A21 - Indah Lianatus S - 445741 - Laporan Resmi PDF
A21 - Indah Lianatus S - 445741 - Laporan Resmi PDF
Perhitungan
1,46
= (1 – 2,25) x 100%
= (1-0,65) x 100%
= 0,35 x 100%
= 35%
2. Porositas BV lilin 1
𝐵𝑉
n = (1 - ) x 100%
𝐵𝐽
1,82
= (1 – 2,25) x 100%
= (1-0,81) x 100%
= 0,19 x 100%
= 19%
3. Porositas BV lilin 2
𝐵𝑉
n = (1 - ) x 100%
𝐵𝐽
1,10
= (1 – 2,25) x 100%
= (1-0,49) x 100%
= 0,51 x 100%
= 51%
Pada umumnya terdapat dua macam teori dalam tanah, yaitu pori
makro dan pori mikro. Pori makro menunjukkan lalu lintas udara dan
perkolasi air. Sedangkan pori mikro dapat menghambat lalu lintas udara
dan pergerakan air sangat dibatasi (Buckman & Brady, 1982). Selain itu,
penanaman terus-menerus pada tanah dapat mengurangi jumlah pori dalam
tanah. Hal tersebut erat kaitannya dengan penurunan kandungan bahan
organik dalam tanah. Oleh karena itu, porositas tanah sangat penting
diketahui karena menyatakan karakteristik tekstur dan kualitas material
tanah (Astuti et al., 2018).
C. Pembahasan
Buckman H.O., N.C. Brady. 1982. Ilmu Tanah. Jakarta : Bhratara Karya
Aksara
Perhitungan :
a. Ulangan 1
Diketahui :
Jenis tanah = Vertisol
a = 15 gr; b = 48,930 gr; c = 48,971 gr; KL = 11,155
Ditanya :
NPD ?
𝑐−𝑏 1000
(D+L) aktual = ( ). . (100 + KL)%
𝑎 25
48,971−48,930 1000
=( ). . (100 + 11,155)%
15 25
0,041
=( 15
). 40. (111,155) %
182,294
= %
15
= 12,153 %
(𝐷+𝐿)𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
NPD = (𝐷+𝐿)𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
x 100%
12,153
= x 100%
94,06
= 12,92 %
b. Ulangan 2
Diketahui :
Jenis tanah = Vertisol
a = 15 gr; b = 46,520 gr; c = 46,540 gr; KL = 11,155
Ditanya :
NPD ?
𝑐−𝑏 1000
(D+L) aktual = ( ). . (100 + KL)%
𝑎 25
46,540−46,520 1000
=( ). . (100 + 11,155)%
15 25
0,02
= ( 15 ). 40. (111,155) %
88,924
= 15
%
= 5,928 %
(𝐷+𝐿)𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
NPD = (𝐷+𝐿)𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
x 100%
5,928
= 94,06 x 100%
= 6,30 %
B. Tinjauan Pustaka
Erosi merupakan suatu proses ketika tanah dihancurkan dan
dipindahkan ke tempat lain oleh angin, air, dan gravitasi. Erosi yang cukup
sering terjadi di Indonesia akan mempengaruhi kualitas tanah dimana fungsi
dan produktivitas tanah menurun. Hal ini mengakibatkan terganggunya proses
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Oleh karena itu, pemahaman baik
terhadap erodibilitas maupun erosi sangat penting untuk diketahui.
Ayuningtyas et al. (2018) mengungkapkan bahwa erodibilitas
tanah adalah faktor penentu kehilangan tanah. Erodibilitas tanah merupakan
indeks pengukur kerentanan tanah terhadap erosi air dan parameter penting
untuk prediksi erosi tanah (Zhang et al., 2018). Salah satu cara untuk
mengetahui tingkat erodibilitas tanah yaitu dengan melakukan perhitungan
nilai dispersi tanah (NPD).
NPD merupakan perbandingan antara partikel lempung dan debu
yang mudah berdispersi oleh air yang digunakan sebagai indikator erosi tanah.
Semakin tinggi nilai NPD semakin besar peluang erosi yang terjadi, begitu juga
sebaliknya (Ashari, 2013). Erosi akan mengakibatkan tanah kehilangan
kesuburan dan unsur hara di dalamnya (Buckman, 1982). Akibatnya,
kesuburan fisik tanah berkurang dan produktivitas menurun (Verity &
Anderson, 1990). Selain itu, kerusakan agregat dan dispersi tanah yang
disebabkan oleh tetesan air hujan atau peralatan yang digunakan untuk
pengolahan tanah dapat mempengaruhi porositas tanah, konduktivitas hidrolik,
infiltrasi air, serta tanah akan rentan terhadap erosi (Ribeiro et al., 2013).
C. Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk mengukur kadar debu dan lempung
serta menilai kepekaan tanah terhadap erosi menggunakan metode
sedimentasi. Sesuai dengan hukum Stokes, kecepatan pengendapan
berbanding lurus dengan ukuran diameter partikel, semakin kecil diameter
maka kecepatan mengendap semakin lama. Oleh karena itu, sedimentasi
memberikan gaya sejauh mana debu dan lempung akan terdispersi.
Penambahan aquades melalui dinding tabung sedimentasi yang dimiringkan
bertujuan agar tidak merusak tekstur dan komponen pada tanah.
Dari pengamatan diatas, diperoleh hasil NPD ulangan pertama sebesar
12,92% dan ulangan kedua sebesar 6,30%. Menurut Handayani & Sunarmito
(2002) diversitas pada tanah Vertisol sebesar 14,67%. Hal ini sesuai dengan
harkat yang diperoleh dimana NPD kurang dari 15% tanah tahan terhadap
erosi; 15- 19% tanah agak peka terhadap erosi; sedangkan lebih dari 19%
tanah peka terhadap erosi. Jadi, jika diurutkan dari tanah yang sukar tererosi
ke tanah yang mudah tererosi diperoleh hasil Mollisol < Vertisol < Alfisol <
Entisol < Ultisol.
Tanah Vertisol memiliki kandungan lempung yang mengembang dan
menonjol selama musim kering. Adanya gaya kohesi yang tinggi antara
partikel tanah Vertisol membuat erodibilitas tanah Vertisol rendah. Selain itu,
pori dalam tanah Vertisol memiliki ukuran kecil sehingga dapat diperoleh nilai
NPD < 15%. Dengan kata lain, tanah Vertisol merupakan tanah yang sukar
mengalami erosi.
NPD merupakan perbandingan antara partikel lempung dan debu
yang mudah terdispersi oleh air. Faktor-faktor yang mempengaruhi NPD di
antara lain tekstur tanah, bahan organik, struktur tanah, dan permeabilitas
tanah (Kalaati et al., 2019). Tekstur, bahan organik, ukuran, dan porsi
partikel tanah mempengaruhi bentuk dan tipe tanah. Tanah mempunyai tiga
unsur yaitu pasir, debu, lempung. Unsur-unsur organik yang terakumulasi
pada permukaan tanah dapat menghambat kecepatan aliran air sehingga
menurunkan potensi erosi pada tanah. Permeabilitas tanah merupakan
kemampuan tanah dalam meloloskan air. Dengan impermeabilitas tinggi, maka
laju infiltrasi juga akan naik. Struktur tanah mempengaruhi kemampuan tanah
dalam menyerap air yang erat kaitannya dengan kandungan bahan organik
dalam tanah.
Tanah yang memiliki kandungan lempung paling stabil merupakan
tanah yang tahan terhadap erosi. Hal ini dikarenakan tanah yang tahan terhadap
erosi memiliki struktur dan kapasitas penampungan air yang tinggi. Oleh
karena itu, nilai perbandingan dispersi (NPD) tanah digunakan untuk
mengetahui tingkat ketahanan tanah terhadap erosi sehingga akan sangat
bermanfaat di bidang pertanian. Selain itu, nilai perbandingan dispersi tanah
dapat menentukan tanaman yang cocok ditanam pada setiap jenis tanah, serta
mengetahui tingkat kesuburan tanah.
Dari hasil praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa nilai
perbandingan dispersi (NPD) pada tanah Vertisol diperoleh sebesar 6,30%.
Berdasarkan harkat NPD, maka tanah Vertisol dapat dikategorikan tanah yang
sukar erosi. Semakin tinggi nilai NPD semakin besar peluang erosi terjadi.
D. Daftar Pustaka
Ashari, A. 2013. Kajian tingkat erodibilitas beberapa jenis tanah di pegunungan
baturagung desa Putat dan Nglanggeran Kec. Patuk Kab. Gunungkidul. Vol 39
: 15.
Ayuningtyas, E.A.,A.F.N.Ilma, R. B. Yudha. 2018. Pemetaan erodibilitas tanah dan
korelasinya terhadap karakteristik tanah di DAS Serang, Kulonprogo. Jurnal
Nasional Teknologi Terapan. Vol 2 : 37.
Buckman H.O.,N.C. Brady.1982. Ilmu Tanah. Jakarta :BhrataraKaryaAksara.
Handayani, S., B.H. Sunarminta. 2002.Kajian struktur tanah lapis olah. Jurnal Ilmu
Tanah dan Lingkungan. Vol 3: 10-17.
Kalaati, I., Ramlan, A. Rachman. 2019. Tingkat erodibilitas tanah pada beberapa
tingkat kemiringan lahan di desa Labuan Toposo Kec. Labuan Kab. Donggala.
Vol 2 : 173.
Ribeiro, B.T., J.M. de Lima, N. Curi, G.C. de Oliveira. 2013. Aggregate breakdown
and dispersion of soil samples amended with sugarcane vinasse. Vol : 7 No.6.
Verity, G.E., D.W. Anderson. 1990. Soil erosion effects on soil quality and yield.
Canadian Journal of Soil Science. Vol 70 : 471.
Zhang, K.L., A.P. Shu, X.L. Xu, Q.K. Yang, B.Yu. 2008. Soil erodibility and its
estimation for agricultural soil in China. Journal of Arid Environments. Vol 72
: 1002.
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
WATAK DAN SIFAT TANAH
ACARA VI
BAHAN ORGANIK TANAH
Perhitungan
a. Ulangan 1
Diketahui :
KL = 11,2
𝑉𝑎 = 3,4
𝑉𝑏 = 24,3 – 2,3 = 1,3
𝑁𝐹𝑒𝑆𝑂4 = 0,2
𝑎 = 1 gr
Ditanya :
BO ?
Jawab :
(100+𝐾𝐿)(𝑉𝑎− 𝑉𝑏 )𝑁𝐹𝑒𝑆𝑂4 50 100
C = . 3. . . 100 %
100.1000. 𝑎 5 7
(100+11,2)(3,4−1,3)0,2 100
= . 3. 10 . . 100 %
100.1000. 1 7
111,2 𝑥 2,1 𝑥 0,2 𝑥 3 100
= . 10 . . 100 %
100000 7
140,112
= . 10 . 1,3 . 100%
100000
= 1,82%
100
BO = 1,82 x %
58
= 3,14 %
b. Ulangan 2
Diketahui :
KL = 11,2
𝑉𝑎 = 3,4
𝑉𝑏 = 25,6 -24,3 = 1,3
𝑁𝐹𝑒𝑆𝑂4 = 0,2
𝑎 = 1 gr
Ditanya :
BO ?
Jawab :
(100+𝐾𝐿)(𝑉𝑎− 𝑉𝑏 )𝑁𝐹𝑒𝑆𝑂4 50 100
C = . 3. . . 100 %
100.1000. 𝑎 5 7
(100+11,2)(3,4−1,3)0,2 100
= . 3. 10 . . 100 %
100.1000. 1 7
111,2 𝑥 2,1 𝑥 0,2 𝑥 3 100
= . 10 . . 100 %
100000 7
140,112
= . 10 . 1,3 . 100%
100000
= 1,82%
100
BO = 1,82 x %
58
= 3,14 %
C. Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk mengukur kadar karbon (C) organik
tanah; kadar bahan organik (BO) tanah; menghitung nisbah C/N tanah; serta
pengharkatan kadar bahan organik tanah. Metode yang digunakan yaitu metode
Walkley and Black. Menurut Matus et al (2009), metode Walkley and Black
merupakan metode yang paling ekonomis untuk menetukan kadar C organik
dalam tanah.
Bahan organik yaitu bahan yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan dan/
atau hewan yang dapat meningkatkan kandungan C-O organik dan unsur hara
dalam tanah (Hasibuan, 2015). Penggunaan khemikalia seperti K2Cr2O7 1 N
berfungsi untuk mengoksidasi tanah yang kemudian dibantu dengan panas
yang dihasilkan ketika dicampur dengan H2SO4. Lalu ditambahkan difenilamin
sebagai indikator. Dikromat yang tersisa kemudian dititrasi dengan
menggunakan besi sulfat. Titer ini akan berbanding terbalik dengan jumlah C
yang terdapat pada sampel tanah.
Dari pengamatan di atas diperoleh hasil sebesar 3,14% untuk tanah
Vertisol. Hasil ini sudah sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Everest
& Ozcan (2016) yaitu berkisar 1-6%. Karakteristik pada tanah Vertisol dapat
dilihat dari perbedaan warna hitam-merah pada tanah tersebut. Tanah merah
mengandung banyak besi kristal oksida sedangkan tanah hitam mengandung
banyak oksida besi amorf dan oksida mangan. Untuk tanah berwarna overlay
terkadung banyak oksida besi dan aluminium yang terikat dengan C-organik
(Juita et al., 2016 )
Kandungan bahan organik tanah menjadi salah satu faktor penting
terhadap tingkat kesuburan tanah. Semakin tinggi bahan organik yang
terkandung semakin tinggi pula ketersediaan unsur hara dalam tanah. Bahan
organik dapat memperbaiki sifat-sifat fisik tanah seperti agregasi tanah,
kapasitas air tanah, dan aerasi tanah. Selain itu, bahan organik juga
mempengaruhi peningkatan Kapasitas Tukar Kation (KTK) (Basuki, 2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi bahan organik tanah yaitu
pemupukan, iklim mikro, dan tipe lahan. Iklim mikro berpengaruh dalam hal
memacu atau menghambat laju dekomposisi sedangkan tipe lahan berpengaruh
dalam penyediaan sumber bahan organik. Tipe lahan dimana terdapat banyak
naungan pohon mengakibatkan kondisi tanah lebih lembab sehingga sangat
berpengaruh pada pembentukan bahan organik tanah karena faktor
dekomposisi (Dwiastuti et al., 2016).
Kandungan bahan organik dalam tanah sangat penting di bidang
pertanian karena mempengaruhi tingkat kandungan unsur hara di dalamnya.
Semakin besar kandungan bahan organik pada tanah semakin tinggi pula unsur
hara yang terkandung di dalam tanah tersebut. Ketersediaan unsur hara dalam
tanah akan memperlancar proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
D. Daftar Pustaka
Basuki, T.M., D. R. Indrawati, B. Haryadi. Penggunaan bahan organik untuk
perbaikan produktivitas lahan bekas tambang kapur. Vol 4 : 2.
Buckman H.O.,N.C. Brady.1982. Ilmu Tanah. Jakarta :Bhratara Karya Aksara.
Dwiastuti, S., M. Suwarno, D. Puspitasari. 2016. Bahan organik tanah di lahan
marjinal dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Vol 13 : 748-750.
Everest, T., H. Ozcan. 2016. The properties and comaparison of the vertisol
soils formed on different physiographis. International Journal of Science
and Research. Vol 72 : 150.
Hasibuan, A.S.Z. 2015. Pemanfaatan bahan organik dalam perbaikan beberapa
sifat tanah pasir pantai selatan Kulon Progo. Planta Tropika Journal of
Agro Science. Vol 3 : 38.
Juita, N., Iskandar, Sudarsono. 2016. Characteristic and genesis of black and
red soil vertisol in Jeneponto Regency. Vol 21 : 127.
Matus, J.F., M. Escudey, J.E. Forster, M. Gutierrez, A.C. Chang. 2009. Is the
walkley-black method suitable for organic carbon determination in
chilean volcanic soils. Vol 40 : 1870.
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
WATAK DAN SIFAT TANAH
ACARA VIII
REAKSI (PH) TANAH
C. Pembahasan
Praktikum rekasi tanah ini bertujuan untuk mengukur kemasaman aktual
(pH H2O) tanah dan mengukur kemasaman potensial (pH KCl) tanah dengan
menggunakan metode kalorimetri dan elektrometri. Reaksi tanah merupakan
parameter tanah yang dikendalikan oleh sifat elektrokimia koloid-koloid tanah
yang menunjukkan pada tingkat kemasaman dan kebasaan tanah dimana
derajatnya ditentukan oleh kadar ion hidrogen. Nilai pH menunjukkan
konsentrasi ion H+ yang dinyatakan sebagai log [H+] dan konsentrasi ion OH-
yang dinyatakan sebagai [log OH-] dalam larutan tanah (Rahmah et al., 2014).
Dari pengamatan di atas diperoleh hasil pH tanah pada H2 O sebesar 7,53
pada ulangan pertama dan 7,97 pada ulangan kedua. Sedangkan pada KCl
diperoleh 6,16 untuk ulangan pertama dan 6,38 untuk ulangan kedua
menggunakan pH meter. Pada pH stick diperoleh hasil H2 O sebesar 6,0 dan
KCl sebesar 5,5. Hal ini sudah sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Everest & Ozcan (2016), tanah Vertisol memiliki pH yang berkisar 7,65
dampai 8,19. Pada penggunaan laturan KCl, pH tanah menjadi turun
dikarenakan KCl dapat mendesak ion H + pada tanah sehingga tanah lebih
masam.
pH tanah merupakan faktor kunci yang mengontrol ketersediaan nutrisi
tanah, aktivitas mikroba tanah, serta pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Menurut Zhang et al (2019), faktor utama yang mempengaruhi pH tanah yaitu
suhu dan curah hujan. Suhu atau temperatur mempengaruhi laju pelapukan
batuan sedangkan curah hujan sebagian besar berpengaruh pada aliran material.
Selain itu, iklim juga dapat mempengaruhi proses reaksi kimia tanah sehingga
dapat mempengaruhi pH tanah.
Kesediaan unsur hara makro dan mikro pada tanah sangat dipengaruhi
oleh pH tanah (Kadarwati, 2016). Mikroorganisme tanah hanya dapat hidup
pada pH dalam tanah. Mikroorganisme ini membantu dalam hal penyediaan
unsur hara mikro sehingga dapat digunakan oleh tanaman. Tingkat kemasaman
tanah dapat ditentukan melalui pH (H2O) dan pH (KCl). pH (H2O) atau pH
aktual yaitu pH yang menunjukkan konsentrasi H+ dalam larutan tanah.
Sedangkan pH (KCl) atau pH potensial adalah pH yang menunjukkan nilai pH
tanah setelah H+ dalam tanah di desak keluar dan digantikan oleh kation K+
(Amran et al., 2015).
Dalam usaha untuk menyesuaikan pH tanah diperlukan langkah-langkah
khusus baik menurunkan atau meningkatkan pH tanah. Menurut Koesrini
(2015), pengapuran dapat meningkatkan pH tanah dan meurunkan kejenuhan
Al. Sedangkan untuk menurunkan kadar pH dapat dilakukan dengan cara
penambahan bahan organik asam atau penambahan bahan kimia seperi
rhododendron, azaleas, dan ferosulfat (Buckman, 1982). Dalam bidang
pertanian pH tanah dapat digunakan untuk memonitor pengolahan pertanian
terhadap penggunaan bahan kimia dan mengetahui dampak terhadap
lingkungan.
D. Daftar Pustaka