Anda di halaman 1dari 3

Realisme, awal yang dipopulerkan oleh morgenthau adalah realisme yang pesimitistis/realisme klasik.

berdasarkan perspektif ini, terdapat dua faktor yang mempengaruhi perdamaian dan keamanan
internasional.

1. kekuatan militer (hard power yang dimiliki setiap negara)

2. state behavior yaitu perilaku suatu negara dalam penggunaan soft power nya seperti ekonomi.
internasional pembangunan, kebabasan warga sipil dan nilai-nilai kemanusiaan. juga dianggap dapat
mempengaruhi reaksi negara lain atas negara tersebut.

dalam buku yang berjudul security and the international relations, Edward A. Koledziej (2007)
mengkategorikan realisme kedalam 3 jenis yaitu psimistik realism, neorealism, optimistik realism

pada dasarnya, realisme mengidentifikasi negara sebagai aktor kunci dari HI. hak khusus tersebut
dikarenakan menurut Hobbes sebagai bentuk alamiah anarki internasional serta menurut Clausewitz
dan Thucydides sebagai bentuk kekuatan dominan dari hubungan negara dengan rakyat. menurut kaum
realis, negara merupakan unit utama dari organisasi politik internasional sehingga negara dapat
melakukan monopoli kekerasan sersah.

dalam pandangan realisme klasik, negara akan terus diliputi kekhawatiran akan ancaman militer dari
negara lain dan hampir tidak ada perdamaian abadi. maka dari itu realisme menawarkan jalur alternatif
untuk meminimalisir penggunaan militer oleh negara yaitu dengan cara membentuk aliansi dan
menciptakan sistem balance of power secara internasional (Koledziej, 2007: 130-1)

konsep realisme

1. negara adalah pemeran utama dalam organisasi politik dunia.

2. negara dapat memonopoli kekuatannya, untuk kekerasan sekalipun.

3. negara mempunyai kewenangan untuk menjalankan fungsi keamanan internal dan eksternal.

menurut kaum realis, variabel kunci ataau faktor pendorong dari kekuatan negara adalah kekuatan,
dimana bentuk utama dari kekuatan adalah kekuatan militer kapasitas material negara yang dapat
dinilai melalui kemampuan negara tidak hanya untuk memengaruhi perilaku negara lain namun juga
sistem balance of power yang berlaku.

Koledziej, Edward A. 2007. ‘Testing security theories: explaining the rise and the demise of

the Cold War’, in Security and the International Relations, Cambridge: Cambridge University Press, pp.
127-259.
Liberalisme memiliki beberapa asumsi dasar diantara (1) kaum liberal memandang positif sifat dasar
manusia, (2) manusia memiliki akal pikiran yang digunakan untuk berfikir secara rasional dalam
menanggapi masalah-masalah internasional, (3) kaum liberal memandang bahwa tiap-tiap individu
memiliki kepentingannya sendiri tetapi dengan menggunakan akal pikirannya, banyaknya kepentingan
tersebut dapat dilibatkan dalam suatu aksi sosial yang lebih kooperatif. Dengan adanya asumsi dasar
tersebut menjadikan dunia yang konfliktual atau peperangan dapat dihindari dengan cara yang lebih
kooperatif melalui kerja sama yang menguntungkan kedua belah pihak sehingga terciptanya keadaan
yang aman dan damai.

Bagaimana kemudian dengan adanya sebuah konflik atau perang yang dapat dihindari dengan
cara yang lebih kooperatif adalah dengan adanya hukum internasional. Seperti yang dikemukakan oleh
Jeremy Bentham, filsuf inggris pada abad ke-18 yang memunculkan istilah "hukum internasional".
Bentham meyakini bahwa hukum internasional berada dalam kepentingan rasional negara-negara
konstitusional untuk meyakini hukum internasional dalam kebijakan luar negerinya.*1* Dengan adanya
hukum internasional dapat menciptakan ketertiban di tiap-tiap negara dan melindungi perdamaian.

Pandangan liberalisme sendiri erat kaitannya dengan keamanan dan perdamaian. Kita bisa
melihat bagaimana pasca perang dunia I dimana Liga Bangsa-Bangsa dibentuk dari pemikiran presiden
amerika serikat, Woodrow Wilson. LBB dibentuk sebagai sebuah jawaban atas adanya suatu kondisi
yang konfliktual ketika itu. LBB menjamin keamanan negara-negara dengan adanya suatu sistem yang
dapat mengidentifikasi suatu ancaman keamanan dan perdamaian dengan melakukan suatu tindakan
yang kolektif untuk mencegah tindakan dari negara yang agresif. Dengan adanya suatu sistem keamanan
yang kolektif menjadikan tatanan internasional semakin kuat sehingga kedamaian mungkin terjadi. Di
dalam LBB sendiri terdapat suatu pengadilan internasional untuk mengakhiri perselisihan dan
menyelesaikan suatu konflik secara damai. Walaupun pada kenyataannya LBB gagal, tetapi dengan
adanya LBB menjadi gagasan untuk terbentuknya suatu organisasi atau institusi internasional yang
mengatur negara-negara secara internasional agar terwujudnya suatu keamanan dan perdamaian.

Didalam liberalisme sendiri terdapat liberalisme institusional yang dimana terbentuknya


organisasi internasional seperti NATO, Uni eropa, dan lain sebagainya. Pernyataan yang dikemukakan
oleh kaum liberal institusional (Keohane et al., 1993) adalah bahwa tingkat institusionalisasi yang tinggi
secara signifikan mengurangi efek yang mengacaukan dari anarki multipolar. *2* Institusi-institusi
tersebut dibentuk dengan beberapa fungsi diantaranya sebagai penyedia informasi tentang apa yang
sedang dilakukan negara-negara lain sehingga dari hal tersebut dapat mengurangi rasa takut negara-
negara anggota satu sama lain. Selain itu, adanya institusi internasional menjadi wadah negosiasi antara
negara-negara dengan menjalin kerja sama dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingan masing-
masing. Sehingga suatu kondisi yang "aman" bagi liberal adalah ketika negara dapat menjalin kerja sama
satu sama lain karena dengan adanya kerja sama dapat meningkatkan suatu kepercayaan tiap-tiap
negara dan hilangnya rasa takut serta kecurigaan.

*1* Robert Jackson, Georg Sorensen, Pengantar Studi Hubungan Internasional, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2014), hlm 177.

*2* Ibid., hlm 195.

Anda mungkin juga menyukai