Anda di halaman 1dari 3

NAMA : LASMARITO SILALAHI

KELAS : A REGULER 2017


NIM : 3173122021
DOSEN PENGAMPU: Onggal
MATA KULIAH : ANTROPOLGI VISUAL

UJIAN TENGAH SEMESTER


MATA KULIAH ANTROPOLOGI VISUAL

Soal-soal ujian UTS Antropologi Visual.


1. Apa yang dimaksud dengan antropologi visual? Jelaskan
2. Berdasarkan perspektif positivis apa saja pekerjaan yang dilakukan oleh antropolog
visual.?
3. Berdasarkan perspektif interpretivisme apa saja pekerjaan yang dilakukan oleh
antropolog visual.?
4. Dalam hal penggunaan alat baik kamera maupun video di mana letak perbedaan
antara perspektif positivisme dan interpretivisme?
5. Film "Nanook of the North" dapat dikategorikan sbg perspektif positivisme atau
sebagai interpretivisme, bagaimana penjelasan kalian dan alasan-alasan apa jika
kalian memilih salah satu di antara keduanya?
Jawaban :
1. Antropologi Visual : Antropologi visual yakni suatu sub-bagian dari disiplin
antropologi yang dalam penggunaannya menitikberatkan perhatian pada sistem visual
dan budaya visual sebagai salah satu aplikasi lapangan penelitian antropologi.
Morphy dan Banks (1999) menerangkan bahwa sebenarnya terdapat dua fokus
perhatian dari antropologi visual, diantaranya: pertama, visual antropologi
menyangkutpenggunaan materi visual dalam penelitian antropologi, kedua, visual
antropologimerupakan studi mengenai sistem visual dan budaya yang terlihat (kasat
mata)
serta memproduksi dan menggunakan hasil dari visual antropologi (Banks
danMorphy, 1999).

Sementara Jay Ruby memaparkan lebih jelas lagi mengenai antropologi visual
bahwa studi visual antropologi merupakan suatu usaha menganalisa dari berbagai
kelengkapan dari sistem-sistem visual, menentukan kelengkapan dari sistem-sistem
visual dan berbagai kondisi, meliputi di dalamnya terdapat usaha untuk
mengintepretasi dan menghubungkan sistem-sistem tertentu tadi terhadap
suatu kompleksitas dari berbagai proses sosial maupun budaya politis di mana sistem-
sistem tersebut menjadi bagian di dalamnya; kedua, studi visual adalahmenguraikan
berbagai tujuan/makna visual dalam usaha penyebarluasan (disseminasi) pengetahuan
antropologi itu sendiri.

Dengan demikian saya simpulkan bahwa antropologi visual adalah suatu


perkembangan sisi ilmu antropologi pada proses riset antropologi melalui alat atau
media Film dan Foto. Penggunaan media ini, dijadikan sebagai riset antopologi untuk
menguatkan fakta yang didapat dari lapangan. Dalam perkembangannya ia menjadi
riset visual sendiri, ada yang merupakan bagian dari riset untuk membuat laporan
tertulis dan ada yang berdiri sendiri artinya riset antropologi secara visual
keseluruhannya.
2. Perspektif Positivisme berakar pada pandangan teoritis Auguste Comte dan Emil
Durkheim pada awal abad 19 dan awal abad 20. Para positivis mencari fakta dan
penyebab fenomena sosial dan kurang mempertimbangkan keadaan subjektif
individu. Durkheim menyarankan para ahli sosial untuk mempertimbangkan fakta
sosial atau fenomena sosial sebagai suatu yang memberikan pengaruh dari luar atau
mememaksakan pengaruh tertentu terhadap perilaku manusia (Moleong, 2011).

Kasiram (2010) mengemukakan bahwa positivis menganggap realita itu benar-


benar ada secara nyata dan dapat diselidiki secara terpisah dan dapat dikontrol
(ontology). Peneliti dan obyek yang diteliti adalah independen. Peneliti atau
antropolog visual mampu meneliti obyek tanpa mempengaruhi obyek atau
dipengaruhi oleh keadaannya sehingga dapat diperoleh hasil yang obyektif
(epistimologi). Cara menelitinya seorang antropolog bisa dengan percobaan atau
manipulasi, sehingga dapat dikontrol obyektivitasnya. Kerangka teori dirumuskan
secara spesifik mungkin dan menolak suatu ulasan meluas yang tidak langsung
relevan(metodologi). Menurut positivism, pengetahuan kita tidak pernah boleh
melebihi fakta.

Berdasarkan penjelasan mengenai Perspektif Positivisme maka seorang


antropolog visual melakukan pekerjaannya dengan cara si peneliti/ antropolog visual
tidak harus

3. Perspektif interpretivisme/konstruktivis bersumber dari pandangan Max Weber yang


diteruskan oleh Irwin Deutcher dan yang lebih dikenal dengan fenomenologis.
Fenomenologis berusaha memahami perilaku manusia dari segi kerangka berpikir
maupun bertindak orang-orang itu yang dibayangkan atau dipikirkan oleh orang-
orang itu sendiri (Moleong, 2011).

Paradigma interpretivisme/ konstruktivisme menganggap kenyataan itu hanya


bisa dipahami dalam bentuk jamak, berupa konstruksi mental yang tak dapat diraba,
berbasissosial dan pengalaman yang bersifat local (ontologi). Peneliti atau antropolog
visual dan subyek penelitian terkait erat secara timbal balik, sehingga penemuan
dikonstruksi seperti yang dikehendaki bersama secara konsensus (epistimologi). Cara
antropolog menelitinya dengan menggunakan teknik hermeneutic dan dialektikal atau
dibandingkan serta dilawankan dengan melalui tukar menukar bahasa daerah,
sehingga terjaring konstruksi consensus yang lebih jelas(metodologi) (Kasiram,
2010).

4. Penggunaan alat baik kamera maupun video dalam perspektif positivis


Melalui konsep dokumen foto/ video sebagai representatisi objektif kita bisa
mengenali bahwa kamera berfungsi sebagai cermin untuk menangkap kondisi
dilapangan dan mampu memperlihatkan obyek tanpa mempengaruhi obyek atau
dipengaruhi oleh keadaannya sehingga dapat diperoleh hasil yang obyektif
(epistimologi).sedangkan
Penggunaan alat baik kamera maupun video dalam perspektif interpretivisme
Melalui konsep dokumen foto/ video sebagai representatisi objektif kita bisa
mengenali bahwa kamera berfungsi sebagai cermin untuk menangkap kondisi
alamiah, kamera dianggap sebagai alat yang netral untuk merekam peristiwa-persitiwa
yang ada didepan mata manusia. Dalam kaitannya dengan kebudayaan foto sebagai
representasi objektif inilah yang memiliki relasi dengan kebudayaan sebagai jati
diri.Melalui kamera ataupun video sebagai alat dalam menunjukan kehidupan/
pengalaman nyata yang bisa dipahami dalam bentuk jamak atau universal dimana
bentuk dokumentasi yang diambil dapat menangkap budaya mereka yang bersifat
lokal.

5. Film "Nanook of the North" dapat dikategorikan sbg perspektif interpretivisme


alasannya karena menurut Robert Flaherty yang mungkin menjadi sosok paling
dikenal dalam sejarah film antropologi untuk film-filmnya yang mencatat kehidupan
masyarakat Arktik, yaitu Nanook of the North (1922)(Barnouw, 1993). Flaherty
menjadi pembuat film pada tahun 1913 ketika atasannya menyarankan agar dia
membawa kamera dan peralatan bersamanya pada ekspedisi ke utara. Flaherty fokus
pada cara hidup tradisional Inuit, menghilangkan dengan beberapa pengecualian
tanda-tanda modernitas di antara subjek filmnya (bahkan sampai menolak
menggunakan senapan untuk membantu membunuh walrus saat dia memfilmkan
mereka).
Sehingga adegan itu menjadikan Nanook melakukan perannya di mana itu
berfungsi sebagai bukti budaya "murni" mereka yaitu "kehidupan seperti apa adanya".

Anda mungkin juga menyukai