PUTUSAN PERADILAN TATA USAHA NEGARA TENTANG PELANGGARAN ASAS-
ASAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK
Putusan Nomor 385 K/TUN/2009 Oleh: Widi Wahyudi (B10017020) Mata Kulilah: Hukum Administrasi Negara (B) Dosen Pengasuh Mata Kuliah: Dr. H. Fauzi Syam, SH.,M.H.
- Termohon kasasi dahulu/penggugat/terbanding: Bripda Helga Musa Sitepu Nrp.
84030726, Kesatuan Ba Polres Langkat Polda Sumut. - Pemohon kasasi dahulu/tergugat/pembanding: Kepala Kepolisisan Daerah Sumatera Utara, berkedudukan di Jln. SM. Raja Km. 10,5 No. 60, Medan, dalam hal ini memberikan kuasa kepada: 1. Kombes Pol. Drs. John Hendri, SH. MH., Kabid Binkum Polda Sumut, 2. AKBP. Didik Miraharja , SH. M.Hum, Kasubbid Banhatkum Bid Binkum Polda Sumut, 3. Kompol Budiman, SH., 4. Kompol Novida Sitompul, SH , 4. AKP. Betri Hanum, SH., - Dasar Gugatan Penggugat: Surat Keputusan Tergugat No. Pol. Skep/694/XI /2006 tanggal 21 November 2006 Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH) dari Dinas Polri terhadap Bripda Helga Musa Sitepu, Nrp.84030726, Kesatuan Ba Polres Langkat Polda Sumut sebagai objek sengketa, baru Penggugat ketahui/terima pada tanggal 09 September 2008 dari Kanit P3D Polres Langkat sehingga pengajuan ini masih dalam tenggang waktu 90 (sembilan puluh) hari sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 55 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 jo Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara. - Dasar Permohonan Tergugat: Penggugat yang pada intinya mengatakan penghitungan waktu 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak tanggal 9 Desember 2008 pada saat diketahui atau diambilnya keputusan (objek sengketa) adalah bertentangan dengan fakta yang sebenarnya dan juga bertentangan dengan upaya hukum Penggugat sendiri karena pada tanggal 3 November 2006 Penggugat ada melakukan upaya hukum Banding terhadap Putusan sidang KKEP tertanggal 2 November 2005, sehingga penghitungan limit waktu 90 (sembilan puluh) hari sebagaimana diatur Undang- Undang menurut dalil gugatan Penggugat tersebut jelas-jelas tidak sebagaimana mestinya aturan hukum/atau tidak bersinergis dengan ketentuan Pasal 55 Undang Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1986 jo Undang-Undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 2004 dan Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 2 Tahun 1991 dan terlebih lagi pada saat sidang pertama dan sidang terakhir dengan acara pembacaan putusan Penggugat juga menghadirinya hal tersebut adalah merupakan suatu fakta hukum yang tidak terbantahkan dari sisi manapun dan dari sudut pandang manapun, maka secara Juridis menurut hemat Tergugat penghitungan tenggang waktu tersebut adalah sejak tanggal 2 November 2006 bukan tanggal 9 September 2008 sebagaimana dalil pembenar Penggugat yang tidak jelas dasar hukumnya dan kebenarannya terhadap Tergugat telah melewati tenggang waktu yang dibenarkan oleh Undang-Undang. - Ringkasan Kasus a. Posisi Kasus: Bahwa Tergugat selaku Pejabat Tata Usaha Negara telah mengeluarkan surat Keputusan secara sewenang- wenang dan telah keliru melanggar/bertentangan dengan ketentuan hukum yang berlaku yaitu ketentuan Pasal 13 Peraturan Pemerintah (PP) No. 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yaitu disebutkan "Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, yang dijatuhi hukuman disiplin lebih dari 3 (tiga) kali dan dianggap tidak patut lagi dipertahankan statusnya sebagai Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, dapat diberhentikan dengan hormat atau tidak dengan hormat dari dinas Kepolisian Negara Republik Indonesia", dan Pasal 12 ayat (1) huruf (a) PP No. 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yaitu disebutkan “Apabila dipidana penjara berdasarkan Putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dan menurut pertimbangan Pejabat yang berwenang tidak dapat lagi dipertahankan untuk tetap berada dalam dinas Kepolisian Negara Republik Indonesia”. b. Alasan penggugat menyatakan keputusan tersebut bertentangan dengan AUPB Bahwa Surat Keputusan objek sengketa Tata Usaha Negara yang dikeluarkan Tergugat No. Pol. Skep/694/XI /2006 tanggal 21 November 2006 Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH) dari Dinas Polri terhadap Bripda Helga Musa Sitepu, Nrp. 84030726, Kesatuan Ba. Polres Langkat - Polda Sumut, merupakan Keputusan Badan/ Pejabat Tata Usaha Negara yang diterbitkan secara tertulis bersifat kongkrit, individual dan final sesuai ketentuan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 jo Undang- Undang No. 9 Tahun 2004 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan Peraturan Perundang- Undangan yang berlaku, yang bersifat kongkrit, individual dan final, menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau Badan Hukum perdata. Bersifat kongkrit karena keputusan Tergugat telah menimbulkan kerugian bagi Penggugat yang selama ini telah berdinas menjadi anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia; Bersifat Individual karena keputusan Tergugat ditujukan kepada Penggugat yang diberhentikan tidak dengan hormat (PTDH) dari Dinas Polri oleh Tergugat dengan objek gugatan/ sengketa Tata Usaha Negara; Bersifat Final karena keputusan Tergugat merupakan keputusan akhir dari Tergugat kepada Penggugat. Berdasarkan keputusan Tergugat tersebut, bertentangan dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik (AAUPB) sehingga keputusan Tergugat tersebut haruslah dibatalkan karena termasuk keputusan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 53 ayat (1) dan Ayat (2) huruf (a) dan (b) Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 jo Undang-Undang No. 9 Tahun 2004, Tentang Peradilan Tata Usaha Negara yaitu disebutkan sebagai berikut : "(1) Orang atau badan hukum Perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada Pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan/atau direhabilitasi ; "(2) Alasan-alasan yang dapat digunakan dalam gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku ; b. Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat itu bertentangan dengan Asas- Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB) ; c. Pertimbangan hakim yang menyatakan keputusan tersebut bertentangan dengan AUPB Menimbang bahwa alasan-alasan yang diajukan Pemohon Kasasi (tergugat) dalam memori kasasinya tersebut pada pokoknya ialah : - Bahwa sebenarnya Termohon Kasasi telah mengetahui bahwa ia telah diberhentikan dari dinas, hal ini dapat diketahui dengan jelas bahwa Termohon Kasasi sudah tidak masuk dinas lagi sejak terbitnya obyek sengketa, bahkan sejak itu juga Termohon Kasasi sudah tidak menerima gaji lagi ; - Bahwa karena Temohon Kasasi telah mengetahui pemberhentian tersebut, maka Termohon Kasasi tidak pernah dinas lagi di Polres Langkat, dengan demikian Judex Factie tidak menerapkan ketentuan Pasal 55 Undang- Undang No. 5 Tahun 1986, sehingga cukup alasan Majelis Hakim Agung untuk membatalkan putusan Judex Factie dan menolak gugatan Penggugat/ Termohon Kasasi seluruhnya ; Menimbang, bahwa atas alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung berpendapat: bahwa alasan-alasan ini tidak dapat dibenarkan, karena merupakan pengulangan dari dalil-dalil yang telah dipertimbangkan oleh Judex Factie secara tepat dan benar, hal mana tidak dapat dipertimbangkan lagi dalam pemeriksaan tingkat kasasi, Pemeriksaan pada tingkat kasasi hanya berkenaan dengan tidak dilaksanakan atau ada kesalahan dalam pelaksanaan hukum, sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 30 Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang No. 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2009; Bahwa Tergugat/Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara memberhentikan Penggugat tidak dengan hormat bertentangan dengan peraturan dan melanggar AAUBP. d. AUPB yang dilanggar oleh Badan/Pejabat Administrasi pada waktu mengeluarkan keputusan AUPB yang dilanggar oleh Tergugat/Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara ialah Asas Kepastian Hukum dan Asas Kecermatan e. Putusan Hakim atas sengketa tersebut Dalam Eksepsi: - Menolak Eksepsi Tergugat Dalam Pokok Sengketa: 1. Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya; 2. Menyatakan batal Surat Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan/diterbitkan oleh Tergugat yaitu : Surat Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara No. Pol : Skep/694/XI /2006, tanggal 21 November 2006, tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH) dari Dinas Polri terhadap Bripda HELGA MUSA SITEPU (lc. Penggugat), Nrp. 84030726, Kesatuan Ba. Polres Langkat ; 3. Memerintahkan kepada Tergugat untuk mencabut Surat Keputusan objek sengketa Tata Usaha Negara yaitu : Surat Keputusan Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara No. Pol : Skep/694/XI /2006, tanggal 21 November 2006, tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH) dari Dinas Polri terhadap Bripda HELGA MUSA SITEPU (lc .Penggugat), Nrp. 84030726, Kesatuan Ba. Polres Langkat ; 4. Memerintahkan Tergugat untuk merehabilitasi atau memulihkan segala hak dan kedudukan Penggugat selaku anggota PoIri yang aktif ; 5. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara ini sebesar Rp.149.000,- (seratus empat puluh sembiIan ribu rupiah) ; f. Komentar saudara apakah AUPB yang digunakan oleh hakim telah sesuai dengan AUPB menurut doktrin Hukum Administrasi (13 asas) atau 8 asas menurut UU AP Menurut saya, Asas Umum Pemerintahan yang Baik yang digunakan oleh hakim pada kasus ini telah sesuai dengan sebagaimana mestinya. Pada kasus ini, Tergugat telah mengeluarkan keputusan No. Pol. Skep/694/XI /2006 tanggal 21 November 2006 Tentang Pemberhentian Tidak Dengan Hormat (PTDH) dari Dinas Polri terhadap Bripda Helga Musa Sitepu, Nrp.84030726, Kesatuan Ba Polres Langkat Polda Sumut yang bertentangan dengan AUPB. Untuk menetukan penyelesaian kasus ini tentu hakim juga harus berpatokan pada AUPB, yang mana pada kasus ini terdapat AUPB yang dilanggar yaitu Asas Kepastian Hukum dan Asas Kecermatan.