Anda di halaman 1dari 14

ANARKI DAN POWER DALAM POLITIK INTERNASIONAL

Oleh :
Age Sulistyoningsih (5161611015)
Irsad Darwis (5161611016)
Dewi Fathimah N. H. (5161611017)
Heru Siswoyo (5161611032)
Rezza Graha D. A. (5161611033)

Dosen Pengampu :
Hidaya Chusnul Chotimah, S.I.A., M.A.

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS BISNIS, PSIKOLOGI, DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS TEKNOLOGI YOGYAKARTA
2019

1
ANARKI DAN POWER DALAM POLITIK INTERNASIONAL
Oleh :
Age Sulistyoningsih (5161611015)
Irsad Darwis (5161611016)
Dewi Fathimah N. H. (5161611017)
Heru Siswoyo (5161611032)
Rezza Graha D. A. (5161611033)

Abstrak
Dalam hubungan internasional anarki dan power tidak asing lagi bagi kaum realisme. Anarki
mengacu pada kedaulatan antar negara dan pola hubungan yang terbentuk diantara negara-
negara tersebut sedangkan power berkaitan dengan negara, negara dan power tidak dapat
dipisahkan negara-negara akan melakukan apa yang mereka ingin kuasai secara fisik
daripada apa yang seharusnya mereka lakukan secara moral. Pada makalah ini penulis juga
menganalisis anarki dan power dalam politik internasional tentang perubahan struktur
internasional karena akibat kerusakan-kerusakan yang timbul pasca PD II dan negara
membentuk sebuah organisasi internasional hal ini menjadi awal pergesaran anarkisme di
politik internasional.
Kata Kunci: Anarki, Power, Politik Internasional

2
A. Latar Belakang

Dalam tema kelompok kami yaitu anarki dan power dalam politik internasional
merupakan sebuah gambaran bahwasannya anarki dan power tersebut sangat tidak asing lagi
didengar di dalam perspektif realisme, dimana realisme merupakan teori dalam hubungan
internasional tersebut. Seperti halnya dengan anarki, dimana yang kita semua ketahui bahwa
anarki dari bahasa Yunani disebut anarchos, yang dimana memiliki arti tersendiri yaitu “tidak
adanya penguasa”. Tidak hanya itu, anarki juga memiliki bahasa lain yang artinya “tanpa
penguasa”. Di samping itu, aksara Yunani juga memiliki gabungan dengan aksara Indo-
Eropa, dimana aksara Yunani ‘an’ yang artinya tanpa atau tiada, manakala aksara Indo-Eropa
‘arkh’ yang mana memiliki arti ‘memulai’ atau ‘mengambil alih kepimpinan’. Makna anarki
secara umum dapat diterjemahkan sebagai suatu kondisi dimana tidak adanya penguasa, tidak
adanya tata aturan yang juga ikut menghilang dengan tidak adanya pemimpin atau penguasa.
The Cambridge English Dictionary mendefinisikan makna dari anarki itu sendiri adalah
sebagai ‘suatu situasi dimana tidak adanya institusi atau organisasi yang mengawasi dan
mengendalikan masyarakat dikarenakan tidak berjalannya pemerintahan’.1

Dari sudut pandang struktural dalam konsep anarki adalah dimana sistem politik dari
hubungan internasional dilihat sebagai suatu anarki, mengacu pada kedaulatan antar negara
dan pola hubungan yang terbentuk diantara negara-negara tersebut. Ambigu atau tidak jelas
sangat terlihat dari struktur politik dalam hubungan internasional, bisa saja dilihat dalam
bentuk hierarki (struktur pemerintahan global), yang kemudian bisa berlanjut pada suatu
anarki internasional. Dengan melihat sebagai suatu sistem internasional anarki merupakan
salah satu cara termudah untuk membentuk suatu model pengembangan abstrak dari
hubungan internasional itu sendiri, dimana ada suatu sistem yaitu sistem murni, tanpa
masyarakat. Manakala, jika munculnya sistem abstrak tersebut maka kita akan bisa
melakukan penyimpulan atau berandai-andai dengan melihat pola interaksi yang terjadi
diantara unit-unit negara. Sejumlah interaksi damai dan positif akan menghasilkan
perdagangan, kunjungan antar individu, pernikahan antar bangsa. Konflik dan peperangan itu
sendiri juga akan memberi dampak yang besar seperti dapat menghasilan kemajuan ide dan
teknologi dari interaksi negatif tersebut. Secara otomatis dari segi perdagangan itu sendiri

1
Adhe Nuansa Wibisono, Anarcy dalam Hubungan Internasional,
https://www.academia.edu/2553804/Anarchy_dalam_Hubungan_Internasional diakses pada tanggal 16 Oktober 2019

3
akan menghasilkan banyaknya sebuah aturan-aturan yang akan memfasilitasi proses
pertukaran, dan akan melindungi pihak-pihak manapun yang terikat dengan proses tersebut.
Aktivitas perdagangan akan sangat menjadi terbatas atau bahkan musnah diakibatkan adanya
pembajakan, pencurian dan bahkan oleh perpajakan yang berlebihan jika tidak adanya
jaminan keamanan tersebut.2 Itulah mengapa aturan-aturan tersebut dibuat, dengan begitu
bisa mengontrol suatu kebijakan yang dibuat dengan tidak semena-mena.

Selain itu, terkait dengan konsep power itu sendiri dimana dalam studi hubungan
internasional seringkali ditemukan sebuah kata kunci yaitu power. Kekuasaan politik (power
politic) sangat terkenal sebagai kosep yang digunakan oleh power itu sendiri. Sejak lahirnya
disiplin Ilmu Hubungan Internasional, power berkaitan dengan konsep ‘negara’ dan dianggap
sebagai konsep dasar dari hubungan internasional. 3 Tujuan suatu negara dan power tidak
dapat dipisahkan. Dalam arti kata lain, tujuan dari setiap aktor (negara) adalah power. 4 Salah
satu faktor utama yang dilihat dari kacamata Arnold Schwarzenberger bahwa power sangat
penting dalam hubungan internasional. Dimana, menurut pandangan beliau, negara-negara
dalam suatu sistem internasional akan melakukan apa yang mereka ingin kuasai secara fisik
daripada apa yang seharusnya mereka lakukan secara moral. 5 Seperti mana yang dikatakan
oleh Thucydides di dalam karyanya yang berjudul “The Peloponnesian War” yang
menyatakan bahwa didalam hubungan internasional, “might makes right”.6

Namun, sifat destruktif, liar, dan statis bukanlah sesuatu konsep dari power itu sendiri.
Melainkan power adalah perpaduan antara pengaruh persuasif dan kekuatan koersif. Menurut
Richard Ned Lebow sendiri dalam karyanya yang berjudul “The Long Peace, The End of the
Cold War, and the Failure of Realism” mengartikan bahwa power sebagai fungsi dari jumlah
penduduk, teritorial, kapabilitas ekonomi, kekuatan militer, stabilitas politik dan kepiawaian
diplomasi internasional.7 Power suatu negara tidak hanya mencakup kekuatan militer
melainkan tingkat teknologi yang dikuasai, sumber daya alam, bentuk pemerintahan dan
kepemimpinan politik dan ideologi.

2
Barry Buzan, “From International System To International Society : Structural Realism And Regime Theory Meet
The English School”, International Organization Vol.47 No.3, (Massachusetts : The MIT Press, 1994), Hal 340-341
3
Scott Burchill dan Andrew Linklater, Teori-teori Hubungan Internasional, 1996, Bandung: Nusa Media, Hal 242
4
Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, 1996, Bandung:
Remaja Rosdakarya, Hal 13
5
Ibid,.
6
Baylis, Wirtz, Cohen dan S. Gray, Strategy In The Contemporary World: An Introduction to Strategic Studies, 2002,
New York: Oxford, Hal 7
7
Richard Ned Lebow, Long Peace, The End of the Cold War, and The Failure of Realism, International
Organization, Vol.48 No.2, Hal 249-277

4
Disini kelompok kami juga menjelaskan power politics dalam dua jenis. Yang pertama
ada Soft Power dan Hard Power. Dari definisi mengenai power yang telah dijelaskan di atas,
secara implisit telah menjelaskan mengenai penggunaan power oleh suatu aktor terhadap
aktor lain. Adapun penggunaan hard power dilakukan secara paksaan dan sanksi. Power
(kekuatan) menurut Joseph S. Nye Junior dibagi ke dalam beberapa bentuk, yang pertama
adalah hard power (kekuatan keras), dan hard power merupakan bentuk langsung dari
pendayagunaan kekuatan, baik dengan pola pendekatan coercive (memaksa) maupun reward
(pemberian hadiah), pada prinsipnya hard power memiliki karakter yang transaksional dan
perpaduan antara kemampuan dalam mengorganisasi (manajemen kekuatan dan informasi)
serta Machiavelis (kemampuan untuk mengancam serta membangun koalisi kemenangan).8

Dari jenis Soft Power itu sendiri dipopulerkan oleh Joseph S Nye, seorang Dekan dari
Harvard Kennedy School of Government (2004) yang mana memberikan sumbangsih
terhadap pemerintahan Amerika Serikat dikarenakan dari pemikiran Soft Power beliau hingga
dipakai oleh negara-negara liberal seperti halnya Amerika Serikat. Seperti kita ketahui
bersama bahwa Soft Power juga digunakan sebagai istilah dalam teori hubungan
internasional untuk menjelaskan kemampuan badan politis, seperti negara untuk
memperlihatkan pengaruh atas tingkah laku dan kepentingannya melalui pengaruh budaya,
kebijakan dan ideologi.9 Soft power tidak sama halnya dengan pengaruh (influence),
pengaruh bisa bergantung kepada hard power melalui ancaman (merujuk kepada tindakan
militer) dan ekonomi (payment). Bujukan atau kemampuan menggerakkan seseorang melalui
argumen adalah sebagian dari konsep soft power tersebut. Dimana, dalam soft power
disarankan semaksimal mungkin tidak menggunakan kekerasan yang berbentuk militer
melainkan menggunakan akal pikiran yang jernih atau istilahnya kepala dingin. Soft power
juga dapat dilihat sebagai kekuatan untuk menarik. Perbedaan yang jelas antara hard power
dan soft power adalah pertimbangan berbagai cara yang dapat kita raih melalui hasil yang
kita inginkan.

B. Anarki

Secara etimologis dapat kita ketahui bahwa sebenarnya untuk konteks hari ini dan
mungkin ke depannya dibutuhkan dalam menjawab persoalan kehidupan terutama pada soal

8
Muhammad Dudi Hari Saputra, Definisi Kekuatan: Hard Power dan Soft Power,
https://geotimes.co.id/opini/definisi-kekuatan-hard-power-dan-soft-power/ diakses pada tanggal 16 Oktober 2019
9
Joseph S Nye, Soft Power, Public Affairs, New York, 2004, hal 10.

5
sosial-politk suatu bangsa atau negara, kata anarkis. Berasal dari Bahasa yunani, anarkhia,
yang artinya ialah lawan atau kebalikan dari otoritas contrary to authority, yang dimaksud
adalah suatu negara tanpa pemerintah dengan demikian pendirian fundamental anarksisme
berupa penolakan atas otoritas, yang dalam konteks ini dimonopoli oleh negara. Mengapa
demikian Anarkisme menolak negara, bagi kaum anarkis, karena negara yang bersifat koersif
dan sumber utama dari kuasa atau power dan otoritas adalah dapat dibenarkan
keberadaannya.10 Prinsip dasar anarkisme adalah bahwa bentuk bentuk otoritas hirarkis (dapat
berupa negara, institusi agama, system ekonomi, dll), bukan saja tidak diperlukan, melainkan
juga merusak maksimalisasi potensi potensi kemanusiaan. Kaum anarkis secara umum
mempercayai, bahwa setiap manusia mampu mengatur urusannya sendiri, dengan
berlandaskan asas kreativitasnya kerjasama dan saling menghormati. Kaum anarkis percaya,
bahwa kekuasaan merupakan sebentuk kejahatan, dan otoritas, yang merupakan suatu
pengabdian diri, ketimbang pengabdian kepada rakyat.

Pada esensial Anarkisme merupakan sebuah tindakan yang mana untuk menolak
dengan keberadaan suatu negara. Pada pokoknya, anarkisme menempatkan negara sebagai
‘musuh’ utama. Bahkan bukan karena semata-mata negara memonopoli kekuasaan dan
otoritas, melainkan juga bersifat destruktif bagi masyarakat. Misalnya, kekuasaan teritorial
yang dimiliki, kekuasaan yurisdiksi atas rakyat termasuk kekuasaan menguasai kekayaan
sumber daya di dalam wilayah yang dikuasai, dan yang tak kalah penting kekuasaan negara
atas imajinasi atau gagasan masyarakat akan sebuah bangsa.

Maka anarchos/anarchein berarti tanpa pemerintahan. Tanpa adanya pemerintahan


yang berwujud sebagai negara sebagai otoritas tertinggi inilah yang kemudian menjadi inti
terkait paham ajaran anarkisme. Dalam kata lain, anarkisme dapat diterjemahkan sebagai
paham berarti tanpa peraturan, tanpa pemimpin, tanpa tuan. Menurut Ben Anderson dalam
bukunya yang berjudul Di Bawah Tiga Bendera, mengatakan bahwa paham anarkisme
kemudian hadir sebagai salah satu gerakan sosialis jauh sebelum paham marxisme
berkembang di Eropa pada abad ke-18.11 Tokoh kunci pemikir anarkisme antara lain Piere
Joseph Proudhon yang pikirannya pernah berkembang di revolusi sosialis tanpa partai,
Komune Paris (1871).
10
Yerry (2017, 14 June). “Mengapa Anarkisme Menolak Negara?”. https://anarkis.org/mengapa-anarkisme-
menolak-negara/, Diakses pada tanggal 17 Oktober 2019.
11
Suhairi Ahmad (2019, 18 May), “Gerakan dan Ide Anarkisme di Indonesia”, https://news.detik.com/kolom/d-
4554662/gerakan-dan-ide-anarkisme-di-indonesia, Diakses Pada Tanggal 17 Oktober 2019.

6
Contoh Kasus Aksi Anarki :

Anarki merupakan sebauh Gerakan yang mana lebih dari yang lain dengan mengenai
berbagai Gerakan atau usaha yang membuka perubahan secara revolusioner didunia, seiring
berjalannya waktu pada abad terakhir ini, maka pada bagian inilah Anarki semakin
diperbicangkan dalam kaca mata ilmu hubungan internasional adapun point-point yang secara
signifikan meruapakan salah satu dari Gerakan anarki itu sendiri. 12 Anarkisme merupakan
sebuah hal atau isu yang dapat di defenisikan sebagai Gerakan penting mengenai pentingnya
mengubah dunia secara radikal, hal ini dapat kita ketahui bahwa contoh dari aksi anarki
bukan hanya untuk membuat suatu cara atau mekanisme yang dapat dibuat dengan system
agar untuk menjadi lebih memanusiawi dengan itu, untuk mendorong maksud dari anarkistis
dengan konsep ini maka bertujuan untuk dapat tumbuh berkembang meski hal ini akan
bertantangan dengan proses terjadinya revolusi yang benar-benar anarkis.

Gerakan Anarki Kontemporer :

Secara anggapan umum dapat di ketahui bahwa menyederrhanakan dari anarki itu sendiri merupakan
anarki sebagai suatu aliran destruktif, Chaotik dan ketidakberaturan “disorder” bahkan dapat diposisikan
sebagai bersampingan dengan demokrasi, yaitu suatu bentuk yang standariasi yang pemiskinan terhadap
kekayaan intelektual dan wawasan anarki. Dan anarki juga bukan hanya semata-mata sebagai sebuah
tantangan terhadap negara, akan tetapi merupakan sebuah pengertian atau artikulasi tentang power yang
melandasi hubungan manusia, terhadap sebuah kritik tentang korelasi-korelasi antara hegemoni dan
ketersaingan terhadap manusia dengan dirinya, disisni dapat dibahas tentang pengambilan kekuakasan dan
hubungan -hubungan sosial.13 Dengan kemungkinan karena Anarkisme ialah konsepsi sosial dan
filsafat maka dari itu akan mengalami kesetaraan hal makna dan taktis (Anarki).

Sehubungan dengan anarkisme yang dapat menghendaki individual dan masyarakat


yang bebas dari sebauh tekanan dari Anarki itu sendiri, dan beberapa faktor lainnya yang
dapat memberikan makna yang antagonis seperti penderitaan yang terjadi,perbudakan dan
segala jenis tindakan lainnya (Unhumanism) ialah dengan tujuan tersebut dapat bermuara
pada kesenjangan kesejahteraan untuk semua masyarakat, dengan alasan ketika manusia

12
[Anonim], “A.5 Apa Saja Contoh-Contoh “aksi anarki”?”, https://anarkis.org/anarkis-faq/bag-a/a-5/.Diakses Pada
Tanggal 17 Oktober 2019.
13
Ali Faisal, “Cinta Dalam Anarkisme Kontemporer”, https://sites.google.com/site/nimusinstitut/cinta-dalam-
anarkisme-kontemporer, Diakses Pada Tanggal 18 Oktober 2019.

7
menolak adanya cara-cara atau perbuatan anti kemanusiaan oleh manusia, dapat diyakini
bahwa apa yang sedang di perjuangkan merupakan nilai -nilai kemanusiaan.

Setiap pengetahuan, metode, teori, dan gerakan lainnya dapat diciptakan dengan tujuan
agar untuk menciptakan atau menghadirkan sesuatu yg ingin dicapai demikian dengan
anarkis yang dapat menghendaki secara individual dan bermasyarakat. Dalam bukunya What
is Communist Anarchist, para pemikir Anarkis Alexader Berkman menulis bahwa bahwa
Anarkisme bukan menunjukan salah satu symbol atau bentuk kekerasan atau Bom dapat
diliaht juga bahwa ketidakteraturan dan kekacauan, buakan perampokan dan
pembunuhan,dan bukan pula sebuah perang yang sedikit melawan semua, dalam atian bukan
berarti bahwa masyarakat atau individu harus bebas untuk melakukan dan memilih jenis
kehidupan yang di inginkan dan diikut sertakan. Didalamnya tanpa ada gangguan persamaan
hak disertakan hidup dalam perdamaian dan harmoni seperti keluarga atau saudara.artinya
tidak boleh perang, kekerasan. monopoli, kemiskinan, kekuasaan dan penindasaan, serta
hidup dalam perdamaian pada gerakan-gerakan anarki kontemporer saat ini serta dapat
menikmati kesempatan hidup bersama-sama dalam kesetaraan.

Pada awal-awal abad ke 20-an terdapat salah satu teori Anarki yang mana telah
mengalami peerkembangan dan suatu pembaharuan dengan adanya berjalannya
persinggungannya dengan terori-teori dari berbagai macam ragam seperti disiplin sosial, dan
ada beberapa diantaranya pengadopsian dan pengadaptasian pendekatan yang dapat
dikembangkan beragam wacana post-strukturalis.dalam beberapa decade ini Gerakan dari
teori Anarki menjadi cukup lentur untuk yaitu untuk berbaur dengan beragam Gerakan yang
secara umum kita tau bahwa disebut sebagai salah satu Gerakan anti otoritarian dan Gerakan
didalamnya Ilmu sosial/politik baru yang secara fundamental /kesejahteraan dari berbagai
macam aspek didasari pada politik non Hirarki destruktif,otonom dan swa kelola anggapan
umum yang dapat menyederhanakan anarki tersebut.

C. Power

Power merupakan suatu konsep yang sering kali digunakan dalam ruang lingkup
Hubungan Internasional. Dimana konsep power itu sendiri masih menjadi perdebatan dan
salah satu perdebatannya yaitu apakah power itu sendiri di pandang sebagai atribut individu,
kelompok atau negara bangsa atau kepentingan dari hubungan kedua aktor itu sendiri. Pada

8
dasarnya, power adalah kekuatan atau kekuasaan.14 Dari tokoh Realis Hans J. Morgenthau
beranggapan bahwa Power adalah kemampuan manusia untuk mengontrol dan
mempengaruhi pikiran dari tindakan manusia yang lain. 15 Atau di definisikan dalam konteks
negara yaitu sebagai hubungan antar dua negara yang memiliki suatu kemampuan untuk
mengontrol atau mengendalikan negara lain.16

Dalam Hubungan Internasional, power menjadi hal signifikan dalam keseluruhan


proses pengaruh. Di dalam sistem internasional itu sendiri negara-negara saling bergantung,
namun sistem itu sendiri tidak menyediakan jaminan perlindungan keamanan negara tersebut,
sehingga terjadinya kecemasan atau security dilemma dalam hubungan suatu negara.17
Dengan adanya power pada setiap negara membuat negara tersebut membuat kekuatan
nasional yang digunakan untuk sember daya yang membuat negara lain melakukan kemauan
dari negara pemilik sumber daya tersebut. Kekuatan nasional itu sendiri terbagi menjadi tiga
yaitu soft power, hard power dan smart power.

1. Soft Power
Soft power merupakan suatu kemampuan atau kapasitas suatu negara untuk
mempengaruhi aktor negara lain melalui daya tarik suatu ideologi negara tersebut.
salah satu cara suatu negara untuk mejalankan soft power ini yaitu dengan cara
berdiplomasi, tujuan dari soft power yaitu menghindar dari tindakan kekerasan seperti
perang militer sehingga tidak adanya kerusakan pada suatu negara dan mengontrol
produksi ekonomi yang dimana lebih menguntungkan di bandingkan perang
tersebut.18
2. Hard power
Hard power merupakan kemampuan yang di miliki oleh suatu negara untuk memaksa
kehendak suatu negara lain melalui pengaruh militer yang dimana bentuk dari hard
power ini adalah kekerasan seperti perang antar negara. Tujuan dari hard power itu
sendiri adalah suatu negara untuk mengancam negara lain melalui kekuatan militer
sehingga terjadinya pemaksaan tindak ekonomi.
14
Kresna (2017, 6 September), “Teori Power Dalam Hubungan Internasional (skripsi dan tesis)”,
http://konsultasiskripsi.com/2017/09/06/teori-power-dalam-hubungan-internasional-skripsi-dan-tesis/

15
Baldwin David A.”Power and International Relation in walter Carlsnaes , Thomas Risse, Beth Simmons (2002).
Handbook Of International Relation. SAGE :Hal 177 -191

16
Barnett, Michael & Duvall, Raymond “Power in International Politics” international Organization 2005, Vol. 59,
Hal 39-75

17
Bueno de Mesquita, Bruce. Principles of International Politics, People’s Power, Preferences, and Perception QC
Press 2003, Hal. 222-286
18
Nye, Joseph S. “Soft Power” Foreign Policy 1990, Hal 153-171.

9
3. Smart Power
Dalam Hubungan Internasional smart power ini berasal dari gabungan soft power dan
hard power, soft power ini dalam hubungan internasional adalah yang paling efektif
melakukan interaksi dalam hubungan negara untuk memenuhin kepentingan nasional
mereka. Tujuan dari smart power ini adalah lebih kepada ekonomi akan tetapi melalui
perang dagang dimana tidak adanya kegiatan fisik.19

Sumber kekuatan nasional adalah potensi yang dimiliki suatu negara untuk
dikembangkan dan berfungsi sebagai tolak ukur bagi suatu negara untuk berinteraksi secara
internasional. Sumber daya nasional dapat digali dan diklasifikasikan, yaitu geografi, sumber
daya alam, ekonomi, militer, teknologi, dan budaya. Ada juga sumber-sumber kekuatan
nasional yang baru seperti kapasitas untuk komunikasi yang efektif dan pembangunan serta
pengunaan instituasi multilateral, unsur unsur ini didukung dan berpengaruh atas kekuatan
nasional dan digunakan untuk sebagai metode atau cara untuk mencapai kepentingan
nasional.20

Kekuatan nasional yang paling diperkirakan melalui aset berwujud nyata dan aset yang
berwujud tidak nyata. Kekuatan nasional juga dapat diperoleh dengan mengumpulkan suatu
data pada banyak variabel seprti menggunakan tenaga militer pada suatu negara, produksi
besi dan baja sebagai senjata, kosumsi bahan bakar komersial, populasi urban dan jumlah
populasi di negara tersebut. semua variabel-variabel tersebut digunakan sebagai aktor untuk
mendukung pembangunan suatu kesepakatan nasional iu sendiri agar terwujud tujuan
nasional negara.

D. Analisis Anarki dan Power dalam Politik Internasional

Pasca terjadinya Perang Dunia ke-2 (PD 2), struktur politik internasional mengalami
perubahan, dimana semula kekuatan atau otoritas tertinggi yang memimpin negara-negara
belum lahir untuk mewadahi interaksi dan hubungan antarnegara. Namun, setelah kerusakan
fisik dan hancurnya perdamaian dunia akibat PD 2, negara-negara sepakat untuk membentuk
sebuah badan internasional bernama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menjadi awal
pergeseran anarkisme di politik internasional.

19
Nossel, Suzanne “Smart Power” Foreign Affairs 2004, Hal 131-142.

20
Holsti, K. J. “The Concept of Power in the Study of International Relations” Background 1964 , Hal 194.

10
Munculnya PBB sebagai kekuatan baru yang disokong oleh kekuatan kolektif negara-
negara dunia membuat PBB menjadi sosok yang hadir untuk menyamaratakan posisi
kekuatan yang dimiliki negara anggota. Tujuannya adalah untuk meminimalisir polarisasi
maupun bipolarisasi kekuatan dalam politik internasional. Langkah yang diambil oleh
liberalisme, yakni dengan berprinsip pada transparansi. Adanya transparansi dalam sebuah
organisasi internasional mampu meniadakan rasa curiga antara negara satu dengan negara
lainnya, sehingga negara memiliki pengetahuan dan informasi yang cukup dan tidak perlu
merasa khawatir untuk berkompetisi dengan negara lain, dimana solusi ini absen dalam
pandangan realisme. Realisme menganggap bahwa peningkatan kekuatan menjadi hal yang
penting untuk merespon rasa curiga terhadap kekuatan negara lain. Hasilnya, negara erus
berlomba untuk meningkatkan kekuatan daripada melihat pada solusi yang mungkin dapat
memecahkan masalah kecurigaan atau insecurity.

Organisasi internasional yang hadir sekaligus melahirkan aturan-aturan yang perlu


ditaati untuk mengatur kebiasaan, perilaku, tindakan, serta hukuman/sanksi untuk seluruh
anggotanya. Di era globalisme seperti saat ini, hampir seluruh negara di dunia tergabung
dalam PBB, beberapa negara bahkan tergabung di organisasi regional seperti Association of
South East Asian Nations (ASEAN) dan Uni Eropa, organisasi kerja sama perdagangan
seperti North America Free Trade Area (NAFTA), organisasi moneter seperti International
Monetary Fund (IMF), organisasi pembangunan Asian Development Bank, dan lain-lain.
Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa anarkisme atau tidak adanya kepemimpinan atau
otoritas tertinggi dalam politik internasional kini telah hilang dan diisi posisinya oleh
organisasi atau institusi internasional.

Kesimpulan

11
Dalam hubungan internasional terdapat perspektif realisme yang sangat berkaitan dengan
anarki dan power. Anarkisme merupakan sebuah tindakan untuk menolak dengan keberadaan
suatu negara dan sebagai wujud tanpa pemerintah. Dalam kata lain anarkisme sebagai paham
yang tanpa peraturan, tanpa pemimpin, tanpa tuan. Anarkisme merupakan sebuah gerakan
untuk mengubah dunia secara radikal. Sedangkan, power yang berarti kekuatan atau
kekuasaan. Hans J Morgenthau merupakan pemikir realis beranggapan bahwa power adalah
kemampuan manusia untuk mengontrol dan mempengaruhi pikiran dan tindakan manusia
yang lain jika diterapkan dalam negara berarti suatu hubungan antar dua negara yang
memiliki suatu kemampuan untuk mengontrol antau mengendalikan negara lain.

Power sendiri terbagi menjadi 3 yaitu:

1. Soft power, yang berarti kemampuan negara untuk mempengaruhi negara lain melalui
daya tarik suatu ideologi. Salah satu caranya adalah dengan berdiplomasi tujuan dari
soft power ini untuk menghindari tindak kekerasan supaya tidak terjadi kerusakan
pada suatu negara.
2. Hard power, berarti kemampuan negara memaksa kehendak suatu negara lain melalui
tindak kekerasan tujuannya untuk mengancam negara lain.
3. Smart power, gabungan antara soft power dan hard power. Tujuan dari smart power
berfokus pada ekonomi melalui perang dagang dan tidak adanya kegiatan fisik.

Anarki dan power dalam politik internasional yaitu pada pasca PD II struktur politik
internasional mengalami perubahan. Namun, setelah kerusakan fisik pasca PD II negara-
negara membentuk sebuah organisasi internasional yaitu PBB yang menjadi awal pergeseran
anarkisme di politik internasional. Munculnya PBB bertujuan untuk meminimalisir kekuatan
dalam politik internasional, melalui liberalisme yang berprinsip pada transparansi dalam
organisasi internasional. Di era globalisasi hampir seluruh negara bergabung dengan PBB
seperti ASEAN, NAFTA, IMF, dan lain-lain.

Daftar Pustaka
Buku

12
Baylis, Wirtz dkk. “Strategy In The Contemporary World: An Introduction to
Strategic Studies”, 2002, New York: Oxford, Hal 7
Bueno de Mesquita, Bruce. Principles of International Politics, People’s Power,
Preferences, and Perception QC Press 2003, Hal. 222-286
Burchill, S, Andrew. Teori-teori Hubungan Internasional, 1996, Bandung: Nusa
Media, Hal 24
David A, B. ”Power and International Relation in walter Carlsnaes , Thomas Risse,
Beth Simmons (2002)”. Handbook Of International Relation. SAGE :Hal 177 -191
Holsti, K. J. “The Concept of Power in the Study of International Relations”
Background 1964 , Hal 194
Nossel, Suzanne. “Smart Power” Foreign Affairs 2004, Hal 131-142
Nye, JS. “Soft Power” Foreign Policy 1990, Hal 153-171
Nye, JS. Soft Power, Public Affairs, New York, 2004, hal 10
Perwita, AAB, Yayan. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, 1996, Bandung:
Remaja Rosdakarya, Hal 13
Jurnal
Barnett, Michael dkk. “Power in International Politics” international Organization
2005, Vol. 59, Hal 39-75
Buzzan, B. “From International System To International Society : Structural Realism
And Regime Theory Meet The English School”, International Organization Vol.47 No.3,
(Massachusetts : The MIT Press, 1994), Hal 340-341
Lebow, RN, Long Peace. “The End of the Cold War, and The Failure of Realism,
International Organization”, Vol.48 No.2, Hal 249-277
Internet
[Anonim], “A.5 Apa Saja Contoh-Contoh “aksi anarki”?”,
https://anarkis.org/anarkis-faq/bag-a/a-5/ (akses 17 Oktober 2019)
Ahmad, Suhairi (2019, 18 May), “Gerakan dan Ide Anarkisme di Indonesia”,
https://news.detik.com/kolom/d-4554662/gerakan-dan-ide-anarkisme-di-indonesia, (akses
pada17 Oktober 2019)
Faisal, Ali, “Cinta Dalam Anarkisme Kontemporer”,
https://sites.google.com/site/nimusinstitut/cinta-dalam-anarkisme-kontemporer, (akses pada
18 Oktober 2019)
Kresna (2017, 6 September), “Teori Power Dalam Hubungan Internasional (skripsi
dan tesis)”, http://konsultasiskripsi.com/2017/09/06/teori-power-dalam-hubungan-
internasional-skripsi-dan-tesis/
Saputra, MDH. “Definisi Kekuatan: Hard Power dan Soft Power”,
https://geotimes.co.id/opini/definisi-kekuatan-hard-power-dan-soft-power/
Wibisono, AN. Anarcy dalam Hubungan Internasional,
https://www.academia.edu/2553804/Anarchy_dalam_Hubungan_Internasional

13
Yerry (2017, 14 June). “Mengapa Anarkisme Menolak Negara?”.
https://anarkis.org/mengapa-anarkisme-menolak-negara/, (akses pada 17 Oktober 2019)

14

Anda mungkin juga menyukai