Anda di halaman 1dari 19

KRITIK ATAS TUJUAN AKUNTANSI SYARIAH:

PERSPEKTIF REALITAS SADRIAN

Yulis Diana Alfia1, Iwan Triyuwono2, Aji Dedi Mulawarman3


1
Universitas Mercu Buana Jakarta
2,3
Universitas Brawijaya Malang
e-mail: 1yulis.diana@mercubuana.ac.id

Abstrak: Kritik atas Tujuan Akuntansi Syariah: Perspektif Realitas Sadrian. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengkritisi aspek tujuan akuntansi syariah, yang dilihat
memiliki peran penting dalam membangun basis nilai dan bentuk dalam realitas akuntansi.
Pendekatan kritis yang digunakan adalah perspektif realitas Sadrian. Perspektif ini digunakan
untuk menjawab celah tujuan akuntansi syariah yang terinfiltrasi oleh pandangan dualitas
modern. Eksplorasi kritis yang dilakukan menjawab kegelisahan peneliti bahwa infiltrasi
modern terjadi dalam konstruksi tujuan akuntansi syariah yang memiliki basis ontologi
tauhid, pandangan tentang keutuhan. Hal ini dapat dikonfirmasi dari dua aspek kritis, yaitu:
keberadaan (eksistensi) realitas akuntansi dan epistemologi. Dialektika kritisnya memberikan
gambaran bahwa terdapat celah (inkonkruensi) dengan basis ontologisnya, tauhid.

Abstract: The Criticism on Syariah Accounting Purpose: Reality Perspective of Sadrian.


The aim of this study is to criticize the sharia accounting objectives, which is seen having an
important role in value and form building of accounting reality. The critical approach used is
perspective reality of Sadrian. This perspective is used to address a gap of sharia accounting
objectives that were infiltrated by modern duality view. Critical exploration conducted the
anxiety of researcher that modern infiltration occurred in construction of accounting
objectives which has an Islamic ontology Tauhid, the notion of wholeness. It can be
confirmed from two critical aspects, namely: the presence of (the existence of) accounting
reality and epistemology. Critical dialectic illustrates that there is a gap with ontological
basis, Tauhid.

Kata Kunci: Tujuan, Infiltrasi, Dualitas, Keutuhan, Realitas Sadrian

REFLEKSIFITAS AWAL menandakan bahwa proses penciptaan


memiliki tujuan. Maka dalam dimensi
“Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau ruang waktu ini visi hidup manusia selalu
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci (harus) berorientasi pada tujuan yang
Engkau, maka peliharalah kami dari siksa merefleksikan tujuan penciptaan Tuhan,
neraka”. Penggalan surat Ali Imran ini (kembali) pada hidup yang abadi. Nilai
merupakan bentuk persaksian manusia. pengingat penting lain yang bisa kita
Persaksian akan penciptaan alam semesta, tangkap dari sabda Rasulullah SAW
bahwa penciptaan ini bukanlah untuk tersebut di atas adalah bahwa secara
sebuah kesia-siaan. Seperti disabdakan esensial eksistensi manusia bukan hanya
oleh Baginda Rasulullah SAW, bahwa seonggok daging (materi). Jasad (materi)
manusia diciptakan untuk keabadian. akan meluruh secara perlahan menuju
Keberadaan hidup manusia di alam dunia kehancuran, namun jiwa substansial kita
hanyalah sementara, yang kemudian akan akan menjumpai keabadiannya (Bagir
berpulang (kembali) pada rumah akhirat, 2012). Refleksifitas ini merupakan hal
rumah keabadian. Persaksian spiritual ini

93
Jurnal AKSI (Akuntansi dan Sistem Informasi) Vol 3 No. 2, September 2018 p-ISSN: 2528-
6145 dan e-ISSN: 254-3198
penting dalam menetapkan vision basis nilai penting dalam memberikan
(pandangan) hidup yang bertujuan. arahan pada bentuk akuntansi.
Bertitik tolak pada refleksifitas Selain dua alasan penting tersebut,
tersebut, melihat kembali tujuan-tujuan hegemoni cara pandang modern (lihat Nasr
yang termaktub dalam akuntansi, 2008; Capra 2002; Heriyanto 2003) yang
merupakan hal penting yang ingin menyungkupi ranah akuntansi, merupakan
digugah. Terlebih hal ini berkaitan dengan kegelisahan lain yang mendorong peneliti
tujuan akuntansi syariah, sebagai disiplin untuk menjelajahi tujuan akuntasi.
akuntansi yang merepresentasikan nilai- Meskipun pada dasarnya, aliran akuntansi
nilai spiritualitas ke-Tuhanan. Selain syariah idealis berusaha untuk
berangkat dari refleksifitas tersebut, tujuan membebaskan diri dari hegemoni tersebut.
(akuntansi) merupakan salah satu aspek Berkaitan dengan hal ini, maka kita masih
terpenting yang menentukan bentuk perlu mendialektikakan setiap isu terkait
tatanan bangunan teoretis - praktis konteks tujuan dengan perkembangan-
akuntansi. Penempatan tujuan dalam perkembangan aliran akuntansi. Hal ini
konteks struktur teoretis merupakan dikarenakan oleh setiap perkembangan
pijakan penting pembentuk tatanan teori keilmuan akuntansi, terutama berkaitan
dan praktik akuntansi (lihat struktur dengan eksistensi akuntansi mainstream
teoretis yang dikembangkan oleh sedikit banyak mendominasi mindset (cara
Mulawarman 2011 dan Triyuwono 2012). berpikir) akuntansi, termasuk akuntansi
Berkaitan dengan hal ini pula, Kieso syariah (lihat Wiroso 2011). Pengaruh
(2012) menjelaskan tentang tatanan tersebut baik dari sisi bentuk dan terutama
struktur kerangka konseptual akuntansi nilai-nilai esensial yang terkandung pada
modern sebagai berikut: masing-masing aliran.
MENELUSURI TUJUAN-TUJUAN
“The objectives (first level) are DALAM AKUNTANSI
concerned with the goals and Menelusuri tujuan akuntansi dapat
purposes of accounting. Later, dilihat dari struktur teoretis akuntansi atau
we will discuss the ways these kerangka konseptual (seperti dalam FASB
goals and purposes are atau IASB). Kita akan mulai mengkaji
implemented (third level). tujuan dari struktur teoretis akuntansi
Between these two levels it is syariah, kemudian baru
necessary to provide certain membandingkannya dengan konsep tujuan
conceptual building blocks that akuntansi mainstream.
explain the qualitative Seperti kita ketahui, beberapa
characteristics of accounting dasawarsa terakhir, wacana pemikiran dan
information and define the bahkan praktik akuntansi syariah telah
elements of financial banyak diusung oleh praktisi dan para
statements. These conceptual intelektual (lihat Gambling dan Karim
building blocks form a bridge 1991; Baydoun dan Willett 1994, 2000;
between the why of accounting Harahap 1997; Triyuwono 2000, 2012;
(the objectives) and the how of Triyuwono dan As’usdi 2001;
accounting (recognition and Mulawarman 2006, 2011). Namun pada
measurement)”. (Kieso perkembangannya, akuntansi syariah
2012:31) berkembang dalam dua aliran, yaitu idealis
dan pragmatis (Mulawarman 2006; 2011
Dengan demikian, penetapan tujuan, selain dan Triyuwono 2012). Jika dilihat dari
sebagai bentuk refleksifitas tujuan perkembangan awalnya dapat dikatakan
penciptaan semesta, tujuan juga memiliki bahwa akuntansi syariah lahir dari rahim
kritis akan perkembangan akuntansi

94
Jurnal AKSI (Akuntansi dan Sistem Informasi) Vol 3 No. 2, September 2018 p-ISSN: 2528-
6145 dan e-ISSN: 254-3198
modern (baca: mainstream) yang dalam strukturnya termaktub jelas tujuan
kapitalistik. Namun dominasi akuntansi syariah.
perkembangan akuntansi syariah saat ini Bangunan struktur teori akuntansi
(dalam tatanan praktik) masih didominasi syariah yang dikembangkan oleh
oleh aliran pragmatis, yang terhegemoni Mulawarman (2011), kita bisa melihat,
oleh kerangka akuntansi mainstream yang pertama, bahwa tujuan akuntansi syariah
kapitalistik. menempati hierarki teratas dalam
Aliran pragmatis dikembangkan strukturnya. Hal ini seperti telah
dari teori dan praktik-praktik akuntansi disebutkan sebelumnya bahwa tujuan
“modern” yang telah berjalan dan (keilmuan) akuntansi merupakan aspek
berterima umum, hanya disesuaikan utama dalam pembentukan sebuah
dengan prinsip-prinsip fiqih yang berlaku, kerangka teoretis keilmuan (akuntansi).
terutama pada modifikasi akad/transaksi Tujuan memiliki peran sebagai basis nilai
(Wiroso 2011). Dominasi ini dapat dilihat dan memberikan bentuk akuntansi.
dari pengembangan standar akuntansi Struktur teori akuntansi syariah
syariah (pragmatis) seperti PSAK No. 59 Mulawarman (2011) dapat dilihat dalam
yang diterbitkan IAI (Ikatan Akuntan Gambar 1.
Indonsia) atau Accounting and Auditing
Standards for Islamic Financial Tujuan Akuntansi Syariah
Institutions (AASIFI) yang diterbitkan
tahun 1998 oleh Accounting and Auditing
Konsep Dasar Teoritis
Organization for Islamic Financial Akuntansi Syariah
Institutions (AAOIFI) (lihat Mulawarman
2011:2). Dalam menetapkan PSAK No. 59 Tujuan Laporan Keuangan
Syariah
ini, IAI banyak mengadopsi AASIFI yang
dikeluarkan oleh AAOIFI (Triyuwono
2003b). Sedangkan aliran idealis, Prinsip-Prinsip Akuntansi Karakter Laporan Keuangan
Syariah Syariah
mengupayakan pengembangan akuntansi
yang berangkat dari basis ontologis tauhid
dan epistemologi Islam, dan jelas berbeda Teknologi Laporan Keuangan
Syariah
dengan akuntansi modern (Triyuwono
2000 dan 2012; Mulawarman 2006 dan
Praktik Akuntansi Syariah
2011). Berdasarkan alasan inilah kemudian
tidak terdapat perkembangan- Sumber: Mulawarman (2011:xxxi)
perkembangan baru dalam konteks tujuan
akuntansi syariah pragmatis, karena ia Gambar 1. Struktur Teori Akuntansi
lebih menasbihkan dirinya pada konsep- Syariah
konsep dasar teori akuntansi mainstream
yang telah mapan dalam sistem (baca juga Mulawarman (2011) menyatakan
Mulawarman 2011). bahwa struktur teoretis yang dibangunnya
Pengembangan aspek teoretis merupakan hasil proses tazkiyah akuntansi
akuntansi syariah, bisa kita lihat pada berdasarkan nilai utama Islam, yaitu
Mulawarman (2011) dan Triyuwono Tauhid. Berkaitan dengan hal tersebut, kita
(2012). Meskipun pengembangan bisa melihat tujuan akuntansi syariah yang
pemikiran akuntansi syariah telah banyak dibangunnya adalah sebagai berikut:
dilakukan, namun penguatan basis teoretis
akuntansi syariah lebih nampak pada “Tujuan akuntansi syariah
kedua penggagas. Kita akan mulai melihat merupakan realisasi kecintaan
bangunan struktur teoretis akuntansi utama kepada Allah SWT,
syariah gagasan Mulawarman (2011), yang dengan melaksanakan

95
Jurnal AKSI (Akuntansi dan Sistem Informasi) Vol 3 No. 2, September 2018 p-ISSN: 2528-
6145 dan e-ISSN: 254-3198
akuntabilitas ketundukan dan aspek tujuan akuntansinya. Pada struktur
kreativitas, serta transaksi- hierarki teoretisnya, Triyuwono (2012)
transaksi, kejadian-kejadian tidak menempatkan tujuan akuntansi
ekonomi serta proses produksi (secara jelas/eksplisit) sebagai basis
dalam organisasi, yang normatif utama pembentuk tatanan teori
penyampaian informasinya dan praktik akuntansi. Hal ini bisa
bersifat material, batin, dipahami, karena kerangka teoretis
maupun spiritual, sesuai nilai- Triyuwono (2012) merupakan kerangka
nilai Islam dan tujuan syariah” proses derivasi konsep (nilai) filosofis
(Mulawarman 2011:xxxi). (Teori Akuntansi Syariah).
Meskipun demikian, bukan berarti
Kedua, cara pandang tauhid konsep akuntansi syariah yang digagas
merupakan cara pandang Mulawarman Triyuwono (2000a; 2000b; 2002; 2003a;
(2011) dalam membentuk struktur teoretis 2003b; 2007; dan 2012) tidak memiliki
akuntansi syariah. Berdasarkan cara tujuan. Seperti dikatakan pula oleh
pandang ini, maka tujuan akuntansi syariah Triyuwono (2006), rumusan jelas tentang
bagi Mulawarman (2011) adalah sebagai tujuan dasar (laporan keuangan) sangat
realisasi kecintaan (mahabbah) kepada membantu dalam membentuk struktur
Allah SWT. Akuntansi kemudian memiliki akuntansi yang menunjang perjalanan ke
sifat informasi yang tidak hanya material, Tuhan. Berdasarkan gagasan/idenya, kita
namun juga batin, maupun spiritual. bisa melakukan abstraksi atas tujuannya.
Realisasi kecintaan ini merupakan unsur Pertama, aspek ontologisnya (tauhid), pada
utama manusia sebagai abd’ Allah, yang tatanan kedua dari struktur teoretisnya kita
senantiasa dalam ketundukan dan cinta bisa melihat faith, knowledge, dan action
kepada-Nya melalui proses ibadah. sebagai basis pembentuk prinsip
Refleksifitas keterwakilan manusia sebagai filosofisnya. Triyuwono (2002; 2012)
khalifatullah fil ‘ardh harus senantiasa menjelaskan bahwa teori akuntansi syariah
bersinergi dengan unsur utama manusia (knowledge) digunakan untuk memandu
sebagai abd’ Allah. Untuk praktik akuntansi syariah (action).
mengejawantahkan realisasi cinta ini, Keterkaitan ini merupakan dua sisi uang
maka nilai-nilai Islam dan tujuan syariah logam yang sama, tidak terlepas dari
merupakan basis pengembangan tatanan bingkai - sisi lingkaran uang - keimanan
struktur teoretisnya. tauhid (faith). Dengan merujuk pada
Berangkat dari ontologi cara Kuntowijoyo (1991), secara filosofis, teori
pandang yang sama, yaitu Tauhid - akuntansi syariah merupakan salah satu
meskipun Triyuwono (2000) menegaskan ilmu sosial profetik, yang berdasar pada
bahwa cara pandangnya berangkat dari lingkaran keimanan tauhid dan memiliki
justifikasi perspektif posmodern (baca juga prinsip-prinsip humanis, emansipatoris,
Triyuwono 2003a; 2006; 2012 dan transendental, dan teleologikal (Triyuwono
Mulawarman 2006) - Triyuwono (2012) 2000).
membangun hierarki struktur teoretisnya
secara berbeda dengan Mulawarman
(2011). Gambaran struktur hierarki teori
akuntansi syariah yang digagas oleh
Triyuwono (2012) dapat dilihat pada
Gambar 2. Dalam strukturisasi hierarki
teoretisnya, belum termaktub tujuan
akuntansi di dalamnya. Namun di sini kita
tidak dalam konteks mengkritisi kerangka
teoretis yang ada, namun lebih melihat

96
Jurnal AKSI (Akuntansi dan Sistem Informasi) Vol 3 No. 2, September 2018 p-ISSN: 2528-
6145 dan e-ISSN: 254-3198

Tauhid filosofi manunggaling kawulo gusti.


Ketiganya ditujukan untuk
membangkitkan puncak kesadaran
Faith, keTuhanan (manunggal) dan dalam
Knowledge,
Action memberikan rahmat bagi seluruh alam.
Tujuan pelaporan keuangan akuntansi
syariah yang diikhtisarkan oleh Triyuwono
Prinsip Filosofis:
Humanis, Emansipatoris, (2003a) sebagai berikut:
Transendental, dan Teologikal

“Tujuan dasar laporan


Konsep Dasar: keuangan akuntansi syari’ah
Instrumental
Socio-economic yang bersifat “materi” adalah
Critical untuk pemberian informasi
Justice
All-inclusive (akuntansi), sedangkan yang
Rational-Intuitive
Ethical
bersifat “spirit” adalah untuk
Holistic Welfare akuntabilitas. Kedua tujuan ini
mutually inclusive, tujuan yang
Teori Akuntansi Syariah
satu tidak dapat meniadakan
yang lain; keduanya berada
dalam kesatuan (unity)
Standar Akuntansi Syariah sebagaimana bersatunya badan
dan ruh kita” (Triyuwono
2003a; 2012).
Praktik Akuntansi Syariah

Sumber: Triyuwono (2012:323) Deskripsi tujuan ini, sama dengan


alternatif tujuan pertama Triyuwono
Gambar 2. Struktur Hierarkis Proses (2006) yang dinyatakan berdasar pada
Derivasi Konsep Dasar Teori Akuntansi rasional-intuitif. Dikatakan bahwa
Syariah informasi merupakan representasi dunia
Kedua, konstruksi tujuan materi, dan akuntabilitas merupakan
akuntansinya dapat kita rujuk dari representasi dunia spiritual, keseimbangan
Triyuwono (2003a; 2006; 2012) tentang dunia material dan spiritual.
tujuan dasar laporan keuangan dan Alternatif tujuan keduanya
Triyuwono (2013) tentang tujuan berdasar pada proses intuitif dan memuat
akuntansi. Dalam kajian tulisan ini, kita dua tujuan, yaitu memberikan informasi
akan memberikan fokus pada tujuan dan memberikan rasa damai (salam); kasih
akuntansinya - bukan tujuan pelaporan (rahman); dan sayang (rahim); serta
keuangan (akuntansi), meskipun kedua menstimulasi bangkitnya kesadaran
tujuan tersebut (pelaporan dan keTuhanan (God conciousness). Anak
akuntansinya sendiri) pasti memiliki satu tangga tujuan ini diharapkan dapat
garis tujuan yang sama dan saling menghantar manusia pada Tuhan, yaitu
menunjang. dari tatanan materi, mental, dan spiritual.
Gagasan Triyuwono (2003a; 2012) Dalam tatanan alam spiritual diharapkan
dan Triyuwono (2006), pada dasarnya manusia akan merasakan the personal
sama, yaitu memuat tujuan dasar (laporan experience of manunggaling kawulo-Gusti
keuangan). Namun, Triyuwono (2006) (Triyuwono 2006). Alternatif tujuan
mencoba memberikan tiga alternatif ketiganya berdasarkan pada kontemplasi
tujuan, dengan didasarkan pada intuitif, yaitu menyiratkan makna, bahwa
epistemologi berpasangan (sinergi oposisi dunia adalah kesemuan, menyampaikan
biner) (Triyuwono 2003a; 2012) dengan pesan rahmatan lil ‘alamin, cinta, dan

97
Jurnal AKSI (Akuntansi dan Sistem Informasi) Vol 3 No. 2, September 2018 p-ISSN: 2528-
6145 dan e-ISSN: 254-3198
kedamaian untuk kembali accounting and reporting and
(mengingat/bertasbih) kepada Yang Kuasa that is expected to lead to
(Triyuwono 2006). consistent guidance” (SFAC
Penelusuran selanjutnya adalah No.8 2010).
pada gagasan tujuan akuntansi syariah
Triyuwono (2013). Gagasannya adalah Kerangka konseptual berguna sebagai
pengerucutan tentang apa itu akuntansi dasar pengembangan standar akuntansi
syariah, berdasarkan sudut pandang fungsi yang sesuai dengan tujuan dan konsep
dan tujuannya. Berdasarkan pandangan yang mapan, memberikan penyelesaian
khalifatullah fil ‘ardh (pemegang amanah masalah yang merujuk pada kerangka teori
Tuhan), Triyuwono (2013) menyatakan dasar yang ada (SFAC No. 8 2010).
terdapat dua tujuan akuntansi syariah, SFAC No. 8 yang dikeluarkan pada
yaitu sebagai ibadah (worshipping God) – September 2010 adalah sebuah kerangka
yang merujuk pada usaha penyebaran konseptual baru yang dirumuskan bersama
rahmat Tuhan, di mana konsep kesatuan oleh FASB dan IASB. SFAC No. 8
akuntabilitas menjadi basis pijakan tujuan (pengganti SFAC No. 1 dan 2) mencakup
ini. Tujuan kedua adalah membangkitkan dua chapter, yaitu FASB Concepts
kesadaran berkeTuhanan, dengan Statements No. 1, Objectives of Financial
menempatkan kesadaran akan kesatuan Reporting by Business Enterprises, dan
Tuhan dan seluruh semesta. Sedangkan No. 2, Qualitative Characteristics of
fungsinya adalah sebagai doa dan dzikir. Accounting Information. Concepts
Fungsi keduanya adalah untuk memenuhi Statements ini ditujukan untuk membentuk
kebutuhan ekonomi, mental, dan spiritual tujuan dan konsep-konsep fundamental
manusia. Berkaitan dengan kedua fungsi yang akan menjadi basis untuk
ini kita bisa melihat tatanan (bentuk) pengembangan akuntansi keuangan dan
laporan keuangan yang digagasnya. Lebih pedoman pelaporan. Sasarannya adalah
lanjut dijelaskan, akuntansi syariah untuk mengidentifikasi tujuan dan
diartikan sebagai seni dalam membentuk kegunaan pelaporan keuangan. Secara
informasi, dan diharapkan sebagai jelas SFAC No. 8 menyatakan bahwa
akuntansi alternatif yang dikonseptualisasi penetapan tujuan lebih sebagai arahan dan
secara normatif berdasarkan ajaran Islam, konsep yang berguna sebagai alat untuk
dengan tujuan akhir untuk berpulang menyelesaikan masalah akuntansi
kepada Tuhan. keuangan dan (pe)laporannya.
Penelusuran selanjutnya adalah Conceptual framework akuntansi
konsep tujuan akuntansi mainstream, yaitu mainstream dapat kita lihat dalam Gambar
yang tertuang dalam kerangka konseptual 3. Berdasarkan gambar tersebut dapat
(theoritical framework), baik yang diketahui bahwa first level dari kerangka
dirumuskan dalam FASB (Financial konseptualnya adalah tujuan akuntansi
Accounting Standard Board) atau pun (yang isinya seperti disebutkan dalam
IASB (International Accounting Standard SFAC No. 8). Second level adalah
Board). Kerangka konseptual berdasarkan jembatan antara level pertama dan ketiga,
Statements of Financial Accounting yang berisi tentang karakteristik kualitatif
Concepts (SFAC) adalah sebagai berikut: dan elemen-elemen akuntansi keuangan.
Third level adalah bagaimana
“The Conceptual Framework implementasi akuntansi dalam praktik.
is a coherent system of Seperti disebutkan dalam SFAC
interrelated objectives and No. 8 Chapter 1 mengenai the objective of
fundamental concepts that general purpose financial reporting dalam
prescribes the nature, function, paragraf 1 dan 2 adalah sebagai berikut:
and limits of financial

98
Jurnal AKSI (Akuntansi dan Sistem Informasi) Vol 3 No. 2, September 2018 p-ISSN: 2528-
6145 dan e-ISSN: 254-3198
OB1. The objective of general creditors in making decisions
purpose financial reporting about providing resources to
forms the foundation of the the entity. Those decisions
Conceptual Framework. Other involve buying, selling, or
aspects of the Conceptual holding equity and debt
Framework—a reporting entity instruments and providing or
concept; the qualitative settling loans and other forms
characteristics of, and the of credit. (FASB Conceptual
constraints on, useful financial Framework, SFAC No. 8
information; elements of 2010)
financial statements;
recognition, measurement; Berdasarkan pernyataan 2 (dua) paragraf
presentation; and disclosure— di atas, dapat kita tangkap dua esensi,
flow logically from the yaitu: pertama, bahwa tujuan merupakan
objective. aspek penting (mendasar) dalam
membentuk pondasi kerangka konseptual,
OB2. The objective of general yaitu menentukan kemana arah konsep
purpose financial reporting is entitas pelaporan (akuntansi); kedua,
to provide financial bahwa pelaporan keuangan ditujukan
information about the untuk memberikan informasi keuangan
reporting entity that is useful bagi investor, kreditor, dan calon kreditor
to existing and potential potensial.
investors, lenders, and other

Sumber: Kieso (2012)


Gambar 3. Conceptual Framework for Financial Reporting

99
Jurnal AKSI (Akuntansi dan Sistem Informasi) Vol 3 No. 2, September 2018 p-ISSN: 2528-
6145 dan e-ISSN: 254-3198

Kedua penelusuran di atas (akuntansi keberadaan akuntansi adalah informasi.


syariah dan mainstream) memperlihatkan Hal serupa bisa kita konfirmasi pula pada
perbedaan mendasar dalam pengembangan gagasan Triyuwono (2012; 2013), yang
keduanya. Akuntansi syariah menyatakan akuntansi syariah sebagai
menempatkan basis ontologis ketuhanan instrumen (seni) dalam membentuk
(Tauhid) yang tentunya berbeda dengan informasi. Hal ini bisa kita konfirmasikan
akuntansi mainstream yang hanya bervisi (kembali) pada hierarki struktur
materialisme dan pragmatisme. teoretisnya. Informasi yang dimaksud pada
strata ketiga, keempat, dan kelima dalam
MELIHAT CELAH TUJUAN struktur teoretisnya adalah menunjuk pada
AKUNTANSI SYARIAH bentuk “Laporan Keuangan Syariah”.
Melihat celah tujuan merupakan Sehingga, eksistensi informasi akuntansi
upaya kritis dalam melakukan dialektika terletak pada bentuk pelaporan
pemikiran. Proses ini diharapkan dapat keuangannya.
menjadi bagian dari gerak menyempurna Telah dijelaskan, bahwa informasi
dalam diskursus pengembangan pemikiran merupakan unsur eksistensial akuntansi
tujuan akuntansi syariah. Tujuan dalam bentuk pelaporan. Bentuk pelaporan
merupakan alasan penciptaan (kreasi) atas yang berbeda tentunya merefleksikan
sebuah keberadaan. Sebagai aspek utama tujuan yang berbeda pula. Celah pertama
pembentuk basis nilai kerangka teoretis yang ingin disampaikan dalam unsur ini
akuntansi, dalam tujuan melekat dua unsur adalah berkaitan dengan aspek informasi
penting. Kedua unsur tersebut adalah unsur kuantitatif yang merujuk hanya pada
eksistensi (keberadaan) akuntansi dan keuangan (Mulawarman 2011 dan
(konsekuensi) epistemologi. Keberadaan Triyuwono 2012; 2013). Pertanyaan
eksistensial akuntansi merupakan refleksi esensialnya adalah mengapa harus
realitas di mana tujuan akuntansi keuangan? Apakah aktifitas bisnis secara
diejawantahkan. Sedangkan unsur umum yang dirujuk sebagai basis
epistemologinya adalah pengantar yang keakuntansian hanya berkaitan dengan
mengejawantahkan tujuan pada (bentuk) masalah kuantifikasi uang? Jika iya, maka
eksistensialnya. Mengkritisi kedua unsur akuntansi lagi-lagi hanya diartikan dalam
tersebut berarti mempertanyakan pula konteks keuangan (lihat Suwardjono
aspek tujuannya. Secara metodologis, 2003). Bukankah aktifitas bisnis
kedua aspek ini digunakan untuk merupakan rangkaian dari beragam entitas
menjawab pertanyaan apakah sebuah dan unsur yang saling berjalin? Maka
tujuan (tertentu) merupakan sesuatu yang bagaimana bentuk akuntansi ini (yang
“benar” dituju? Sehingga ia tidak mustahil aspek kuantifikasinya “hanya” berkait
(secara epistemologis) untuk dituju dan ia keuangan) dapat merefleksikan secara utuh
memang sebuah tujuan eksistensialnya aktifitas bisnis pengejawantahnya? Sekilas,
(ontologis dan epistemologis). point ini bisa jadi bukan merupakan hal
Berdasarkan uraian ini kita akan melihat, yang signifikan menjadi celah tujuan
apakah terdapat pertemuan (kongruensi) akuntansi.
antara aspek ontologisnya (Tauhid) dengan Namun, pertanyaan selanjutnya
unsur eksistensial akuntansi dan adalah bagaimana aspek tujuan akuntansi
epistemologinya. dalam konteks ibadah (Mulawarman 2011;
Bahasan pertama adalah mengupas Triyuwono 2013) akan termanifestasi
unsur keberadaan (eksistensi) akuntansi. dalam bentuk pelaporannya? Di mana
Melihat tujuan akuntansi Mulawarman letak ibadah dalam akuntansi?, mengingat
(2011), kita bisa menangkap bahwa aspek kuantifikasinya hampir selalu

100
Jurnal AKSI (Akuntansi dan Sistem Informasi) Vol 3 No. 2, September 2018 p-ISSN: 2528-
6145 dan e-ISSN: 254-3198
berkaitan dengan aspek keuangan. Dan aspek realitas (baik material atau spiritual)
bukankah ibadah berorientasi visi Islam dapat direpresentasi dalam akuntansi
yang rahmatan lil ‘alamin (Triyuwono adalah pertanyaan selanjutnya. Triyuwono
2000; 2012; 2013 dan Mulawarman 2009; (2012) dan Mulawarman (2011)
2011)? Apakah pengejawantahan menggarisbawahi pula Harahap (1997)
eksistensial akuntansi dalam bentuk yang menyatakan bahwa hal ini
informasi kuantitatif keuangan dapat merupakan tantangan besar yang tidak
menjawab aspek tujuan ibadah? Di mudah dalam merepresentasikan sebuah
manakah visi esensial kuantifikasi moneter tatanan realitas kompleks ini. Realitas
ini dapat menjawab tujuannya? kompleks, bahwa setiap hal yang material
Informasi akuntansi sebagai di dalamnya melekat aspek spiritual dan
cerminan dari aktifitas bisnis, berkaitan sakralitasnya, sehingga kuantifikasi
dengan rangkaian ragam entitas dan unsur matematis sebagai konsekuensi dari
yang saling berjalin dan tidak hanya penggunaan keuangan tidak akan dapat
berkait dengan uang. Aliran aktifitas menjangkau realitas yang sebenarnya.
perusahaan beragam, melibatkan aspek Maka hanya dengan keluar dari aspek
sumber daya alam dan manusia serta sakralitas uang dengan segala konsekuensi
implikasi dan dampak. Setiap aspeknya eksistensinya (termasuk yang tergambar
merupakan aliran proses yang sifatnya bisa dalam akuntansi hari ini), kita akan dapat
menjadi keluaran atau masukan, yang bisa lebih menggambarkan realitas yang
juga memiliki nilai positif dan atau negatif, sebenarnya.
tidak hanya kepada perusahaan, namun Substansi bentuk pelaporan
juga kepada lingkungan atau sosial (Capra akuntansi adalah akuntabilitas (Triyuwono
2004). Dalam mindset bisnis (ekonomi), 2003a; 2012), dan merupakan tujuan
setiap hal dikuantifikasikan dalam bentuk pelaporan akuntansi (keuangan). Tujuan
rupiah. Mengingat bahwa tujuan bisnis ibadah dalam akuntansi tentunya akan
adalah untuk mendapatkan profit tertentu dijawab pula oleh aspek akuntabilitas ini.
dan akuntansi merupakan salah satu Kembali merujuk pada Morgan (1988)
instrumen penting dalam mendukung serta mengingat akan keberadaan sakralitas
tujuan ini, profit. Mindset seperti ini alam (sebagai bagian realitas) (Izutsu
tentunya tidak lahir secara kebetulan, 1971; Nasr 1989), kita bisa
namun ia pasti dikerangkakan oleh sebuah mempertanyakan di manakah peletakan
sistem sosial tertentu. Di sinilah aspek akuntabilitas akuntansi? Sehingga ia
permasalahan terjadi. Karena setiap aliran bisa dikatakan akuntabel? Akuntabel
aktifitas proses bisnis (baik yang sifatnya merupakan identitas dari penyandangan
positif atau negatif) dari perusahaan, tidak akuntabilitas akuntansi, di mana Sadra
(mungkin) hanya (dapat) terkuantifikasi menyatakan bahwa identitas dibentuk oleh
material dalam pernyataan term keuangan. gerak (realitas) (Al-Walid 2012).
Setiap sumber daya (alam atau Mengenai gerak dan realitas, kedua hal ini
manusia) serta implikasi dan dampak, bisa menjadi pijakan dasar dalam
meskipun dalam kenyataan kasad matanya menjawab persoalan konstruksi tujuan
dapat berbentuk “material” namun di akuntansi.
dalamnya melekat aspek-aspek spiritual Informasi (akuntansi) merupakan
yang tidak mungkin bisa direduksi peletakan penting akuntabilitas dalam
sedemikian rupa dalam kuantifikasi akuntansi. Melalui informasi,
“rupiah”. Hasil alam memiliki nilai sakral, pengungkapan (disclosure) bisnis
limbah memiliki dampak yang tidak hanya dilakukan. Aspek disclosure yang
material. Morgan (1988) menyatakan dimaksud adalah pengungkapan yang
bahwa akuntansi merupakan cerminan dari terkerangka dalam term-term keuangan
realitas bisnis. Maka bagaimana setiap dan merupakan representasi hubungan

101
Jurnal AKSI (Akuntansi dan Sistem Informasi) Vol 3 No. 2, September 2018 p-ISSN: 2528-
6145 dan e-ISSN: 254-3198
keagenan atas kepemilikan aset (Chen et tertinggi. Berdasarkan penempatan ini,
al. 2012). Melihat hal yang demikian, Alfia (2015) pada dasarnya ingin
Machintosh et al. (2000) menyatakan memberikan pijakan yang lebih jelas pada
informasi akuntansi merupakan simulacra arah tujuan akuntansi, sebagaimana
dengan simbolisasi income-nya, yaitu keinginan penggagas pendahulu, yang
keluar dari cerminan realitas yang telah menempatkan Tuhan sebagai pusat
sebenarnya. Hal ini berarti, pengungkapan akuntabilias dan ketauhidan sebagai dasar
(keuangan) yang direpresentasi oleh ontologis (Triyuwono 2000 dan
informasi bisa saja dikreasi tanpa cerminan Mulawarman 2011).
realitas yang sebenarnya. Terlebih bahwa Berkaitan dengan kerangka
keuangan “uang” merupakan titik terlemah eksistensial akuntansi (sebagaimana
manusia (modern) yang telah terkerangka dijabarkan di atas), kita bisa mencermati
pula dalam materialisme. Jika adopsi ini pula keberadaan akuntansi dalam kerangka
terjadi, lantas bagaimana kontekstualisasi tujuan akuntansi mainstream. Terminologi
aksiologis atas tujuan akuntansi yang akuntansi mainstream jelas menyuratkan
sakral (ibadah) dapat dituju? Di manakah serta menyiratkan bahwa pengertian
titik penting akuntabilitas akuntansi jika akuntansi adalah identik dengan term
demikian? keuangan (lihat Suwardjono 2003 dan
Dalam perspektif realitas Sadrian, Hendriksen dan Van Breda 1992). Hal ini
Alfia (2015) menempatkan tiga tingkatan seperti dijelaskan oleh Bedford dan Ziegler
(gradatif) realitas akuntansi. Informasi (1975) bahwa secara terminologis,
(akuntansi) merupakan realitas terendah, Littleton (1937) menyatakan tentang
yang keberadaannya merupakan tanda determinasi “income”, sebagai the heart of
akan kehadiran sesuatu yang lebih sakral, accounting. Berdasarkan determinasi ini,
lebih tinggi, dan bahkan hakiki. Informasi akuntansi secara substantif bisa diartikan
(bisa jadi) penyandang identitas sebagai “keuangan”.
“akuntabilitas”, namun ia bukan Namun pada sisi lain, Bedford dan
akuntabilitas itu sendiri. Sebagaimana Ziegler (1975) menjelaskan pula bahwa
pernyataan Sadra di atas bahwa identitas akuntansi yang terkait dengan (pekerjaan)
(akuntabel) dibentuk oleh gerak (Al Walid akuntan berkorelasi dengan hal-hal
2012). Sesuai dengan kritik Morgan pragmatis secara mendalam, membuat
(1988) dan Machintosh et al. (2000) serta akuntansi tidak mempunyai justifikasi
pernyataan Dillard (1997) tentang realitas sistem filosofis yang jelas terkait dengan
dan akuntansi, Alfia (2015) menempatkan “income”. Lebih lanjut ia menjelaskan
tingkatan gradatif kedua realitas akuntansi, akan perlunya menemukan konsep yang
yaitu realitas gerak. Gerak merupakan pasti tentang profit dan income. Namun
realitas sesungguhnya di alam, melalui hingga saat ini, melihat perkembangan
gerak (realitas/ibadah) sesuatu dan teoretis kerangka konseptualnya yang
identitas mewujud (Amuli 2012). Maka menjadi dasar dalam pengembangan
berdasarkan realitas geraklah, eksistensi standar akuntansi, nampaknya konsep
akuntansi harus dinisbahkan, sehingga profit dan income bagaimana pun memiliki
akuntansi mampu meng-capture realitas peran substantif dalam akuntansi.
yang seharusnya dan sebagaimana adanya. Dalam perspektif ini, akuntansi
Melalui keberadaan gerakan, realitas hanya terbatas pada aspek-aspek
akuntansi pada dasarnya dihantarkan pragmatisme (pelaporan) dan materialisme
menuju pola hubungan intrinsik material- (keuangan). Secara gamblang hal ini
spiritual (baca pula konsep kesatuan terlihat pada kerangka konseptualnya yang
wujud). Karena pola gerakan wujud di menyatakan bahwa first level strukturnya
alam secara pasti menuju pada Realitas adalah tujuan pelaporan keuangan (lihat
Absolut (Wujud), sebagai Realitas juga Hendriksen dan Van Breda (1992),

102
Jurnal AKSI (Akuntansi dan Sistem Informasi) Vol 3 No. 2, September 2018 p-ISSN: 2528-
6145 dan e-ISSN: 254-3198
yang merancukan antara tujuan akuntansi neuro-linguistik dalam mengkreasi laporan
(keuangan) dan tujuan pelaporan akuntansinya. Triyuwono (2013)
keuangan). Secara bahasa (semantik), kita menyatakan bahwa akuntansi harus
bisa menangkap bahwa “pelaporan” terkait mencerminkan informasi yang sifatnya
dengan aspek “praktis” dan “keuangan” holistik, karena transaksi ekonomi tidak
terkait dengan tujuan aspek “materialisme” hanya berkaitan dengan transaksi material
(modern). Hal ini bisa kita konfirmasikan saja, namun juga spiritual. Maka
pula pada aspek substansial akuntabilitas pengejawantahan informasinya selain
pelaporannya yaitu pengembangan kuantitatif (keuangan), namun juga
orientasi profit pemegang modal kualitatif (non keuangan). Pun demikian
(kapitalistik). dengan Mulawarman (2011),
Berdasarkan jabaran di atas, baik pengembangan Syariah Value Added
dalam pengembangan akuntansi syariah Statement-nya, menyatakan bahwa
dan atau mainstream telah menempatkan informasi kualitatif merupakan bagian dari
eksistensi akuntansi sebagai informasi informasi terpenting akuntansi. Informasi
dalam bentuk pelaporan yang mengacu ini bertujuan untuk menjelaskan
pada kekentalan term keuangan. Dalam spiritualitas ketundukan dan kreatifitas
pengembangannya, akuntansi syariah sebagai bentuk ketakwaan (Mulawarman
merujuk pada informasi kuantitatifnya di 2006). Dalam justifikasinya, pelaporan
samping informasi kualitatif. Hal ini kualitatif akan membawa pengguna tidak
sejalan dengan Baydoun dan Willett hanya berpikir tentang materi (keuangan)
(2000) yang menisbahkan Teori Akuntansi saja (Triyuwono 2004).
Islam pada (sebagai) Teori Islamic Aspek informasi kualitatif bisa
Corporate Reportings (theory of ICRs). dikonfirmasi dari fungsi tujuan informasi
Berkaitan dengan hal ini, meskipun akuntansinya yaitu sebagai doa dan dzikir.
aspek keuangan dalam akuntansi syariah Tujuannya adalah untuk membangkitkan
memiliki basis nilai zakat yang tentunya kesadaran berketuhanan pengguna dalam
berbeda dengan akuntansi mainstream menjalankan aktifitas bisnis sesuai syariah
(Triyuwono dan As’udi 2001; dan ibadah serta pengingat akan
Mulawarman 2011; Triyuwono 2012), kembalinya pada Tuhan (Triyuwono
namun akuntansi hampir selalu 2013). Untuk memenuhi tujuan ini, secara
diidentifikasi dengan kuantifikasi aksiologis Triyuwono (2012; 2013)
keuangan saja. Hal ini bisa dilihat sebagai menggunakan pendekatan teknologi
bagian dari pengaruh perspektif akuntansi neuro-linguistik, sehingga informasi
mainstream, sehingga menempatkan akuntansi yang dihasilkan penuh doa dan
curam pada basis ontologisnya. dzikir. Teks (kualitatif) dalam hal ini
Kusdewanti dan Alfia (2014) menyatakan memiliki nilai kekuatan spiritual, yang
bahwa “uang” (keuangan) merupakan dapat memengaruhi pengguna untuk
simbol dari materialisme modern (lihat melakukan ibadah (bisnis) yang sesuai
pula Shubik 1986). Sedangkan tujuan dengan ketentuan dan nilai-nilai Islam.
“ibadah” akuntansi syariah merupakan Keberadaan pelaporan kualitatif ini
aspek tujuan yang sarat spiritualitas. berbeda dengan gagasan Mulawarman
Namun demikian, Mulawarman (2011). Dalam aspek informasi
(2011) atau Triyuwono (2012; 2013) telah kualitatifnya, Mulawarman (2011)
melakukan pendekatan-pendekatan menjabarkan tiga muatan informasi.
tertentu atas keberadaan realitas holistik Berkaitan dengan hal ini, peneliti melihat
ini (material-spiritual), terutama aspek informasi kualitatifnya memiliki
bagaimana mengejawantahkan aspek batin nilai spiritual “kejujuran” dalam pelaporan
dan spiritualitas. Seperti Triyuwono (2012; keuangannya. Informasinya bersifat
2013) dengan melakukan pendekatan tambahan yang harus diberikan berkaitan

103
Jurnal AKSI (Akuntansi dan Sistem Informasi) Vol 3 No. 2, September 2018 p-ISSN: 2528-
6145 dan e-ISSN: 254-3198
dengan bagaimana proses aktifitas Jika kita ingin konsisten pada aras
perusahaan secara utuh ingin disampaikan ketauhidan, seharusnya kita keluar dari
yaitu merujuk pada konsep zakka, mindset dominator (sesuai dengan karakter
tazkiyah, ketentuan syara’ dan halal – modern) dan seng liyan (posmodern). Di
haram dalam aktifitasnya. Pengakunan sinilah ambiguitas posmodern itu perlu
akuntansi dalam bentuk ketundukan dan untuk dipertanyakan dalam konteks
kreatifitas (primer – sekunder) baik ketauhidan.
finansial, kualitatif, dan kombinasi Dalam konteks keberadaan
keduanya merupakan representasi dari pelaporan keuangannya terefleksi imbas
aspek ibadah yang ingin diejawantahkan. karakter sinergi oposisi biner, melihat yang
Bahasan tersebut membawa kita kuantitatif adalah yang materi dan
pada bahasan kedua, yaitu berkaitan kualitatif adalah representasi spiritual.
dengan aspek epistemologis. Keberadaan Dalam ketauhidan, pada materi melekat
pelaporan yang dibentuk oleh Triyuwono aspek spiritualnya. Jika direpresentasi pada
(2012; 2013) atau Mulawarman (2011) unsur pelaporannya, seharusnya
merupakan usaha untuk merepresentasi kuantifikasi akuntansi harus melekat
bentuk pelaporan yang holistik dan padanya sifat kualitatifnya – kuantifikasi
integral (keseimbangan). Karakter kualitatif. Bukan dua (unsur) yang
keseimbangan ini didasarkan pada logika terpisah, material - kuantitatif (matematis
sinergi oposisi biner yang berdasar nilai- keuangan) dan spiritual - kualitatif.
nilai Islam dan Taoisme (Triyuwono Mengapa hal ini bisa terjadi? Kita akan
2003a; 2007; 2012; Mulawarman 2009; merunut keberadaan epistemologisnya.
2011). Aspek pelaporan kuantitatif dalam Kerangka epistemologi merupakan
bentuk pelaporan akuntansi mainstream konsekuensi logis dalam
dilihat sebagai dominasi material, maka merepresentasikan tujuan, yang akan
konsekuensi epistemologis ini adalah menderivasi teori pada praktik (bentuk).
memasukkan “seng liyan” dalam hal ini Tujuan uraian ini adalah untuk melakukan
adalah kualitatif yang merepresentasi taskih (Yazdi 2010), yaitu untuk
aspek spiritualnya. mengkonfirmasi apakah memang sebuah
Sinergi oposisi biner melihat tujuan adalah sesuatu yang dituju dan
bahwa kuantifikasi – material adalah sesuatu (tujuan) adalah mungkin (secara
dominator dan kualitatif – spiritual adalah epistemologis) untuk dituju oleh akuntansi.
seng liyan yang marginal dan harus Hal ini merupakan bagian dari kerangka
dimasukkan dalam tatanan dominator. ilmiah atas perspektif realitas sadrian.
Apakah benar dalam konteks ketauhidan Tahapan ini akan memberikan konfirmasi
bahwa unsur spiritual adalah “seng liyan” keyakinan atas tujuan yang dibangun.
dan material adalah dominator? Padahal di Uraian awal, kita bisa merunut
dalam setiap hal yang material – alam - pada esensi tujuan kedua theoretical
(sebagaimana penjabaran di atas) melekat framework dalam akuntansi mainstream.
padanya secara inheren unsur spiritualnya, Esensi tujuannya yaitu kegunaan
tatanannya bukan (lagi) “logos” (pe)laporan keuangan (informasi) pada
(dominator) dan “seng liyan” - terpisah. entitas (akuntabilitas) yang terbatas, yaitu
Keberadaan ini merujuk pada sifat para pemegang kapital (existing dan
keterpisahan (karena demikianlah potential) sebagai dasar pengambilan
keinginan sang dominator), bukan dalam keputusan ekonomi (SFAC No. 8, Chapter
konteks perbedaan. Tatanan ketauhidan 1, OB2). Kieso (2012) menyatakan bahwa
adalah holistik, dan bukan keterpisahan. fokus tujuan dalam kerangka konseptual
Penempatan ini adalah berkarakter adalah pelaporan keuangan yang
keterpisahan sebagai imbas cara pandang menghasilkan kegunaan informasi dalam
modern yang dominan pada jamannya. menilai prospek keuangan bisnis

104
Jurnal AKSI (Akuntansi dan Sistem Informasi) Vol 3 No. 2, September 2018 p-ISSN: 2528-
6145 dan e-ISSN: 254-3198
(perusahaan). Hal ini secara jelas American Institute of Certified Public
menggarisbawahi bahwa orientasi income Accounting, sebagai akar historis) dan
ditujukan pada kepentingan (akuntabilitas) SFAC No.1, sebagai komite penyusun
yang terbatas, yaitu para pemilik modal standar akuntansi “yang memiliki
(investor, kreditor, dan calon kreditor pengaruh politik secara internasional”.
potensial). Di sinilah tujuan Hasil dari penelitiannya menunjukkan
akuntabilitasnya, dalam alterasi hubungan bahwa terdapat dominasi (politis) bentuk
keagenan dan konteks kepemilikan (Cai murni kapitalisme dalam tujuan-tujuan
2006 dan Mulawarman 2011). Hal ini financial statements (reporting). Yang
merupakan representasi Entity Theory dimaksud dengan bentuk murni
(ET), sebagai evolusi dari Proprietary kapitalisme, Abu-Abbas dan Al-Abdullah
Theory (Mulawarman 2011), di mana (2012) menjelaskannya sebagai berikut:
tujuan akuntansi adalah untuk melindungi
hak kepemilikan seseorang (pemilik The pure form of capitalism
kapital). imposes on a contemporary
Evolusi ET sendiri adalah konsep enterprise certain
yang berusaha untuk memisahkan pemilik characteristics. Its
dengan entitas perusahaan. Mulawarman environment is a pure
(2011) menjelaskan bahwa unit bisnis economic one and based
merupakan pusat kepentingan akuntansi totally on cash transactions. Its
yang memiliki eksistensi (entitas) yang stakeholders consist of only the
terpisah dengan pemilik kapital, yang owners group. The social
menjadi pusat pertanggungjawaban. entity is never thought of.
Suwardjono (2003) menjelaskan bahwa social responsibility is
hubungan antara perusahaan (manajemen) considered to be
dengan pemilik adalah hubungan usaha "fundamentally subversive
(bisnis) atau utang-piutang. Hal ini dapat doctrine" (Friedman, 1970, P.
dijelaskan bahwa aset merupakan hak 6). Owners are assumed to
perusahaan, equity merupakan sumber aset only accept wealth
yang berasal dari investor atau kreditor maximization. Management is
yang menjadi kewajiban entitas required to be just a replica of
(Mulawarman 2011). Pola hubungan ini the owners. This is a type of
jelas merefleksikan bentuk akuntansi metempsychosis world as far
Double Entry Book Keeping (DEB), yang as the relationship and the
dikatakan oleh Suwardjono (2003) sebagai allocation of functions are
konsekuensi logis dari konsep ET. Dalam concerned among an
sudut pandang seperti di atas, maka enterprise, its management
penekanan ET adalah pada penentuan and its owners.
income, di mana Laporan Laba Rugi
merupakan bentuk laporan (akuntabilitas) Berdasarkan paparan di atas,
yang paling penting. terkatakan bahwa aspek kuantifikasi
Paparan di atas juga dijustifikasi keuangan merupakan representasi dari ET,
oleh temuan Abu-Abbas dan Al-Abdullah yang terlahir dari konteks hubungan
(2012) yang secara spesifik meneliti empat keagenan, kepemilikan kekayaan yang
tujuan dalam Conceptual Framework diasosiakan dalam akuntansi sebagai
(CF). Dalam hal ini adalah: International income. Hal ini merupakan pengaruh dari
Accounting Standard Board (IASB), perspektif kapitalistik (Abu-Abbas dan Al-
gabungan IASB – FASB (Financial Abdullah 2012; Chiapello 2007). Hampir
Accounting Standard Board) CF, bisa dikatakan bahwa aspek kuantifikasi
Trueblood Committee’s Report (AICPA – keuangan (moneter) akuntansi merupakan

105
Jurnal AKSI (Akuntansi dan Sistem Informasi) Vol 3 No. 2, September 2018 p-ISSN: 2528-
6145 dan e-ISSN: 254-3198
anak kandung kapitalisme. Uang telah “enterprise theory memiliki
menjadi simbolisasi dan representasi dunia kerangka berpikir yang lebih
material pasca industrialisasi yang menjadi holistik dengan cara mengakui
arus utama dalam mindset peradaban dan “pihak lain” (the others)
ekonomi (Heriyanto 2003). selain pemilik perusahaan
Hubungan keagenan merupakan (shareholders) sebagai pihak
inti logika akuntansi, Triyuwono (2003a) yang juga memegang peranan
menyatakan bahwa rasionalitas hubungan penting bagi kesinambungan
keagenan tidak lebih dari rasionalitas hidup perusahaan. “Yang
utilitarianisme. Rasionalitas yang sentral” dan “yang lain”
membawa semua kalkulasi (akuntansi) dalam enterprise theory diakui
berpulang pada utilitas-hedonis yang dan diakomodasi dalam satu
implikasinya memang dapat wadah”.
memarginalkan yang lain (lihat juga Chen
et al. 2012). Hal ini memang merupakan Pengembangan SET oleh
corak modernisme, logosentrisme dan Triyuwono (2001) ini diadopsi oleh
marginalitas. Triyuwono (2003a) Mulawarman (2006 dan 2011) kemudian
menyatakan marginalitas modern merusak menjadi basis pengembangan teori
peradaban manusia itu sendiri dan akuntansi syariah idealis secara umum.
lingkungannya. Maka di sinilah SET dikembangkan melalui ekstensi
epistemologi sinergi oposisi biner ontologis Tauhid dan atas dasar metafora
dilahirkan. Perspektif posmodern menjadi zakat (Triyuwono 2001; 2007; dan 2012),
latar dekonstruksi Triyuwono (2003a dan yang pada dasarnya memiliki karakter
2007), merupakan langkah untuk mengikis keseimbangan. Mulawarman (2011)
dualitas – oposisi biner yang merupakan menggarisbawahi bahwa ekstensi ini
basis sekularisme cara berpikir modern mencoba untuk menginfiltrasi nilai-nilai
(baca juga Capra 2002 dan 2004; esensial islam ke dalamnya. Konsekuensi
Heriyanto 2003 dan 2007; dan Nasr 2005). dari nilai keseimbangan ini menyebabkan
Epistemologi ini kemudian menderivasi SET tidak hanya peduli pada kepentingan
teori Enterprise Theory menjadi Shariah individu tetapi juga pihak-pihak lainnya,
Enterprise Theory (SET). yaitu:
Embrio Enterprise Theory
(Baydoun dan Willett 1994; Harahap “Oleh karena itu SET memiliki
1997; Triyuwono 2000a) merupakan kepedulian yang besar kepada
pijakan awal yang dipakai dalam stakeholder yang luas.
mengembangkan pemikiran akuntansi Menurut SET, stakeholders
syariah. Enterprise Theory memiliki basis meliputi Tuhan, manusia dan
teori “perluasan” stakeholder (yang tidak alam. Tuhan merupakan pihak
hanya berpusat pada pemegang modal), paling tinggi dan satu-satunya
dan tidak hanya melayani kepentingan tujuan manusia. Dengan
pemilik perusahaan, tetapi juga menempatkan Tuhan sebagai
masyarakat, sehingga dinilai lebih dekat stakeholder tertinggi, maka
dengan konsep Islam. Triyuwono tali penghubung agar akuntansi
(2012:350-356) melakukan pengembangan syariah tetap bertujuan pada
Enterprise Theory, sehingga memiliki “membangkitkan kesadaran
bentuk yang lebih dekat dengan nilai-nilai ketuhanan” para penggunanya
syariah. Berdasarkan Triyuwono (2003a) terjamin...(Triyuwono 2012).”
bahwa enterprise theory memiliki karakter
perspektif sebagai berikut: Ekstensi ontologis yang diakomodasikan
oleh Triyuwono (2003a; 2007; dan 2012)

106
Jurnal AKSI (Akuntansi dan Sistem Informasi) Vol 3 No. 2, September 2018 p-ISSN: 2528-
6145 dan e-ISSN: 254-3198
adalah dengan memasukkan Tuhan (yang tinggi), di samping stakeholders lainnya,
selama ini terpinggirkan dari pandangan yaitu manusia dan alam. Namun, bukankah
modern) sebagai stakeholder. Namun, jika Mulawarman (2011) menyatakan pula
berangkat dari persektif ini (posmodern), bahwa Tuhan adalah bersifat Al-Muhit?
maka pijakan ini akan menempatkan Berikut ini akan digambarkan
Tuhan (sebagai pihak sing liyan, “the (Gambar 4) bagaimana pengaruh
other”) sebagai stakeholder (meskipun pandangan modern masuk ke dalam
dipandang sebagai pihak yang paling tatanan akuntansi syariah.

Tujuan Tujuan
Akuntansi Akuntansi
Mainstream Syariah

Sinergi
Agency Theory
Epistemologi Oposisi SET
Entity Theory
Egoistik Biner Altruistik
Kapitalisme

Posmodern
Modern

Eksistensi Income
Akuntansi Kuantitatif Kualitatif
Kuantitatif Pengaruh
Keuangan Non Keuangan
Keuangan

Material Material Spiritual


Matematis Matematis

Representasi
Representasi Ibadah
Kapitalisme

Gambar 4. Infiltrasi Modern

Pada gambar dapat dijelaskan, pertama, Willett (1994 dan 2000) berusaha
SET merupakan perluasan dari hubungan mengadopsi sesuai nilai-nilai Islam,
keagenan, yaitu dengan memasukkan misalnya adopsi enterprise theory dan
konsep stakeholder, di mana hubungan konsep nilai tambah. Triyuwono (2001;
diekstensi dari hubungan principal agent, 2002; 2003a; 2007; dan 2012), dengan
kepada Tuhan, sosial, dan alam. Kedua, pijakan posmodernnya, berusaha
kuantifikasi matematis dalam moneter melakukan infiltrasi nilai esensial dengan
membawa akuntansi tidak dapat meng- “ekstensi” ontologis dan epistemologinya.
capture realitas yang sebenarnya Sama halnya dengan Mulawarman (2006
(hubungan intrinsik materi-spiritual). dan 2011) yang menggantikan aspek
Sehingga aktualitas ibadah sebagai tujuan substansial akuntansi dengan tetap
akuntansi, tidak dapat terejawantah secara mengadopsi bentuk yang telah ada. Proses
otentik ke dalam akuntansi. Hal ini pengembangan seperti ini lebih mirip
menimbulkan pertanyaan “apakah ibadah sebagai proses islamisasi ilmu (baca juga
(sebagai jalan akuntansi kembali kepada Wan Daud 1998) yang berkembang
Tuhan) – baik secara (realitas) eksistensial populer sejak 1970-an.
atau epistemologis - adalah merupakan SIMPULAN: JALAN ALTERNATIF
tujuan akuntansi?” MEREDUKSI CELAH TUJUAN
Pada dasarnya proses AKUNTANSI SYARIAH
pengembangan teoretis akuntansi syariah Perkembangan pengetahuan,
seperti dilakukan Baydoun & Willett memang sulit untuk melepaskan dirinya
(1994 dan 2000), Triyuwono (2001; 2002; dari konteks peradaban yang mungkin
2003a; 2007; dan 2012), atau Mulawarman hegemonik. Namun pada kenyataannya
(2006 dan 2011) adalah melalui proses cara pandang modern yang sekuler itu
adopsi teori yang telah ada. Baydoun dan merupakan pengetahuan yang destruktif

107
Jurnal AKSI (Akuntansi dan Sistem Informasi) Vol 3 No. 2, September 2018 p-ISSN: 2528-
6145 dan e-ISSN: 254-3198
atas nilai-nilai keadilan dan keseimbangan tatanan yang hampa. Namun ia lahir dari
(Capra 2002 dan 2004; Heriyanto 2003 sebuah proses dialektis yang dibangun dari
dan 2007; dan Nasr 2005 dan 2007). Kita cara pandang tertentu terhadap dunia. Cara
bisa membaca dari apa yang dibahas oleh pandang membawa corak, warna, nilai,
Chwastiak (1996; 1998; 1999; dan 2013) dan bentuk yang berbeda dalam setiap
serta Chwastiak dan Young (2003), formulasi tujuan.
bagaimana dominasi perspektif modern Amuli (2012) menyatakan bahwa
telah membawa akuntansi menjadi alat tujuan merupakan realitas, yang berbicara
bagi kepentingan kapitalisme yang sarat mengenai gerak substansial jiwa. Dia
akan nilai-nilai yang destruktif akan merupakan acuan realitas eksistensialnya,
keadilan. Perkembangan akuntansi syariah di mana epistemologi merepresentasikan
berusaha membawa tujuan akuntansi pada pada keberadaannya. Hal ini
nilai-nilai ketuhanan dan bersandar pada menggambarkan antara tujuan dan
ketauhidan. keberadaan epistemologisnya melekat
Analogi Dillard (1997) mengenai pada realitas. Dalam perspektif realitas
akuntansi adalah sebagai sebuah cermin. Sadrian, Muthahari (2011) menyatakan
Dalam tatanan yang kapitalistik, akuntansi bahwa Tuhan (Wujud) dalam terminologi
merupakan bentuk refleksifitas praktik aksiologi Sadrian memiliki karakteristik
yang kapitalistik pula, demikian pula unitas, satu, dan sederhana. Aspek nilai
sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa yang dimiliki-Nya adalah Baik yang
ideologi dan cara pandang menjadi sebuah ontologis, selain sifat Kebaikan, adalah
sistem nilai yang membentuk akuntansi. ketiadaan. Partikularisme yang terjadi di
Berkaitan dengan tujuan akuntansi, Abu- alam seringkali memerangkap diri
Abbas dan Al-Abdullah (2012) dalam menjauh pada hakikat keberadaan
penelitiannya menyatakan bahwa: (kebaikan), sehingga keberadaan ini
disebut sebagai keburukan. Bahwa tidak
“Objectives do not spring from terdapat keburukan (secara mutlak),
a vacuum. Objectives, keburukan terlahir dari perbandingan-
particularly as social perbandingan. Muthahari (2009)
phenomena, are the results of menyatakan keberadaannya adalah sebagai
a long history of interaction eksistensi non-eksisten (ketiadaan).
among various ideologies Tuhan merupakan alasan dan
related to economics, politics, tujuan, yang kemudian menjadi alasan
customs, religion, education manusia dalam melakukan sesuatu (ibadah
etc. pervasive in a specific - karena Allah) dan merupakan tempat
country. Actions subsequent to menuju. Dalam konteks akuntansi, Tuhan
the objectives adopted are merupakan tujuan akuntabilitas, satu-
influenced by the same satunya Realitas Asali yang akan dituju.
ideologies. It is supposed that Dasar ontologi tauhid menempatkan
based on the objectives chosen, pijakan dasar universal, bahwa Allah tak
the other elements of a terbatas dan meliputi segala sesuatu. Hal
conceptual framework are ini membawa proses ilmu pengetahuan
logically derived. Most bergerak dari aras universal ke dalam
importantly, the influence of partikular-partikular (Yazdi 2010).
the objectives is supposed to Keberadaan ini membawa pengetahuan
extend over the setting process pada tatanan yang rumit dan sulit dalam
of standards.” menghindari terjadinya simplifikasi dan
reduksi (Madjid 1995). Perkembangan
Berdasarkan pernyataan di atas bahwa pengetahuan yang bergulir tiada henti pada
tujuan akuntansi tidaklah lahir dalam dasarnya merupakan representasi

108
Jurnal AKSI (Akuntansi dan Sistem Informasi) Vol 3 No. 2, September 2018 p-ISSN: 2528-
6145 dan e-ISSN: 254-3198
kegelisahan diri “manusia” yang berusaha Statements (Reporting)”. Journal of
mencari esensi keberadaannya. Accounting and Taxation, Vol. 4,
Berkaitan dengan hal ini, Chittick No. 3, Hlm 44-56.
(2010) mengulas ketauhidan dengan [2] Alfia, Yulis Diana. 2015. Formulasi
menggunakan perspektif (tradisi) filsafat Tujuan Akuntansi Syariah dalam
hikmah Islam yang digagas dari pemikiran Perspektif Filsafat Hikmah. Tesis
wahdatul wujud - yang menjadi basis tidak Dipublikasikan. Program
pemikiran filsafat hikmah Sadrian - Pascasarjana Fakultas Ekonomi
dengan visi antropokosmiknya. Dalam Universitas Brawijaya Malang.
uraiannya, Chittick (2010) menyoroti [3] Al Walid, Khalid. 2012. Perjalanan
tentang otentisitas sifat alamiah manusia Jiwa Menuju Akhirat: Filsafat
sebagai refleksi (citra)-Nya. Syahadat Eskatologi Mulla Sadra. Yogyakarta:
merupakan persaksian yang berarti pula Rausyan Fikr.
“penyerahan” “berserah” (Islam) [4] Amuli, Jawadi. 2012. Makna Hari
merupakan deklarasi situasi aktual seluruh Kiamat. Sadra Press. Jakarta.
eksistensi atas Keesaan Tuhan (baca juga [5] Bagir, Haidar. 2012. Menyibak
Izutsu 1971 dan Murata 1999). Dalam visi Misteri Kematian: Kata Pengantar
antropokosmiknya, Chittick (2010) dalam Perjalanan Jiwa Menuju
menyatakan bahwa rangkaian semesta ini Kematian: Filsafat Eskatologi Mulla
berasal dari Yang Satu sehingga manusia Sadra. Sadra Press. Jakarta.
dan kosmos dapat dipahami sebagai satu [6] Baydoun, Nabil dan R. Willet. 1994.
kesatuan yang tunggal dan organik (lihat Islamic Accounting Theory. The
juga Nasr 1989 dan Heriyanto 2007 dan AAANZ Annual Conference.
2012). Sehingga Chittick (2010:149) [7] Baydoun, Nabil dan R. Willet. 2000.
menyatakan pula bahwa tujuan hidup “Islamic Corporate Reports”.
manusia adalah untuk Abacus, Vol. 36, No. 1, hlm 71-90.
mengharmonisasikan dirinya sendiri [8] Bedford, N.M. dan R.E. Ziegler.
dengan langit dan bumi serta kembali 1975. “The Contributions of A.C.
kepada penciptanya (manusia) maupun Littleton to Accounting Thought and
jagad raya yang transenden. Practice”. The Accounting Review,
Perspektif realitas sadrian Vol. L, No. 3, Hlm 435-443.
ditujukan untuk melakukan pembebasan [9] Cai, C. dan X. Chen. 2006.
dan melepaskan sisi akuntansi syariah “Framework of Modern Audit
yang tereduksi oleh infiltarsi modern yang Functional Expansion”. Auditing
fragmentatif. Selain itu mengembalikan Research, Vol. 4, hlm 34-39.
pada visi awalnya yaitu melakukan [10] Capra, Fritjof. 2002. Jaring-Jaring
desekulerisasi (ide keutuhan) dengan jalan Kehidupan Visi Baru Epistemologi
mencari alternatif pemikiran yang dinilai dan Kehidupan. Fajar Pustaka Baru.
lebih otentik berkaitan dengan aspek Yogyakarta.
Keesaan Tuhan – sebagai sumber dari [11] Capra, Fritjof. 2004. The Hidden
setiap keutuhan. Usaha ini dilakukan untuk Connections: Strategi Sistemik
menghilangkan titik reduksi yang telah Melawan Kapitalisme Baru.
dibangun dalam formulasi tujuan Yogyakarta: Jalasutra.
akuntansi syariah. [12] Chen, Xihui, Biao Zhong, dan
Lianghua Chen. 2012. Accounting
DAFTAR RUJUKAN and Auditing: Theory Origin and
[1] Abu-Abbas, Bassam dan R. Al- Development Path. Working Paper.
Abdullah. 2012. “The Domination of Social Science Research Network.
The Pure Form of Capitalism Over [13] Chiapello, E. 2007. “Accounting and
The Objectives of Financial The Birth of The Notion of

109
Jurnal AKSI (Akuntansi dan Sistem Informasi) Vol 3 No. 2, September 2018 p-ISSN: 2528-
6145 dan e-ISSN: 254-3198
Capitalism”. Critical Perspectives on [24] Kartanegara, Mulyadhi. 2005.
Accounting, Vol. 18, No. 3, hlm 263- Integrasi Ilmu: Sebuah Rekonstruksi
296. Holistik. Mizan Pustaka. Bandung.
[14] Chittick, William C. 2010. [25] Kieso, Weygant. 2012. Intermediate
Kosmologi Islam dan Dunia Modern: Accounting. John Willey and Sons,
Relevansi Ilmu-Ilmu Intelektualisme Inc.
Islam. Mizan Publika. Jakarta [26] Kusdewanti, A.I. dan Y.D. Alfia.
Selatan. 2014. Sisi Erotisme dalam Financial
[15] Chwastiak, Michele dan Joni J. Engineering. Proceeding. Seminar
Young. 2003. “Silences in Annual Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian
Report”. Critical Perspective on Akuntansi “Penguatan Industri
Accounting, Vol. 14, hlm 533-552. Keuangan dalam Menghadapi
[16] Chwastiak, Michele. 1998. “Star Masyarakat Ekonomi ASEAN”
Wars at The Bottom Line: The dalam Rangka Dies Natalis ke-54
Accounting Forum For Defense Universitas Sriwijaya dan
Contractors”. Accounting, SILATNAS IV FORDEBI.
Organizations, and Society, Vol. 23, Universitas Sriwijaya. Palembang.
No. 4, hlm 343-360. [27] Kusdewanti, Amelia Indah. Working
[17] Chwastiak, Michele. 1999. Paper. Menggugat Agency Theory,
“Accounting and The Cold War: The Meretas Tazkiyah An Nafs dalam
Transformation of Waste into Gunungan Wayang. Program
Riches”. Critical Perspective of Pascasarjana Fakultas Ekonomi
Accounting, Vol. 10, hlm 747-771. Universitas Brawijaya Malang.
[18] Dakake, David C. 2000. “Faith and [28] Morgan, Gareth. 1988. “Accounting
Perception in Mulla Sadra’s Doctrine as Reality Construction: Towards A
of The Sirath: Proofs of Islamicity”. New Epistemology for Accounting
Transcendent Philosophy Journal, Practice”. Accounting, Organization,
Vol. 1, No. 2, September. and Society, Vol. 13, No. 5, hlm 477-
[19] Daud, Wan Mohd Nor Wan. 1998. 485.
Filsafat dan Praktik Pendidikan [29] Mulawarman, A. D., I. Triyuwono.,
Islam Syed M. Naquib Al-Attas. dan U. Ludigdo. 2007. “Rekonstruksi
Mizan Pustaka. Bandung. teknologi Integralistik Akuntansi
[20] Gambling, Trevor dan R. A. A. Syari’ah: Shari’ah Value Added
Karim. 1994. Business and Statement”. Jurnal Akuntansi dan
Accounting Ethics in Islam. Mansell. Keuangan Indonesia, Vol. 4, No. 1,
London. hlm 1-24.
[21] Heriyanto, Husein. 2003. Paradigma [30] Mulawarman, Aji Dedi. 2006.
Holistik: Dialog Filsafat, Sains, dan Menyibak Akuntansi Syariah:
Kehidupan Menurut Sadra dan Rekonstruksi Akuntansi Syariah dari
Whitehead. Bandung: Penerbit Wacana ke Aksi. Kreasi Wacana.
Teraju. Yogyakarta.
[22] Heriyanto, Husein. 2007. Respon [31] Mulawarman, Aji Dedi. 2011.
Realisme Islam terhadap Krisis Akuntansi Syariah: Teori, Konsep,
Lingkungan dalam Menanam dan Laporan Keuangan. Jakarta: E-
Sebelum Kiamat: Islam, Ekologi, dan Publishing Company.
Gerakan Lingkungan Hidup. [32] Mulawarman, Aji Dedi. 2012.
Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Rintisan Menuju Akuntansi
[23] Izutsu, Toshihiko. 1971. The Pertanian Syariah: Keluar Dari
Concept and Reality of Existence. Penjara Neoliberalisme Dan Fiqh
Keio University. Tokyo Japan. Perdagangan. Badan Publikasi dan

110
Jurnal AKSI (Akuntansi dan Sistem Informasi) Vol 3 No. 2, September 2018 p-ISSN: 2528-
6145 dan e-ISSN: 254-3198
Penerbitan Jurusan Akuntansi [44] Triyuwono, Iwan. 2000b. “Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Syariah: Implementasi Nilai
Universitas Brawijaya. Malang. Keadilan dalam Format Metafora
[33] Murata, Sachiko. 1999. The Tao of Amanah”. Jurnal Akuntansi dan
Islam. Cetakan VII. Mizan. Bandung. Auditing Indonesia, Vol.4, No. 1,
[34] Muthahari, Murtadha. 2009. hlm 1-29.
Keadilan Illahi: Asas Pandangan [45] Triyuwono, Iwan. 2003a. “Sinergi
Dunia Islam. PT. Mizan Pustaka. Oposisi Biner: Formulasi Tujuan
Bandung. Dasar Laporan Keuangan Akuntansi
[35] Muthahari, Murtadha. 2013. Manusia Syari’ah”. IQTISAD Journal of
Sempurna. Rausyan Fikr Institute. Islamic Economics, Vol. 4, No. 1,
Yogyakarta. hlm 79-90.
[36] Nasr, Seyyed Hossein. 1989. [46] Triyuwono, Iwan. 2003b.
Knowledge and The Sacred. State “Konsekuensi Penggunakan Entity
University of New York Press. Theory Sebagai Konsep Dasar
[37] Nasr, Seyyed Hossein. 2005. Antara Standar Akuntansi Perbankan
Tuhan, Manusia, dan Alam: Syari’ah”. Jurnal Akuntansi dan
Jembatan Filosofis dan Religius Auditing Indonesia, Vol. 7, No. 1,
Menuju Puncak Spiritual. hlm 37-51.
Diterjemahkan dari The Encounter [47] Triyuwono, Iwan. 2006. Akuntansi
Man and Nature. IRCiSoD. Syariah: Menuju Puncak Kesadaran
Yogyakarta. Ketuhanan Manunggaling Kawulo
[38] Nasr, Seyyed Hossein. 2007. Gusti. Pidato Pengukuhan Guru
“Masalah Lingkungan di Dunia Besar. Universitas Brawijaya.
Islam Kontemporer” dalam Malang.
Menanam Sebelum Kiamat: Islam, [48] Triyuwono, Iwan. 2007.
Ekologi, dan Gerakan Lingkungan “Mengangkat ”Sing Liyan ” untuk
Hidup. Yayasan Obor Indonesia. Formulasi Nilai Tambah Syari’ah”.
Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi X.
[39] Nasr, Vali. 2010. The Rise of Islamic Universitas Hassanudin Makassar.
Capitalism: Why the New Muslim [49] Triyuwono, Iwan. 2012. Akuntansi
Middle Class Is the Key to Defeating Syariah: Perspektif, Metodologi, dan
Extremism. Council on Foreign Teori. Edisi Kedua. PT.
Relations Books. RajaGrafindo Persada. Jakarta.
[40] Sadra, Mulla. 2004. Kearifan [50] Triyuwono, Iwan. 2013. “So, What is
Puncak. Diterjemahkan dari Hikmah Sharia Accounting?”. Imanensi, Vol.
al-Arsyiah. Pustaka Pelajar. 1, No. 1, hlm 42-50.
Yogyakarta. [51] Wiroso. 2011. Akuntansi Transaksi
[41] Suwardjono. 2003. Akuntansi Syariah. Ikatan Akuntan Indonesia
Pengantar: Proses Penciptaan Data Pusat Jakarta. Jakarta.
Pendekatan Sistem. Edisi Ketiga. [52] Yazdi, M. T. M. 2010. Buku Daras
BPFE. Yogyakarta. Filsafat Islam. Shadra Press. Jakarta.
[42] Triyuwono, I. dan M. As’udi. 2001.
Akuntansi Syariah:
Memformulasikan Konsep Laba
dalam konteks Metafora Zakat.
Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
[43] Triyuwono, Iwan. 2000a. Organisasi
dan Akuntansi Syariah. LkiS.
Yogyakarta.

111

Anda mungkin juga menyukai