Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ni Putu Dewi Setia Sari

NIM : 1909511035

Kelas : B

1. Fokus kajian Miescher yaitu pada sifat kimia sel, di mana ia mempelajari sel-sel
limfa. Dia menyimpulkan sel-sel getah bening hanya diperoleh dari kelenjar gedah
bening. Namun ia juga menemukan sel lain yang tersedia dalam jumlah yang lebih
besar setiap hari. Ia mulai mengembangkan metode mengisolasi sel dari perban
menggunakan natrium sulfat dan mempelajari bahan apa yang membentuk jaringan
dalam sel nanah yang bertujuan mengisolasi dan mengkarakterisasi protein. Dari
percobaan yang telah dilakukan di dapati bahwa tiap jenis sel akan bereaksi secara
berbeda terhadap garam yang berbeda. Dia mencatat bahwa inti sel secara khusus
dipengaruhi oleh alkali yang lemah. Selain sel nanah, ia juga meneliti zat pada
nukleus sel ragi, hati, ginjal, dan sel darah berinti. Zat baru yang ia dapatkan disebut
nuklein.
2. Yang menemukan keterikatan antara molekul gula dan dan basa-basa DNA adalah
ahli kimia Rusia yaitu Phoebus Aaron Theodore Levene. Ia membentuk gagasan
struktur untai DNA berdasarkan studi struktural produk hidrolisis. Langkah
penemuannya yaitu pertama mengusulkan bentuk gula, dimana ia berasumsi bahwa
fosfat memiliki keterkaitan untuk menghubungkan gula namun struktur ini tidaklah
benar. Selanjutnya ia pun kembali menemukan struktur gula dengan keterkaitan yang
benar. Satuan molekul DNA adalah gula deoksiribosa, dengan gugus fosfat, terkait
dengan salah satu dari empat basa. Basa ada dua pirimidin; timin (T) dan sitosin (C)
dan dua purin yaitu adenin (A) dan guanin (G). Unit ini disebut nukleotida. Minus
fosfat disebut nukleosida. Model dari Levene ini menunjukkan bahwa hubungan
nukleotida adalah fosfodiester dari karbon 5' satu nukleotida ke karbon 3' dari
nukleotida berikutnya dan bahwa absa terikat pada gula melalui karbon 1'.
3. Dasar struktur DNA dan RNA ialah : Levene memiliki hipotesis tetranukeotida atau
empat basa dengan asumsi A=T=G=C (tidak benar), terbukti bahwa DNA tidak
mengandung molaritas yang sama dari empat basa nitrogen, maka hipotesisnya dapat
dikatakan lemah. Pada tahun 1947 Chargaf menemukan base pairing, hampir semua
DNA yang diteliti mempunyai jumlah residu adenin yang sama dengan jumlah residu
timin (A=T), dan jumlah residu guanin yang sama jumlah residu sitosin (G=C) maka
A+G = C+T, yang disebut aturan Chargaf. Tak lama setelah itu tahun 1950 Franklin
melakukan X-ray dari DNA. Tahun 1953 Watson dan Crick mengajukan model
struktur DNA double helix berdasar pada penemuan Chargaf dan X-ray yang
dilakukan oleh Franklin. Variasi yang ditemukan oleh kombinasi basa nitrogen sangat
besar yaitu 4n dimana n =jumlah nukleotida. Struktur primer DNA terdiri dari satu
gula pentosa (Deoksiribosa), gugus fosfat, dan satu dari empat basa nitrogen yaitu
Purin (rantai terdiri dari 9 unsur dan 2 cincin: Adenin dan Guanin) dan Pirimidin
(rantai 6 unsur 1 cincin: Cytosin dan Timin). Penulisan urutan basa dengan arah 5' ke
3'. Struktur sekunder DNA yaitu double helix, struktur tersier DNA yatu asam nukleat
supercoil dan membungkus histones (protein). Pada RNA gula (Ribosa) terdapat basa
nitrogen berupa Adenin, Guanin, Sitosin dan Urasil lalu sebagian utas tunggal
berebeda dengan DNA yang utas ganda. DNA membawa materi genetik sebagian
besar organisme sedangkan RNA membawa genetik beberapa virus yaitu sebagai
produk hasil transkripsi.
4. Aromatic stacking adalah interaksi dari lemahnya kekuatan/gaya non-kovalen yang
disebabkan oleh tumpang tindih p-orbital diantara 2 cincin aromatic. Jajaran potensial
elektrostatis positif dalam satu cincin dengan potensial negatif di cincin lainnya yaitu
membentuk tumpukan yang saling mengimbangi, atau pada benzene disebut T stack,
namun ada juga yang menyebutnya pi stack walapun sebenarnya kurang tepat. Pada
DNA, penumpukan aromatic antara nukleotida berkontribusi terhadapat stabilitas.
Dasar pirimidin dan purin yang sejajar atau paralel satu sama lain mengambil peran
dalam penumpukan aromatic karena tumpang tindih pada orbital p.
5. Asam amino esensial, dikatakan 'essensial' bukan karena lebih penting bagi kehidupan
daripada yang lain, melainkan karena asam amino ini tidak bisa disintesis oleh tubuh.
Adapun yang tergolong asam amino essensial adalah histidine, isoleucine, leucine,
lysine, methionine, phenylalanine, threonine, tryptophan, dan valine. Asam amino
esensial didapat dari luar misalnya makanan. Terdapat asam amino esensial seperti
arginin yang dapat disintesis oleh tubuh, namun prosesnya sangat lambat dan tidak
mencukupi yang diperlukan sehingga harus didapat dari makanan maupun suplemen
protein.
6. Klasifikasi asam amino berdasarkan karakteristik kimianya yaitu dapat dibagi menjadi
4 dilihat relatif gugus R-nya yaitu
a) Asam Amino Nonpolar (Hidrofobik), yang mencakup semua gugus R rantai
alkil (alanin, valin, leusin, dan isoleusin), prolin dengan strukur sikliknya yang
tidak biasa asam (yang sebenarnya bukan asam amino melainkan α-imino),
metionin yang mengandung sulfur, dan dua asam amino aromatik yaitu
fenilalanin dan triptofan. Gugus ini mempunyai sedikit atau bahkan tidak
mempunyai selisih muatan dari daerah yang satu ke daerah yang lain.
b) Asam Amino Polar Tidak Bermuatan (Netral), yang lebih larut dalam air
daripada asam amino nonpolar. Gugus R mengutub dapat membentuk ikatan
hidrogen dengan molekul air. Terdapat tirosin dan glycin, dimana tirosin
memiliki kelarutan terendah dalam air namun memiliki karakteristik nonpolar
karena cincin aromatiknya sedangkan glycine memilki satu hidrogen untuk
gugus R, dan hidrogen bukan bekas ikatan hidrogen yang baik.
c) Asam Amino Asam (memiliki muatan negatif bersih pada pH 7,0), terdapat
asam aspartat dan asam glutamat yang gugus R mengandung gugus karboksil.
Protein mengikat ion logam untuk fungsional dimana menggunakan pengikat
logam mengandung aspartat dan glutamat.
d) Asam Amino Dasar/Basa (memiliki muatan positif bersih pada pH netral),
seperti histidin (imidazolium), arginin (guanidinium), dan lisin mengandung
gugus alkil amino terprotonasi. Berpartisipasi dalam interaksi elektrostatik
dalam protein.
7. Beta sheet structure adalah tipe utama periodik sekunder dari protein yang ditemukan
oleh Pauling dan Corey pada tahun 1951, tahun yang sama dengan struktur α-helix,
disebut ß karena merupakan struktur kedua yang mereka jelaskan. Dasarnya berupa
unit residu berupa rentangan rantai polipeptida yang biasanya terdiri dari 5 hingga 10
asam amino, dengan backbone yang memanjang disebut 'ß strand' disertai sudut rotasi
sekitar 120o untuk Φ dan 140o untuk ψ. ß strand bukan struktur yang stabil sehingga
cenderung berinteraksi dengan ß strand lainnya dari rantai polipeptida yang sama,
jauh dalam struktur primer (intramolekul), atau antarmolekul. ß pleated sheet tersusun
secara paralel maupun antiparalel tergantung pada arah penyusunnya. Dalam struktur
ß-sheet paralel, dua atom Cα i dan Cα j bersebelahan dalam dua ß strand berikatan
hidrogen, maka keduanya tidak saling berikatan hidrogen, sebaliknya satu residu
membentuk ikatan hidrogen dengan residu yang mengapit yang lain (tetapi tidak
sebaliknya). Val, Ile, Thr, mengandung rantai samping yang bercabang, dan tiga
residu aromatik yaitu Phe, Tyr, Trp mendukung pembentukan ß sheets (lembaran
Beta).

Anda mungkin juga menyukai