhubung dengan sesuatu, seperti rod, bola pejal, ataupun pebble.
Grinding biasanya dilakukan pada kondisi basah (wet condition) untuk mendapatkan slurry
yang akan diumpankan pada proses concentration, meskipun ada beberapa keadaan dari
grinding yang dilakukan pada kondisi kering (dry condition) namundilakukan pada aplikasi
yang terbatas.

Media grinding adalah media yang digunakan dalam proses penggerusan bahan galian
dalam proses comminution. Media yang digunakan memiliki kekerasan tertentu tergantung
kepada bahan galian yang akan direduksi ukurannya.
Alat yang digunakan pada pada proses grinding adalah :
a. Batangan Silinder Baja (rod mill)
Disebut juga mesin fine crusher atau coarse grinding. Umpan yang dapat masuk
berukuran 50 mm dan menghasilkan produk sebesar 300 μm. Ciri khusus dari rod mill
adalah panjang shell silinder antara 1,5 sampai 2,5 kali diameternya, perbandingan ini
sangat penting agar batang (rod), yang panjangnya beberapa centimeter lebih pendek
dari shell, harus dicegah dari pembengkokan agar dapat mendesak diameter silinder.
Rod mill menggunakan rod selektif yang ukurannya ditentukan sehingga nantinya akan
didapatkan grinding yang optimum, biasanya rod terbuat dari high carbon steel dengan
diameter berukuran 25 sampai 150 mm, semakin kecil diameter rod maka surface area
(luas permukaan sentuhnya) lebih luas sehingga didapat efisiensi grinding yang lebih
besar. Kecepatan grinding optimum biasanya pada 50-65% kecepatan grinding kritis,
namun ada beberapa dari jenis grinding menggunakan kecepatan sampai 80% tanpa
adanya catatan kegagalan aus yang berarti. Ada tiga jenis rod mill berdasarkan
perbedaan pada jalur pengumpanan (opening) dan pengeluaran (discharge).
 Center Peripheral Discharge Mill, digunakan untuk grinding basah dan kering
dan menghasilkan lebih banyak partikel kasar daripada halus.
 End Peripheral Discharge Mill, biasanya digunakan untuk grinding kering dan
lembab.
 Overflow (Trunnion) Mill, digunakan untuk grinding basah.
b. Bola-bola Baja
Prinsip kerja alat grinding yang menggunakan media bola-bola baja adalah memutar
silinder yang berisi bola-bola grinding yang terbuat dari baja dan material (bijih) di
dalamnya, proses grinding terjadi dengan pergerakan bola-bola dimana balls berputar
di dalam dan menggerus bijih. Semakin besar diameter silinder maka kecepatan rotasi
akan semakin lambat. Jika kecepatan terlalu besar maka akan terjadi gaya sentrifugal
pada silinder sehingga balls akan menempel pada tepi silinder dan proses grinding akan
menjadi tidak optimum. Grinding balls biasanya terbuat dari baja, baik itu baja karbon
tinggi, baja tempa, baja paduan, atau baja cor-coran dan konsumsinya berkisar antara
0.1 sampai 1.0 kg per ton bijih tergantung dari kekerasan bijih, kehalusan gerus, dan
kualitas medium. Pengisian dilakukan sebesar 40- 50% dari volum mill, dan sekitar
40% adalah ruang kosong. Alat grinding yang menggunakan bola-bola baja sebagai
media grindingnya ada 2 jenis, yaitu ball mill dan tube mill.
c. Pebble
Pebble adalah media grinding berupa batuan keras atau batuan Natural, dengan kata
lain alat grinding yang menggunakan pebble sebagai media grindingnya menggunakan
batuan yang mengandung bijih itu sendiri. Alat grinding yang menggunakan pebble
sebagai media grindingnya terdiri atas semi autogenous grinding (SAG) mill,
autogenous grinding mill, dan tower mill.

Anda mungkin juga menyukai