Anda di halaman 1dari 5

Kepada Yth.

Bapak Ketua Pengadilan Tata Usaha

Negara Jakarta

Di Jakarta

Dengan hormat.

Yang bertanda tangan di bawah ini saya :

1. Nama : KOLONEL CHK PURN. O.U. BAHUDIN, S.H.,

2. Kewarganegaraan : Indonesia

3. Tempat Tinggal : Komplek Perumahan sederhana Kodam Jaya, Jalan Flamboyan I No. 106,
RT/RW. 006/005, Kelurahan Kalideres, Kecamatan kalideres, Kota
Administrasi Jakarta Barat.

4. Pekerjaan : Purnawirawan / Advokat / Ketua Pimpinan Cabang PEPABRI Jakarta Barat/


Ketua Dewan Harian Cabang Angkatan 45 Jakarta Barat.

yang selanjutnya disebut pihak PELAWAN atau PEMBANTAH

Bahwa melalui surat sepucuk surat ini mengajukan perlawanan atau bantahan atas penetapan
Pengadilan Tata Usaha Negara di Jakrta Nomor : 193/G/2016/PTUN.JKT., tanggal 5 september 2016
dalam perkara antara Pelawan sebagai PENGGUGAT lawan Panglima Komando Daerah Militer Jaya/Jaya
Jakarta, dahulu sebagai TERGUGAT sekarang sebagai Terlawan atau Terbantah.

Bahwa Penetapan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta antara lain berbunyi “bahwa
Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta tidak berwenang untuk memeriksa, memutus dan menyelesaikan
perkara Nomor; 193/G/2016/PTUN.JKT, karena poko-pokok gugatan nyata-nyata tidak termasuk dalam
wewenang absolut Pengadilan Tata Usaha Negara.

Bahwa Pelawan atau Pembantah menurut hukum (Pasal 62 ayat (3) dari UU No.5 tahun 1966)
berhak untuk mengajukan perlawanan atau bantahan atas penetapan Pengadilan Tata Usaha Negara
Jakarta Nomor : 193/G/2016/PTUN.JKT., tanggal 5 september 2016.

Bahwa Pelawan atau Pembantah menyangkal penetapan PTUN Jakarta Nomor :


193/G/2016/PTUN.JKT., tanggal 5 september 2016 bahwa gugatan pelawan (dulu PENGGUGAT) yang
diajukan tidak termasuk dalam wewenang absolut pengadilan Tata Usaha Negara.
I. Alasan-alasan Hukum penggugat mengajukan perlawanan terhadap Penetapan Nomor :
193/G/2016/PTUN.JKT., tanggal 5 september 2016, adalah sebagai berikut:
1. Bahwa tenggang waktu upaya hukum perlawanan masih dalam batas waktu sesuai dengan Pasal 62 ayat
3 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
2. Bahwa Penggugat mengajukan gugatan terhadap objek gugatan berupa : Surat Aslogdam Jaya atas nama
Pangdam Jaya/Jayakarta Nomor : B/2176/VIII/2016, tanggal 9 Agustus 2016, perihal Peringatan
tertulis-1, Surat Aslogdam Jaya atas nama Pangdam Jaya/Jayakarta Nomor : B/2279/VIII/2016, tanggal
18 Agustus 2016, perihal Peringatan tertulis-2, dan Surat Aslogdam Jaya atas nama Pangdam
Jaya/Jayakarta Nomor : B/2336/VIII/2016, tanggal 23 Agustus 2016, perihal Peringatan tertulis-3, tidak
melewati batas waktu yang diatur dalam Pasal 55 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara dan Gugatan Penggugat masih dalam tenggang waktu 90 (sembilan
puluh) hari;
3. Bahwa gugatan Penggugat mengenai Surat Aslogdam Jaya atas nama Pangdam Jaya/Jayakarta Nomor :
B/2176/VIII/2016, tanggal 9 Agustus 2016, perihal Peringatan Tertulis-1, Surat Aslogdam Jaya atas
nama Pangdam Jaya/Jayakarta Nomor : B/2279/VIII/2016, tanggal 18 Agustus 2016, perihal Peringatan
Tertulis-2, dan Surat Aslogdam Jaya atas nama Pangdam Jaya/Jayakarta Nomor : B/2336/VIII/2016,
tanggal 23 Agustus 2016, perihal Peringatan Tertulis-3 tersebut adalah merupakan Keputusan Tata
Usaha Negara dalam bentuk penetapan tertulis bersifat konkrit, individual dan final yang menimbulkan
akibat hukum terhadap seorang atau Badan Hukum Perdata;
4. Bahwa sengketa tata usaha negara itu sendiri adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha
negara antara orang atau badan hukum perdata dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara baik di
Pusat maupun di daerah sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan tata usaha negara termasuk
sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku (vide Pasal 1 angka
10 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009), sedangkan keputusan tata usaha negara adalah Penetapan
tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata
Usaha Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang bersifat konkrit,
individual dan final serta menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata (vide
Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009);
5. Bahwa setelah mempelajari dan mencermati dengan seksama objek sengketa, posita/fundamentum
petendi serta petitum Penggugat tersebut di atas, Pengadilan berpendapat bahwa objek sengketa
adalah Surat Aslogdam Jaya atas nama Pangdam Jaya/Jayakarta Nomor : B/2176/VIII/2016, tanggal 9
Agustus 2016, perihal Peringatan Tertulis-1, Surat Aslogdam Jaya atas nama Pangdam Jaya/Jayakarta
Nomor : B/2279/VIII/2016, tanggal 18 Agustus 2016, perihal Peringatan Tertulis-2, dan Surat Aslogdam
Jaya atas nama Pangdam Jaya/Jayakarta Nomor : B/2236/VIII/2016, tanggal 23 Agustus 2016, perihal
Peringatan Tertulis-3, kepada Penggugat agar mengembalikan rumah dinas di KPAD Jakarta Barat;
6. Bahwa pasal 1 angka 34 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer menyebutkan
bahwa “Keputusan Tata Usaha Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yang selanjutnya disebut
Keputusan Tata Usaha Angkatan Bersenjata adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh
Badan atau Pejabat Tata Usaha Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yang berisi tindakan hukum
berdasarkan peraturan perundang-undanganyang berlaku dan berkaitan dengan penyelenggaraan
pembinaan dan penggunaan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia serta pengelolaan pertahanan
dan keamanan negara di bidang personil materiil, fasilitas dan jasa yang bersifat konkrit, individual dan
final yang menimbulkan akibat hukum bagi orang atau badan hukum perdata;
7. Bahwa selanjutnya Pasal 9 angka 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer
menyebutkan bahwa “Pengadilan dalam ngkungan peradilan militer berwenang memeriksa, memutus
dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Angkatan Bersenjata Republik ndonesia;
8. Bahwa setelah mempelajari dan mencermati dengan seksama objek sengketa para pihak yang
bersengketa serta hal-hal yang disengketakan, maka Pengadilan berpendapat bahwa objek sengketa
aquo telah memenuhi Pasal 1 angka 34 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan
Militer sehingga menjadi kewenangan absolut Peradilan Militer berdasarkan Pasal 9 angka 2 Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer, disamping itu ditegaskan dalam Pasal 2 huruf
f Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara bahwa Keputusan Tata
Usaha mengenai Tata Usaha Angkatan Bersenjata Republik Indonesia termasuk keputusan yang
dikecualikan untuk dapat diperiksa di Peradilan Tata Usaha Negara;
9. Bahwa objek sengketa aquo adalah Keputusan Tata Usaha Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yang
tidak dapat diperiksa oleh Pengadilan Tata Usaha Negara, maka dengan demikian Pengadilan
berpendapat bahwa pokok gugatan Penggugat nyata-nyata tidak termasuk wewenang Pengadilan Tata
Usaha Negara sebagaimana ditentukan dalam pasal 62 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, sehingga oleh karenanya cukup beralasan hukum
bagi Pengadilan untuk menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (Niet Onvankelijk
Verklaard);
II. Bahwa ternyata Ketua Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta dalam pertimbangan-pertimbangan
sebagaimana tercantum dalam Penetapan Nomor 193/G/2016/PTUN-JKT, tanggal 5 September 2016
hanya melalui pendekatan yuridis formal belaka sebagai berikut :
1. Bahwa pasal 2 huruf f Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
menyebutkan “Tidak termasuk dalam pengertian Keputusan Tata Usaha Negara antara lain Keputusan
Tata Usaha Angkatan Bersenjata Republik Indonesia”;
2. Bahwa pasal 9 angka 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer menyebutkan
bahwa “Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Militer berwenang memeriksa, memutus dan
menyelesaikan sengketa Tata Usaha Angkatan Bersenjata Republik Indonesia”
3. Bahwa objek sengketa-objek sengketa aquo adalah Keputusan Tata Usaha Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia yang tidak dapat diperiksa oleh Pengadilan Tata Usaha Negara, maka dengan
demikian Pengadilan berpendapat bahwa pokok gugatan Penggugat nyata-nyata tidak termasuk dalam
wewenang Pengadilan Tata Usaha Negara sebagaimana diatur pasal 62 ayat (1) huruf a Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986, sehingga cukup beralasan hukum bagi Pengadilan untuk menyatakan
Gugatan Penggugat tidak dapat diterima (Niet Onvankelijk Verklaard) tanpa mempertimbangkan
secara sungguh-sungguh “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dengan namanya
Pengasih dan Penyayang” sebagai berikut ;
a. Bahwa pasal 1 angka 34 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer
menyebutkan “Bahwa Keputusan Tata Usaha Angkatan Bersenjata Republik Indonesia merupakan
undang-undang yang hanya tertulis tetapi tidak dapat dioperasional selama 17 (tujuh belas) tahun
sampai sekarang karena belum atau tidak ada Peraturan Pelaksana (PP) untuk menjalankan pasal 1
angka 34 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang Peradilan Militer menyebutkan “Bahwa
Keputusan Tata Usaha Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Keputusan
Tata Usaha Angkatan Bersenjata Republik Indonesia”
b. Bahwa sejak tahun 1971 istilah Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ABRI)lahir berdasarkan
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1971 tentang “Penggunaan Kembali Nama
dan Sebutan entara Nasional Indonesia sebagai nama dan Sebutan Resmi ngkatan Perang Republik
Indonesia” yang terdiri dari : Tentara asional Indonesia (TNI-AD, TNI-AL, TNI-AU) dan Kepolisian
Negara epublik Indonesia yang menghias bumi persada Republik Indonesia elama + 28 tahun dan
pada tahun 1999 istilah Angkatan Bersenjata epublik Indonesia (ABRI) tidak dipakai lagi diganti
dengan nama entara Nasional Indonesia berdasarkan Instruksi Presiden Republik donesia Nomor 2
Tahun 1999 tentang “Langkah-langkah Kebijakan alam Rangka Pemisahan Kepolisian Negara
Republik Indonesia dari ngkatan Bersenjata Republik Indonesia”. Sehingga Tentara Nasional donesia
(TNI-AD, TNI-AL dan TNI-AU) dimana personilnya tunduk epada Peradilan Militer sedangkan
personil Kepolisian Negara Republik donesia tunduk kepada Peradilan Umum atau Pengadilan
Negeri ermasuk Pengadilan Tata Usaha Negara;
c. Bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 menyebutkan bahwa Negara
berdasarkan atas hukum (rechstaat) dan dak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaal).
Pernyataan ini engan tegas dan terang menyampaikan pesan bahwa kekuasaan egara harus
dijalankan berdasarkan hukum. Penyelenggaraan ekuasaan Negara oleh pemerintah, baik tindakan
hukum perdata maupun keputusan-keputusan yang menyentuh kepentingan individu arga negara
atau kelompok masyarakat, yang tidak berdasarkan ukum, maka perlindungan hukum bagi
masyarakat sebagai akibat dari ndakan atau keputusan pemerintah melalui Badan atau Pejabat Tata
saha Negara (TUN) harus mendapatkan kepastian hukum secara konsisten. Berkenaan dengan
itu, konstitusi memerintahkan adanya peradilan sebagai penyelenggaraan kekuasaan kehakiman
(Pasal 24 UUD 1945). Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 sebagaimana yang telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman
menyebutkan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan
peradilan yang berada dibawahnya, dan sebuah Mahkamah Konstitusi, selanjutnya dikatakan
bahwa badan peradilan yang berada dibawah Mahkamah Agung adalah peradilan dalam lingkungan
Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara atau PTUN
(Pasal 10 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004). Peradilan Tata Usaha Negara
merupakan peradilan yang pembentukannya dimaksudkan sebagai Peradilan Khusus untuk
memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara (Pasal 47 Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1986);
d. Bahwa berdasarkan pasal 2 Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1945 segala Badan-Badan Negara dan peraturan-peraturan yang ada masih berlaku, sebelum
diadakan peraturan baru yang mengaturnya, maka peraturan yang lama yang diberlakukan
dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kekosongan hukum atau ketidakpastian hukum;
e. Bahwa dengan demikian gugatan Penggugat terhadap objek gugatan berupa Surat Aslogdam Jaya
atas nama Pangdam Jaya/Jayakarta Nomor : B/2176/VIII/2016, tanggal 9 Agustus 2016, perihal
Peringatan Tertulis-1, Surat Aslogdam Jaya atas nama Pangdam Jaya/Jayakarta Nomor :
B/2279/VIII/2016, tanggal 18 Agustus 2016, perihal Peringatan Tertulis-2, dan Surat Aslogdam Jaya
atas nama Pangdam Jaya/Jayakarta Nomor : B/2336/VIII/2016, tanggal 23 Agustus 2016, perihal
Peringatan Tertulis-3, yaitu Penggugat harus menyerahkan/mengembalikan rumah dinas TNI-AD
No. K-1/26 RT.02 RW.05, No. K-1/08 RT.01, RW.05 dan No. K-2/107 RT.06, RW.05 berada di KPAD
Kalideres Jakarta Barat kepada Kodam Jaya/Jayakarta, hal ini adalah tindakan sewenang-wenang
Terlawan karena Pelawan tidak berhak atas ketiga rumah dinas TNI-AD tersebut untuk
menyerahkan kepada Kodam Jaya/Jayakarta, sedangkan yang berhak atas ketiga rumah dinas TNI-
AD berdasarkan Surat Ijin Penempatan (SIP) masih hidup sampai sekarang atau dengan kata lain
ketiga surat Aslogdam Jaya atas nama Pangdam Jaya/Jayakarta tersebut adalah Salah alamat;

Berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas, maka Pelawan mohon dengan hormat kepada Ketua
Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta Cq. Majelis Hakim agar tetap memeriksa, mengadili dan
menyelesaikan Gugatan Perlawanan ini dan sekaligus memutuskan :

1. Mengabulkan perlawanan atau bantahan pelawan seluruhnya


2. Menyatakan pembatal atau Pelawan adalah Pelawan benar.
3. Membatalkan Penetapan Nomor : 193/G/2016/PTUN.JKT, tanggal 5 September 2016;
4. Menyatakan Gugatan Penggugat dapat diterima;
5. Menghukum Tergugat untuk membayar semua biaya yang timbul dalam perkara perlawanan;

Jakarta, 15 September 2016


Hormat Pembanding

KOLONEL CHK PURN. O.U.BAHUDIN, S.H.,

Anda mungkin juga menyukai