Anda di halaman 1dari 6

International Politics | 2014

ANARCHY AND ITS CONSEQUENCES


“INTERNATIONAL POLITICS”
Robert J. Art & Robert Jervis

1. ABSTRAK

Perdebatan antara kaum realis dan liberalis kembali muncul dalam


konsensi teory hubungan internasional. 1 Bergulir dari masa lalu hingga hari
ini, perdebatan tentang suatu “negara” yang terbentuk melalui struktur anarki
dan arus power atau kekuatan bukan dibandingkan dengan proses interaksi
antar lembaga dan pembelajaran diantaranya membawa kami pada tulisan ini.
Sepakat dengan apa yang disampaikan oleh Robert Jervis dalam “security
dilemma” bahwa kekurangan dari “international sovereign” atau kedaulatan
internasional disebabkan bukan hanya karena adanya “izin” untuk berperang
tetapi juga karena “keserakahan” negara yang merasa kurang puas dengan
“status quo” mereka tetapi juga karena tidak adanya lembaga internasional
yang berwenang yang juga sungguh-sungguh ingin “membangun kerjasama”
antar negara yang menguntungkan serta benar-benar menegakkan hukum
internasional membawa kita pada apa yang disebut “anarki”.2 Kecuali masing-
masing dari mereka berfikir untuk bekerja sama dengan yang lain karena rasa
“takut” atau lebih ringan disebut kekawatiran” dengan satu dari yang lain
tersebut merupakan pengorbanan “diri”.

2. PENDAHULUAN

Menurut Waltz, anarki, atau tidak adanya otoritas pusat, adalah prinsip beredarnya sistem
internasional. Dengan analogi teori ekonomi mikro, Waltz berpendapat bahwa sistem internasional
muncul dari "coaction of-self regarding."3 yang berarti bahwa sistem internasional adalah salah
satu self-help. Waltz mengidentifikasi dua cara di mana struktur sistem internasional membatasi
kerjasama. Pertama, "kondisi ketidak amanan, ketidak pastian tentang niat dan masa depan
masing-masing serta tindakan yang mungkin “bekerja” atau bisa diartikan melawan kerja sama
mereka, seperti kekhawatiran negara tentang pembagian “keuntungan” yang mungkin dapat
mendukung yang lain lebih dari apa yang didapat oleh “dirinya sendiri”. Disini kami berusaha
memaparkan munculnya anarki diatas nama “negara” serta konsekuensi yang lantas muncul
menggelinding bagai “ bola api” politik internasional. Sebaliknya Wendt menentang gagasan
bahwa self help secara oksogen diciptakan oleh struktur anarkis system internasional, ia

1
Alexander, Wendt “Anarchy is What States Make for It : Social Construction of Power Politics” Published by:
The MIT Press 1992 pg 392
2
Robert, Jervis “Cooperation Under The Security Dilemma” Cambridge University Pressand Trustees of Princeton
University are collaborating with JSTOR to digitize, preserve and extend access to World Politics 1978 Pg 167
3
Kenneth , Waltz “The Consequences of Anarchy : The Anarchic Structure of World Politic” By McGraw-Hill
1979 pg 91

Mahasiswa UPN ‘Veteran’ Jatim


Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)
International Politics | 2014

berargumen bahwa ketakutan dan ancaman kekerasan tidak bisa “ada” dalam “struktur system”,
melainkan harus berkembang menjadi kesadaran kognitif melalui proses “interaksi sosial”.

3. PEMBAHASAN

3.1 ANARKI DAN KONSEKUENSINYA

Banyak yang mengatakan bahwa moralitas haruslah menjadi nilai yang paling penting
dalam suatu keahlian ataupun pengetahuan bahwa international politic ternyata tidaklah sama
dengan politik luar negeri. Konsekuensi yang timbul adalah tidak adanya agensi yang memiliki
eksistensi dibawah negara individual dengan otoritas dan kekuatan untuk membuat suatu peraturan
atau hukum dan penyelesaian perselisihan yang ada. Inilah sifat dasar dari anarki. Negara mampu
membuat komitmen dan perjanjian sebebas-bebasnya namun tidak ada kekuatan yang berdaulat
untuk mematuhinya. Anarki sering disebut sebagai konstitusi “negara perang”. Ketika semua
gagal, perang adalah cara dalam meningkatkan keamanan negaranya, begitu disampaikan oleh
Robert J.Aart & Robert Jervis dalam bukunya “International Politics”.

3.1.1 Kekuatan dan Prisnsip “Bernegara”

Dasar dari tata Negara adalah pada apa yang disebut moralitas, Morgenthau berpendapat
bahwa aktor negara harus berpikir dan bertindak dalam kekuasaan dan harus melakukan apa pun
untuk membela kepentingan nasional negara mereka . J. Ann Tickner, mengomentari keunggulan
daya dalam tulisan-tulisan Morgenthau ini. menjelaskan apa yang ia anggap sebagai gambaran
realistis politik internasional hanya gambar masa lalu dan karena itu bukan prediksi tentang masa
depan, dan mengusulkan apa yang dia menganggap menjadi alternatif feminis. Seharusnya
menurut Hans tidak akan ada kesulitan dalam proses ini jika istilah "keseimbangan kekuatan" yang
bebas dari filologis, semantik, dan teoritis diartikan secara keritis namun sayangnya tidak, istilah-
istilah tersebut hanya didefinisikan secara berbeda oleh penulis yang berbeda; digunakan dalam
berbagai indra, bahkan jika tidak didefinisikan “sama persis” akhirnya, akan membuat “fokus
konsep” dalam beberapa teori yang sangat berbeda dari hubungan internasional itu sendiri. 4

3.1.2 Konsekuensi Anarki

Dalam politik internasional anarki sering disebut sebagai konstitusi negara perang. Ketika
semua gagal, perang adalah cara dalam meningkatkan keamanan negaranya. Dalam bukunya
Robert J.Aart & Robert Jervis menyatakan bahwa “state of war” disini tidak selalu mengarah pada
suatu negara yang terlibat perang atau bahkan sedang berperang dengan negara lain. Sudah
sewajarnya apabila setiap negara memiliki perasaan yang tidak aman. Inilah yang menimbulkan
adanya self help. Dari pembahasan yang ada, kami mengambil kesimpulan bahwa self help yang
dimaksud dalam konteks anarki ini adalah suatu penciptaan rasa aman pada negara sendiri namun
bukan dicapai dengan usaha sendiri. melainkan dengan cara mengurangi keamanan yang ada pada

4
Lihat Ernest, Hanst dalam abstrak “The Balance of Power : Concept, Perspective of Propaganda” pdf publish by
Cambridge University Press 1953

Mahasiswa UPN ‘Veteran’ Jatim


Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)
International Politics | 2014

negara lain. Ini merupakan trik. Self help sendiri dibuat untuk mengamankan negara, padahal hal
ini malah menimbulkan perang antar negara yang “keamanannya” di ambil. Akibat dari self help
ini sendiri adalah terjadi permusuhan antara negara satu dengan yang lain.
Mereka menyatakan bahwa dengan adanya self-help, tiap negara akan merasakan adanya
security dilemma. Kelompok kami menyimpulkan bahwa Security dilemma merupakan sebuah
“kegalauan” suatu negara dalam mempertahankan wilayahnya. Cara mengatasi security dilemma
ini adalah dengan meningkatkan keamanan negara dengan didukung kekuatan – kekuatan yang
ada pada negara itu sendiri. menurut Robert Jervis, ada dua hal yang ditimbulkan akibat adanya
security dilemma pada suatu negara. Teori ini dikenal dengan sebutan “offense and defense
theory.” Offensive kami simpulkan sebagai kekuatan suatu negara untuk menyerang negara lain
dengan kekuatan militer yang ada dengan mamanfaatkan status quo.5 Sedangkan defensive disini
merupakan menambah kekuatan negara dengan menciptakan rasa tidak aman kepada negara lain.
Negara sudah sewajarnya mengejar dan mempertahankan strategi negaranya, namun sayangnya
cara ini bukan malah meningkatkan keamanan pada masing-masing negara, melainkan lebih
mengarah pada konflik yang nantinya akan menimbulkan perang antar negara yang bersangkutan.
3.1.3 Penanggulangan Anarki

Meskipun realis mengatakan bahwa konflik dan perang bukan karakteristik tetap dari
pilitik internasional. Kebanyakan negara melakukan melakukan upaya untuk mengurangi anarki
dengan mengatur persaingan dengan orang lain, dengan kerjasama, dan dengan mengembangkan
pola yang mengandung bahaya agresi. Kenneth A oye memperlihatkan bahwa bahkan jika anarki
dan dilema keamanan menghambat kerjasama, mereka tidak bisa mencegahnya. Sejumlah kondisi
dan strategi nasional dapat membuat lebih mudah bagi negara untuk mencapai tujuan bersama.
Selanjutnya, ketika jumlah pelaku besar, mungkin ada mekanisme dan institusi yang mereproduksi
beberapa keuntungan dari jumlah kecil.

Beberapa kondisi dan kepentingan nasional dapat membuat lebih mudah bagi negara-
negara untuk mencapai tujuan umum jika ada sejumlah kecil pelaku. Tapi jika ada sejumlah
negara, mekanisme dan lembaga dapat mengelompokkan tem bersama-sama untuk bekerja sama.

Tampak bahwa negara demokrasi mungkin tidak pernah berperang antar negara demokrasi. Jika
ini benar itu berarti bahwa anarki dan dilema keamanan tidak mencegah hubungan damai dan
harmonis bahkan antara negara-negara yang berbagi nilai-nilai umum tertentu dan keyakinan.

Demokrasi adalah perkembangan yang relatif baru. Untuk jangka waktu yang lama, dua
perangkat tertentu hukum-Internasional dan diplomacy- telah terbukti berguna dalam
menyelesaikan konflik antara negara-negara. Para pemimpin nasional menggunakan dua alat
tradisional ini dengan balance of power system. keseimbangan kekuasaan mengacu pada cara di

5
Lihat Robert, Jervis “Cooperation Under The Security Dilemma” Cambridge University Pressand Trustees of
Princeton University are collaborating with JSTOR to digitize, preserve and extend access to World Politics 1978 Pg
167-168

Mahasiswa UPN ‘Veteran’ Jatim


Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)
International Politics | 2014

mana stabilitas dicapai melalui upaya yang saling bertentangan dari masing-masing negara. Selain
itu, bahkan jika sebagian besar negara ingin menjaga apa yang mereka miliki, mereka bersatu
untuk melawan negara bagian atau koalisi negara yang mengancam mendominasi mereka.

Balance of power system mencegah negara memperoleh hegemoni. Bagaimanapun ini


tidak akan menguntungkan semua negara atau menjaga perdamaian secara permanen. Akibatnya
tidak sama karena ketidaksetaraan dalam kekuasaan dan keahlian. Perang akan terjadi karena itu
adalah salah satu sarana negara dapat melestarikan apa yang mereka miliki atau memperoleh apa
yang mereka inginkan. Negara-negara kecil bahkan dapat dihilangkan oleh tetangga mereka yang
lebih kuat. Sistem internasional akan menjadi tidak stabil, namun jika negara berduyun-duyun
kpergi pada sisi terkuat. Apa yang disebut bandwagoning atau teori domino berpendapat bahwa
sistem internasional tidak stabil karena berhasil agresi akan menarik banyak pengikut, baik karena
takut atau keluar dari keinginan untuk berbagi rampasan kemenangan Keseimbangan sistem tenaga
kemungkinan untuk mencegah setiap negara dari mendominasi yang lain. Cara lain yaitu, rezim
dan lembaga dapat membantu mengatasi anarki dan memfasilitasi kerjasama. Ketika negara
menyepakati prinsip-prinsip, aturan, dan norma-norma yang seharusnya mengatur perilaku,
mereka sering dapat memperbaiki dilema keamanan dan meningkatkan cakupan mengejar
“keuntungan” kerjasama. Misalnya, dengan teori kerjasama institusionalis neoliberal seperti PBB
yang merupakan lembaga penting bagi mitigasi anarki. Tetapi bahkan jika ada sebuah hegemoni
“memfitnah bahwa Negara-negara lain yang di klaim ingin “melawan keseimbangan” yang
membuat Negara-negara tersebut “mengejar keuntungan relative, tetap membuat “keseimbangan
kekuatan” atau balance of power akan tetap bersyarat.6

3.2 KEKUATAN DAN PRINSIP BERNEGARA


“6 Prinsip Politik Realisme” Hans J. Morgenthau

Pertama, realisme politik percaya bahwa politik seperti masyarakat pada umumnya yang
diatur oleh hukum objektif yang memiliki akar dari sifat manusia. Menurut realisme sifat dasar
manusia yang hukum politiknya memiliki dasarnya sendiri yang tidak berubah . Teori diasumsikan
sebagai karakter dari kebijakan luar negeri yang bisa dipastikan hanya untuk pengujian tindakan
politik yang dilakukan. Yang kebijakan itu harus didasari kebenaran objektif dan rasional. Kedua,
petunjuk utama yang membantu realisme untuk menemukan jalan melalui pemandangan politik
internasional adalah konsep dari kepentingan yang didefinisikan sebagai kekuasaan. Konsep ini
digunakan untuk memahami politik internasional. Realime berasumsi bahwa konsep kepentingan
didefnisikan sebagai kekuasaan. Hal ini digunakan untuk membuat kebijakan luar negeri yang
bergantung pada proses pemikiran negarawan. Kebijakan luar negeri yang baik menurut realisme
politik yaitu kebijakan luar negeri yang rasional sehingga memilimalisasi resiko dan memperbesar

6
Lihat Ernest, Hanst “The Balance of Power : Concept, Perspective of Propaganda” pdf publish by
Cambridge University Press 1953

Mahasiswa UPN ‘Veteran’ Jatim


Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)
International Politics | 2014

keuntungan. Ketiga, Realisme berasumsi bahwa konsep utama kepentingan didefinisikan sebagai
kategori objektif yang berlaku universal. Realis percaya bahwa kepentingan adalah standar dari
tindakan politik yang harus dinilai dan di arahkan. Poin dari realisme politik adalah kepentingan
merupakan kekuasaan. Kekuasaan yang dimaksud realis adalah politik internasional yang memuat
kekuasaan yang berlaku universal.
Karena menurut Morgenthau Negara yang berpolitik secara internasional pasti memiliki
keinginan untuk mendapat kekuasaan. Yang kempat, Realis sangat menyadari bahwa pentinganya
moral dari tindakan politik. Bagi realisme politik, moral tidak bisa dipisahkan dari tindakan politik.
Semua tindakan politik yang di ambil berdasarkan moral. Namun, tidak ada moralitas politik tanpa
mepertimbangkan konsekuensi politik dan tindakan yang terlihat seperti moral. Sehingga, semua
tindakan politik dilakukan secara hati-hati. Lima, Realisme politik menolak untuk
mengidentifikasi aspirasi moral dari bangsa tertentu dengan hukum-hukum moral yang mengatur
alam semesta. Menurut mereka, moral suatu bangsa dan hukum moral yang mengatur alam
semesta harus di pisahkan. Sehingga konsep kepentingan yang di definisikan sebagai kekuasaan
dianggap dapat menyelamatkan dari kelebihan moral dan kebodohan politik. Enam, perbedaan
antara realism politik dan sekolah pemikiran lain adalah nyata dan mendalam. Realis politik bukan
tidak menyadari keberadaan dan relevansi dari standar pemikiran selain politik. Lalu apa yang
dapat kami cerna dari Hans Morgentau adalah ia kembali menegaskan bahwa keseimbangan
kekuatan sebagai “elemen abadi” dalam sejarah manusia terlepas dari kondisi kontemporer dan
bahwa system internasional beroprasi dibawahnya.

3.3 KRITIK “6 Prinsip Politik Realisme” Hans J. Morgenthau (J. Anna Tickner)

Kami mengasumsikan kritik feminis Tickner, menantang asumsi realisme politik


Morgenthau tentang sifat manusia, menyoroti keunggulan bias maskulin. Dia tidak berpikir bahwa
pendekatan holistik atau ilmiah untuk hubungan internasional yang didasarkan pada prinsip-
prinsip sifat manusia ternyata sia-sia, ia juga berpendapat bahwa ketergantungan pada pemahaman
parsial manusia secara alami adalah “cacat kritis” dalam pekerjaan Morgenthau, yang
didefinisikan oleh pandangan dunia maskulin. Tickner percaya bahwa asumsi Morgenthau tentang
sifat manusia tidak universal, dan tidak memperhitungkan sudut pandang feminin. Dia
menunjukkan bahwa Morgenthau fokus pada “penekanan konflik” kecenderungan feminin
terhadap 'kerjasama dan regenerasi', bahkan meskipun ini seharusnya menjadi pertimbangan
penting. Sekian

4. DAFTAR PUSTAKA

Referensi Wajib : Art, Robert J & Jarvis, Robert (2007) “International Politics : Enduring
Concepts and Contemporary Issues 8th ed” by -Pearson Education. Jnc

Referensi Pendukung & Sitasi :

Mahasiswa UPN ‘Veteran’ Jatim


Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)
International Politics | 2014

Kenneth , Waltz (1979) “The Consequences of Anarchy : The Anarchic Structure of World
Politic” By McGraw-Hill pg 91 http://people.reed.edu/~ahm/Courses/Reed-POL-372-2011-
S3_IEP/Syllabus/EReadings/01.2/01.2.Waltz2005The-Anarchic.pdf

Jervis, Robert (1978) “Cooperation Under The Security Dilemma” Cambridge University
Pressand Trustees of Princeton University are collaborating with JSTOR to digitize, preserve and
extend access to World Politics Pg 167-168
http://isites.harvard.edu/fs/docs/icb.topic1341873.files/Week%202/Jervis_1978.pdf

Wendt, Alexander (1992) “Anarchy is What States Make for It : Social Construction of Power
Politics” Published by: The MIT Press pg 392
http://acme.highpoint.edu/~msetzler/IntlSec/NewReadings2add/Wendt_1992.pdf

Hans, Ernes (1953) “The Balance of Power : Concept, Perspective of Propaganda” pdf publish
by Cambridge University Press
http://www.jstor.org/discover/10.2307/2009179?uid=3738224&uid=2&uid=4&sid=2110459714
6417

Mahasiswa UPN ‘Veteran’ Jatim


Print to PDF without this message by purchasing novaPDF (http://www.novapdf.com/)

Anda mungkin juga menyukai